1. Non-farmakologis
a. Pendidikan
Pendidikan yang cukup penting bagi pasien, keluarga, dan orangorang yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan ini harus
diberikan terus-menerus. Pendidikan yang disampaikan meliputi
(Price, 2005) :
1) Pengertian tentang patofisiologi
2) Penyebab penyakit
3) Prognosis penyakit
4) Semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat
yang kompleks
5) Sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini
6) Metode-metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan
oleh tenaga kesehatan
Sedangkan pencegahan untuk penyakit sifilis menurut (Arif, 2005)
antara lain :
a. Hindari Sex Bebas
Langkah penting untuk mencegah syphilis yaitu melakukan
abstinen atau hindari sex bebas, artinyahindari vaginal, oral atau
anal sex.
b. Setia
Menjaga kesetiaan dengan pasangan, berarti hanya melakukan
hubungan sex dengan satupasangan dan tidak dengan yang lain.
c. Gunakan Kondom
Penggunaan kondom adalah jalan yang baik dan seseorang dapat
melakukan vaginal, anal atau oral sexdengan resiko terkena
syphilis.
d. Mengetahui metode Keluarga Berencana seperti pil, implant atau
diafragma yang tidak menjaminterlindung dari IMS (Infeksi
Menular Seksual) termasuk syphilis.
e. Bicarakan dengan pasangan tentang IMS dan gunakan kondom.
Prognosis
Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis menjadi lebih
baik. Untuk menentukan penyembuhan mikrobiologik, yang berarti bahwa semua
T. Pallidum di badan terbunuh tidaklah mungkin. Penyembuhan berarti sembuh
klinis seumur hidup, tidak menular ke orang lain, T.S.S pada darah dan likuor
serebrospinalis selalu negatif (Djuanda, 2010).
Jika sifilis tidak diobati maka hampir seperempatnya akan kambuh, 5%
akan mendapat S III, 10% mengalami sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada pria
9% dan pada wanita 5%, 23% akan meninggal (Djuanda, 2010).
Pada sifilis dini yang diobati angka penyembuhan mencapai 95%.
Kelainan kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening
akan menetap selama berminggu-minggu (Djuanda, 2010).
Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I dan S II. Kambuh klinis
umumnya terjadi setahun sesudah terapi, berupa lesi menular pada mulut,
tenggorok, dan region perianal. Di samping itu dikenal pula kambuh serologik,
yang berarti T.S.S. yang negatif menjadi positif atau yang telah positif menjadi
lebih positif. Rupanya kambuh serologik ini mendahului kambuh klinis. Kambuh
klinis pada wanita juga dapat bermanifestasi pada bayi berupa sifilis kongenital
(Djuanda, 2010).
Pada sifilis laten lanjut prognosisnya baik, prognosis pada sifilis
gumatosa bergantung pada alat yang dikenai dan banyaknya kerusakan. Dengan
melihat hasil T.S.S. pada sifilis lanjut sukar ditentukan prognosisnya. T.S.S. yang
tetap positif lebih daripada 80%, meskipun telah mendapat terapi yang adekuat.
Umumnya titer akan menurun, jika meningkat menunjukkan kambuh dan
memerlukan terapi ulang (Djuanda, 2010).
Pada sifilis kardiovaskular, prognosisnya sukar ditentukan. Pada aortitis
tanpa komplikasi prognosisnya baik. Pada payah jantung prognosisnya buruk.
Pada kelainan arteria koronaria, prognosisnya bergantung pada derajat
Daftar pustaka
Djuanda, A. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Edisi VI. Jakarta : Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
M, Arif. dkk. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. FK UI.
Jakarta.
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M.. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.