Anda di halaman 1dari 46

RETINOPATI

Syed Muhammad Zulfikar Fikri


I4061172082
Fungsi Retina
Retina merupakan suatu struktur yang kompleks.
Fungsi  fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) 
menangkap cahaya  mengubah rangsangan cahaya
menjadi menjadi impuls saraf  dilanjutkan ke saraf
optik ke korteks visual.

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
Vaskularisasi retina
Arterial system
Arteri retina sentral: arteri akhir yang memasuki
nervus opticus. Lapisan:
Intima : lapisan paling dalam, satu lapis endotelium
Internal elastic lamina: antara intima dan media
Media: sebagian besar otot polos
Adventitia : paling luar, jaringan ikat longgar
Arteriol retina: berasal dari arteri retina sentral yang
mengandung otot polos

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Kapiler: terdiri atas sel endotel dan perisit
(autoregulasi sirkulasi mikrovaskular, kemampuasn
kontraktilitas)
Sistem vena :
Venula kecil: memiliki struktur yg sama dengan kapiler
namun lebih besar
Venula besar: mengandung otot polos
Vena: otot polos dan jaringan elastis

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Fundus normal
Retinopati
Retinopati  kelainan pada retina yang tidak
disebabkan oleh radang.
Terdapat beberapa macam, seperti :
 Retinopati Diabetik
 Retinopati Hipertensi
 Retinopati Prematuritas
 Retinopati Radiasi

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.
Retinopati Diabetikum
Pendahuluan
 Salah satu penyebab utama kebutaan pada usia produktif
di negara barat (20 – 65 tahun)
 Faktor resiko
 Hiperglikemia
 Hipertensi
 Kehamilan
 Neuropati
 Lainnya  hiperlipidemia, merokok, operasi katarak,
obesitas dan anemia

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Skrining
DM tipe I DM tipe II Ibu Hamil dg DM
Maks. 3 tahun sejak Setiap tahun Trisemester pertama,
diagnosis diulang setiap 3 bulan
ditegakan sampai persalinan

 Fotografi tujuh bidang merupakan gold-standard. Pilihan lain fotografi dua


bidang 45 derajat (makula dan diskus)

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
Patogenesis
Kapilaropati : degenerasi dan kehilangan perisit,
proliferasi sel endotel
Perubahan haematologi : deformasi eritrosit dan
pembentukan rouleaux, peningkatan agregasi platelet,
peningkatan viskositas plasma
Oklusi mikrovaskular : neovaskularisasi

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Gejala Klinis
 Seringkali pasien tidak mengeluhkan apa-apa pada
tahap awal penyakit.
 Gejala penglihatan baru muncul setelah stadium lanjut.

Gejala yang dikeluhkan dapat berupa floaters serta


terhalangnya penglihatan.
Klasifikasi Retinopati Diabetik

Retinopati Nonproliferatif Retinopati Proliferatif


Mikroangiopati progresif 
kerusakan/sumbatan ●
Neovaskularisasi
pembuluh darah kecil

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
Retinopati Nonproliferatif
 Merupakan suatu mikroangiopati progresif 
kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh darah
kecil.
 Kelainan awal : penebalan membran basal endotel dan
berkurangnya jumlah perisit  terbentuknya kantung
 mikroaneurisma.

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
Mikroaneurisma

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Klasifikasi RD Non Proliferatif
RDNP Ringan RDNP Sedang RDNP Berat


Mikroanerisma
luas ●
Cotton wool

Mikroaneuris ●
Perdarahan ●
Kelainan
ma intraretina mikrovaskular
(dot/blot) intraretina (IRMA)

Cotton wool

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
Perdarahan Retina

Anonymous. Diseases of the Retina. http://web1.ncoptometry.org/nonpro.aspx. 2012 [cited on March 18, 2013].
Anonymous. Vitreus and Retina. Available on: http://dro.hs.columbia.edu/fshem.htm. 2003. [cited on March 18, 2013].
Hard Eksudat

