Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan
kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat terkena
berbagai kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat
kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah
bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
local akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen
antibody. Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan
terhitung lebih dari setengah kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi
pada mata orang dewasa meliputi :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan
ciriary dan iris.
2. Katarak, kekeruhan lensa.
3. Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (TIO).
4. Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya
penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti glaucoma, katarak,
maupun ablasi retina.
B. Tujuan
1) Untuk mengetahui Pengertian dari Konjungtivitis?
2) Untuk mengetahui Etiologi dari Konjungtivitis?
3) Untuk mengetahui patofisiologis pada Konjungtivitis?
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Konjungtivitis?
C. Manfaat

1
Untuk menambah pengetahuan kita tentang penyakit Konjungtivitis. Sehingga
diharapkan kita semua terhindar dari hal tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya Konjungtivitis.

2
BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. Anatomi Dan Fisiologi
Organ eksternal oculi atau yang sering disebut dengan organ pada mata terdiri dari:
1. Palpebrae
2. Conjungtiva
3. Apparatus lacrimalis
4. Musculi eksternal bulbi
Dan yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang konjungtivitis, dan arti
konjungtivitis itu sendiri merupakan mukosa tipis, transparan, yang melapisi bulbi
hingga permukaan balakang palpebra.
Jenis dari conjungtiva adalah :
1. conjungtiva palpebralis
 Bagian dalam palpebra
 Sebagian besar melekat pada tarsus
 Permukaan licin + sedikit papillae (epitel silindris dari sel
goblet=mucin)
2. conjungtiva bulbi
 Peralihan dari conjungtiva bulbi dengan conjungtiva palpebra
 Merupakan lipatan-lipatan besar >> Kemosis (edema conjungtiva
 Lebih banyak pembuluh darah
 Muara glandula lacrimalis dan accesorius
3. conjungtiva fomix
 Bagian yang menutupi bulbus oculi
 Berhubungan secara longgar dengan capsula tenon dan sclera dengan
perantaraan episclera
 Melanjutkan diri menjadi epitel kornea
 Pada daerah cantus internus, lipatan berbentuk bulan sabit (plica
semilunaris = lipatan tebal, mudah bergerak, dan lunak) yang
merupakan Rudamentary Nictating Membrane.

3
Di sudut nasal, di canthus internus ada lipatan disebut plica semilunaris.
Juga disitu menuju benjolan menyerupai epidermoid yang disebut caruncula.
Histologis lapisan konjungtiva adalah epitel konjungtiva terdiri atas epitel
superficial mengandung sel goblet yang memproduksi mucin. Epitel basal, di
dekat limbus dan epitel ini mengandung pigmen. Dibawah epitel terdapat
stroma konjungtiva yang terdiri atas lapisan adenoid yang mengandung
jaringan limfoid dan lapisan fibrosa yang mengandung jaringan ikat. Yang
padat adalah tarsus dan ditempat lain jaringan longgar. Kelenjar yang ada di
konjungtiva terdiri kelenjar Krause (ditepi atas tarsus) yang menyerupai
kelenjar air mata. Pembuluh darah yang ada di konjungtiva adalah a.siliaris
anterior dan a. palpebralis. Konjungtiva mengandung banyak pembuluh limfe.
Inervasi syaraf di palpebra oleh percabangan n. oftalmikus cabang N.V.
Konjungtiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di
forniks atas. Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan
tertahan pada bangunan lekukan di belakang kelopak mata tertahan di
belakang tepi kelopak. Air mata yang mengalir ke bawah menuju forniks dan
mengalir ke tepi nasal menuju punctum lakrimalis.
Kedudukan konjungtiva mempunyai resiko mudah terkena
mikroorganisme atau benda lain. Air mata akan melarutkan materi infektius
atau mendorong debu keluar. Alat pertahanan ini menyebabkan peradangan
menjadi self-limited disease. Selain air mata, alat pertahanan berupa elemen
limfoid, mekanisme eksfoliasi epitel dan gerakan memompa kantong air mata.
Hal ini dapat dilihat pada kehidupan mikroorganisme patogen untuk saluran
genitourinaria yang dapat tumbuh di daerah hidung tetapi tidak berkembang di
daerah mata.
Arteri- arteri konjungtiva berasal dari a.ciliaris anterior dan a. palpebralis
yang keduanya beranastomosis. Yang berasal dari a. ciliaris anterior berjalan
ke depan mengikuti m. rectus menembus sclera dekat limbus untuk mencapai
bagian dalam mata dan cabang- cabang yang mengelilingi kornea.
4
Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan pertama n. trigeminus
yang berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas terutama di bagian palpebra.
B. Definisi
Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti bakteri, alergi, viral, dan sika. ( Sumber: Arif Mansoer,
Kapita Selekta Kedokteran edisi ke3, jilid 1 tahun 2001 ). Konjungtivitis adalah
peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. (Corwin,
2001). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, konjungtivitis adalah inflamasi
konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata
nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. ( Sumber: Brunner dan
Suddarth, 2001,Keperawatan Medikal Bedah, Vol. III, EGC, Jakarta )
Jadi menurut kelompok Konjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan
peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata )
yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi bahan-bahan kimia. Boleh dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya.
Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh
mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan
melalui kontak dan udara.

5
C. Etiologi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
Konjungtivitis akut bacterial
Adalah bentuk konjungtivitis murni dan biasanya disebabkan oleh staphylococ,
pneumococ, gonococ, haemifillus aegypti, pseudomonas, dan basil morax axenfeld.
- konjungtivitis blenore: Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi
dan konjungtivitis gonore). Blenore neonatorum merupakan
konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir.
Tanda – tanda blenore adalah sebagai berikut:
a) Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO.
b) Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum.
c) Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental.
d) Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5
hari.
e) Perdarahan subkonjungtiva dan kemotik.

- konjungtivitis gonore: suatu radang konjungtiva akut dan hebat


dengan sekret purulen yang disebabkan oleh kuman neisseria
gonorrhoeae.
- konjungtivitis difteri: Radang konjungtiva ini disebabkan bakteri
difteri yang memberikan gambaran yang khas berupa terbentuknya
membran pada konjungtiva tarsal. Pengobatan konjungtivitis difteri
adalah dengan memberi penisillin disertai dengan antitoksin difteri.
- konjungtivitis folikuler: Kelainan ini merupakan konjungtivitis yang
disertai dengan pembentukan folikel pada konjungtiva. Konjungtivitis
folikular merupakan konjungtivitis yang sering ditemukan pada anak-
anak, tetapi tidak ditemukan pada bayi. Konjungtivitis folikular dapat
terjadi akibat infeksi bakteri, virus, dan rangsangan bahan kimia. Penyakit
ini dapat berjalan akut maupun kronis.
- konjungtivitis kataral: Merupakan penyakit dengan gejala utama
berupa banyaknya secret berlendir pada mukosa konjungtiva.
Pengobatannya adalah dengan memberikan antibiotik dan membersihkan
secret mata.
6
Konjungtivitis akut viral
Konjungtivitis akibat virus sering ditemukan dan biasanya disebabkan adrenovirus
atau suatu infeksi herpes simplek.
- keratokonjungtivitis epidemik: Merupakan radang yang berjalan
akut disebabkan oleh adrenovirus. Penularan biasanya terjadi melalui
kolam renang selain akibat wabah. Masa inkubasi 5-10hari. Pengobatan
yang biasanya diberikan adalah obat sulfa topikal dan dapat diberikan
bersama dengan steroid.
- demam faringokonjungtiva: Konjungtivitis disertai dengan demam
dan sakit pada tenggorokan. Penularan biasanya terjadi di kolam renang.
Gejala yang ditemukan berupa rasa sakit di mata seperti adanya benda
asing, terdapatnya folikel pada konjungtiva disertai keratitis sub epitel
yang ringan.
- keratokonjungtivitis herpetic: Kelainan ini biasanya ditemukan pada
anak dibawah usia 2 tahun yang disebabkan oleh herpes simplek tipe 1.
- Konjungtivitis akut jamur: Infeksi jamur pada konjungtiva jarang
terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan
gejala.
- Konjungtivitis akut alergik: Reaksi alergi dan hipersensitif pada
konjungtiva akan memberikan keluhan pada pasien berupa mata gatal,
panas dan mata merah.
1. Konjungtivitis vernal
Merupakan konjungtivitis kronik, rekulerateral, bilateral, atopi yang
memberikan secret mucus dapat mengandung eosinofil dan
merupakan reaksi hipersnsitifitas tipe 1. Biasanya diderita pada
pasien usia dewasa muda, yang lebih sering mengenai laki-laki
terutama di musim panas.
2. Konjungtivitis flikten

7
Suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi.
Pengobatan yang diberikan kortikosteroid lokal dan mengatasi
sumber infeksi.
- Konjungtivitis kronis, mis: trakoma. Trakoma merupakan
konjungtivitis folikuler kronis yang disebabkan oleh clamydia
trachomatis. Penyakit ini terutama mengenai anak-anak walaupun dapat
mengenai semua umur. Cara penularan trakoma adalah melalui kontak
langsung dengan secret penderita atau melalui handuk, saputangan, atau
alat-alat kebutuhan sehari-hari. Masa inkubasi kuman 5-14 hari.
Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi
kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet),
juga merupakan etiologi dari konjungtivitis.
D. Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme
yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga
berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui
meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh
masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung
dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang
diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh
sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut
menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan
menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya
local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme
dan factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi
permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya

8
mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari
pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata
mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak,
menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian
sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui
epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari
sel goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan
tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi
pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak
paling nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi
konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang
sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai
ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh
darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit
pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.

