Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat khusus dan
kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Mata dapat
terkena berbagai kondisi diataranya bersifat primer sedang yang lain bersifat
sekunder akibat kelainan pada system organ tubuh lain. Kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat dikontrol dan penglihatan dapat
dipertahankan.
Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
local akibat kompetisi metabolism, toksin, replikasi intraseluler/respon antigen
antibody. Inflamasi dan infeksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan
terhitung lebih dari setengah kelainan mata. Kelainan-kelainan umum yang terjadi
pada mata orang dewasa meliputi :
1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtiva, kornea, koroid, badan
ciriary dan iris.
2. Katarak, kekeruhan lensa.
3. Glaucoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (TIO).
4. Retina robek/lepas.
Tetapi sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya
penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. Padahal bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada
mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti glaucoma,
katarak, maupun ablasi retina.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari Konjungtivitis?
2. Apa Etiologi dari Konjungtivitis?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada Konjungtivitis?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Konjungtivitis?
5. Apa saja klasifikiasi dari Konjungtivitis?
6. Apakah pemeriksaan penunjang dari Konjungtivitis?
7. Bagaimna penatalaksanaanya?
8. Bagaimana komplikai Konjungtivitis?
9. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis?

1.3 Tujuan
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Sistem Persepsi Sensori dengan kasus ”Konjungtivitis”. Tujuan umum
penyusunan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang
penyakit Konjungtivitis. Sehingga diharapkan kita semua terhindar dari hal
tersebut dan tidak melakukan hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
Konjungtivitis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991)
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau
pink eye. (Elizabeth, Corwin: 2001)
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata
dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus,
bakteri, jamur), alergi, dan iritasi bahan-bahan kimia. (Mansjoer, Arif dkk: 2001)

2.2 Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat


infeksius seperti:
1. Bakteri
2. Klamidia
3. Virus
4. Jamur
5. Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi)
6. maupun imunologi (pada reaksi alergi).
Kebanyakan konjungtivitis bersifat bilateral. Bila hanya unilateral,
penyebabnya adalah toksik atau kimia. Organism penyebab tersering adalah
stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, dan hemofilius. Adanya infeksi atau
virus. Juga dapat disebabkan oleh butir-butir debu dan serbuk sari, kontak
langsung dengan kosmetika yang mengandung klorin, atau benda asing yang
masuk kedalam mata.

2.3 Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme
yang dapat menembus pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga
berfungsi untuk mmelarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan toksik melalui
meatus nasi inferior maka dapat terjadi konjungtivitas.
Konjungtivitis merupakan penyakit mata eksternal yang diderita oleh
masyarakat, ada yang bersifat akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung
dari factor penyebab konjungtivitis dan factor berat ringannya penyakit yang
diderita oleh pasien. Pada konjungtivitis yang akut dan ringan akan sembuh
sendiri dalam waktu 2 minggu tanpa pengobatan. Namun ada juga yang berlanjut
menjadi kronis, dan bila tidak mendapat penanganan yang adekuat akan
menimbulkan kerusakan pada kornea mata atau komplikasi lain yang sifatnya
local atau sistemik.
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan
factor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme melindungi
permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsure berairnya
mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa dari
pelpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata
mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak,
menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian
sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma
(pembentukan folikel). Sel-sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui
epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung dengan fibrin dan mucus dari sel
goblet, embentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian
palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling
nyata pada forniks dan mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini
biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai
sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang
sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang
hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris
atau badan siliare berarti kornea terkena.
2.4 Klasifikasi
a. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi adalah salah satu dari penyakit mata eksternal yang
paling sering terjadi. Bentuk konjungtivitis ini mungkin musiman atau musim-
musim tertentu saja dan biasanya ada hubungannya dengan kesensitifan dengan
serbuk sari, protein hewani, bulu-bulu, debu, bahan makanan tertentu, gigitan
serangga, obat-obatan. Konjungtivitis alergi mungkin juga dapat terjadi setelah
kontak dengan bahan kimia beracun seperti hair spray, make up, asap, atau asap
rokok. Asthma, gatal-gatal karena alergi tanaman dan eksim, juga berhubungan
dengan alergi konjungtivitis.
b. Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis bakteri disebut juga “Pink Eye”. Bentuk ini adalah
konjungtivitis yang mudah ditularkan, yang biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Mungkin juga terjadi setelah sembuh dari haemophylus
influenza atau neiseria gonorhe.
c. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut
yang berat dan mengancam penglihatan.
d. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononukleus. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular
dalam 24-48 jam.
e. Konjungtivitis Blenore
Konjungtivitis purulen (bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore).
Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru
lahir.

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing
didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air
mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.
Adapun manifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Alergi
a. Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas
b. Rasa seperti terbakar
c. Injekstion vaskuler pada konjungtivitas
d. Air mata sering keluar sendiri
e. Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat
2. Konjungtivitis Bakteri
a. Pelebaran pembuluh darah
b. Edema konjungtiva sedang
c. Air mata keluar terus
d. Adanya secret atau kotoran pada mata
e. Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan
3. Konjungtivitis Viral
a. Fotofobia
b. Rasa seperti ada benda asing didalam mata
c. Keluar air mata banyak
d. Nyeri prorbital
e. Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada
kornea
f. Kemerahan konjungtiva
g. Ditemukan sedikit eksudat
4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut
a. Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif
b. Mata merah
c. Iritasi
d. Nyeri palpasi
e. Biasanya terdapat kemosis
f. Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri
5. Konjungtivitis Blenore
Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:
a. Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO
b. Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm
c. Memberikan secret purulen padat secret yang kental
d. Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam
hingga 5 hari
e. Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

2.6 Pemeriksaan Penunjang


a) Pemeriksaan Mata
1. Pemeriksaan tajam penglihatan
2. Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter dan perimeter (sebagai
alat pemeriksaan pandangan).
3. Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek
epitel kornea).
4. Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya
kebocoran kornea).
5. Pemeriksaan oftalmoskop
6. Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat
benda menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
b) Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada
herpes simplek virus).
c) Pemeriksaan Laboratorium
Secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai
sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi
pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.

2.7 Pentalaksanaan
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%),
chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan
antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid
(dexamentosone 0,1%). Umumnya konjungtivitis dapat sembuhmtanpa
pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam
waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah
sebagai berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan
antibiotic tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5
hari. kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan
menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan
langsung, diberikan tetes mata disertai antibiotic spectrum obat salep luas tiap
jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
a. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi
topical dan sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air
bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.
b. Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.
Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi,
medika menstosa :
1) Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G
10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit.
2) Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul
pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
3) Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.
4) Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang
dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali berturut-turut negative.
3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan
menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan
obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen,
sodium kromolin, steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi
dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan mengusap pelan-
pelan dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata
yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik
bagi mikroorganisme.
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat
membantu memperbaiki gejala.
5. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore
Pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret. Pencegahan
merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi
segera setelah lahir dengan memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan
dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan konjungtivitis
blenore :
a. Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat
diberikan setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap
jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.
b. Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila
tidak maka pemberian obat tidak akan efektif.
c. Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi
chlamdya yang banyak terjadi.

2.8 Komplikasi
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan
komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani
diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
3. Ablasi retina
4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit
dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis .
5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranaseaadalah
bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratikdapat
mengganggu penglihatan.

2.9 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata.
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No.RMK.Nama, umur, jenis kelamin,
suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
penanggung jawab.
b. Riwayat kesehatan :
 Keluhan Utama :
Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan
kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar
terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe.
 Sifat Keluhan :
Keluhan terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah
meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang
malam, tidur tentu keluhan timbul.
 Keluhan Yang Menyertai :
Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe.
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu.
Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat,
riwayat operasi mata.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis)
e. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis yang
meliputi:
1. Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan
megurang ke arah limbus.
2. Kemungkinan adanya sekret:
 Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan
kelopak mata lengket saat bangun tidur.
 Berair/encer pada infeksi virus.
3. Edema konjungtiva
4. Blefarospasme
5. Lakrimasi
6. Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan
infiltrasi).
7. Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan
pseudo membrane pada infeksi pneumokok. Kadang –kadang disertai
perdarahan subkonjungtiva kecil – kecil baik di konjungtiva palpebra
maupun bulbi yang biasanya disebabkan pneumokok atau virus.
8. Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer
klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat
menimbulkan kemunduran visus.

2. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva, edema, dan pruritus.
2. Hipertermi b/d proses peradangan/ konjungtivitis
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya perubahan pada kelopak
mata
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya
5. Resiko infeksi berhubungan dengan proses peradangan.

3. Intervensi
Tgl No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
keperawatan selama …x24 diharapkan komprehensif termasuk lokasi,
nyeri pasien dapat berkurang dengan karakteristik, durasi, frekuensi,
KH : kualitas, dan factor presipitasi
1. Nyeri berkurang atau terkontrol. 2. Kompres tepi palpebra ( mata dalam
2. Skala nyeri 0-1 keadaan tertutup ) dengan larutan
3. Pasien tampak ceria salin selama kurang lebih 3 menit.
4. Klien dapat beradaptasi dengan 3. Ajarkan tentang tehnik non
keadaan yang sekarang. farmakologi
5. Mengungkapkan peningkatan 4. Kolaborasikan dalam pemberian
kenyamanan di daerah mata analgetik
2 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
keperawatan selama …x24 diharapkan respirasi
suhu tubuh pasien dalam rentang normal 2. Kompres pasien pada lipatan paha
dengan KH : dan aksila
1. Suhu tubuh normal 36o – 37oC 3. Beritahukan indikasi tentang
2. Tidak ada perubahan warna kulit terjadinya keletihan dan
3. Tidak ada pusing penanganan emergency yang
diperlukan
4. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
3 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Kaji tingkat penerimaan klien.
keperawatan selama …x24 diharapkan 2. Ajak klien mendiskusikan
pasien mampu mempertahankan keadaan atau perasaan yang
interaksi social dengan KH : dialaminya.
1. Body image positif 3. Jelaskan perubahan yang terjadi
2. Memdeskripsikan secara factual berhubungan dengan penyakit
perubahan fungsi tubuh yang dialami
4. Berikan kesempatan klien untuk
menentukan keputusan tindakan
yang dilakukan.
4 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Identifikasi tingkat kecemasan
keperawatan selama …x24 diharapkan 2. Beri penjelasan tentang proses
pasien tidak merasakan cemas dengan penyakitnya.
KH : 3. Beri dukungan moril berupa doa
1. Vital sign dalam batas normal terhadap pasien
2. Klien mampu mengidentifikasi 4. Dorong pasien untuk mengakui
dan mengungkapkan gejala masalah dan mengekspresikan
cemas perasaan
5 Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
keperawatan selama …x24 diharapkan sistemik dan local
pasien tidak mengalami infeksi dengan 2. Bersikan lingkungan setelah
KH : dipakai pasien lain
1. Klien bebas dari tanda dan 3. Ajarkan pasien dan keluarga
gejala infeksi tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk 4. Kolaborasikan dengan
mencegah timbulnya infeksi memberikan antibiotik
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan
pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata tampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. (Suzzane, 2001:1991). Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat infeksius seperti:
- Bakteri
- Klamidia
- Virus
- Jamur
- Parasit (oleh bahan iritatif => kimia, suhu, radiasi) maupun imunologi
(pada reaksi alergi).
Gejala subjektif meliputi rasa gatal, kasr ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada
benda asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda asing
didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora (keluar air
mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan menutup), tampak
semacam membrane atau pseudomembran akibat koagulasi fibrin.

3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi
makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta :
EGC
Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia.Jakarta : CV. Sagung Seto
Capernito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:
EGC .
Marrilyn, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media
Aeuscualpius.

http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis/
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan_Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang
“Konjungtivitis”. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Demikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga,menambah wawasan dan pengetahuan tentang bab ini.

Denpasar, 30 September 2018


KONSEP DASAR PENYAKIT DAN KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN KONJUNGTIVITIS

OLEH

KELOMPOK 4

A.10-C

1. I PUTU SUARTAMA PUTRA (16.321.2542)


2. LUH PUTU AYU JULIA DEWI (16.321.2549)
3. NI KADEK IDA AGUS TALIA DEWI (16.321.2553)
4. NI KADEK NOVIA ARISTANTI (16.321.2555)
5. NI LUH ELVI ULANTINI (16.321.2566)
6. RICKA AGUSTINA YUANDITYA (16.321.2584)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA
BALI
DENPASAR
2018/2019

Anda mungkin juga menyukai