Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

KONJUNGTIVITIS AKUT ODS


EC BACTERIAL INFECTION DD VIRAL INFECTION

Oleh
Syed Muhammad Zulfikar Fikri
I4061172082

Pembimbing
dr. WirawanAdikusuma, Sp. M, M. Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Konjungtiva merupakan membran yang tipis dan transparan melapisi
bagian anterior dari bola mata (konjungtiva bulbi), serta melapisi bagian
posterior dari palpebra (konjungtiva palpebrae). Karena letaknya paling luar
itulah sehingga konjungtiva sering terpapar terhadap banyak
mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang mengganggu. Salah satu
penyakit konjungtiva yang paling sering adalah konjungtivitis.1,2
Radang konjungtiva (konjungtivitis) adalah penyakitmata yang paling
umum didunia. Penyakit ini bervariasi dari hyperemia ringan dengan berair
mata sampai konjungtivitis berat dengan banyak secret purulen kental.1
Konjungtivitis menduduki 1% kasus pada kunjungan ke fasilitas
kesehatan layanan primer dan di instalasi gawat darurat. Pada negara
berkembangang kejadian konjungtivitis bakterialis terus-menerus menurun.
Sedangkan di Afrika insidensi konjungtivitis neonatal masih tetap tinggi.
Prevalensi dan insidensi konjungtivitis bervariasi berdasarkan penyebab
yang mendasarinya dan mungkin juga dipengaruhi oleh usia. Insidensi
konjungtivitis viral rata-rata 80.000 diantara 100.000 kasus konjungtivitis.3
Penyakit konjungtivitis merupakan penyakit mata yang paling sering
dialami masyarakat Indonesia. Di Indonesia konjungtivitis menduduki
peringkat 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2009. Dari
135.749 pasien yang berkunjung ke poli mata, 73% adalah kasus
konjungtivitis.4 Tingginya angka kejadian konjungtivitis ini membuat
penyusun tertarik untuk membuat laporan kasus mengenai konjungtivitis
akut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konjungtiva
2.1.1. Anatomi
Konjungtiva merupakan membrane mukosa tipis dan transparan yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis)
dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat
ke tarsus (Vaughan, 2010). Di tepi superior dan inferior tarsus,
konjungtiva melipat ke posterior (pasa formiks superior dan inferior) dan
membungkus jaringan episkera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva
bulbaris melekat longgar ke septum orbital di formiks dan melipat berkali-
kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan
memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.1

Gambar 1.Anatomi konjungtiva


Gambar 2.Anatomi konjungtiva

2.1.2. Histologi
Secara histology, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima
lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal (Junqueira,
2007). Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval
yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata. Sel-sel
epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan
dapat mengandung pigmen.1
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis)
dan satu lapisan fibrosa (profunda). Lapisan adenoid mengandung jaringan
limfoid dan tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan.
Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus dan tersusunlonggar pada mata.1

2.1.3. Perdarahan dan persarafan


Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria ciliaris anterior dan arteria
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis denganb ebas dan bersama
banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya
membentuk jaring-jaring vascular konjungtiva yang sangat banyak.
Pembuluh limfe konjungtiva tersusun di dalam lapisan superfisial dan
profundus dan bergabung dengan pembuluh limfe palpebra membentuk
pleksus limfatikus. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan
(oftalmik) pertama nervus lima. Saraf ini memiliki serabut nyeri yang
relatif sedikit.1

2.2 Konjungtivitis
2.2.1 Definisi
Konjungtivitis merupakan inflamasi pada jaringan konjungtiva, yang
dapat terjadi secara akut maupun kronis, akibat invasi mikroorganisme dan
atau reaksi imunologi.5

