Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GANGUAN PERSEPSI SENSORI

OLEH :

DONI FITRAWAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI HUSADA BENGKULU
TAHUN 2019 / 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan YME atas rahmat-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Ganguang Persepsi Sensori”. Terima kasih kami

ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini merupakan tugas kami dengan materi Ganguang Persepsi Sensori.

Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari kuliah browsing internet, dan dari berbagai

sumber dll. Kami sadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaanya.

Demikian yang dapat kami smpaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya

bagi kami yang sedang menempuh pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-

teman dan kami khususnya.

Bengkulu, September 2019

penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................2

A. PengertianIkhlas ...........................................................................................2

B. AktualisasiPencapaianKeikhlasan ................................................................5

BAB III PENUTUP ......................................................................................................6

A. Kesimpulan…………… ...............................................................................6

B. Saran …………… ........................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 8

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap individu memahami berbagai pengalaman melalui panca indra atau dalam

terminologi NLP dikenal sebagai VAKOG (Visual, Auditory, Kinesthetic, Olfactory dan

Gustatory). Setelah berusia dua belas tahun, umumnya individu memiliki preferensi dari

kelima jalur informasi tersebut, umumnya di antara tiga jalur berikut; Visual, Auditory

atau Kinesthetic. Pemilihan jalur tersebut juga tergantung pada material yang dipelajari

individu. Seorang musisi lebih cenderung menggunakan jalur pendengaran dibandingkan

dua jalur yang lain. Pemahaman akan hal ini sangat penting dimiliki oleh para pendidik

karena menentukan efektifitas proses pembelajaran.

Otak manusia juga menggunakan metode kerja dari kelima jalur informasi tersebut

dalam memproses dan mengambil kembali berbagai informasi yang telah dipelajari.

Individu umumnya mampu memvisualisasikan, berbicara dengan dirinya sendiri,

merasakan (secara fisik atau emosional), membedakan berbagai rasa, membedakan

berbagai aroma dan masih banyak lagi. Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda

saat memproses informasi dan menindaklanjuti hasil pemikirannya dalam bentuk

tindakan atau eksperesi. Perbedaan ini dapat dengan jelas anda perhatikan salah satunya

melalui bahasa sensorik(sensory language) yang digunakan, seperti; "Masalah itu terasa

seperti beban yang sangat berat di pundak saya." (Kinesthetic) "Dapatkah anda

membayangkan apa yang sedang saya bicarakan?" (Visual) "Hal tersebut terdengar tidak

asing bagi saya." (Auditory).

5
B. Perumusan Masalah

1. Apakah persepsi sensori ?

2. Faktor apa saja yang mengpengaruhi persepsi sensori ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui apakah Persepsi sensori

2. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi persepsi sensori

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persepsi Sensori

Persepsi adalah proses diterimanya stimulus atau rangsang sampai rangsang itu

disadari dan dimengerti penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadi,

gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang

yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan

impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai

kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari

luar dirinya.

Sensori adalah stimulus atau rangsang yang datang dari dalam maupun luar tubuh.

Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera).

persepsi sensori adalah proses memilih, mengatur, dan menafsirkan rangsangan

sensorik yang membutuhkan fungsi organ utuh dan rasa, jalur saraf, dan otak.

2.2 Persepsi sensori normal

Sensori persepsi tergantung pada reseptor sensorik, sistem mengaktifkan retikuler

(RAS), dan berfungsi sebagai jalur saraf ke otak. ras pengaruh kesadaran rangsangan,

yang diterima melalui panca indera: penglihatan, pendengaran, sentuhan, bau, dan

rasa.indra viseral dirangsang internal sedangkan retikular mengaktifkan RAS (retikular

activing system). Ras bertanggung jawab untuk menyatukan informasi dengan otak kecil

dan bagian lain otak dan organ-organ indra. RAS kerjanya sangat selektif, misalnya :

7
orang tua dapat terbangun karena mendengar suara tangisan bayinya tapi sebaliknya

mereka masih dapat tertidur saat ada suara keras dari luar.

2.3 Cara kerja persepsi sensori

Fungsi sensori dimulai dari penerimaan stimulus oleh indra. indra kita mendapat

rangsangan dari luar yang meliputi : pendengaran, pengelihatan, penciuman, perasa dan

perabaan.sedangkan organ reseptornya adalah mata, telinga, hidung, lidah dan ujung

saraf kulit. sedangkan rangsangan dari dalam yaitu rangsangan ujung saraf tepi dari kulit

kita dan jaringan tubuh .rangsangan yang diterima seseorang dipengarui oleh kesadaran

seseorang yang dapat mempengarui organ-organ lain.setelah rangsangan disalurkan

kemudian ditangkap oleh RAS .

karateristik persepsi sensori normal Pengelihatan dikaitkan dengan ketajaman visual

pada atau 20/20 dekat, ladang penuh pengelihatan, dan warna (merah, hijau, biru).

Pendengaran dikaitkan dengan ketajaman pendengaran suara di sebuah intensitas dari 0

hingga 25 dB, dengan frekuensi 125 sampai 8.000 siklus per detik.

Rasa melibatkan kemampuan untuk asam, asin membedakan, manis, dan pahit Bau

melibatkan bau primer, bunga, permen, ringan, tajam Indera somatik termasuk

diskriminasi dari sentuhan, tekanan, getaran, posisi, menggelitik, suhu, dan nyeri.

2.4 Pola normal persepsi sensori

• Facstasis

Setiap orang memiliki zona nyaman sendiri nya. zona kenyamanan ini bervariasi dari

orang ke orang dan rentang di mana seseorang atau dia tampil di puncak stasis

Sensor.puncak statis sensori adalah keadaan optimal gairah-tidak terlalu banyak dan

tidak terlalu sedikit. RAS dipandang oleh beberapa ahli teori sebagai monitor untuk

sensor keseimbangan statis.

8
• Adaptasi

Reseptor sensoris beradaptasi terhadap rangsangan berulang -ulang . dan setelah

membutuhkan dua periode waktu yang diperlukan penting untuk membantu seseorang

mengatasi dengan stimulus baru.

• Lead time adalah setiap orang perlu waktu untuk mempersiapkan sebuah event secara

emosional dan fisik.

• After burn adalah waktu yang diperlukan untuk memikirkan, mengevaluasi, dan

datang untuk berdamai dengan aktivitas setelah itu terjadi.

Jumlah waktu yang diperlukan memimpin dan setelah membakar berbeda untuk setiap

orang waktu. Timbal dan setelah membakar membantu proses rangsangan orang

sehingga ia dapat merespon dengan tepat tanpa menjadi kewalahan.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sensori

Environment Lingkungan

• Sensory stimuli dalam lingkungan mempengaruhi pancaindera. Sebagai contoh,

seorang guru tidak mungkin melihat kebisingan di lingkungan yang bising secara

konsisten, seperti kantin sekolah.Tetapi guru yang sama dapat melihat televisi keras

ditetapkan sangat berbeda dalam dirinya sendiri atau rumah, yang biasanya tenang.

Pengalaman sebelumnya

• Hal ini mempengaruhi pancaindera dalam bahwa orang-orang menjadi lebih waspada

terhadap rangsangan yang membangkitkan respon kuat

• Sebagai contoh, seseorang mungkin dorongan untuk bekerja dengan rute yang sama

setiap hari, melihat kecil sepanjang jalan.Seseorang bisa mendengarkan radio

inattentively sampai lagu favorit akan diputar, kemudian mendengarkan setiap kata.

Sebuah pengalaman baru, seperti rawat inap, dapat menyebabkan klien untuk

mengerti rentetan mengancam rangsangan baru.

9
Gaya Hidup dan Kebiasaan

• Satu orang dapat menikmati gaya hidup yang dikelilingi oleh banyak orang,

perubahan yang terlalu sering, lampu terang, dan kebisingan. Another person may

prefer less contact with crowds, less noise, and a slow-paced routine. Orang lain

mungkin lebih suka kontak dengan orang banyak kurang, suara kurang, dan rutinitas

yang serba lambat. Orang dengan gaya hidup yang berbeda merasakan rangsangan

berbeda.

• Rokok merokok menyebabkan penyempitan pembuluh darah, penurunan sensori

persepsi rasa penyalahgunaan alkohol kronis. Dapat mengakibatkan neuropati perifer,

gangguan fungsional sistem saraf perifer yang menyebabkan penurunan sensorik.

Penyakit yang mempengarui persepsi sensori

• penyakit tertentu mempengaruhi persepsi indera dan. Diabetes menyebabkan

perubahan hipertensi di pembuluh darah dan syaraf, menyebabkan defisit visual dan

penurunan sensasi sentuhan di kaki.gangguan Cerebrovascular mengganggu aliran

darah ke otak, mungkin memblokir persepsi sensorik,. Rasa kelelahan, dan stres yang

disebabkan oleh penyakit juga mempengaruhi persepsi rangsangan.

Pengobatan yang mempengarui persepsi sensori

• Beberapa antibiotik, termasuk streptomisin dan gentamisin, dapat merusak saraf

pendengaran, merusak pendengaran. sistem saraf pusat (SSP) depresi, seperti

analgesik narkotika, penurunan kesadaran dan merusak persepsi rangsangan.

10
Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

1. Gangguan Otak

 Kerusakan otak

 Keracunan

 Obat halusinogenik

2. Gangguan jiwa

 Keadaan emosi tertentu dapat mengakibatkan ilusi.

 Psikosa dapat menyebabkan halusinasi.

3. Pengaruh lingkungan sosio-budaya

 Mempengaruhi persepsi karena penilaian sosiobudaya yang berbeda.

Perubahan persepsi

Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari :

 pendengaran,

 penglihatan,

 penciuman,

 perabaan dan

 pengecapan.

Gangguan ini dapat bersifat ringan, berat, sementara atau lama. Contoh gangguan persepsi,

diantaranya:

1. Halusinasi

11
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera

seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119)

Tanda dan gejala :

a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri

b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain

c. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata

d. Tidak dapat memusatkan perhatian

e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut

f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

(Budi Anna Keliat, 1999)

Halusinasi dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:

a. Halusinasi pendengaran ( auditif, akustik)

Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising

yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata

atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada

penderita sehingga tidak jarangpenderita bertengakar dan berdebat dengan

suara-suara tersebut.

Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh atau dekat, bahkan mungkin

datang dari tiap bagian tubuhnya sendiri. Suara bisa menyenangkan,

menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek,

memaki atau bahkan yang menakutkan dan kadang-kadang

12
mendesak/memerintah untuk berbuat sesuatu seperti membunuh dan

merusak.

b. Halusinasi penglihatan (visual, optik)

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya

sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa

takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.

b. Halusinasi penciuman (olfaktorik)

Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak

enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai

pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.

c. Halusinasi pengecapan (gustatorik)

Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita

merasa mengecap sesuatu. Halusinasi gastorik lebih jarang dari halusinasi gustatorik.

d. Halusinasi raba (taktil)

Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang bergerak di bawah kulit.

Terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.

e. Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba

Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan waham

kebesaran terutama mengenai organ-organ.

13
f. Halusinasi kinestetik

Penderita merasa badannya bergerak gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya

yang bergerak-gerak, misalnya “phantom phenomenon” atau tungkai yang diamputasi

selalu bergerak-gerak (phantom limb). Sering pada skizofrenia dalam keadaan toksik

tertentu akibat pemakaian obat tertentu.

g. Halusinasi viseral

Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.

2. Ilusi

Merupakan interpretasi atau penilaian yang salah tentang pencerapan yang sungguh

terjadi pada panca indera, misalnya: bunyi angin didengarnya seperti dipanggil nama,

bayangan daun dilihat seperti orang.

3. Depersonalisasi

Merupakan perasaan aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah tidak

seperti biasa lagi, misalnya: pengalaman diluar tubuh/ OBE, salah satu bagian

tubuhnya bukan kepunyaannya lagi.

4. Derealisasi

Merupakan perasaan aneh tentang lingkungannya yang tidak sesuai dengan

kenyataan, misalnya merasakan segala sesuatu seperti dalam mimpi.

5. Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi

Misalnya anastesi, parastesi, gg penglihatan, perasaan nyeri, makropsia/mikropsia.

14
6. Gangguan psikofisologik

Merupakan gejala atau gangguan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh gangguan

emosi, misalkan pada kulit urtikaria, pada otot dan tulang LBP, pada pernafasan

timbul sesak/asma, pada jantung terjadi palpitasi, pencernaan mual/muntah diare,

perkemihan sering berkemih, mata berkunang-kunang, telinga tinitus.

7. Agnosia

Adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan pencerapan sebagai akibat

kerusakan otak.

Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Sensori

1. Usia

 Bayi tidak bisa membedakan stimulus sensori karena jalur sarafnya belum matang.

 Lansia mengalami perubahan degeneratif pada organ sensori dan fungsi persyarafan

sehingga mengalami penurunan ketajaman dan jarak pandang, penurunan

pendengaran, perubahan gustatori dan olfaktori, dll.

2. Medikasi

 Beberapa antibiotika (mis: streptomisin, gentamisin) bersifat ototoksik dan secara

permanen dapat merusak syaraf pendengaran.

 Kloramfenikol dapat mengiritasi syaraf optik.