9
E. Klasifikasi
a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata
eksternal yang paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin
musiman atau musim-musim tertentu saja dan biasanya ada hubungannya
dengan kesensitifan dengan serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu,
bahan makanan tertentu, gigitan serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi
mungkin juga dapat terjadi setelah kontak dengan bahan kimia beracun seperti
hair spray, make up, asap, atau asap rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi
tanaman dan eksim, juga berhubungan dengan alergi konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini
adalah konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari
haemophylus influenza atau neiseria gonorhe.
c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis
bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan.
d. Konjungtivitis Viral
jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus
(yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit
virus sistemik seperti mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan
pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata
yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.

10
e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis
gonore). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada
bayi yang baru lahir.
F. Manifestasi klinis
Secara umum manifestasinya adalah :
- Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan
kotoran.
- Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan
berwarna putih.
- Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang
jernih.
- Mata berair
- Mata terasa nyeri
- Mata terasa gatal
- Pandangan kabur
- Terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
Menurut klasifikasi manifestasinya adalah :
1) Konjungtivitis Bakteri
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan,
epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap
menjadi lebih tebal atau mukus dan berkembang menjadi purulen yang
menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup terutama saat
bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis
ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea.
2) Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen
yang masif. Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi.
Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati
preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi
dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik.

11
3) Konjungtivitis Alergi
a) Mata gatal
b) Panas
c) Mata berair
d) Mata merah
e) Kelopak mata bengkak.
f) Pada anak biasanya disertai riwayat atopi lainnya seperti rhinitis
alergi, eksema, atau asma.
g) Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma,
limfosit dan basofil.
4) Konjungtivitis Viral
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan
sensasi adanya benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala
terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri
periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, dan
infeksi saluran napas atas.
5) Konjungtivitis blenore
Tanda – tanda blenore adalah sebagai berikut:
a) Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO.
b) Merupakan penyebab utama oftalmia neonatorum.
c) Memberikan sekret purulen padat sekret yang kental.
d) Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5
hari.
e) Perdarahan subkonjungtiva dan kemotik.

12
G. Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala
penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus
kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan
pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan
perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan,
lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan
sikratik dapat mengganggu penglihatan.
H. Penatalaksanaan
 Konjungtivitis bakterial biasanya diobati dengan tetes mata atau krim
antibiotik, tetapi sering sembuh dalam waktu sekitar dua minggu walaupun
tanpa pengobatan. Karena konjungtivitis bakterial sangat menular di antara
anggota keluarga dan teman sekolah, diperlukan teknik mencuci tangan yang
baik dan pemisahan handuk bagi individu yang terinfeksi. Anggota keluarga
tidak boleh tertukar bantal atau seprai.
 Konjungtivitis yang juga berhubungan dengan otitis media diobati dengan
antibiotik sistemik. Kompres hangat pada mata dapat mengeluarkan rabas.
 Konjungtivitis viral biasanya diobati dengan kompres hangat. Teknik mencuci
tangan yang baik diperlukan untuk mencegah penularan.
 Konjungtivitas alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin.
Antihistamin atau tetes mata yang mengandung steroid dapat digunakan untuk
mengurangi gatal dan inflamasi.

13
 Konjungtivitis yang disebabkan iritan diobati dengan mengeluarkan benda
asing, diikuti dengan penggunaan obat antibakteri.

Pengobatan menurut klasifikasi :


1) Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, dll.
selama 3-5 hari. Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik,
dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman
dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotik spektrum
obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4–5 kali sehari.
2) Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Penatalaksanaan keperawatan:
a) Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi
topikal dan sistemik. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi
air bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
b) Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di Rumah Sakit dan terisolasi
Medika mentosa:
a) Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin
G 10.000 – 20.000 unti /ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
b) Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul
pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
c) Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan
gonokokus.
d) Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang
dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut – turut negatif.
3) Konjungtivitis alergi
Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan
seperti ringan sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan
menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai sedang biasanya
mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler

14
yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat
mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal,
dan perisai (steril) ulkus kornea.
a. Alergi ringan
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair,
mata merah yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan
suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin. Air mata
artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator
peradangan yang mungkin ada pada permukaan okuler.
b. Alergi sedang
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair
dan mata merah yang timbul musiman dan berespon terhadap
antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer. Penggunaan
antihistamin oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.
Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh
yang paling sering dipakai termasuk sodium kromolin dan
Iodoxamide. Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang
meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek
samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell
stabilizer. Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama,
dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal.
Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal
antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek
terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound
injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan
pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-
peradangan.
c. Alergi berat
Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala
menahun dan dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari
penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis

15
alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. Rujukan
spesialis harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi
yang resisten, dimana memerlukan tambahan terapi dengan
kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan
antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer. Topikal NSAID
dapat ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih
lanjut. Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap
mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder,
peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak.
Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek
samping lebih sedikit dari prednisolon. Siklosporin topikal dapat
melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan
sebagai lini kedua dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna
sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis
vernal.