2.2.2 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi, dan
Molluscum contagiosum. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh
banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang
mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar: Pada film air mata, komponen akueosa mengencerkan
materi infeksi, mucus menangkap debris, dan aktivitas pompa palpebra
membilas air mata keduktus air mata secara konstan; air mata mengandung
substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan IgA).1
Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus
aureus, Neisseria meningitidis, sebagianbesar strain adenovirus manusia,
virus herpes simplekstipe 1 dan 2, dan picornavirus. Dua agen yang
ditularkan secara seksual dan dapat menimbulkan konjungtivitis adalah
Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae.5

2.2.3 Gejala
Keluhan pasien konjungtivitis biasanya berupa lakrimasi, rasa berpasir,
dan perih. Tanda klinis khas adalah matamerah yang ditandai dengan
injeksi konjungtiva (hyperemia konjungtiva), yang sering disertai
timbulnya secret dengan berbagai konsistensi. Tanda-tanda penting
konjungtivitis lainnya adalah eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papilar,
kemosis, folikel, pseudomembran dan membran, granuloma, dan
adenopati pre-aurikular.5
Hiperemia adalah tanda klinis konjungtivitis akut yang paling
menyolok. Kemerahan paling jelas di forniks dan makin berkurang kearah
limbus karena dilatasi pernbuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Warna
merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri, dan tampilan putih susu
mengesankan konjungtivitis alergika. Hiperemia tanpa infiltrasi sel
mengesankan iritasi oleh penyebab fisik seperti angina, matahari, asap,
dll., tetapi sesekali bisa muncul pada penyakit yang berhubungan dengan
ketidakstabilan vaskular (mis., acne rosacea).1

Gambar 3. Injeksikonjungtiva

Gambar 4. Jenis Injeksi


Mata berair (epifora) sering kali menyolok pada konjungtivitis.
Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensasi
terbakar atau tergores, atau oleh rasa gatalnya. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh- pembuluh yang hiperemik dan menambah jumlah
air mata tersebut. Kurangnya sekresi air mata yang abnormal mengesankan
kerato konjungtivitis sika.1
Eksudasi adalah cirri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudatnya
berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada
konjungtivitis alergika. pada hampir semua jenis konjungtivitis,
didapatkan banyak kotoran mata di palpebra saat bangun tidur; jika
eksudat sangat banyak dan palpebranya saling melengket, agak nya
konjungtivitis disebabkan oleh bakteri atau klamidia.1
Pseudoptosis adalah terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di
otot Muller. Keadaan ini dijumpai pada beberapa jenis konjungtivitis
berat, mis., trakoma dan kerato konjungtivitis epidemika.1
Kemosis konjungtiva sangat mengarah pada konjungtivitis alergika,
tetapi dapat timbul pada konjungtivitis gonokok atau meningokok akut dan
terutama pada konjungtivitis adenoviral. Kemosis konjungtiva bulbaris
terlihat pada pasien trikinosis. Sesekali, kemosis tampak sebelum terlihat
nya infiltrate atau eksudat.1

Gambar 5. Kemosis
Hipertrofipapilar adalah reaksi konjungtiva nonspesitik yang terjadi
karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh
serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi
papilla (bersama unsursel dan eksudat) mencapai membrane basal epitel,
pembuluh in ibercabang-cabang di atas papilla mirip jeruji payung.
Eksudat radang rnengumpul di antara serabut-serabut dan membentuk
tonjolan-tonjolan konjungtiva. Pada penyakit-penyakit nekrotik (mis.,
trakoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan
ikat.1
Bila papilanya kecil, tampilan konjungtiva umumnya licin seperti
beludru. Konjungtiva dengan papilla merah mengesankan penyakit bacteri
atau klamidia (mis., konjungtiva tarsal merah rnirip beiudru adalah khas
pada trakoma akut). Pada infiltrasi berat konjungtiva dihasilkan papilla
raksasa. Pada kerato konjungtivitis vernal, papilla ini disebut juga "papilla
cobblestone" karena tampilannya yang rapat; papilla raksasa beratap rata,
poligonal, dan berwarna putih susu-kemerahan. Di tarsus superior, papilla
macam ini mengesankan kerato konjungtivitis vernal dan konjungtivitis
papilar raksasa dengan sensitivitas terhadap lensa kontak di tarsus inferior,
mengesankan kerato konjungtivitis atopik. Papila raksasa dapat pula
timbul di limbus, terutama di daerah yang biasanya terpajan saat mata
terbuka (antara pukul 2 dan 4 dan antara pukul 8 dan 10). Di sini papilla
tampak berupa tonjolan-tonjolan gelatinosa yang dapat meluas sampai
kekornea. Papila limbus khas untuk kerato koniungtivitis vernal, tetapi
jarang pada kerato konjungtivits atopic.1