 Obat analgesik, narkotik, sedatif dan antidepresan dapat mengubah persepsi stimulus.

3. Lingkungan

15
Stimulus lingkungan yang terlalu berlebih (ramai/bising) dapat menimbulkan beban

sensori yang berlebih, yang biasanya ditandai dengan kebingungan, disorientasi dan tidak

mampu membuat keputusan.

Stimulus lingkungan yang terbatas (misalkan isolasi) dapat mengarah pada deprivasi

sensori. Kualitas lingkungan yang buruk juga dapat memperparah kerusakan sensori.

Contohnya penerangan yang buruk, lorong yang sempit.

4. Tingkat kenyamanan

Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpersepsi dan bereaksi terhadap stimulus.

5. Penyakit yang diderita

 Katarak dapat menyebabkan penurunan penglihatan.

 Infeksi pada telinga dapat menyebabkan gangguan pendengaran, dll.

6. Merokok

Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atrofi ujung-ujung saraf pengecap

sehingga mengurangi persepsi rasa.

7. Tindakan medis

Intubasi endotrakea menyebabkan kehilangan kemampuan bebicara sementara.

Perubahan Sensori

1. Defisit Sensori

Merupakan suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan. Klien tidak mampu

menerima stimulus tertentu (misalkan: buta, tuli) atau stimulus menjadi distorsi

(misalkan: penglihatan kabur karena katarak). Klien dengan defisit sensori dapat

berperilaku dalam cara-cara yang adaptif atau maladaptif.

16
2. Deprivasi sensori

Klien mengalami stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan kuantitasnya seperti

stimulus yang monoton atau tidak bermakna. Tiga jenis deprivasi sensori adalah:

h. Kurangnya input sensori, misalkan: kehilangan penglihatan/pendengaran.

i. Eliminasi perintah/makna dari input, misalkan: berada di lingkungan asing.

j. Restriksi dari lingkungan, misalkan: tirah baring, lingkungan yang monoton.

3. Beban sensori yang berlebihan

Suatu keadaan dimana seseorang menerima banyak stimulus sensori dan tidak dapat

secara persepsual untuk menghiraukan stimulus tertentu atau secara selektif

mengabaikan beberapa stimulus. Stimulasi sensori yang berlebihan mencegah otak

untuk berespons secara tepat atau mengabaikan stimulus tertentu. Toleransi orang

oleh beban sensori dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap dan kesehatan

emosional dan fisik.

Efek Deprivasi Sensori

1. Kognitif

Penurunan kapasitas belajar, ketidakmampuan berpikir atau menyelesaikan masalah,

disorientasi, berpikir aneh, peningkatan kebutuhan untuk sosialisasi.

2. Afektif

Kebosanan, kelelahan, kecemasan, kelabilan emosional, peningkatan kebutuhan untuk

stimulasi fisik.

17
3. Persepsi

Terjadi disorganisasi persepsi pada koordinasi visual, persepsi warna, pergerakan

nyata, keakuratan taktil, kemampuan menilai ruang dan waktu.

2.6 Variasi rangsangan

• Jika seseorang mengalami lebih dari stimulasi sensorik yang digunakan untuk dapat

memahami, marabahaya dan kelebihan indera dapat terjadi.

• Di sisi lain, jika seseorang mengalami kurang dari stimulasi biasa, orang yang di

bawahnya optimal negara atau tentang gairah dan mungkin beresiko kekurangan

indra.

• Reaksi membebani indera indera atau kurang tantangan khusus yang perawat sering

hadapi dalam diri mereka sendiri dan klien. Sensory berlebih dan kekurangan dapat

menyebabkan persepsi, kognitif, dan masalah decisional. Ketika RAS yang kewalahan

dengan input, seseorang mungkin mengalami kelebihan indera dan merasa bingung,

cemas, dan tidak dapat diambil tindakan yang konstruktif. Ketika RAS gagal untuk

mengenali rangsangan karena berada di bawah ambang batas atau tidak memiliki

makna yang relevan dengan orang, perampasan sensorik dapat terjadi, dan seseorang

mengalami depresi, gelisah, dan halusinasi

2.7 Macam macam persepsi sensori

Sensory overload

 Hal ini terjadi ketika seseorang tidak mampu mengelola proses atau intensitas atau

kuantitas rangsangan sensorik yang masuk. Orang yang merasa di luar kendali dan

kewalahan oleh input yang berlebihan dari lingkungan aktivitas rutin. dalam

pengaturan kesehatan dapat berkontribusi untuk overload sensorik pada klien.