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Retinopati Proliferatif
Pembentukan pembuluh-pembuluh darah baru 
kebocoran protein serum
Kelainan awal: pembuluh darah baru pada diskus
optikus (NVD) atau bagian retina lainnya (NVE).
Risiko tinggi:
Neovaskularisasi pada diskus optikus yang meluas > 1/3
diameter diskus
NVD disertai perdarahan vitereous
NVE > ½ diameter diskus

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
Retinopati Proliferatif
Neovaskularisasi yang terbentuk berproliferasi ke
permukaan posterior vitreous  rapuh  rusak 
perdarahan viterous  penurunan penglihatan
mendadak
Neovaskularisasi  perubahan menjadi fibrosa 
fibrovaskular rapat  traksi vitreoretina  ablasio
retina
Neovaskularisasi iris (rubeosis iris)

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A Systemic Approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Tatalaksana
 Pengendalian hiperglikemia, hipertensi, dan
hiperkolesterolemia.
 Terdapat edema makula  focal laser (lesi setempat) atau grid
laser (lesi setempat). Micropulse laser memberikan hasil sama
efektif dengan jaringan parut lebih sedikit.
 Penyuntikan intravitreal triamcinolone atau anti-VEGF.
 Fotokoagulasi laser pan-retina (PRP)  menurunkan insidensi
gangguan penglihatan.
 Pasien nonproliferatif berat dengan gula darah yang sulit
dikrontrol
 Vitrektomi dilakukan segera pada perdarahan vitreous luas
pasien DM tipe I, ablasio retina,

Fletcher EC, Chong V, Shetlar D. Retina. Dalam: Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury ed. 17. Jakarta: EGC. 2007; 185-93
Retinopati Hipertensi
Pendahuluan
Retinopati hipertensi  kelainan-kelainan retina dan
pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi.
Dari penelitian epidemiologi sejak tahun 1990
didapatkan bahwa kelainan ini banyak ditemukan pada
usia 40 tahun ke atas.
Retinopati hipertensi  arteri yang besarnya tidak
teratur, eksudat pada retina, edema retina dan
perdarahan retina.

Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4 th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2011.
Levanita, S. Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008-Agustus 2010. [Skripsi]. Medan: Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara;2010.
Patogenesis
Spasme Peningkatan Penebalan intima pembuluh
pembuluh tekanan darah darah, hiperplasia dinding tunika
darah retina persisten media dan hialinisasi

Spasme arteriol yang


Progresi sklerosis dan lebih berat,
hialinisasi  copper Dinding arteriol
arteriovenous nicking,
wire  lebih lanjut: diinfiltrasi lemak
perubahan refleks
silver wire & kolesterol 
cahaya
sklerosis

Retinopati Gambaran perdarahan dan


hipertensi eksudat (cotton wool patches)
 pada makula  star figure
University of Maryland Medical Center. Hypertensive Retinopathy. Available from:
http://www.umm.edu/patiented/articles/000576.htm. [cited on March18, 2013].
Klasifikasi
Menurut Modified Scheie Classification of Hypertensive
Retinopathy:
Grade 0 : Tidak ada kelainan
Grade I : Penyempitan arteri ringan
Grade II : Penyempitan arteri jelas dengan
irregularitas lokal.
Grade III : Grade II disertai dengan perdarahan retina.
Grade IV : Grade III disertai pembengkakan diskus
optik.
Diagnosis dan tatalaksana
Diagnosis  anamnesis dan pemerisksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang funduskopi, pemeriksaan
visus, pemeriksaan tonometri. Pemeriksaan
laboratorium  menyingkirkan penyebab lain
retinopati selain dari hipertensi.
Tatalaksana  mengatasi hipertensi  perubahan gaya
hidup dan kombinasi dengan terapi medikamentosa.
Penurunan tekanan darah  diharapkan dapat
mencegah perburukan yang disebabkan oleh kondisi
iskemik yang dapat merusak nervus optikus.