Gambar 6. Papil
Folikel tampak pada sebagian besar kasus konjungtivitis virus, semua
kasus konjungtivitis klamidia, kecuali konjungtivitis inklusi neonatal,
beberapa kasus konjungtivitis parasitik, dan pada beberapa kasus
konjungtivitis toksik yang diinduksi oleh pengobatan topikal, seperti
idoxuridine, dipivefrin, dan miotik. Folikel-folikel di forniks inferior dan
tepi tarsus mempunyai sedikit nilai diagnostik, tetapi jika terdapat pada
tarsus (terutama tarsus superior), harus dicurigai adanya konjungtivitis
klamidia, viral, atautoksik (pasca medika sitopikal). Folikel merupakan
suatu hyperplasia limfoid lokal di dalam lapisan timfoid konjungtiva dan
biasanya mempunyai sebuah pusat germinal. Secara klinis, folikel dapat
dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau putih yang avaskular. Pada
pemeriksaan slitlamp, lampak pembuluh-pembuluh kecil yang muncul
pada batas folikel dan mengitarinya.1

Gambar 7. Folikel

Gambar 8. Perbedaanpapil dan folikel


Pseudomembran dan membrane adalah hasil dari proses eksudatif
dan hanya berbeda derajatnya. Pseudo membrane adalah suatuPengentalan
(koagulum) di atas permukaan epitel, yang bila diangkat, epitelnya
tetaputuh. Membran adalah pengentalan yang meliputi seluruhepitel, yang
jika diangkat, meninggalkan permukaan yang kasar dan bcrdarah.
Pseudomembran atau membrane dapat menyertai kerato konjungtivitis
epidemika, konjungtivitis virus herpes simpleks primer, konjungtivitis
streptokok, difteria, pemfigoidsikatrikal dan erythema multiforme mayor.
Membran dan pseudomembran dapat pula akibat luka bakar kimiawi,
terutama luka bakar alkali.1

Gambar 9. Pseudomembran
Konjungtivitis ligneosa adalah bentuk istimewa konjungtivitis
membrano sarekuren. Keadaan ini bilateral, terutama pada anak-anak,
lebih banyak pada perempuan, dan mungkin menyertai temuan sistem
iklain, seperti nasofaringitis dan vulvovaginitis.1
Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering
berupa kalazion. Penyebab endogen lain adalah sarkoid, sifilis, penyakit"
cat-scratch", dan coccidioidomycosis (arang). Sindrom okulo glandular
Parinaud terdiri atas granuloma konjungtiva dan pembesaran kelenjar
getah bening (KGB) preaurikular; kelompok penyakit ini memerlukan
pemeriksaan biopsy untuk memastikan diagnosis.1
Fliktenula merupakan reaksi hipersensitivitas lambat terhadap antigen
mikroba, mis., antigen stafilokok atau mikobakterial. Fliktenula
konjungtiva awalnya berupa perivas kulitis dengan penumpukan limfosit
di pembuluh darah. Bila keadaan ini sampai menimbulkan ulkus
konjungtiva, dasar ulkus akan dipenuhi oleh leukosit polimor fonuklear.1
Limfadenopati preaurikular adalah tanda penting konjungtivitis.
Sebuah KGB preaurikular tampak jelas pada sindrom okulo glandular
Parinaud dan, jarang, pada kerato konjungtivitis epidemika. Sebuah KGB
preaurikular besar atau kecil, kadang-kadang sedikit nyeri tekan, ada pada
konjungtivitis herpes simpleks primer, kerato konjungtivitis epidemika,
konjungtivitis inklusi, dan trakoma. KGB preaurikular kecil tanpa nyeri
tekan terdapat pada demam faring konjungtiva dan konjungtivitis
hemoragik akut. Kadang-kadang limfadenopati preaurikular terlihat pada
anak-anak dengan infeksi kelenjar meibom.1