18
 Kegiatan ini terbagi menjadi tiga kategori utama:

 faktor internal

 informasi, dan

 lingkungan Faktor internal seperti berpikir tentang operasi atau arti dari diagnosis

medis, dapat memberikan kontribusi kecemasan dan kelebihan kognitif sehingga

orang tersebut tidak dapat memproses rangsangan tambahan. Sakit, pengobatan,

kurang tidur, khawatir, dan cedera otak juga dapat berkontribusi kerentanan seseorang

untuk kelebihan indera.

informasi Hal ini menanamkan informasi kepada klien dapat menyebabkan sensory

overload. Beberapa contoh termasuk pengajaran klien tentang prosedur,

memberitahukan klien tentang diagnosis, membuat permintaan klien, atau membantu

klien memecahkan masalah. Kecemasan sehubungan dengan diagnosa medis,

prognosis, dan pengobatan dapat memberikan kontribusi dan kelebihan indera. Lights

aktivitas sering dapat menyebabkan overload sensorik pada bayi yang baru lahir dini

di unit perawatan intensif neonatal.

Lingkungan; Lingkungan instansi kesehatan memberikan yang lebih tinggi dari

jumlah rangsangan indra biasa. Klien baru masuk rumah sakit, misalnya, mungkin

harus menyesuaikan diri menghadapi teman sekamar baru, setelah televisi pada biasa,

terang lampu dari lebih, sistem paging, rapat anggota staf banyak, memiliki tempat

tidur bergerak naik dan turun pada seseorang lain penawaran, menunggu seseorang

untuk menjawab panggilan cahaya, nyeri tidak terkontrol, dan memiliki sentuhan

tidak menghormati orang asing dan daerah tubuh pribadi. Klien di unit perawatan

intensif sering menunjukkan gejala kelebihan indera karena tingkat tinggi cahaya,

kebisingan, dan aktivitas di sekitar jam.

19
Sensory Perampasan

 Meskipun pencabutan sensorik dapat dianggap sebagai kebalikan dari kelebihan

indera

 Sensory perampasan umumnya berarti mengurangi atau kurangnya rangsangan

sensorik yang bermakna, indera masukan monoton, atau interferensi dengan

pengolahan informasi.

Deprivasi sensorik (di bawah stimulasi) Ini bisa sama mengganggu sebagai

kelebihan indera dan. Kognitif kerusakan emosional dapat terjadi saat rangsangan

berkurang di bawah ini optimal tingkat seseorang rangsangan. Salah satu sumber yang

sama kekurangan indra adalah penurunan mendadak dalam rangsangan ketika bergerak

seseorang akan cepat-ke lambat-mondar-mandir lingkunganSetiap orang toleransi dan

reaksi terhadap suatu mengurangi atau kurangnya rangsangan sensorik yang berarti

berbeda, tapi klien dengan kasus-kasus ekstrim mengalami kesalahan persepsi kotor

peristiwa dan perubahan kepribadian. Setiap saat klien mengalami gangguan dengan atau

berkurangnya masukan sensorik, orang yang mungkin beresiko kekurangan indra.

 Dalam kejadian seperti di rumah sakit ke dalam dua kategori umum:

 Dirubah perresepsi sensori

 dirampas lingkungan

1. Diubah peresepsi sensori

 Terjadi dalam kondisi seperti cedera tulang belakang,

 kerusakan otak, perubahan organ reseptor, kurang tidur, dan penyakit kronis.

Seseorang tidak menerima input sensorik yang memadai karena interferensi dengan

sistem saraf yang kemampuan untuk menerima dan memproses rangsangan.

20
2. Dicabut lingkungan

Hal ini dapat memiliki efek negatif terhadap's sensor stasis seseorang. Seseorang

yang bergerak atau terisolasi karena alasan apapun ini dirampas dari jumlah biasa

rangsangan dan bisa menunjukkan manifestasi dari deprivasi sensorik

Dampak dari Persepsi Sensori yang berubah Fungsi

 Kegelisahan

 Dampak terhadap Disfungsi kognitif, yang merupakan Gangguan dalam

mengingat, penalaran, dan pemecahan masalah dapat terjadi dengan kelebihan

indera.