16
4) Konjungtivitis viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topikal. Tersedia bebas di pasaran. Kompres
hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.
5) Konjungtivitis blenore
Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian
penisilin topikal mata dibersihkan dari sekret. Pencegahan merupakan
cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera
setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter
biasanya disesuaikan dengan diagnosis.
Pengobatan konjungtivitis blenore:
a) Penisilin topikal tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat
diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan
setiap jam sampai terlihat tanda – tanda perbaikan.
b) Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,
karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
c) Kadang – kadang perlu diberikan bersama – sama dengan
tetrasiklin untuk infeksi chlamydia yang banyak terjadi.
I. Pencegahan
a) Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah
membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangannya bersih-bersih.
b) Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani
mata yang sakit
c) Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah
lain
d) Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik
pembuatnya.
e) Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
f) Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
g) Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan
tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.

17
h) Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau
sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.

18
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS

1. Biodata
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku /
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, penanggung jawab.

2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Keluhan Utama : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal,
panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar
terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe. Sifat Keluhan :Keluhan
terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang
menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur tentu
keluhan timbul. Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu.
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat,
riwayat operasi mata.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).
4. Pemeriksaan Fisik
Data Fokus :
Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6. Mata merah, edema konjungtiva,
epipora, sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen
(Gonoblenorroe).
Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.

5. Diagnosa Keperawatan
19
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan
konjungtiva, ditandai dengan :
- Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan.
- Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
 Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
 Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam
dan teratur.
 Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
 Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic.
Rasionalisasi :
 Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.
 Berguna dalam intervensi selanjutnya.
 Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan
mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
 Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri.
Evaluasi :
 Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.
 Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu.
 Menunjukkan perasaan rileks.

2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses


penyakitnya, ditandai dengan :
- Klien mengatakan tentang kecemasannya.
- Klien terlihat cemas dan gelisah.

20
Kriteria hasil :
Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang.
Intervensi :
 Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
 Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
 Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.
Rasionalisasi :
 Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
 Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
 Memberikan perasaan tenang kepada klien.
Evaluasi :
 Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi
ansietas.
 Mendemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.

3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.


Kriteria hasil :
Penyebaran infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
 Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan irigasi).
 Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
 Pertahankan tindakan septik dan aseptik.
Rasionalisasi :
 Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi
bersih.
 Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi.

 Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau

21
perawat ke pasien.
Evaluasi :
Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.

4. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan


adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).
Intervensi :
 Kaji tingkat penerimaan klien.
 Ajak klien mendiskusikan keadaan.
 Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
 Jelaskan perubahan yang terjadi.
 Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan
yang dilakukan.
Evaluasi :
 Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri.
 Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan
ke arah penerimaan.

5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.


Kriteria hasil :
Cedera tidak terjadi.
Intervensi :
 Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membungkuk.
 Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang
dibutuhkan pasien ke tubuhnya.
 Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat
menimbulkan kecelakaan.

22
 Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.
Rasionalisasi :
 Menurunkan resiko jatuh (cedera).
 Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
 Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi
pasien.
 Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.
Evaluasi :
 Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
 Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan
faktor resiko dan melindungi diri dari cedera.
 Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan.

23
BAB IV
KASUS PEMICU
Kasus Konjungtivitis Akut
Nn.H (19 tahun) ,sudah seminggu ini keluhan pada matanya tidak hilang- hilang
walaupun sudah diberi obat oleh dokter spesialis mata ,untuk itu dia menginginkan
dilakukan pengobatan yang tepat dan dirawat inap ,agar bisa mendapat penggantian
dari asuransinya.keluhan yang dialami adalah : awalnya keluhan mata merah,kering
dan seperti kelilipan ,mata berair disertai dengan keluarnya secret yang banyak
sehingga mata sukar dibuka terutama sewaktu bangun tidur.dari hasil pemeriksaan
dokter spesialis mata ditemukan tertimbunya eksudat purulent di pada sakus
konjungtiva yang kkadang bergumal pada permukaan konjungtiva dan membentuk
pseudomembran .saat ini secretvkonjungtiva sedang diambil untuk dilakukan kultur
dan sitologik.ttv saat ini suhu 38,50C ,nadi 92x/menit ,Td ;110/70 mmHg.BB 50
kg,Tb 155 cm ,hasil lab Hb 11 gr/dl,leukosit 21.000.diagnosis medis saat ini
konjungtivitis akut dan Nn .H harus dirawat di ruang isolasi ,namun jaminan
asuransinya Nn H dirawat dikelas super vip.
A. Pengkajian
BIODATA KLIEN
Nama : Nn.H
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
No. Register : 1330091184
Alamat : Jalan delima raya no 18 blok c kec. Pamulang kab.
tanggerang
Status Perkawinan : belum kawin
Keluarga Terdekat : Orang Tua
Diagnosa Medis : Konjungtivitis Akut