2.2.4 Klasifikasi
A. Konjungtivitis Virus
Definisi
Konjungtivitis viral adalahpenyakitumum yang dapatdisebabkan oleh
berbagaijenis virus, dan berkisarantarapenyakitberat yang
dapatmenimbulkancacathinggainfeksiringan yang dapatsembuhsendiri dan
dapatberlangsunglebih lama daripadakonjungtivitis bakteri.1
Etiologi
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi
adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini
dan herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit
ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus
(enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency
virus.1

GejalaKlinis
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan
etiologinya. Pada kerato konjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh
adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata
berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai
infiltrate subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan
bertahan selama lebih dari 2 bulan. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien
juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi
umum lainnya seperti sakit kepala dan demam.1
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi
unilateral, iritasi, sekretmukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai
keratitis herpes.1
Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh
enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia,
sensasi benda asing, hipersekresi air mata, kemerahan, edema palpebra dan
perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat terjadi kimosis.1
Diagnosis
Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya,
karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan
tipe-tipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi
dan gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala,
faktor-faktorresiko dan keadaanlingkungansekitaruntukmenetapkan
diagnosis konjungtivitis virus3. Pada anamnesis penting juga untuk
ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau keduamata
yang terinfeksi.1
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis
bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan
pemeriksaan lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena
menghabiskan waktu dan biaya.1
Komplikasi
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefaro
konjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya
pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan
keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit.1
Penatalaksanaan
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi,
namun antivirus topical atau sistemik harus diberikan untuk mencegah
terkenanya kornea. Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksihygiene
untuk meminimalkan penyebaran infeksi.1

B. Konjungtivitis Bakteri
Definisi
Konjungtivitis bacteri adalah inflames ikonjungtiva yang disebabkan
oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien dating dengan
keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata.1
Etiologi dan faktor resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu
hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut
biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N
meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus
pneumonia dan Haemophilusaegyptyus. Penyebab yang paling sering pada
bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia
coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis
sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis.1
Penyebab paling sering adalah Streptococcus pneumonia,
Streptococcus aureus, H. influenza, dan Moraxella catarrhalis. Neisseria
gonorrhea adalah penyebab yang jarang ditemukan namun menyebabkan
gejala klinis yang berat.1
Konjungtivitis bacterial biasanya mulai pada satu mata kemudian
mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang
lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak
dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.1
Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal
sepertistreptococci, staphylococci dan jenisCorynebacterium. Perubahan
pada mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora
normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora
normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari
organ sekitar atau pun melalui aliran darah. Penggunaan antibiotic topical
jangka panjang merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal
pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotic.1
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel
yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya
adalah sistemimun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan
imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanis
mepembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau
kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi
pada konjungtiva.1
GejalaKlinis
Pada konjungtivitis bakteri dapat ditemukan tanda dan gejala sebagai
berikut:5
• Mata merah, rasa berpasir, dan perih
• Sukar membuka mata terutama pagi hari
• Umumnya bilateral
• Adanya secret yang bersifat purulent
• Edema kelopak
• Injeksi konjungtiva
• Erosi epitel kornea permukaan
• Limfadenopati
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya
dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain
itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada
konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan seringdijumpai
edema pada kelopak mata.1
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret
dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal.
Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada
pagi hari sewaktu bangun tidur.1
Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena
mungkin saja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh
pada pasien yang lebihtua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu
dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada
pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat
penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan,
penggunaan obat-obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-
obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak.1
Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis kuman penyebab
konjungtivitis bacterial adalah dengan pemeriksaan mikroskopik kerokan
konjungtiva dengan pulasan Giemsa dan Pewarnaan Gram. Dengan hal ini
diharapkan dapat ditemukan bakteri penyebab seperti N. gonnorhoeae,
Neisseria kochii, Neisseria meningitides, Streptococcus pneumonia,
Haemophilusaegyptyus, H. Influenza, Escherichia coli. Pemeriksaan ini
mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear.1
Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bakteri,
kecuali pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut
di konjungtiva paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal
aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat
mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara
drastis dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet.
Luka parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan
menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat menggesek
kornea dan menyebab kanul serasi, infeksi dan parut pada kornea.1
Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topical
spectrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai
disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi
topical dan sistemik. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus
konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan
sekret konjungtiva.1

C. KonjungtivitisAlergi
Definisi
Konjungtivitis alergia dalah bentuk alergi pada mata yang paling
sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang
diperantarai oleh sistem imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering
terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1.1
Etiologi
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu
konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan
yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup, kerato konjungtivitis
vernal, kerato konjungtiviti satopik dan konjungtivitis papilar.1
Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda
sesuai dengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman
dan tumbuh-tumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari,
rumput, bulu hewan, dan disertai dengan rhinitis alergi serta timbul pada
waktu-waktu tertentu. Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat
asma, eksema dan rhinitis alergi musiman. Konjungtivitis atopic terjadi
pada pasien dengan riwayat dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis
papilar pada pengguna lensa-kontak atau mata buatan dari plastic.1
Gejala Klinis
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan sub-
kategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-
tumbuhan keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan
konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan kerato
konjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan
kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak
papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior.1
Sensasi terbakar, pengeluaran secret mukoid, merah, dan fotofobia
merupakan keluhan yang paling sering pada kerato konjungtivitis atopik.
Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak
putih susu. Pada kasus yang berat ketajaman penglihatan menurun,
sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala
yang mirip konjungtivitis vernal.1
Diagnosis
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien
serta observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis
konjungtivitis alergi. Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis
penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, yang mungkin saja disertai mata
berair, kemerahan dan fotofobia.1
Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada
kornea dan infeksi sekunder.1
Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin
topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topical
jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya.1
D. Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans
dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan
adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien
dengan keadaan sistemimun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit
ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrixschenckii, Rhino sporidium
serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang.1

E. Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia
californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis,
Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun
jarang.1

F. Konjungtivitis Kimia-Iritatif
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh
pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-
substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat
menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat
menimbulkan gejala-gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah,
fotofobia, dan blefarospasme.1
Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat
topical jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat
lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi.
Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab
dan pemakaian tetesan ringan.1

G. Konjungtivitis Lain
Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit,
konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit
autoimun seperti penyakit tiroid, gout dan karsinoid. Terapi pada
konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut diarahkan
pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya.1
Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea
dan dermatitis herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah
wajah.1

2.2.5 Diagnosis
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi
tergores atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal, dan
fotofobia. Sensasi benda asing dan sensasi tergores atau terbaka r sering
dihubungkan dengan edema dan hipertrofi papilla yang biasanya
menyertai hiperemia konjungtiva.1

Tabel 1. Diagnosis banding konjungtivitis5


Konjungtivi Konjungtivitisbak Konjungtivitisal
tis viral teri ergi
TajamPengliha Tidaktergang Tidakterganggu Tidakterganggu
tan gu
Sensasibendaas - - -
ing
Fotofobia - - -
Sekret Watery Purulent / Mukoid
discharge mukopurulent
Kornea Jernih Jernih Jernih
Pupil Tidaktergang Tidakterganggu Tidakterganggu
gu
Tandakardinal - Sekret (+++) Gatal (+++)
Penatalaksanaa Self-limiting Antibiotikatopikal Mast cel stabilizer
n

2.2.6 Tatalaksana
Tatalaksana konjungtivitis di tentukan sesuai dengan penyebabnya.
Penyebab yang paling sering ditemukan pada masyarakat adalah infeksi
adenovirus yang sangatmudahmenularmelalui secret dan cairanmata yang
bisa dipindahkan melalui tangan. Mata merah yang diakibatkan oleh
konjungtivitis viral epidemic diobati dengan pemberian terapi suportif.5
Pasien diajarkan untuk menjaga kontak, menggunakan kompres dingin
dan lubrikan seperti air mata buatan agar nyaman. Vasokonstriktor dan
antihistamin topical dapat diberikan jika terasa sangat gatal, tetapi
umumnya tidak diindikasikan. Untuk beberapa pasientertentu, dapat
diberikan antibiotic untuk mencegah superinfeksi dengan bakteri.5
Pencegahan transmisi merupakan hal yang penting yaitu dengan sering
melakukan cuci tangan, tidak menyentuh mata yang infeksi, tidak berbagi
handuk atau kosmetik. Pasien yang terinfeksi sebaiknya tidak masuk kerja
atau sekolah dahulu. Pemakai lensa kontak harus menghentikan
pemakaiannya sampai tanda dan gejala hilang.5
BAB III
PENYAJIAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 36 tahun
Alamat : Jl. Dr. soetomo Gg. Sutera
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Pegawai swasta
Suku : Melayu
Tanggal Periksa : 6 Desember 2019
Anamnesis dilakukan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Pontianak pada
tanggal 6 Desember 2019 pukul 10.30 WIB.

3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Mata sebelah kiri dan kanan merah sejak ± 3 hari yang lalu
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datangdengan keluhan mata sebelah kiri dan kanan merah
sejak ± 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh mata kanan dan kiri
terasa perih (+), gatal (+), keluar kotoran mata (+) berwarna putih
kental, mata berair (+), mata terasa panas (+), dan kelopak mata atas
dan bawah sebelah kanan bengkak. Pasien tidak merasakan pandangan
buram. Keluhan mata merah dirasakan terjadi secara mendadak saat
pasien baru bangun tidur. Sebelumnya anak pasien yg berumur 4 tahun,
pembantu pasien serta istri pasien juga mengalami keluhan yang sama,
tetapi sudah mulai membaik. Pasien tidak pernah mengalami keluhan
seperti ini sebelumnya. Pasien belum ada menggunakan obat-obatan
untuk mengatasi mata merahnya.
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi (-), riwayat penyakit sistemik lainnya disangkal.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya.

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat keluarga dan teman kerja dengan keluhan yang sama (+).
Riwayat HT (-), DM (-), dan alergi (-) dalamkeluarga.

3.3 PemeriksaanFisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : a. Nadi: 81x/menit
b. Frekuensi napas: 22 x/menit
c. Suhu: 36,7° C
Kepala : Normocephali
Telinga, Hidung, Tenggorokan : Dalam batas normal
Thoraks : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral Hangat, edema (-)
Kelenjar Getah Bening : Tidak didapatkan pembesaran

3.4 Status Oftalmologi


Gambar 10. Gambaran klinis mata pasien.
3.4.1 Visus
OkuliDekstra Okuli Sinistra
6/7,5 Visus 6/6
- Koreksi dan Addisi -
- Pinhole -
Baik Persepsi cahaya Baik
Baik Persepsi warna Baik

3.4.2 Kedudukan Bola Mata


Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Tidak ada Eksoftalmos Tidak ada
Tidak ada Enoftalmos Tidak ada
Tidak ada Deviasi Tidak ada
Baik ke semua arah, Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah,
tanpa hambatan tanpa hambatan