Levanita, S. Prevalensi Retinopati Hipertensi di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus 2008-Agustus 2010. [Skripsi]. Medan: Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara;2010.
Theng Oh K. Ophthalmologic Manifestation of Hypertension. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1201779-overview. [cited on
March 18, 2013].
Retinopati Prematuritas
Pendahuluan
Retinopati prematuritas  suatu retinopati
vasoproliferatif yang mengenai bayi prematur dan bayi
berat lahir rendah yang terpapar oksigen konsentrasi
tinggi.
Vaskularisasi retina baru terbentuk pada usia empat
bulan setelah gestasi.
Vaskularisasi yang inkomplit sangat rentan terhadap
kerusakan akibat oksigen.

Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology [ebook]. 17 th Ed. USA: The McGrawHill Company; 2007.
Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Patogenesis
Avaskular retina  memproduksi VEGF (Vascular
Endothel Growth Factor) yang pada utero merupakan
stimulus bagi migrasi pembuluh darah pada
pembentukan retina.
Kelahiran prematur  produksi VEGF akan ditekan
oleh hiperoksia dan migrasi pembuluh darah terhenti
 peningkatan kebutuhan metabolik pada mata yang
tumbuh menyebabkan produksi VEGF yang
berlebihan  komplikasi neovaskular dari retinopati
prematuritas.

Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7 th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Deteksi Dini
American Academy of Pediatrics (AAP) dan American
Academy of Ophthalmology (AAO) :
 Bayi dengan berat lahir < 1500 gram atau usia
gestasi < 32 minggu, dengan atau tanpa terapi
oksigen
 Bayi dengan berat lahir 1500-2000 gram atau usia
gestasi lebih dari 32 minggu dengan keadaan klinis
yang tidak stabil dan membutuhkan alat penunjang
paru-jantung.

Rundjan L. Deteksi Dini dan Tatalaksana Retinopati pada Prematuritas. Available from:
http://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=754&IDEdisi=70.
Tatalaksana
Pada 80% kasus terjadi regresi spontan melalui proses
involusi, atau oleh evolusi dari vasoproliferatif ke fase
fibrosis yang meninggalkan sedikit residu.
Tatalaksana  dengan laser fotokoagulasi, agen
intravitreal anti-VEGF (bevacizumab), lens-sparing
pars plana vitrectomy.

Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic


approach [ebook]. 7th ed. USA: Saunders Elsevier. 2011
Retinopati Radiasi
Patofisiologi
Retinopati radiasi dapat terjadi yang berkaitan dengan
pengobatan tumor intraokular oleh terapi plak
(brachytherapy) atau penyinaran sinar eksternal dari
sinus, orbital atau keganasan nasofaring. Hal ini ditandai
dengan perubahan mikrovaskular retina yang terlambat
dengan hilangnya sel endotel, oklusi kapiler dan
pembentukan microaneurysm. Pasien yang terkena juga
dapat berkembang hingga mengalami katarak dan
keratopati
Tanda
Oklusi kapiler yang menyebabkan telangiectasis and
microaneurysms.
Edema retina, eksudat, cotton wool spots and
perdarahan
Papillopathy radiation optic neuropathy dapat terjadi
namun lebih jarang karena sarafnya kurang sensitif
dibandingkan pembuluh darah retina terhadap radiasi.
Retinopati proliferatif.
Tatalaksana
Laser
Steroid
Intravitreal anti-VEGF agents.
Tatalaksana seringkali kurang memuaskan.
A of aneurysmal and telangiectatic
lesions associated with microvascular abnormalities, cotton wool spots
retinal capillary non-perfusion and and haemorrhages
leakage with exudation
severe macular involvemen

papillopathy following treatment of a


choroidal melanoma
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai