Anda di halaman 1dari 31

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Tinjauan pustaka atau tinjauan teori merupakan konteks ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan di teliti oleh peneliti.

Tinjauan pustaka dapat diambil dari hasil-hasil penelitian lainnya yang berkaitan

dengan masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2012). Bab ini akan membahas

mengenai Anatomi Mata dan Fisiologis Penglihatan, Konsep Dasar Astigmatism

dan Miopi, Konsep Gambaran Perilaku, Teori Keperawatan, Kerangka Penelitian

dan Hipotesis Penelitian.

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata

2.1.1 Struktur Anatomi Mata

Mata merupakan salah satu indera yang sangat penting dalam kehidupan

kita. Mata merupakan alat yang digunakan oleh tubuh kita untuk mendapatkan

informasi visual yang akan menjadi acuan bagi kita untuk melakukan aktivitas

sehari-hari. Tidak seperti organ tubuh lainnya, pemeriksaan eksternal pada mata

dapat dengan mudah dilakukan, anatomi dari mata juga lebih mudah dipahami

dari pada organ tubuh lainnya. Bola mata manusia berada didalam tulang

pelindung yang dikenal sebagai tulang orbit, yang dikelilingi oleh jaringan otot,

jaringan ikat dan jaringan adiposa (Syafuddin, 2011). Tulang pelindung mata atau

orbit memiliki ukuran sekitar 4 cm lebarnya, dan 4 cm dalamnya, bentuknya

seperti piramida yang bersisi 4, yang dikelilingi oleh 3 sinus yaitu sinus etmoid

(medial), frontal (superior), dan maksila (inferior).

8
9

Pergerakan bola mata manusia dipengaruhi oleh otot ekstraokular yang

digerakkan oleh saraf kranial III, IV, dan VI. Pergerakan kedua mata di

koordinasikan oleh otak agar dapat melihat keadaan disekitar kita. Mata di bagi

menjadi 2 bagian, yaitu mata bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar mata

terdiri dari alis mata, bulu mata, kelopak mata dan kelenjar air mata. Sedangkan

bagian dalam bata terdiri dari kornea, sklera, vulva, pupil, iris, lensa mata, retina

dan saraf optik. Berikut adalah bagian-bagian mata sesuai dengan pembagiannnya

1. Bagian luar mata, seperti Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Mata Bagian Luar

Sumber : Pustekkom Depdiknas, 2008

1) Alis mata

Alis mata merupakan bagian dari kelopak mata yang

terbentuk dari jaringan lemak, serat musculus orbicuris oculi dan

rambut yang terletak diarcus superciliaris (Brunner & Suddarth,


10

2015). Fungsi dari alis mata adalah untuk menahan keringat agar tidak

masuk kedalam bola mata.

2) Kelopak mata (palepebra)

Kelopak mata (palepebra) merupakan kulit yang tipis dan

elastis yang dapat menutupi seluruh mata dalam (Brunner & Suddarth,

2015). Kelopak mata dilapisi oleh otot halus yang membantu

pergerakan dari kelopak mata. Di dalam kelopak mata terdapat

beberapa kelenjar yaitu, kelenjar sebaceous merupakan kelenjar yang

mengandung minyak atau lilin yang berfungsi sebagai pelumas pada

kulit dan rambut, kelenjar air mata yang berfungsi sebagai pelembab

mata dan melindungi mata dari benda-benda asing atau penyakit, dan

kelenjar lakrimal aksesori yang berfungsi sebagai penghasil air mata.

Pergerakan kelopak mata di dipengaruhi oleh saraf

okulomotor (CN III). Kelopak mata dibagi menjadi 2 bagian yaitu

kanthus dalam atau kanthus medial dan kanthus luar atau kanthus

lateral. Pada saat kita menutup mata saat itu kornea dan konjungtiva

kita sedang dicuci atau dibersihkan dengan mengunakan air mata. Air

mata dibentuk oleh kelenjar lakrimal dan kelenjar lakrimal aksesoris

yang terdapat di bawah bulu mata.

Air mata terdiri dari lipoid, laluratan air, dan mukoid yang

sangat penting dalam menjaga kesehatan mata kita. Jika air mata yang

dihasilkan tidak sempurna maka akan menyebabkan gangguan pada

kornea mata dan dapat menyebabkan kornea mata tidak dapat


11

berfungsi dengan baik. Biasanya air mata dikeluarkan sebagai respon

dari ransangan refleks atau emosional seseorang.

3) Bulu mata

Bulu mata juga merupakan bagian dari kelopak mata, bulu

mata merupakn rambut pendek yang tebal dan berbentuk melengkung

menonjol dari margo palpebra. Di balik bulu mata terdapat mamina

tarsalis, kelenjar tarsalis dan muara suktus. Mamina tarsalis

merupakan jaringan ikat yang berada di belakang bulu mata,

sedangkan kelenjar tarsalis merupakan kelenjar sabasea yang

terdapat pada setiap mamina tarsalis, dan muara duktus merupakan

menyaring cahaya yang akan diterima (Brunner & Suddarth, 2015).

4) Kelenjar Keringat

Kelenjar keringat memiliki fungsi sebagai penghasil air mata

yang bertugas untuk menjaga mata agar tetap lembab, bukan

mengkasilkan keringat.

2. Bagian dalam mata, seperti tampak pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur Mata Bagian Dalam

Sumber : Pustekkom Depdiknas, 2008


12

1) Konjungtiva

Konjungtiva adalah selaput lendir tipis transparan yang

mengandung pembuluh darah (Roos & Wilson, 2017). Konjungtiva

merupakan pembatas antara bagian mata eksternal dengan bagian

mata internal, yang berfungsi sebagai jalur pemberikan nutrisi untuk

mata, karena terdapat banyak pembuluh darah pada konjungtiva. Pada

konjungtiva terdapat sel piala yang berfungsi sebagai penyekresi

lendir-lendir atau cairan yang ada di mata. Di konjungtiva juga

terdapat dua garis palpebral yang membentuk permukaan bagian

dalam atas dan bagian bawah dari kelopak mata yang membentuk

persimpangan yang dikenal sebagai fornix.