3.4.3 Inspeksi
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Pergerakan (+), ptosis (-), Palpebra Pergerakan (+), ptosis (-),
lagoftalmos (-), edema Superior lagoftalmos (-), edema (+),
(+), eritema (+), dan eritema (+), nyeritekan (-),
nyeritekan (-), ektropion Inferior ektropion (-), entropion (-),
(-), entropion (-), trikiasis trikiasis (-), sikatriks (-),
(-), sikatriks (-), Fisura fisura palpebra dalambatas
Palpebra dalambatas normal
normal
Hiperemis (+), Folikel (-), Konjungtiv Hiperemis (+), Folikel (-),
Papil (-), Sikatriks (-), a Tarsal Papil (-), Sikatriks (-),
Anemis (-), Kemosis (-) Anemis (-), Kemosis (-)
Sekret (+), injeksi Konjungtiv Sekret (+), injeksi
konjungtiva (+), injek a Bulbi konjungtiva (+),
sisiliar (-), penebalan epitel injeksisiliar (-),
konjungtiva (-), nodul (-), penebalanepitelkonjungtiv
perdarahansubkonjungtiva a (-), nodul (-),
(-) perdarahansubkonjungtiva
(-)
Warnaputih Sklera Warnaputih
Ikterik (-), nyeritekan (-) Ikterik (-), nyeritekan (-)
Jernih dan licin, edema (-), Kornea Jernih dan licin, edema (-),
ulkus (-), infiltrate (-) ulkus (-), infiltrate (-)
Kesan dalam, hipopion (-), Bilik Mata Kesan dalam, hipopion (-),
hifema (-) Depan hifema (-)
Berwarnacokelat, intak Iris Berwarnacokelat, intak
Bulat, diameter 3 mm, Pupil Bulat, diameter 3 mm,
reflex cahaya (+) reflex cahaya (+)
Jernih dan bening,shadow Lensa Jernih dan bening, shadow
test (-) test (-)
Tidakdilakukanpemeriksaa Vitreous Tidakdilakukanpemeriksaa
n n
Refleks fundus (+) Fundus Refleks fundus (+)

3.4.4 PemeriksaanPenunjang
1. Slit lamp
2. Pemeriksaan mikroskopis secret konjungtiva dengan pulasan
Giemsa atau Gram.

3.5 Resume
Pasien datangdengan keluhan mata sebelah kiri dan kanan merah sejak
± 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh mata kanan dan kiri terasa perih (+),
gatal (+), keluar kotoran mata (+) berwarna putih kental, mata berair (+),
mata terasa panas (+), dan kelopak mata atas dan bawah sebelah kanan
bengkak. Pasien tidak merasakan pandangan buram. Keluhan mata merah
dirasakan terjadi secara mendadak saat pasien baru bangun tidur. Pasien tidak
pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Sebelumnya anak pasien
yg berumur 4 tahun, pembantu pasien serta istri pasien juga mengalami
keluhan yang sama, tetapi sudah mulai membaik
Pada pemeriksaan tajam penglihatan di dapatkan visus OD adalah 6/7,5
dan visus OS adalah 6/6. Pada inspeksi mata kiri dan kanan ditemukan injeksi
konjungtiva, edema palpebral, dan secret warna putih kental pada lapisan
konjungtiva palpebra.

3.6 Diagnosis Kerja


Konjungtivitis akut os ec infeksi bakteri

3.7 Diagnosis Banding


Konjungtivitis akut os ec infeksi virus

3.8 Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
1) Tetes mata tobramycin 3 mg + dexamethasone 1 mg 6 x gtt 1 ods
2) Tetes mata carboxymethyl cellulose sodium 6 x app 1 ods
b. Non-Medikamentosa
1) Menjaga kebersihan tangan
2) Tidak menggunakan peralatan secara bergantian seperti handuk,
selimut, dan sapu tangan.
3) Menggunakan obat sesuai dengan petunjuk dokter
4) Mengompres mata dengan air hangat apabila terdapat kotoran mata
yang sulit untuk dibersihkan.
3.9 Prognosis
OkuliDekstra Okuli Sinistra
Ad vitam Bonam Bonam
Ad functionam Bonam Bonam
Ad sanactionam Bonam Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada pasien Tn. A, 36 tahun yang dating ke Balai Kesehatan Mata