24
B. Anamnese
1. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama : klien mengeluh matanya merah dan tidak hilang- hilang
walaupun sudah diberi obat oleh dokter spesialis mata , mata klien terasa kering
dan seperti kelilipan, mata berair disertai dengan keluarnya secret yang banyak
sehinga sukar dibuka terutama saat bangun tidur .
2. Riwayat kesehatan masa lalu.
a. Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan)
Klien tidak pernah mempunyai riwayat alergi obat,makanan,binatang,dan
lingkungan.
b. Riwayat kecelakaan
Klien tidak pernah mengalami riwayat kecelakaan sebelumnya
c. Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, berapa lama)
Klien baru pertama kali datang ke rumah sakit pada tanggal 09 mei 2013
karena keluhan pada mata tidak kunjung mendapatkan perubahan.
d. Riwayat pemakaian obat
Klien tidak pernah memakai obat dalam jangka waktu yang lama.
e. Riwayat trauma mata.
Klien tidak pernah mengalami trauma pada bagian mata sebelumnya.
f. Sejak kapan keluhan dirasakan.
Keluhan pada mata sudah dirasakan selama 1 minggu
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak pernah ada riwayat penyakit mata seperti ini sebelumnya
C. Pemeriksaan Fisik Umum
1. Berat badan sekarang : 50 kg
2. Berat badan sebelum sakit : 51 kg
3. Tinggi badan : 155 cm
4. Tekanan darah : 110/70 mmHg (normal: 120/80 mmHg)
5. Nadi : 92 x/menit (normal: 60-100 x/menit)
6. Frekuensi nafas : 23 x/menit (normal: 12-24 x/menit)
7. Suhu tubuh : 38,5oC (normal: 36-37,5o C)
D. Pemeriksaan Fisik
1.Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis yang
meliputi:

25
2. Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang ke
arah limbus.
3. Kemungkinan adanya sekret:
a. Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan
kelopak mata lengket saat bangun tidur.
b. Berair/encer pada infeksi virus.
4. dema konjungtiva
5. Blefarospasme
6. Lakrimasi
7. Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan
infiltrasi).
8. Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudo

membrane pada infeksi pneumokok. Kadang –kadang disertai perdarahan


subkonjungtiva kecil – kecil baik di konjungtiva palpebra maupun bulbi yang
biasanya disebabkan pneumokok atau virus.
9. Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien
karena
jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran
visus.

26
E. Data Fokus
Data subjektif Data objektif
Data kasus : Data kasus :
 Pasien mengatakan sudah 1 minggu  TTV
- TD : 110/70 mmHg,
matanya merah ,kering dan seperti
- N : 92 x/menit,
kelilipan. - suhu : 38,5 0 C
 Pasien mengatakan matanya berair - RR : 23 x/menit
 Hasil pemeriksaan ditemukan adanya
disertai dengan keluarnya secret yang
eksedut purulenta
banyak .
 Ada pengambilan secret untuk dilakukan
 Pasien mengatakan suliut membuka
pemeriksaan kultur dan sitologik.
matanya pada sewaktu bangun tidur
 Hasil laboratorium :
- Hb : 11 gr/dl
Data Tambahan :
- Leukosit : 21.000 (5.000- 10.000)
 Pasien mengatakan nyeri dibagian
mata Data tambahan :
 Pasien mengatakan penglihatan tidak
 Pemeriksaan visus :15/20 ( normalnya
jelas
20/20).
 Pasien mengatakan badanya panas
 Skala nyeri saat di palpasi 5
Sudah 3 hari
 P : nyeri bertambah saat beraktifitas
 Pasien mengatakan malu dengan
 Q : sakit seperti tertusuk
perubahan di bagian kelopak matanya
 Pasien mengatakan cemas dengan  R : letak nyeri di konjungtiva
 S : nyeri sedang
kondisi penyakitnya.  T : nyeri saat mengedip
 Pasien mengeluh pusing  Klien telihat gelisah
 Pasien mengeluh menggigil  Klien tampak cemas
 Pasien mengtakan adanya penumpukan  Adanya pembengkakan di bagian
secret di dalam kornea mata konjungtiva
 Pasien mengatakan tidak nyaman pada  Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti
saat membuka dan membuka mata . beludru karena ada edema dan infiltrasi).
 Pasien mengatkan tidak tau bagaimana  Klien tampak pucat
terjadi penyakit seperti ini  KU: compos mestis
 Pasien mengatakan keluhan di matanya  Capilari refil 2 detik
 Pasien terlihat lemas
tidak mengalami kesembuhan  Turgor kulit pasien tidak elastic
 Kulit pasien kering dan terasa panas
 Pasien selalu bertanya-tanya tentang

