Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

KONJUNGTIVITIS
ALERGI
Oleh :
M. Reza Ikhwanuddin

Pembimbing :
dr. Surtiningsih, Sp.M
BAB I
Pendahuluan
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang
menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak
mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya
berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata
merah.
Oleh karena itu, penulisan ini akan membahas secara
umum tentang konjungtivitis alergi itu sendiri dan
bagaimana penanganan yang baik untuk konjungtivitis
tersebut sehingga tidak terjadi komplikasinya dan
mendapatkan prognosis yang baik ke depannya.
BAB II
Tinjauan Pustaka
1. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah peradangan
konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi
alergi atau hipersensitivitas tipe humoral
ataupun sellular. Konjungtiva sepuluh kali
lebih sensitif terhadap alergen dibandingkan
dengan kulit
2. Anatomi
Konjungtiva adalah membran mukosa yang
transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata
(konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada
tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan
dengan epitel kornea limbus.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang
dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat
membasahi bola mata terutama kornea
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
A. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus,
konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari
tarsus.
B. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan
mudah digerakkan dari sklera di bawahnya.
C. Konjungtiva fornises atau forniks
konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan
konjungtiva bulbi.
3. Epidemiologi
Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di
seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh
masyarakat tanpa terpaut usia.
Di Indonesia penyakit ini kerap kali
dihubungkan dengan lingkungan yang tidak
bersih.
4. Etiologi
Konjungtivitis alergi dapat disebabkan oleh
berbagai hal seperti :1
A. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari,
bulu binatang
B. Iritasi oleh angin, debu, asap, dan polusi
udara
C. Pemakaian lensa kontak terutama dalam
jangka panjang.
5. Patofisiologi
Konjungtivitis terjadi karena kerusakan
jaringan akibat masuknya benda asing ke
dalam konjuntiva akan memicu suatu
kompleks antigen-antobodi yang dinamakan
respon radang atau inflamasi.
Tanda-tanda terjadinya inflamasi pada
umumnya adalah kalor (panas), dolor (nyeri),
rubor (merah), tumor (bengkak) dan
fungsiolesa. Masuknya benda asing ke dalam
konjungtiva tersebut pertama kali akan di
respon oleh tubuh dengan mengeluarkan air
mata.
Pada konjungtivitis alergi dapat berupa reaksi
hipersensitivitas tipe 1 (tipe cepat) yang
berlaku apabila individu yang sudah
tersentisisasi sebelumnya berkontak dengan
antigen yang spesifik. Respon alergi pada
mata merupakan suatu rangkaian peristiwa
yang dikoordinasi oleh sel mast.
Ketika terdapat suatu alergen, akan terjadi
sensitisasi yang akan mempersiapkan sistem
tubuh untuk memproduksi respon antigen
spesifik. Sel T yang berdiferensisasi menjadi
sel TH2 akan melepaskan sitokin yang akan
merangsang produksi antigen spesifik
imunoglobulin E (IgE). IgE akan berikatan
dengan IgE reseptor pada permukaan sel
mast
Sel mast menyebabkan peradangan dan
gejala-gejala alergi yang diaktivasi oleh sel
inflamasi. Ketika histamin dilepaskan oleh sel
mast. Histamin akan berikatan dengan
reseptor H1 pada ujung saraf dan
menyebabkan gejala pada mata berupa gatal.
Histamin juga akan akan berikatan dengan
reseptor H1 dan H2 pada pembuluh darah
konjungtiva dan menyebabkan vasodlatasi
6. Manifestasi Klinik
Gejala utama penyakit alergi ini adalah
radang (merah, sakit, bengkak, dan panas),
gatal, silau berulang dan menahun. Tanda
karakteristik lainnya adalah terdapatnya papil
besar pada konjungtiva, injeksi konjungtiva,
datang bermusim, yang dapat mengganggu
penglihatan
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan
sel eosinofil, sel plasma, limfosit, dan basofil
yang meningkat. Dapat juga dilakukan
pemeriksaan tes alergi untuk mengetahui
penyebab dari alerginya itu sendiri
7. Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis konjungtivitis yakni
konjungtivitis demam jerami,
keratokonjungivitis atopik, konjungtivitis
musiman, vernal konjungtivitis, Giant papilary
konjungtivitis dan konjungtivitis flikten.
Konjungtivitis dapat diklasifikasikan
berdasarkan waktu terjadinya yakni
konjungtivitis yang bersifat akut yakni
konjungtivitis alergi musiman dan
konjungtivitis parennial sedangkan
konjungtivitis kronis yakni keratokonjungtivitis
vernal dan keratokonjungtivitis atopik.
7. Penatalaksanaan
Penanganan dari konjungtivitis alergi adalah
berdasar pada identifikasi antigen spesifik
dan eliminasi dari pathogen spesifik.
Pengobatan suportif seperti lubrikan dan
kompres dingin dapat membantu meredakan
gejala yang dirasakan oleh pasien. Obat-
obatan yang menurunkan respon imun juga
digunakan pada kasus konjungtivitis alergi
untuk menurunkan respon imun tubuh dan
meredakan gejala inflamasi.
Obat obat berikut ini berguna dalam
mengobati konjungtivitis alergi :
A. Steroid topikal
B. Vasokonstriktor topikal / antihistamin
C. Non-steroid anti-inflamasi nonsteroid
(OAINS) topikal
D. Stabilisator sel mast topikal
E. Imunosupresan.
F. Antihistamin sistemik
8. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling
sering adalah ulkus pada kornea dan infeksi
sekunder. Sedangkan, komplikasi
konjungtivitis vernal adalah pembentukan
jaringan sikratik dapat mengganggu
penglihatan.
9. Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena
sebagian besar kasus dapat sembuh spontan
(self-limited disease), namun komplikasi juga
dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan
baik.2,6
BAB III
Penutup
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang
menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata.
Adapun, salah satu penyebab dari konjungtivitis adalah alergi.
Konjungtivitis alergi itu sendiri juga dibagi dalam klasifikasi
dan salah satunya termasuk konjungtivitis vernal.
Penanganan yang diberikan berupa steroid dan antihistamin
topikal serta yang sistemik. Biasanya konjungtivitis alergi
dapat sembuh sendiri, namun bila terlalu berat perlu diberi
pengobatan secara benar. Jika penanganan tidak baik, maka
akan timbul suatu komplikasi. Oleh karena itu, perlu
pencegahan sebelum terjadi konjungtivitis alergi berupa
hindari dari penyebab alergen tersebut.
Daftar Pustaka :
Ilyas S. Mata merah dengan penglihatan normal. Ilyas S, editor. Dalam: Ilmu Penyakit
Mata Edisi ke-3. Jakarta: FKUI; 2009. h116-46.
Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul. Ofthalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta: Widya Medika ; 2000. h. 5-6, 115
Scott, IU. Alergy Conjunctivitis. 2011. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall. 25 November 2012.
Greg M., Peter M. Classifying and Managing Allergic Conjunctivitis. Medicine Today.
Volume 8, Number 11. November 2011.
Khurana AK. Diseases of the conjunctiva. Dalam : Khurana AK, editor. Comprehensive
Ophtalmology. Ed. 4. New Delhi: New Age ; 2010. h. 51-88.
Ventocillia M, Roy H. Allergic Conjunctivitis. 2012. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview#a0104. 25 November 2012.
Medicastore.KonjungtivitisVernalis. 2012. Diunduh dari
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.html. 25
November 2012.
Konjungtivitis. 2010. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/4/Chapter%20II.pdf. 25
November 2012.

Anda mungkin juga menyukai