2) Kornea

Kornea berbentuk seperti stuktur kubah transparan, dan

avaskular (Brunner & Suddarth, 2015). Kornea merupakan bagian

terluar dari bola mata dan merupakan permukaan mata utama yang

membiaskan cahaya. Kornea terdiri dari 5 lapisan, lapisan pertama

adalah membran epitel yang mampu melakukan replikasi cahaya

secara cepat yang terganti secara alamiah setiap 7 hari. Lapisan kedua

adalah membran bowman yang terdiri dari serat berprotein yang

berlapis dan di sebut kolagen. Lapisan ketiga adalah membran stroma

merupakan 90% dari ketebalan kornea yang terdiri dari air dan

kolagen dan mengandung pembuluh darah.


13

Lapisan keempat membran descement merupakan lembaran

tipis yang kuat yang berfungsi sebagai pelindung mata dari infeksi dan

cedera. Dan lapisan yang terakhir dari kornea adalah membran

endotelium merupakan lapisan yang sangat tipis dan lapisan dalam di

kornea yang berfungsi sebagai pemompa cairan yang berlebihan

keluar dari stroma. Dibalik kornea terdapat ruang anterior yang berisi

humor berair yang selalu diisi ulang yang memberi nutrisi pada

kornea. Humor berair tersebut di hasilkan oleh tubuh siliaris, humor

berair tersebut berhubungan dengan tekanan intraokular (IOP). IOP

normal adalah 10 – 21 mmHg (Brunner & Suddarth, 2015).

3) Sclera

Sclera merupakan baigian mata yang berwarna putih, sclera

memiliki stuktur yang padat dan berserat (Roos & Wilson, 2017).

Tebal sclera kira-kira 1 mml tetapi dapat menebal hingga 3 mml pada

saat irensi otot. Fungsi dari sklera adalah sebagai pelindung bola mata

dan melindungi isi intraokular dari trauma. Biasanya pada anak kecil

sklera berwarna sedikit biru, berwarna putih kusam pada orang

dewasa dan berwarna sedikit lebih muda pada orang tua.

4) Pupil

Pupil adalah ruang yang melebar dan menyampit saat cahaya

yang dibiaskan masuk kedalam mata (Brunner & Suddarth, 2015).

Pupil normalnya bebentuk bulat, pupil akan menyempit saat cahaya

yang menyinari mata terang dan akan melebar jika cahaya yang
14

menyinari mata kurang. Pupil merupakan bagian mata yang sangat

berpengaruh dalam menentukan kuantits cahaya yang masuk kedalam

mata untuk dapat dibiaskan. Sekitar 20% orang di dunia memiliki

ukuran pupil yang berbeda namun memiliki respon yang sama seperti

bentuk mata normal terhadap cahaya. Penyempitan dan dilatasi dari

pupil di atur oleh otot sfingter dan dilatator pupil. Otot dilatator

dikendalikan oleh sistem saraf simpatis, sedangkan otot sfingter

dikendalikan oleh sistem saraf parasimpatis.

5) Uvea

Uvea merupakan bagian mata yang berwarna karena

mengandung pigmen dan kaya akan pembuluh darah sebagai

pemenuhan nutrisi (Brunner & Suddarth, 2015). Uvea terdiri dari 3

lapisan, yaitu :

(1) Iris, merupakan bagian pada uvea yang paling tipis yang berisi

kumpulan serat berpigmen yang sangat beragam yang

mengelilingi pupil yang fungsinya untuk diagfragma pengatur

asupan insentitas cahaya dan membatu pergerakan pupil (Roos

& Wilson, 2017). Setiap orang memiliki warna iris yang

berbeda, iris berbentuk lingkaran dan memiliki lubang

dibagian tengahnya.

(2) Cropus Ciliaris (Korpus Siliaris) memiliki bentuk seperti

segitiga dan terdiri dari 2 lapis endotel, yaitu lapis dalam yang

menghasilkan humor aquos dan lapisan luar yang mengandung


15

pigmen (Syafuddin, 2011). Korpus Siliaris berisi otot-otot

siliaris yang mengatur bentuk lensa pada saat proses

akomodasi, dan berfungsi sebagai pengubah komponen darah

menjadi cairan aqueous (cairan yang berfungsi sebagai

sumber utama nutrisi pada lensa dan kornea).

(3) Khoroid merupakan lapisan iris yang berwarna gelap

kecoklatan yang mengandung banyak pigmen dan pembuluh

darah (Syafuddin, 2011). Letak khoroid berada di antara sclera

dan retina yang fungsinya untuk memberi nutrisi kepada

retina, korpus vitreum, dan lensa.

6) Lensa

Lensa berada di belakang pupil dan iris, strukturnya tidak

berwarna dan transparan yang berada di serat zonular (Brunner &

Suddarth, 2015). Lensa bersifat avaskular dan tidak memiliki serabut

saraf. Lensa berfungsi dalam pemfokusan mata pada penglihatan jarak

dekat dan penglihatan jarak jauh dan sebagai penerima cahaya yang

akan diteruskan ke retina. Kemampuan untuk memfokuskan

penglihatan pada jarak dekat maupun jarak jauh disebut akomodasi.

Akomodasi di atur oleh basan siliaris melalui serat zonular dan otot

siliaris. Saat melihat jarak jauh maka lensa mata akan menitipis dan

bila melihat jarak dekat lensa mata akan menebal.


16

7) Fundus Okular

Fundus okular adalah ruang terbesar mata dan berisi humor

vitreous, zat gelatin, dan sebagian besar terdiri dari air yang

dienkapsulasi oleh membran hyaloid (Brunner & Suddarth, 2015).

8) Retina

Retina adalah bagian terdalam dari fundus, retina terdiri dari

10 lapisan neurosensoris dan memiliki konsintensi seperti tisu basah

(Ross & Wilson, 2017). Di retina terdapat jaringan saraf tiruan, saraf

optik, cakram optik, bejana retian dan makula. Cakram optik

merupakan tempat dimana titik masuk saraf optik ke retina manusia.

Cakram optik bebentuk oval atau melingkar dan memiliki margin

yang tajam berwarna merah jambu dan merupakan pusat tempat

pembuluh darah di retina. Di cakram optik pembuluh darah bertemu

lalu membentuk dua cabang ke interior dan superior (Brunner &

Suddarth, 2015).

Retina terbagi menjadi 2 bagian yaitu makula dan sisa retina.

Makula merupakan bagian dari retina yang berfungsi sebagai pengatur

penglihatan sentral, sedangkan sisa retina berfungsi sebagai pengatur

penglihatan tepi. Di bagian tengah makula terdapat daerah yang paling

sensitif yang disebut fovea, yang dikelilingi oleh arcade vaskular

superior dan arcade vaskular inferior. Ada 2 lapisan penting di retina

yaitu, Epitel Pigmen Retina (RPE) dan retina Sensorik. RPE

merupakan bagian retina yang memiliki sel tunggal dan memiliki


17

banyak fungsi termaksud dalam penyerapan cahaya. Sedangkan

Retina Sensorik mengandung sel fotoreseptor yang berbentuk batang

dan kerucut.

Sel batang membantu penglihatan pada malam hari dan pada

saat pencahayaan kurang. Sedangkan sel kerucut membantu

penglihatan saat cahaya terang, membantu untuk penglihatan warna

dan detail halus. Sel kerucut terdapat diseluruh bagian retina karena

sel kerucut mengandung fovea yang tidak terdapat di sel batang.

Ketajaman penglihatan visual seseorang tergantung pada kesehatan

bola mata, fungsi mata dan keadaan jalur visual (Sherwood, 2015).

2.1.2 Fisiologis Penglihatan

Menururt Kevin & Thibodeau (2010) penglihatan adalah kemampuan

sensorik yang luar dan digunakan untuk memandu hampir semua yang kita

lakukan. Mata manusia bekerja secara otomatis dan sempurna karena mata

dibentuk dari 40 unsur utama yang berdeda dan menjalar keseluruh bagian mata.

Unsur-unsur tersebut memiliki peranan penting dalam fungsi penglihatan.

Seseorang dapat melihat apa yang ada di depannya karena adanya pantulan cahaya

yang masuk kemata dan jatuh di retina.

Cahaya yang memantulkan gambaran suatu benda masuk kebola mata,

maka cahaya tersebut akan melalui jendela (selaput bening atau kornea). Saat

cahaya masuk ke kornea cahaya akan masuk ke iris dan secara otomatis ukuran

cahaya atau benda tersebut akan berubah sesuai dengan banyak cahaya yang

masuk ke mata. Dengan bantuan otot yang ada dimata maka cahaya tersebut akan
18

melekat di iris, dan saat tersebut pupil akan berakomodasi. Pupil akan menyipit

saat cahaya yang masuk banyak, dan pupil akan melebar saat cahaya yang masuk

sedikit (Sherwood, 2015).

Lalu cahaya itu melewati ruang depan yang dipenuhi oleh cairan

optikular. Lalu cahaya akan melalui cairan bening viterus hingga sampai ke

selaput jala yang peka atau fovea. Bagian mata yang lainnya akan bekerja secara

bersamaan saat cahaya masuk. Seperti lensa akan langsung memfokuskan benda

saat cahaya masuk kemata. Contohnya kita sedang melihat pohon cemara di depan

kita, maka cahaya yang datang dari bangku tersebut masuk kedalam mata masuk

ke kornea, lalu masuk ke iris dan langsung difokuskan di retina oleh lensa mata

seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Pembiasan Cahaya Pada Mata Normal

Sumber : Studentspy, 2011

Lalu sel-sel yang terdapat di retina akan merasakan adanya cahaya yang

masuk yang disebut foton mengenal sel pada retina. Pada saat yang bersamaan

retina membentuk rantai dan akan tersusun rapih, rantai yang petama kali
19

mengenai retina akan membentuk molekut yang bernama 11–cis retinal. Pada saat

sebuah foton mengenai retina maka molekul tersebut akan berubah bentuk dan

kemudian mendorong perubahan protein lain yang berikatan kuat dengan molekul

tersebut yaitu rhodospin. Lalu rhodospin akan berubah menjadi transdusin untuk

mengikat protein lainnya (Brunner & Suddarth, 2015).

Hal tersebut akan menghasilkan reaksi ion dalm sel dan menghasilkan

energi listrik yang dapat merangsang saraf-saraf yang terdapat dibelakang retina.

Sehingga banyangan yang berbentuk foton dapat meneruskan perjalanannya

dalam bentuk sinyal listrik yang akan dikirimkan ke otak. Sinyal yang dibawa

tersebut berisi informasi visual mengenail objek yang ada diluar mata. Pada

keadaan normal setiap mata akan melihat dari dua sisi dimensi yang berbeda, dan

setiap mata akan mendapat pemandangan yang sama walau terlihat dari sudut

yang berbeda.

Kedua gambaran tersebut akan diteruskan ke otak dan kedua gambaran

tersebut akan menyatu dan membentuk dimensi tambahan yaitu kedalamannya.

Jika terjadi kelainan pada mata maka ketiga dimensi tersebut akan terganggu dan

penglihatan kita akan terganggu. Hal tersebut akan membuat otak susah untuk

menggambarkan apa yang kita lihat, kita akan susah mengatur jarak dan ukuran

dari benda yang kita lihat didepan kita.

Banyak kelainan yang dapat terjadi pada mata seperti : rabun jauh atau

miopi yang dapat terjadi pada semua usia, hipermitropia atau rabun dekat

biasanya terjadi pada orang tua, mata silinder atau asgtigmatism yang dapat

terjadi pada semua usia, presmiopi atau rabun jauh dan rabut dekat lebih sering
20

terjadi pada orang tua, dan masih banyak lainnya. Gangguan mata yang sering

terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa muda adalah penurunan penglihatan

(low vision) terutama saat membaca jarak jauh atau rabun jauh atau miopi dan

mata silinder atau astigmatism.

2.2 Konsep Dasar Astigmatism dan Miopi

2.2.1 Definisi Astigmatism dan Miopi

Brunner & Suddarth (2015) mengatakan bahwa astigmatism atau mata

silindris adalah kelainan refraksi mata dimana sinar cahaya yang masuk kemata

jatuh diatas retina tidak terfokus pada retina dan membentuk bayangan yang

berganda. Dan menurut Kaimbo (2012) astigmatism adalah suatu kondisi dimana

cahaya yang masuk kemata dari suatu objek tidak fokus pada satu titik di retina

karena perbedaan kekuatan meridian pada kornea atau lensa mata.

Dapat disimpulkan astigmatism adalah kelainan reflaksi mata dimana

cahaya yang masuk ke dalam mata tidak dapat membiaskan dengan baik sehingga

cahaya yang masuk menghasilkan bayangan yang berganda dan tidak jatuh di

retina namun di atas retina atau di bawah retina bahkan didepan atau dibelakang

retina, seperti terlihat pada Gambar 4. Mata Silindris, cahaya tidak fokus ke satu

titik pada retina, ketidakaturan dalam kurva kornea.


21

Gambar 4. Pembiasan Cahaya Pada Penderita Astigmatism

Sumber : Health Life Media Team,2016

Miopi merupakan suatu bentuk kelainan refraksi mata dimana sinar-sinar

sejajar objek pada jarak tak terhingga akan berkonvergensi dan berfokus

(dibiaskan pada satu titik) di depan retina pada mata tanpa akomodasi sehingga

menghasilkan bayangan yang tidak fokus (Ilyas, 2010). Bunner & Suddarth

(2015) mengatakan kalau miopi atau rabun jauh merupakan sebuah kelainan

refraksi dimana fokusnya sinar cahaya dari benda jauh yang berada di anterior

retina.

Dapat disimpulkan bahwa miopi adalah keadaan dimana lensa mata tidak

dapat memfokuskan cahaya yang dipantulkan kemata sehingga cahaya tersebut

jatuh di depan retina tidak tepat di retina seperti pada Gambar 5.


22

Gambar 5. Pembiasan Cahaya Pada Penderita Miopi

Sumber : Dita, 2015

Pada mata normal lensa dapat berakomodasi dengan baik pada jarak jauh

maupun pada jarak dekat. Miopi dikatakan rabun jauh karena berkurangnya

kemampun peglihatan objek pada jarak jauh, dan lebih jelas melihat objek pada

jarak dekat.

2.2.2 Klasifikasi Astigmatism dan Miopi

Astigmatism diklasifikasikan menjadi 3 bagian berdasarkan faktor

penyebabnya, yaitu :

1. Astigmatism Regular dan Astigmatism Iregular

1) Astigmatism regular adalah astigmatisma yang memiliki 2 meridian

yang membentuk sudut tegak lurus.

2) Astigmatism iregular adalah astigmatisma yang memiliki 2 meridian

yang tidak membentuk tegak lurus yang disebut bi-oblique.

2. Astigmatism berdasarkan orientasi, adalah sebagai berikut:

1) Astigmatism whit the rule adalah astigmatisma yang memiliki

meridian horizontal (±20°) yang paling lemah.


23

2) Astismatism againts the rule adalah astigmatisma yang memiliki

meridian vertikal (±20°) yang paling lemah.

3) Astigmatism oblique adalah asrigmatisma yang memiliki meridian

yang terkuat antara sudut 20° - 70° atau 110° - 160°.

3. Astigmatism berdasarkan kelainan refraksi yang menyertai, adalah sebagai

berikut :

1) Berikut klasifikasi astigmatism berdasarkan posisi hasil bayangan

yang jatuh dengan posisi retina :

(1) Astigmatism simplek adalah jika salah satu dari hasil bayangan

cahaya yang masuk kemata jatuh di retina,

(2) Astigmatism miopi simplek adalah jika salah satu dari yang hasil

bayangan cahaya yang masuk kemata jatuh didepan retina, dan

(3) Astigmatism hipermitropia simplek adalah jika salah satu dari

yang hasil bayangan cahaya yang masuk kemata jatuh di

belakang retina.

2) Astigmatism kompositus adalah astigmatisma yang terjadi jika kedua

bayangan yang dibentuk tidak jatuh diretina. Astigmatism kompositus

dibagi menjadi 2 yaitu Astigmatism miopi kompositus jika kedua

bayangan jatuh didepan retina, dan Astigmatism hipermitropia

kompositus jika kedua bayangan jatuh dibelakang retina.

3) Astigmatism residual (Astigmatism non-corneal) adalah astigmatima

yang tidak disebabkan oleh kelainan pada kornea.