27
penyakitnya.
 Mukosa mulut kerin

F. Analisa Data
No Data fokus Problem Etiologi
1. DS: Gangguan Penglihatan
 Pasien mengatakan penglihatan persepsi yang terganggu
tidak jelas sensori
 Pasien mengtakan adanya
penumpukan secret di dalam kornea
mata
 Pasien mengatakan suliut membuka
matanya pada sewaktu bangun tidur
DO:
 TTV
- TD : 110/70 mmHg,
- N : 92 x/menit,
- suhu : 38,5 0 C
- RR : 23 x/menit
 Adanya pembengkakan di bagian
konjungtiva
 Pemeriksaan visus : do :15/20
( normalnya 20/20).
2. DS: Resiko injury Proses
 Pasien mengatakan sudah 1 minggu peradangan
matanya merah ,kering dan seperti
kelilipan.
 Pasien mengatakan matanya berair
disertai dengan keluarnya secret yang
banyak .
DO:
 TTV
- TD : 110/70 mmHg,
- N : 92 x/menit,

28
- suhu : 38,5 0 C
- RR : 23 x/menit
 Hasil pemeriksaan ditemukan adanya
eksedut purulenta
 Ada pengambilan secret untuk
dilakukan pemeriksaan kultur dan
sitologik.
 Hasil laboratorium :
- Hb : 11 gr/dl
- Leukosit : 21.000 (5.000- 10.000)
3. DS: Nyeri Adanya
 Pasien mengatakan nyeri dibagian peradangan
mata konjungtiva
 Pasien mengatakan sudah 1 minggu
matanya merah ,kering dan seperti
kelilipan.
 Pasien mengatakan matanya berair
disertai dengan keluarnya secret yang
banyak .
 Pasien mengatakan sulit membuka
matanya pada sewaktu bangun tidur

DO:
 TTV
- TD : 110/70 mmHg,
- N : 92 x/menit,
- suhu : 38,5 0 C
- RR : 23 x/menit

 Skala nyeri saat di palpasi 5


P : nyeri bertambah saat beraktifitas
Q : sakit seperti tertusuk
R : letak nyeri di konjungtiva
S : nyeri sedang
T : 5 detik

29
 Hasil pemeriksaan ditemukan
adanya eksedut purulenta
 Ada pengambilan secret untuk
dilakukan pemeriksaan kultur dan
sitologik.
 Konjungtiva palpebra (merah,
kasar seperti beludru karena ada
edema dan infiltrasi).
 Adanya pembengkakan di bagian
konjungtiva
4. DS: Hipertermi Proses
 Pasien mengatakan badanya panas peradangan
Sudah 3 hari konjungtiva
 Pasien mengeluh pusing
 Pasien mengeluh menggigil

DO:
 TTV
- TD : 110/70 mmHg,
- N : 92 x/menit,
- suhu : 38,5 0 C
- RR : 23 x/menit
 KS: kompos mentis
 Capilari refil 2 detik
 Pasien terlihat lemas
 Kulit pasien kering dan terasa panas
 Turgor kulit pasien tidak elastic
 Mukosa mulut kering
 Klien telihat gelisah
 Hasil laboratorium :
- Hb : 11 gr/dl
- Leukosit : 21.000
5. DS: ansietas Kurangnya
 Pasien mengatakan cemas dengan pengetahuan
kondisi penyakitnya tentang proses
 Pasien mengatkan tidak tau bagaimana

30
terjadi penyakit seperti ini penyakit
 Pasien mengatakan keluhan di
matanya tidak mengalami kesembuhan

DO:
 TTV
- TD : 110/70 mmHg,
- N : 92 x/menit,
- suhu : 38,5 0 C
- RR : 23 x/menit
 Pasien selalu bertanya-tanya tentang
penyakitnya.
 Klien telihat gelisah
 Klien tampak cemas
6. DS: Gangguan Adanya
 Pasien mengatakan sudah 1 minggu konsep diri perubahan pada
matanya merah ,kering dan seperti kelopak mata/
kelilipan.
 Pasien mengatakan matanya berair
disertai dengan keluarnya secret yang
banyak .
DO:
 TTV
- TD : 110/70 mmHg,
- N : 92 x/menit,
- suhu : 38,5 0 C
- RR : 23 x/menit
 Hasil pemeriksaan ditemukan adanya
eksedut purulenta
 Ada pengambilan secret untuk
dilakukan pemeriksaan kultur dan
sitologik.
 Hasil laboratorium :
- Hb : 11 gr/dl

31
- Leukosit : 21.000 (5.000- 10.000)

G. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan persepsi sensori b.d penglihatan yang terganggu
2 Resiko injury b.d proses peradangan
3 Nyeri b.d adanya peradangan konjungtiva/ edema
4 Hipertermi b.d proses peradangan /konjungtivitis
5 Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit
6 Gangguan konsep diri b.d adanya perubahan pada kelopak mata/ bengkak

32
H. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan dan kriteria hasil Intervensi dan Rasional
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji ketajaman penglihatan pasien
keperawatan masalah gangguan Rasional: untuk mengkaji sejauh mana pasien
persepsi sensori dapat teratasi dapat melihat
dengan kriteria hasil : 2. Anjurkan kepada keluarga atau orang
- Pasien dapat melihat terdekat klien untuk tinggal bersama klien
dengan baik Rasional: Megawasi dan membimbing selama
- Pasien tidak mengalami
pengobatan berlangsung.
kerusakan pada saat
3. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk
melihat
mematuhi progam terapi yang telah
- Bengkak berkurang
- Pemeriksaan visus dilaksanakan.
dalam rentang normal : Rasional: untuk mempercepat dalam proses
20/20 penyembuhan
4. Orientasikan pasien terhadap lingkungan,
staf, orang lain diareanya
Rasional: Memberikan peningkatan
kenyamanan dan kekeluargaan menurunkan
cemas dan disorientasi pascaoperatif

2. Setelah dilakukan asuhan 1.bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah


keperawatan masalah resiko luar.
injury dapat teratasi dengan Rasional: Dengan membersihkan mata dan
kriteria hasil : irigasi maka mata menjadi bersih.
- Penyebaran infeksi 2.Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
tidak terjadi. Rasional: Pemberian antibiotika diharapka
penyebaran infeksi tidak terjadi
3.Pertahankan tindakan septik dan anseptik.
Rasional: Diharapkan tidak terjadi penularan

33
baik dari pasien ke perawat maupun dari
perawat ke pasien.
4. Beritahu klien mencegah pertukaran sapu
tangan, handuk dan bantal dengan anggota
keluarga yang lain. Klien sebaiknya
menggunakan tisu, bukan saputangan dan tisu ini
harus dibuang setelah pemakaian satu kali saja.
Rasional: Meminimalkan risiko penyebaran
infeksi.
5.Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata
yang sakit atau kontak sembarangan dengan
mata.
Rasional: Menghindari penyebaran infeksi pada
mata yang lain dan pada orang lain.
6.Beritahu klien teknik cuci tangan yang tepat.
Rasional: menerapkan prinsip higienis
7.Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan pengobatan dan gunakan
saputangan atau handuk bersih.
Rasional: mencegah infeksi
8.Beritahu klien untuk menggunakan tetes atau
salep mata dengan benar tanpa menyentuhkan
ujung botol pada mata/bulu mata klien.
Rasional: Prinsip higienis perlu ditekankan pada
klien untuk mencegah replikasi kuman sehinggaa
penyebaran infeksi dapat dicegah.
9.Bersihkan alat yang digunakan untuk
memeriksa klien.

34
Rasional: Mencegah infeksi silang pada klien
yang lain.

3. Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik dan


keperawatan masalah nyeri dapat intensitas (skala 1-10).
teratasi dengan kriteria hasil : Rasional: Membantu mengevaluasi derajat
- nyeri berkurang atau ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik.
terkontrol. 2. Beri posisi nyaman
- Skala nyeri 0-1
Rasional:Menurunkan ketegangan otot,
- Pasien tampak ceria
- Klien dapat beradaptasi menaikkan relaksasi dan dapat meningkatkan
dengan keadaan yang kemampuan koping.
sekarang. 3. Bantu penggunaan teknik relaksasi.
- Mengungkapkan
Rasional: Membantu pasien untuk istirahat lebih
peningkatan kenyamanan
efektif dan memfokuskan kembali perhatian
di daerah mata.
sehingga menurunkan nyeri dan
- Berkurangnya lecet
ketidaknyamanan.
karena garukan.
- Penyembuhan area mata 4. Bantu pasien melakukan latihan rentang gerak
yang telah mengalami dan dorong ambulasi dini, hindari duduk lama.
iritasi. Rasional: Menurunkan kekakuan otot/sendi.
- Berkurangnya
5.Ambulasi mengembalikan organ ke posisi
kemerahan.
normal dan meningkatkan kembali fungsi ke
tingkat normal.
Rasional: Ambulasi dan perubahan posisi
menurunkan tekanan perianal.
kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
(analgesik).
 Rasional: Menurunkan nyeri, meningkatkan
kenyamanan

35
4. Setelah dilakukan asuhan 1.Pantau input dan output
keperawatan masalah suhu Rasional: Untuk mengetahui balance cairan
meningkat dapat teratasi dengan pasien
kriteria hasil: 2. Ukur suhu tiap 4-8 jam
- Suhu tubuh dalam Rasional: Untuk mengetahui perkembangan
rentang normal (36,50 c- klien
37,50c) 3. Ajarkan kompres hangat dan banyak minum
- Pasien tampak rileks
Rasional: Untuk menurunkan panas tubuh dan
- Ttv dalam rentang
mengganti cairan tubuh yang hilang
normal
Td: 120/80 mmhg 4. anjurkan untuk memakai pakaian yang
N; 80 x/menit
menyerap keringat
S; 37,50c
Rr: 23x/menit Rasional: saat tubuh demam maka akan banyak
- Pasien terlihat lebih
mengeluarkan keringat, dengan memakai
segar
pakaian yang menyerap keringat, keringat akan
- Kulit pasien lembab
- Turgor kulit elastic terserap dan pasien merasa nyaman
- Mukosa mulut lembab
5. atur suhu ruangan sesuai kondisi pasien
- Hasil laboratorium
Rasional: agar pasien merasa nyaman
normal:
- Hb : 11 gr/dl( 11,5 gr Kolaborasi
% - 16,5 gr%) Kolaborasi dengan pemberian antipiretik
- Leukosit : 5.000-
 Rasional:Untuk menurunkan panas
10.000

5. Setelah dilakukan asuhan .kaji tingkat ansietas atau kecemasan.


keperawatan masalah ansietas Rasional: Bermanfaat dalam penentuan
dapat teratasi dengan kriteria intervensi yang tepat sesuai dengan kebutuhan
hasil : klien.
- klien menyatakan 2. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.