 Halusinasi dan Delusions (keyakinan tidak didasarkan pada realitas)

mencerminkan kebutuhan bawah sadar atau takut

 Sensory Defisit

 Depresi dan penarikan Aktivitas Hidup Harian

 disfungsi persepsi sensori mungkin memiliki dampak terhadap aktivitas hidup

sehari-hari (ADLs) toilet. Visual defisit menyebabkan masalah perawatan diri

dengan kegiatan sebagai dasar berpakaian,, dan menyiapkan makanan.Mendengar

defisit dapat membatasi orang dari menonton televisi, mendengarkan radio, dan

menjawab telepon. bahaya Keselamatan juga ada untuk yang tuna rungu.

 Orang-orang dengan rasa dan bau defisit mungkin kehilangan minat makan.

 Mereka yang memiliki defisit sensorik yang melibatkan sentuhan beresiko untuk

luka bakar dan luka pada kaki.Bergerak di luar rumah mungkin mustahil tanpa

bantuan khusus atau bantuan.

 Banyak pekerjaan dilarang untuk orang dengan defisit sensorik, ex: mengemudi

mungkin tidak diperbolehkan.

21
 Hal ini semakin membatasi lingkungan di mana mereka dapat bergerak dengan

aman, membuat mereka tergantung pada orang lain. Jika orang yang terkena

adalah pengurangan atau hilangnya pendapatan dapat terjadi. Orang dengan

disfungsi kognitif dari kelebihan indera atau kurang mungkin menunjukkan

penilaian buruk dan pemecahan masalah selama kegiatan sehari-hari,

meningkatkan kebutuhan bagi anggota keluarga untuk memantau kegiatan dan

keputusan. Semua kekhawatiran ini terjadi tekanan pada keluarga untuk

mengatasi indra

2.8 Faktor-faktor risiko untuk disfungsi Sensori Persepsi di Lingkungan Healthcare

Sensory Overloap

 ICU atau intermediate unit

 Lampu terang

 Penggunaan ventilator mekanik

 Penggunaan EKG monitor

 Penggunaan oksigen

 Penggunaan infus

 Peralatan lainny

Sensory Perampasan

 Membalut mata

 Istirahat di tempat tidur

 Sensory terdapat alat (alat bantu dengar, kacamata)

 Isolasi tindakan pencegahan

 Beberapa pengunjung

22
2.9 Diagnostik Pernyataan:

perseptual perubahan keadaan di mana seseorang mengalami perubahan dalam

jumlah atau pola dari stimulus yang lewat, disertai dengan berlebihan,, terdistorsi, atau

mengalami penurunan respon terhadap rangsangan tersebut berkurang (NANDA, 1999).

Interaksi Perawat-Klien Ini mendorong fungsi kesehatan indra.Klien beresiko

kekurangan indra mungkin perlu sering interaksi yang diprakarsai oleh perawat.

Contoh mendorong stimulasi Sensor Persepsi

 Menyediakan stimulus eksternal berarti dapat membantu klien mengatasi sensor

'kekurangan atau defisit sensorik sebagai; memainkan televisi atau radio sesekali.

Bermain tennice,

 Mendorong penggunaan jam dan kalender,

 Mendorong klien untuk berpakaian atau hari kegiatan, sampai meletakkan foto

 Mendorong pengunjung, membuka tirai, dan menyalakan lampu.

 Rencana: tempat tidur atau kursi agar klien dapat melihat atau mendengar kegiatan

di daerah tersebut.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebutuhan persepsi sensori merupakan kebutuhan manusia dimana merupakan

proses memilih, menafsirkan yang membutuhkan alat indra yang meliputi

pengelihatan, pendengaran, perabaan dan perasaan. pemenuhan kebutuhan persepsi

sensorik sangat dibutuhkan untuk berbagai hal dianjtaranya yaitu dalam komunikasi

antara perawat dengan pasien. adanya gangguan pada alat indra mempengarui

persepsi sensori seseorang dan persepsi setiap orang berbeda-beda yang dipengarui

oleh beberapa hal diantaranya lingkungan,pengalaman sebelumnya, gaya hidup,

penyakit dan jenis pengobatan seseorang.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. /search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen
US%3Aofficial&channel=s&hl=id&source=hp&q=contoh+pemenuhan+kebutuhan+p
ersepsi+sensorik&meta=&btnG=Google+Penelusuranraga. avaible from
http://www.google.co.id accesed on 26 maret 2010
2. Avaible from
http://faculty.ksu.edu.sa/hikmetq/Adult/Concept%20of%20Sensory%20Alteration.ppt
accesed on 26 maret 2010
3. wikipedia.org/wiki/NLP Avaible from /htmld.wikipedia.org/wiki/NLP accesed on 26
maret 2010

25

Anda mungkin juga menyukai