4. Astigmatism berdasarkan tingkat keparahannya :


24

1) Astigmatism riendah yaitu astigmatism antara 0,1 – 1 D.

2) Astigmatism tinggi yaitu diatas 1 D.

Sedangkan miopi diklasifikan berdasarkan pertumbuhan bola mata,

etiologi (penyebabnya), onset terjadinya miopi (kapan terjadinya miopi) dan

tingkat keparahan miopi (Ilyas, 2010). Berdasarkan pertumbuhan bola mata miopi

dibedakan menjadi 2 (Ilyas, 2010), yaitu:

1. Miopi fisiologis, yang terjadi akibat peningkatan diameter aksial yang

dihasilkan oleh hormon pertumbuhan, dan

2. Miopi patologis, yang terjadi karena terjadinya pemanjangan bola mata

yang abnormal yang sering dihubungkan dengan penipisan sklera.

Berdasarkan onset terjadinya miopi (kapan terjadinya miopi) dibagi

menjadi 3 (Perdami, 2010), yaitu :

1. Miopia kongenital adalah miopi yang terjadi pada saat lahir,

2. Miopia juveil atau mipoi usia sekolah adalah miopi yang terjadi pada usia

sekolah sebelum umur 20 tahun, dan

3. Miopi dewasa adalah mipoi yang terjadi setelah umur 20 tahun.

Sedangkan berdasarkan etiologinya atau penyebab terjadinya miopi

dibagi menjadi 2 (Perdami, 2010), yaitu :

1. Miopi aksial adalah miopi yang terjadi karena adanya perubahan ukuran

bola mata melebihi 24 mm, dan

2. Miopi refraktif adalah miopi yang terjadi karena adanya kelainan kondisi

elemen pada bola mata.


25

Dan berdasarkan tingkat keparahannya miopi dibagi menjadi 3 (Ilyas,

2010), yaitu :

1. Miopi ringan adalah miopi antara 0 – 3 D,

2. Miopi sedang adalah miopi antara 3 – 6 D, dan

3. Miopi berat adalah miopi diatas 6 D.

Tingkat keparahan miopi dibagi lagi menjadi 3 menurut perjalanan (Ilyas,

2010), yaitu :

1. Miopi stasioner adalah miopi yang tingkat keparahannya menetap setelah

dewasa,

2. Miopi progresif adalah miopi yang tingkat kearahannya terus bertambah

pada usia dewasa akibat pertambahan ukuran bola mata.

3. Miopi maligna adalah miopi yang tingkat keparahannya berjalan progresif

yang dapat mengakibatkan ablsio retina bahkan kebutaan.

2.2.3 Etiologi Astigmatism dan Miopi

Banyak faktor yang dapat memperberat keluhan pada mata antara lain

gangguan astigmatism, hipermiopia, miopi, cahaya yang berlebihan, kesulitan

mata untuk berkoordinasi, dan lain-lain (Firdaus, 2013). Menurut Firdaus (2013)

faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi penglihatan mata, seperti adanya

refleksi cahaya yang berlebihan, keadaan lingkungan yang kotor, atau sudut

penglihatan yang kurang baik. Ada 2 faktor yang dapat menyebabkan gangguan

mata yaitu, faktor lingkungan dan faktor genetik (Ilyas, 2010).

Astigmatism dapat terjadi akibat membaca di tempat yang kurang cahaya

atau tempat yang redup, bisa terjadi karena membaca buku kurang dari 30 cm,
26

atau karena membaca tidur sambil berbaring. Astigmatism juga dapat karena

adanya kotoran atau debu, atau benda asing yang masuk kemata. Dapat juga

terjadi karena cahaya yang masuk kedalam mata jatuh di lensa yang landai

sehingga menghasilkan bayangan yang berganda.

Ada beberapa faktor lingkungan yang dapat menyebabkan miopi, yaitu

melakukan aktivitas dengan yang jarak pandang dekat, tingkat pendidikan orang

tua, status sosial, usia, dan hal lainnya. Melakukan aktivitas pada jarak dekat

dapat menyebabkan lensa mata terbiasa melebar dan kesulitan menyempit

sehingga mata sulit melihat objek yang jarak pandangnya jauh. Tidak hanya itu,

ada faktor lain yang dapat menyebabkan astigmatism dan miopi yaitu faktor

genetik, faktor ras/etnis, dan faktor perawatan mata.

Ilyas (2010) menyatakan bahwa penyebab dari astigmatism dan miopi

dapat dibagi menjadi 2 perilaku, yaitu perilaku yang dapat diubah (kebiasan

pengunaan gadjed, kebisaan membaca tengsurap atau terlalu dekat, dan lain-lain),

dan perilaku yang tidak dapat diubah (genetik, usia, jenis kelamin, dll). Menurut

Santoso (2010) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa radiasi dari handphone

dapat menyebabkan gangguan penglihatan bahkan perubahan tekadan darah

sekitar 5-10 mmHg bila digunakan lebih dari 35 menit dalam satu hari.

2.2.4 Manifestasi Klinis Astigmatism dan Miopi

Pada umumnya manisfestasi klinis untuk astigmatism dan miopi sama

saja. Orang yang sudah mengalami astigmatism atau miopi akan mengeluh mata

letih yang disertai dengan nyeri mata. Mereka juga akan mengeluh penglihatan

kabur saat melihat pada jarak jauh. Penyakit kelainan mata seperti astigmatism
27

dan miopi lebih sering terjadi pada perempuan dari pada laki-laki (Launardo et.al.,

2010). Ada juga yang mengalami sakit kepala dan terkadangan sampai mengalami

mual bila orang tersebut memaksa mata untuk memfokuskan penglihatan yang

juga baresiko terjadinya infeksi mata (Brunner & Sudarth, 2015).