36
pemahaman tentang proses Rasional: Meningkatkan pemahaman klien
penyakitnya. tentang proses penyakitnya.
- Klien dapat
3.Beri dukungan moril berupa doa terhadap
menggambarkan ansietas
pasien.
dan pola kopingnya.
- Menggunakan Rasional: Memberikan perasaan tenang kepada
mekanisme koping yang klien.
efektif. 4. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan.
Rasional: Memberikan kesempatan untuk pasien
menerima situasi yang nyata, mengklarifikasi
kesalahpahaman dan pemecahan masalah.
5. Identifikasi sumber atau orang yang
menolong.
Rasional: Memberi penelitian bahwa pasien
tidak sendiri dalam menghadapi masalah.
6. Setelah dilakukan asuhan 1. kaji tingkat penerimaan klien.
keperawatan masalah gangguan Rasional: untuk mengetahui tingkat ansietas
konsep diri dapat teratasi dengan yang dialami oleh klien mengenai perubahan dari
kriteria hasil : dirinya.
- Klien dapat menghargai 2. ajak klien mendiskusikan keadaan atau
situasi dengan cara realistis perasaan yang dialaminya.
tanpa penyimpangan. Rasional: membantu pasien atau orang terdekat
- Klien dapat
untuk memulai menerima perubahan.
mengungkapkan dan
mendemonstrasikan 3. catat jika ada tingkah laku yang
peningkatan perasaan yang menyimpang.
positif. Rasional: kecermatan akan memberikan pilihan
- Klien merasa lebih
intervensi yang sesuai pada waktu individu
percayta diri dengan
menghadapi rasa duka dalam berbagai cara yang
kondisiya.
berbeda.

37
4. jelaskan perubahan yang terjadi
berhubungan dengan penyakit yang dialami.
Rasional: memberikan penjelasan tentang
penyakit yang dialami kepada pasien/orang
terdekat sehingga ansietas dapat berkurang.
5. berikan kesempatan klien untuk
menentukan keputusan tindakan yang
dilakukan.
Rasional: menyediakan, menegaskan
kesanggupan dan meningkatkan kepercayaan
diri klien.
.bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar.
Rasional: Dengan membersihkan mata dan
irigasi maka mata menjadi bersih.
2.Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
Rasional: Pemberian antibiotika diharapka
penyebaran infeksi tidak terjadi
3.Pertahankan tindakan septik dan anseptik.
Rasional: Diharapkan tidak terjadi penularan
baik dari pasien ke perawat maupun dari
perawat ke pasien.
4. Beritahu klien mencegah pertukaran sapu
tangan, handuk dan bantal dengan anggota
keluarga yang lain. Klien sebaiknya
menggunakan tisu, bukan saputangan dan tisu ini
harus dibuang setelah pemakaian satu kali saja.
Rasional: Meminimalkan risiko penyebaran
infeksi.

38
5.Ingatkan klien untuk tidak menggosok mata
yang sakit atau kontak sembarangan dengan
mata.
Rasional: Menghindari penyebaran infeksi pada
mata yang lain dan pada orang lain.
6.Beritahu klien teknik cuci tangan yang tepat.
Rasional: menerapkan prinsip higienis
7.Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan pengobatan dan gunakan
saputangan atau handuk bersih.
Rasional: mencegah infeksi
8.Beritahu klien untuk menggunakan tetes atau
salep mata dengan benar tanpa menyentuhkan
ujung botol pada mata/bulu mata klien.
Rasional: Prinsip higienis perlu ditekankan pada
klien untuk mencegah replikasi kuman sehinggaa
penyebaran infeksi dapat dicegah

39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering
disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius
seperti:
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi (pada
reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya hipertrofi
papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing didalam
mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air mata
berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

40
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 1998
http://www.scribd.com/doc/29896570/Definisi-Etiologi-Klasifikasi-Dan-
Patofisiologi-Konjungtivitis
https://online.epocrates.com/u/291168/Acute+conjunctivitis/Summary/Highlights
Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000
American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern: conjunctivitis, 2nd
ed. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2003
Buku saku dasar patologis penyakit, robbins & cotran, edisi 7, EGC: Jakarta, 2008.
http://www.4shared.com/document/4iB3gm3a/Konjungtivitis.htm
http://yadnokoa.blogspot.com/2013/05/askep-konjungtivitis_15.html

41

Anda mungkin juga menyukai