Masyarakat Pontianak, mengeluhkan mata kiri dan kanan merah sejak ± 3 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluh mata kiri terasa perih (+), gatal (+), keluar
kotoran mata (+) berwarna putih kental, mata berair (+), terasa panas (+), dan
kelopak mata atas dan bawah sebelah kanan bengkak.
Gejala dan tanda yang dialami oleh pasien merupakan gejala dari
konjungtivitis. Adapun manifestasi klinis yang ada pada pasien yaitu keluhan
mata merah tanpa disertai dengan tajam penglihatan yang menurun. Kemudian
pasien mulai merasakan mata kanan dan kiri perih, gatal, terasa panas dan
mengeluarkan kotoran mata berwarna putih kental. Pasien belum ada
menggunakan obat-obatan untuk mengatasi mata merahnya. Pada pemeriksaan
tajam penglihatan didapatkan visus OD adalah 6/7,5 dan visus OS adalah 6/6.
Pada inspeksi mata kanan dan kiri ditemukan injeksi konjungtiva, edema
palpebral, dan secret warna putih kental pada lapisan konjungtiva palpebra.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan pemberian antibiotic
topical kombinasi dengan steroid yakni tetes mata tobramycin 3 mg +
dexamethasone 1 mg 6 x gtt 1 ods dan tetes mata Tetes mata carboxymethyl
cellulose sodium 6 x app 1 ods. Pemberian antibiotic kombinasi steroid topical
diberikan sebagai terapi kausatif dan simtomatis. Tobramycin dan kloramfenikol
merupakan antibiotic spectrum luas yang direkomendasikan untuk kasus
konjungtivitis bakterialis. Khususnya pada pasien dengan kondisi infeksi akut
ataupun yang menunjukkan respon yang tidak baik dengan pemberian antibiotik
topikal saja. Pada kasus ini, steroid topical dapat diberikan, karena pada pasien ini
sudah mengalami edema palpebral yang merupakan tanda inflamasi akut. Tetapi
pemberian steroid topical harus diberikan frekuensi seminimal mungkin yang
dibutuhkan untuk mengontrol inflamasi. Pemberian antibiotik dan steroid
kombinasi topical dipertimbangkan untuk terapi kausatif berdasarkan temuan
klinis yang mengarah kepada konjungtivitis bakterial.
BAB V
KESIMPULAN

Tn. A usia 36 tahun, berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan


penunjang di diagnosis dengan konjungtivitis akut ocular dextra sinistra ec infeksi
bakteri dd infeksi virus dengan demikian diperlukan tatalaksana medikamentosa
tobramycin kombinasi dexamethasone 6 x gtt 1, kloramfenikol 5 mg + Tetes mata
carboxymethyl cellulose sodium 6 x app 1 ods, dan non-medika mentosa dengan
menjaga higienitas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Riordan-Eva P, Cunningham ET. Vaughan &asbury’s general ophthalmology.


18 ed. New York: McGraw-Hill Med; 2011.
2. Schwab IR, Dawson CR. 2000. Konjungtiva dalam: Oftalmologi Umum. Edisi
14. Jakarta: Widya Medika
3. Ocular Pathology Atlas. American Academy of Ophthalmology Web
site. https://www.aao.org/resident-course/pathology-atlas. Published 2016.
Diaksesdari http://eyewiki.aao.org/Conjunctivitis pada tanggal 12 Mei 2018.
4. KementrianKesehatan RI. InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. 2010.
5. StafPengajarDepartemenIlmuKesehatan Mata FKUI. Editor: Sitorus RS, dkk.
Buku Ajar Oftalmologi. Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2017

Anda mungkin juga menyukai