Namun pada orang yang mengalami astigmatism akan mengeluh

penglihatan mereka berbayang saat melihat satu objek atau titik, tidak dapat

menbedakan warna yang bersebelahan, dan tidak dapat melihat gambar dengan

fokus. Contoh garis lurus akan terlihat miring. Hal ini sangat berdeda dengan

orang yang mengalami miopi. Namun orang yang mengalami miopi juga

memilikiciri yang khas yang berdeda dengan orang yang mengalami astigmatism,

yaitu dengan menyipitkan matanya saat melihat jarak jauh agar mendapat efek

pinhole (Ilyas, 2010).

2.2.5 Diagnosa Astigmatims dan Miopi

Salah satu cara menguji ketajaman mata yang paling umum dilakukan

adalah snellen test dengan mengunakan snellen chart. Pengujian ini dilakukan

dengan jarak ± 6 meter atau 20 kaki dari snellen chart. Pada mata dengan keadaan

normal tidak memiliki gangguan penglihatan dapat membaca huruf hingga baris

20/20 (Segre, 2017).

Pemeriksaan mata seharusnya dilakukan secara rutin dari bayi, karena

yang mengalami astigmatism dan miopi tidak hanya remaja ataupun orang dewasa

saja namun astigmatism dapat terjadi pula pada anak – anak bahkan pada bayi

(Fitrinani, 2015). Yang menjadi acuan untuk pemeriksaan mata secara rutin

adalah karena anak-anak kurang menyadari bahwa ia mengalami gangguan pada


28

penglihatnnya. Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

memastikan gejala dan memastikan diagnosis astigmatism, antara lain tes

keratometer dan tes ketajaman visual (Boyd, 2015).

Tes ketajaman visual adalah prosedur pemeriksaan mata dengan cara

menguji ketajaman penglihatan mata terhadap suatu objek dari jarak tertentu,

dengan cara membaca suatu papan yang berisi deretan huruf yang dikenal dengan

nama Snellen chart. Sedangkan Tes keratometer adalah prosedur pemeriksaan

mata yang dilakukandengan cara memfokukuskan cahaya keretina untuk

mengetahui apakah ada kondisi cacat pada kornea. Tes lain yang dapat dilakukan

adalah mengukur fokus cahaya pada mata.

Pada pemeriksaan ini dokter akan meletakkan beberapa jenis lensa

secara bergantian di depan mata dengan bantuan alat bernama phoropter atau

retinoskop. Alat-alat tersebut digunkan untuk menyorot cahaya masuk ke dalam

mata pasien. Dengan begitu, dokter dapat menilai derajat ketajaman penglihatan

pasien, dan termasuk melihat kemampuan mata dalam memfokuskan cahaya.

Untuk orang dewasa sehat berusia diatas 40 tahun dan seseorang yang memiliki

risiko terkena penyakit mata diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan mata rutin

agar dapat memantau ketajaman penglihatan mata (Boyd, 2015).

2.2.6 Pencegahan Astigmatism dan Miopi

Astigmatism dan miopi dapat terjadi pada siapa saja dan dapat terjadi

disemua usia. Namun kita tidak perlu khawatir karena ada hal yang dpat kita

lakukan untuk mencegah terjadinya astigmatism dan miopi. Berikut beberpa cara

yang dapat kita lakukan untuk mencegah terjadinya astigmatism dan miopi, yaitu :
29

1) Menghindari membaca buku, atau bermain gadjed atau menonton TV

dengan jarak dekat, buat jarak kira-kira 30 cm atau bisa lebih khususnya

saat menonton televisi (Budiyanto, 2013).

2) Membacalah di ruangan yang cukup penerangannya, atau buat ruangan

khusus untuk membaca dengan penerangan yang cukup (Budiyanto, 2013).

3) Hindarilah membaca sambil tiduran, dan kurangi mengunakan alat

elektronik terlalu lama (Pasaribu, 2017).

4) Hindari memakai pc dengan monitor terlampau dekat dengan mata dan

sekali-sekali pandanglah ke area yang jauh untuk merelaksasi mata dan

mekatih mata untuk berakomodai dengan baik (Pasaribu, 2017).

5) Mengkonsumsi makanan yang baik untuk mata. Makan yang baik untuk

mata adalah makan yang mengandung Vitamin A yang bisa didapatkan dari

sayuran dan buah-buahan. Menurut Denny (2016) salah satu contoh sayuran

yang baik di konsumsi untuk mata adalah wortel, karena wortel

mengandung beta-carotenene dan vitamin A baik untuk menjaga fungsi

mata tetap normal.

6) Lakukan workplace eye safty. Workplace eye safty merupakan cara untuk

menjaga kesehatan mata dari segala kegiatan yang dapat menurunkan

bahkan merusak fungsi mata (Gradner, 2011).

7) Bila sudah terlalu lama mengunakan alat elektronik atau menonton TV atau

membaca istirahatkanlah mata sejenak dengan menutup mata atau pergilah

ke luar rumah untuk melihat pemandangan sekitar dan untuk merelaksasi

mata 3 – 4 jam setiap hari serta lihat obyek yang dalam (klik dokter, 2013).
30

8) Dan melakukan latihan mata setiap hari, seperti melihat berbagai objek pada

jarak yang berbeda (jauh dan dekat secara bergantian), mengedipkan mata

secara normal (tidak terlalu cepat dan lambat), menutup mata dengan

telapak tangan, serta melihat benda bergerak. Hal ini untuk melatih kornea

mata agar bisa lentur (klik dokter, 2013).

2.2.7 Penatalaksanaan Astigmatism dan Miopi

Penatalaksanaan untuk gangguan astigmatisma dapat dilakukan secara

surgical dan non-surgical. Penatalaksanaan non-surgical yang dapat dilakukan

adalah penggunaan kacamata koreksi dan lensa kontak. Hal ini dilakukan agar

cahaya yang masuk kedalam mata dapat fokus dan jatuh pas diretina tanpa ada

bayangan lainnya seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengunaan Lensa Pada Penderita Astigmatism

Sumber : Anomim, 2015

Sedangkan penatalaksanaan surgical yang dapat dilakukan adalah Laser

In Situ Keratomileus (LASIK) adalah prosedur bedah yang dilakukan dengan cara
31

mengurangi kecembungan kornea untuk memperbaiki bentuk permukaan kornea

mata sehingga cahaya dapat masuk dengan sempurna dan penglihatan mata

meningkat, Photorefractive Keratectomy (PRK) adalah , dan Arcuate Keratotomy

(AK) adalah prosedur bedah dengan menyayat sedikit bagian kornea mata yang

paling curam untuk membuat kornea mata menjadi lebih relax dan berbentuk

lebih bulat. Operasi AK berhasil pada penderita astigmatism ringan sedangkan

untuk penderita astigmatism yang parah setelah dilakukan prosedur ini

dibutuhkan pengunaan kacamata lagi.

Penatalaksanaan yang dapat lakukan kepada orang yang mengalami

gangguan mata miopi adalah pemberian koreksi kacamata dengan mengunakan

lensa sferis konkaf (lensa negatif) yaitu kacamata dengan lensa cekung.

Pengunaan kacamata berlensa negatif akan membatu pengoreksian cahaya yang

masuk ke mata agar jatuh di reina tanpa harus memakksaka mata untuk

berakomdasi (Ilyas, 2010), seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengunaan Lensa Cekung Pada Penderita Miopi

Sumber : Ditakantor04, 2015


32

Dapat juga mengunakan lensa kontak yaitu lensa yang diletakkan diatas

kornea untuk memperbesar bayangan agar dapat jatuh pas diretina (Ilyas, 2010).

Ada beberapa penatalaksaan lainnya untuk miopi yaitu:

1. Ortho-k / CRT adalah penatalaksanaan non bedah yang mengunakan lensa

khusus untuk membentuk ulang kornea secara halus (Akhyar, 2010).

2. Prosedur laser (Lasik) adalah prosedur bedah yang dilakukan dengan cara

mengurangi kecembungan kornea untuk memperbaiki bentuk permukaan

kornea mata sehingga cahaya dapat masuk dengan sempurna dan

penglihatan mata meningkat (Akhyar, 2010).

3. Terapi penglihatan (vision therapy) adalah terapi yang diberikan kepada

penderita miopi yang disebabkan oleh spasme pada otot–otot yang mengatur

pemfokusan mata, tujuannya adalah untuk memperlambat perkembangan

penyakit (Akhyar, 2010).

2.2.8 Komplikasi Astigmatism dan Miopi

Banyak komplikasi yang dapat terjadi bila seseorng sudah mengalami

astigmatism dan miopi, terutama bila tidak segera dianggani dengan baik. Berikut

ini adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat astigmatism dan miopi :

1) Ambalasi adalah kedaaan dimana bagian mata yaitu retina terpisah dari bola

mata .

2) Glaukoma adalah menaiknya tekanan introkular pada mata yang

menyebabkan saraf optik menjadi rusak.


33

3) Degenerasi makula adalah kondisi dimana makula mata mengalami

disorientasi.

4) Katarak adalah kondisi dimana lensa mata menjadi keruh dan pekat

sehingga cahaya tidak dapat masuk ke retina.

5) Amblyopia (mata malas) adalah keadaan mata yang mengalami penurunan

kejelasan dalm melihat akibat perkembangan penglihatan yang tidak

sempurna didalam otak. Biasanya terjadi pada salah satu mata yang

mengalami miopi yang parah dari mata yang lainnya (Ilyas, 2010).

6) Eksotropia adalah keadaan dimana posisis bola mata berdeviasi kearah

temporal. Hal ini sering didapatkan pada orang yang salah satu matanya

mengalami penurunan penglihatan mata sedang kan mata satunya

penglihatannya baik sehingga merangsang mata mengalami tidak adanya

konvergensi sehingga mata yang mengalami penuruna penglihatan

mengalami berdeviasi keluar.

2.3 Konsep Gambaran Perilaku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008) gambar atau

gambaran adalah tiruan, hasil, bayangan, uraian, atau penjelasan, sedangkan

perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap ransangan atau

lingkungan. Jadi gambaran perilaku adalah suatu penjelasan atau hasil yang

berbentuk reaksi dari individu terhadap ransangan dari lingkungan sekitarnya.

Bila berbicara tentang gamabaran perilaku banyak sekali gambaran perilakuk

yang selalu kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun penelitian ini
34

berbicara dan akan meneliti tentang gambaran perilaku apa saja yang dapat

beresiko menyebabkan astigmatism dan miopi.

Menurut Ratanna, Rases, dan Saerang (2014) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa gangguan penurunan penglihatan lebih banyak terjadi pada

perempuan. Tidak hanya itu penelitian tersebut juga menyatakan bahwa yang

beresiko tinggi mengalami penurunan penglihatan terutama kelainan reflaksi

adalah anak usia 10 – 14 tahun. Tidak hanya itu Usma (2014) menyatakan bahwa

ada faktor perilaku yang dapat menyebabkan astigmatism dan miopi adalah

perilaku perawatan mata yang salah yaitu penglihatan saat belajar, seperti

membaca pada jarak yang dekat secara terus-menerus, dan kurangnya penerangan

saat membaca. Launardo, Affudin, Syamsu, dan Taufik (2010) dalam

penelitiannya mendapatkan hasil bahwa salah satu perilaku yang dapat

menyebabkan astigmatism dan miopi adalah jarak menonton televisi yang terlalu

dekat.

Hal ini didukung oleh peneleitian dari Lenawati & Rudi (2012) yang

menyatakan bahwa perilaku belajar yang kurang baik dapat menyebabkan

astigmatism dan miopi dan banyak yang mengalami astigmatism dan miopi sejak

SMA. Tidak hanya itu perilaku kebiasaan belajar sampai larut malam, dan

pengunaan komputer dan gajed yang belebihan juga dapat mempengaruhi

ketajaman penglihatan mata. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi dan

memiliki aktivitas jarak dekat yang bnyak dapat menyebabkan astigmatism dan

miopi (Mulyaningrum, Rejeki, dan Nurninda, 2013).


35

Aktivitas jarak dekta yang sering dilakukan anak remaja dan dewasa

muda adalah membaca dan menulis dengan jarak ≥ 30 cm sabil terlentang atau

tengkurap (Miranda & boy, 2012). Tidak hanya itu pengunaan komputer dengan

cahaya yang terang dan bermain video games yang berlebihan (Fadillah, 2013).

2.4 Teori Keperawatan.

Teori keperawatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Behavioral System Model atau model sistem perilaku dari Dorothy Jhonson

(Masters, 2015). Model sistem perilaku menyatakan bahwa sistem perilaku dapat

mempengaruhi individu dalam mencegah ataupun mengobati cidera. Menurut

Masters (2015) teori Dorothy Johnson memiliki 4 metaparadigma, yaitu :

1. Konsep Manusia, manusia merupakan sistem perilaku utuh yang terdiri dari 2

sistem yaitu biologi dan perilaku. Ada 7 subsistem perilaku menurut Jhonson

yaitu attachement dan affiliative (merupakan pemeliharaan ikatan sosial, yang

kuat dalam kelangsungan dan keamanan diri), achievement (kemampuan

memanipulasi lingkungan), dependence (ketergantungan pada diri),

aggressive (mengenai perlindungan dan pemeliharaan diri),

eliminative/ingestive (mengenai kebutuhan biologis dan eliminasi seseorang),

retorative (mengenai pemgunaan obat) dan sexual (mengenai perkembangan

identitas jenis kelamin).

2. Konsep Lingkungan, berhubungan dengan lingkungan tempat individu

berada, lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang

3. Konsep Keperawatan, dalam hal ini perawat merupakan pengatur eksternal

dalam keadaan tidak stabil.


36

4. Kosep Kesehatan, hal ini merupakan proses adaptif secara fisik, mental,

emosional, sosial, dan internal, untuk mencapai kestabilan dan kenyamanan.

Dalam penelitian Aini, Farmaningru, dan Yusuf (2011) menyatakan

bahwa perubahan perilaku dengan pemberian motivasi kepada pasien dapat

mengubah status kesehatan pasien tersebut menjadi lebih baik. Dan dalam

penelitian Hayatilah (2011) menyatakan bahwa sekitar 56,67% atau sekitar 34

orang yang diteliti mengalami miopi yang disebabkan oleh melakukan aktivitas

(gambaran perilaku) seperti bermain gajed, games dan melihat dengan jarak yang

dekat lebih dari 5 jam/hari. Tidak hanya itu Miranda dan Boy (2012) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan seperti menonton tv,

mengunakan komputer, belajar dan membaca jarak dekat, dan bermain video

game lebih dari 14 jam/minggu kemungkinan mengalami penuruan penglihatan

yang lebih tinggi.

2.5 Kerangka Penelitian

Penelitian ini ditujukan kepada mahasiswa di Universitas Advent

Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku apa saja

yang dapat mengakibatkan astigmatism dan miopi dan melihat apakah ada

hubungan yang signifikan antara gambaran perilaku dengan derajat astigmatism

dan miopi. Penelitian ini akan dimulai dengan pemeriksaan derajat astigmatism

dan miopi dahulu dengan melakukan pemeriksaan mata mengunakan trial lens set

yang akan dilakukan oleh teknisinya.

Dalam penelitian ini peneliti akan membagi faktor perilaku menjadi 2

faktor, yaitu faktor perilaku yang dapat diubah dan faktor perilaku yang tidak
37

dapat diubah. Sesuai dengan teori keperawatan yang dianut oleh peneliti dalam

penelitian ini, bahwa perilaku sesorang mempengaruhi kesehatannya sendiri. Dari

teori tersebut didapatkan bahwa perilaku yang dilakukan oleh responden dapat

berpengaruh tingkat keparahan dari astigmatism dan miopi. Dan dalam penelitian

ini diharapkan dapat membantu responden dalam menetukan faktor perilaku apa

saja yang dapat diubah untuk mencegah terjadinya peningkatan terjadinya

astigmatism dan miopi.

Gambar 8. Kerangaka Penelitian

Faktor resiko
Faktor Yang Dapat Di
Ubah Gangguan Mata: Pencegahan
- Astigmatism
Keparahan
- Miopi
Faktor Yang Tidak
Dapat Di Ubah

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari penelitian yang

dilakuakan oleh seorang peneliti yang kebenarannya masih akan dibuktikan dari

hasil penelitian yang dilakukan (Notoadmodjo, 2012). Penelitian ini membentuk 2

hipotesis yaitu :

1. Hipotesis Nol (Ho), berisi :

Tidak adanya hubungan yang signifikan anatara gambaran perilaku dengan

tingkat keparahan astigmatism dan miopi.


38

2. Hipotesis Kerja (Ha), berisi :

Adanya hubungan yang signifikan antara gamabaran perilaku dengan

tingkat keparahan astigmatism dan miopi.

Anda mungkin juga menyukai