Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

“Mendampingi Pasien Terminal ( SAKARATUL MAUT)”


Dan
“Merawat Jenazah”

MATA KULIAH: KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


DOSEN PENGAMPU: Ibu Herinawati,M.Keb

DI SUSUN OLEH :
1. DEA ANGREINI
2. PUTRI ANDINI
3. SONIA FEBRIANTI

KELAS A
PRODI DIII KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI
TAHUN AJARAN2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat, hidayah
serta inayahnyakami dapat menyelesaikan diskusi tentang materi
“Mendampingi Pasien Terminal Dan Merawat Jenazah” dengan batas waktu
yang telah ditentukan. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan
kita baginda Rasulullah SAW yang membawa berkah dari jaman jahiliyah
menuju jaman keemasan dan berilmu seperti saatini.
Malakah “Mendampingi Pasien Terminal Dan Merawat Jenazah” ini dapat
hadir seperti saat ini tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu tak luput
dari rasa terima kasih kami ucapkan kepada pihak yang turut serta dalam
pembuatan makalah ini. Tak hanya itu makalah inipun tak akan selesai jika
bukan karena bimbingan dari dosen tercinta yaitu Ibunda Ibu
Herinawati,M.Keb selaku pembimbing dalam mata kuliah Konsep Dasar
Manusia. Maka dari itu sekali lagi kami hanturkan rasa terimakasih kami
kepada Ibu Ibu Herinawati,M.Keb atas ketersediaannya memberi tugas kepada
kami.
Namun didalam kelebihan pasti ada kekurangan. Kami menyadari bahwa
makalah “Mendampingi Pasien Terminal Dan Merawat Jenazah” memiliki
aspek yang belum sempurna. Baik itu dari aspek bahasa hingga aspek
pengkajian yang kami sajikan. Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati
kami sangat mengharapkan kritik & saran dari Ibu Nenny selaku pembaca.
Kami mengharapkan koreksi sebagaimana kesalahan yang ada di makalah ini,
agar kami bisa melihat serta memperbaiki kesalahan didalam pembuatan
makalah ataupun pengkajian materi.
Akhirnya, kami mengharapkan ini dapat memberikan manfaat serta
pengetahuan yang lebih luas lagi dan yang paling terpenting adalah semoga
dari makalah ini terdapat ilmu yang dapat memajukan sumber pengetahuan
untuk masa yang akandatang.

Terimakasih
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI .....………………………………………………………………………iii
BAB I
LATAR BELAKANG.....…………………………………………………….........iv
Bab II : PEMBAHASAN
A.Mendampingi Pasien Terminal..........…………………………….....v
1.1 Memastikan Pasien Meninggal.……………….………………….....xii
1.2 Menginformasikan Kepada Keluarga.……………….……………..xvi

BAB II
B.Merawat Jenazah……………….………………...……………………….....xxi
1.1 Memulasaran Jenazah…………………..…............................vi
1.2 Penyelenggaraan Jenazah.............................................
BAB III
Penutup
Kesimpulan................………………………………......……………….........vii
Saran..........………………………………......………………..........................
LATAR BELAKANG

Tak ada seorangpun manusia di dunia ini yang menginginkan


dirinya jatuh sakit, ketidakberfungsian fisik ataupun mental akan
sangat mengganggu diri ataupun lingkungan di sekitar pasien titik
oleh karenanya terkadang pasien yang divonis menderita penyakit
kronis atau akut dan kemungkinan kecil dapat disembuhkan
mengalami pukulan psikis yang semakin besar manakala tak hanya
mengingat penderitaan yang dialami dirinya, namun juga
penderitaan yang akan dialami oleh orang lain.
Perawatan pasien dengan penyakit terminal bertujuan untuk
mencegah dan mengurangi penderitaan pasien tersebut serta
memberikan bantuan yang berguna bagi pasien sehingga pasien
tersebut memperoleh kualitas kehidupannya secara baik dengan
mengabaikan stadiumnya ataupun kebutuhan terapi lainnya.
Perawat merupakan orang yang terdekat yang pertama kali
merawat pasien terminal selain keluarganya. Saat ini, disetiap Rumah
Sakit, pasien dengan penyakit terminal sering menemui kesulitan
dikarenakan perawat yang memiliki jadwal atau waktu yang
berubah-ubah atau beban kerja diunit yang sibuk sehingga menjadi
alasan bagi perawat untuk sulit mendengarkan keluhan yang
dirasakan oleh pasien terminal tersebut karena pasien dengan
penyakit terminal itu sendiri sangat membutuhkan perawat untuk
mendengarkan keluhannya, dan pasien terminal tersebut sangat
menghargai hubungan dengan klinisi atau dengan kata lain perawat,
hubungan dengan keluarga, atau orang terdekatnya, sehingga rasa
nyeri teratasi dengan kehadiran orang disekitarnya, merasa nyaman
dekat dengan orang terdekatnya, merasa dihargai walaupun dengan
kondisi yang dialami, perasaan damai sehingga pasien tenang.

BAB 1
"Mendampingi pasien terminal"
A.PENGERTIAN
Pasien tahap terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami penyakit/sakit yang tidak mernpunyai harapan untuk
sembuh yang diakibatkan kegagalan organ atau multiorgan sehingga
sangat dekat proses kematian. Respon pasien tahap terminal sangat
individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami,
sehinggan dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda.
Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh
pasien terminal.
Tujuan pelayanan pada pasien tahap terminal ini adalah:
I. Meringankan pasien dari penderitaannya. baik fisik (misalnya rasa
nyeri,mual, muntah, dll), maupun psikis (sedih, marah, khawatir, dll)
yang berhubungan dengan penyakitnya sehingga tercapai
kenyamanan fisik dan psikis.
2. Memberikan dukungan rnoril, spiritual muupun pelatihan praktis
dalam hal perawatan pasien bagi keluarga pasien dan perawat
3. Menghindarkan atau mengurangi rasa kesepian, takut, depresi dan
isolasi
4. Meningkatkan mutu pelayanan pad a pasien tahap terminal
5. Memberikan pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
pasien tahap terminal dengan segala kebutuhan uniknya
6. Menyiapkan dukungan dan bantu an bagi pasien sehingga pada
saat-saatterakhir dalam hidupnya bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan senang dan damai.

B.RUANG LINGKUP
Ruang lingkupnya adalah pasien pada Fase terminal yaitu pasien
dalam kondisi sakit yang menurut ilmu kedokteran pada saat ini
rnemiliki prognosis yang menuju proses kematian. Pada kondisi
tersebut perilaku dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain,
serta petugas kerohanian harus memahami dan rnendukung
pemenuhankebutuhan unik pasien pada akhir hidupnya. Kebutuhan
unik pasien di akhir
kehidupan rneliputi beberapa hal berikut:
1. Pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan permintaan
pasien dan keluarga.
2. Menghargai nilai yang dianut pasien. agarna dan preferensi
budaya
3. Mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalum sernua aspek
pelayanan
4. Memberi respon pada hal psikologis, emosional, spritual dan
budaya dari pasien dan keluarganya
C.TATALAKSANA
1. Mengenal tanda-tanda klinis menjelang kematian:
a. Kehilangan Tonus Otot ditandai:
I) Relaksasi otot muka sehingga dagu rnenjadi turun
2) Kesulitan dalarn berbicara, proses menelan dan hilangnya retlek
menelan.
3) Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai : nausea,
muntah,
perut kembung, obstipasi, dan lainnya.
4) Penurunan kontrol spingter urinari dan rectal.
5) Gerakan tubuh yang terbatas.
b. Kelambatan dalam Sirkulasi ditandai:
I) Kernundurun "alum sensasi.
2) Sianosis pada daerah eksterrnitas.
3) Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan,
telinga
dan hidung.
c. Perubahan-perubahan dalarn tanda-tanda vital :
1) Nadi lambat dan lernah
2) Tekanan darah turun.
3) Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
d. Gangguan Sensori
1) Penglihatan kabur
2) Gangguan penciuman dan perabaan.

2. Mengenal tanda-tanda klinis saat meninggal:


Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui
perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah.
Pada tahun I965 World Medical Assembly, menetapkan beberapa
petunjuk teniang indikasi kematian, yaitu:
a. Tidak ada respon terhadap rangsangan dan luar secara total
b. Tidak adanya gerak dan otot, khususnya pernafasan
c. Tidak ada retlek
d. Gambaran mendatar pada EKG

3. Mengenal macam tingkat kesadaran/pengertian pasien dan


keluarganya
terhadap kernatian. Strause et all (1970), mernbagi kesadaran ini
dalam 3 tipe:
a. Closed Awarenrss (Tidak Mengerti)
Pada situasi seperti 1111, dokter biasanya memilih untuk tidak
memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan
keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena
kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan
keluarganya.
Perawat sering kali dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan
langsung,
kapan sembuh, kapan pulang, dan sebagainya.
b. Matual Pretense(Kesadaran Pengertian yang Ditutupi)
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk ini
menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun
merupakan
beban yang berat baginya.
c. Open Awareness(Sadar akan keadaan dan terbuka)
Pada situasi ini, pasien dan orang-orang disekitarnya mengetahui
akan adanya ajal yang menjelang dan rnenerimu untuk
mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini
memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam
merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat
rnelaksanaan hal tersebut. Respon pasien terhadap kondisi terminal
sangat individual, tergantung kondisi fisiko psikologis, soaial yang
dialami, sehingga damp.ik yang ditirnbulkan pada tiap individu juga
berbeda.

4. Bantuan yang dapat diberikan pada tahap terminal


a. Bantuan Emosional
1) Pada fase DenialiMenolak
Petugas Rumah Sakit perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan
denial dengan cara menanyakan tentang kondisi atau prognosisnya
dan pasien dapat mengekspresikan perasaan perasaannya.
2) Pada fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang rnarah. Petugas Rumah Sakit perlu mernbantunya
agar mengerti bahwa masih merupakan hal yang normal dalam
merespon perasaan kehilangan rnenjelang kematian. Akan lebih baik
bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan
tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien
dalam menumbuhkan rasa aman.
3) Pada fase Menawar
Pada fase ini Petugas Rumah Sakit perlu mendengarkan segala
keluhannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena
akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak rnasuk akal.
4) Pada fase Depresi
Pada rase ini Petugas Rumah Sakit selalu hadir didekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika
berkomunikasi
sehingga rnenurnbuhkan rasa arnan bagi pasien.
5) Pada fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien
telah menerima keadaannya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin
dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya
sendiri sebatas kemampuannya.
b. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
I) Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk rnampu melakukan kebersihan
dirisebatas kemampuanuya dalam hal kebersihan kulit, rambut
badan, dan sebagainya.
2) Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada pasien
dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dan lainnya.
Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri
yang dirasakan pasien. Obat-obatan lebih baik diberikan intravena
dibandingkan melalui intramuskular/subkutan, karena kondisi sistem
sirkulasi sudah
menurun.
3) Membebaskan Jalan Natas
Untuk pasien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik
dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk mernbebaskan
jalan nafas, sedangkan bagi pasien yang tidak sadar, posisi yang baik
adalah dengan dipasang drainase dan mulut dan pemberian oksigen
4) Bergerak
Apabila kondisinya mernungkinkan, pas.en dapat dibantu untuk
bergerak, seperti : turun dan ternpat tidur, ganti posisi tidur (miring
kiri, miring kanan) untuk rnencegah decubitus dan dilakukan seeara
periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong
tubuh pasien, karena tonus otot sudah menurun.
5) Nutrisi
Pasien seringkali anoreksia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik. Dapat diberikan anti ametik untuk mengurangi nausea
dan merangsang nafsu rnakan serta pemberian rnakanan tinggi kalori
dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang,
terjadi disfagia, dokter perlu menguji reflek menelan klien sebelurn
diberikan makanan, kalau perlu diberikan rnakanan cair atau
intravena/infus.
6) Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinensia urin dan feses. Obat laxan perlu diberikan
untuk meneegah konstipasi. Pasien dengan inkontinensia dapat
diberikan urinal, pispot seeara teratur atau dipasang duk yang diganti
setiap saat atau dipasang kateter. Harus dijaga kebersihan pada
daerah sekitar perineum, apabila terjadi leeet, harus diberikan salep
7) Perubahan Sensori
Pasien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, pasien
biasanyarnenolakirnenghadapkan kepala kearah lampu/tempn]
terang. Pasien masih dapat mendengar. tetapi tidak dapat/marnpu
rnerespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelus dan tidak
berbisik-bisik.

A.MEMASTIKAN PASIEN MENINGGAL


Beberapa Tanda Kematian Sebelum Seseorang Dinyatakan Meninggal
Tanda kematian akan terlihat secara alami dari munculnya perubahan
secara fisik dalam beberapa hari atau beberapa jam menjelang kematian.
Hal ini umumnya dialami oleh penderita penyakit kronis atau lanjut usia.

Berikut ini adalah beberapa tanda menjelang kematian yang dapat


terlihat:
1. Lelah dan mengantuk
Perubahan metabolisme membuat seseorang tampak tidak bertenaga,
lemas, dan mengantuk menjelang kematian. Mereka akan menghabiskan
lebih banyak waktu untuk tidur dan bisa jadi tidak sadarkan diri dalam
tidurnya.
2. Tidak ingin makan atau minum
Menjelang kematian, seseorang akan menolak makan atau minum dan
terlihat kesulitan saat mengonsumsi makanan, minuman, serta obat
melalui mulut. Di saat yang bersamaan, tubuhnya pun tidak mampu lagi
memproses makanan dengan baik, sebab fungsi pencernaannya
melemah.

3. Perubahan napas
Tanda kematian selanjutnya adalah perubahan saat bernapas. Dalam
kondisi ini, pernapasan menjadi kurang teratur yang ditandai dengan
napas dalam dan cepat, serta terdapat jeda beberapa waktu di sela
tarikan napas.
Selain itu, tubuh akan memproduksi dahak secara alami yang akan
terbuang melalui batuk. Namun, jika tubuh sudah tidak banyak bergerak
dan mendekati kematian, dahak akan menumpuk dan menimbulkan
bunyi saat bernapas.

4. Halusinasi dan kebingungan


Halusinasi dan kebingungan bisa menjadi salah satu tanda-tanda
kematian, karena adanya perubahan keseimbangan di otak atau
pengaruh obat-obatan.

Seseorang bisa saja melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya


tidak nyata dan bahkan tidak mengenali di mana ia berada, jam berapa,
atau bersama siapa.

Kondisi ini dapat menimbulkan rasa gelisah dan susah tidur. Selain itu,
halusinasi juga dapat membuat penderitanya merasa frustrasi sehingga
bisa memperburuk kondisinya.

5. Tangan dan kaki terasa dingin


Perubahan sirkulasi tubuh menjelang kematian dapat menyebabkan kaki
dan tangan terasa dingin. Kulit juga bisa berubah warna kebiruan atau
sianosis, karena kurangnya oksigen dalam darah.
6. Frekuensi buang air tidak teratur
Saat mengalami tanda kematian, seseorang akan makan dan minum lebih
sedikit sehingga buang air besar dan buang air kecil menjadi lebih jarang.
Namun, untuk memastikan mereka tetap bersih, Anda bisa meminta
perawat memasangkan kateter atau popok dewasa.

Menjelang akhir hidup, penderita penyakit serius stadium akhir sering


kali tidak sadarkan diri selama beberapa hari atau beberapa jam sebelum
dirinya dinyatakan meninggal. Meski demikian, kadang mereka masih
dapat mengetahui kehadiran dan suara orang yang berada di
sampingnya.

Beragam Tanda Kematian secara Medis


Secara medis, ada beberapa tanda yang menjadi panduan dokter untuk
menentukan seseorang sudah meninggal, yaitu:

1.Tidak terasa denyut nadi


2.Napas terhenti
3.Tidak ada ketegangan otot
4.Adanya pelepasan kotoran dari usus dan kandung kemih
5.Kelopak mata tertutup sebagian
6.Tidak ada respons terhadap nyeri, misalnya ketika dicubit
7.Mata tidak memberikan reaksi terhadap cahaya
8.Ketahui Perubahan Tubuh setelah Meninggal (Post-Mortem)
Setelah meninggal, serangkaian perubahan terjadi pada tubuh secara
alami. Berbagai faktor eksternal dapat mempercepat atau
memperlambat proses perubahan pada tubuh setelah meninggal.

Berikut ini adalah berbagai perubahan yang terjadi pada tubuh manusia
setelah meninggal:

1.Rigor mortis, yaitu perubahan otot menjadi kaku setelah kematian


2.Livor mortis, yaitu munculnya lebam berwarna ungu kebiruan pada
bagian tubuh, karena hasil pengendapan darah akibat pengaruh gaya
gravitasi
3.Tardieu spots, yaitu bintik-bintik pada kulit yang muncul setelah
kematian akibat pembuluh darah yang pecah
4.Algor mortis, yaitu perubahan suhu tubuh menjadi dingin setelah
kematian. Proses ini hanya terjadi jika suhu sekitar lebih dingin daripada
suhu tubuh pada saat kematian
5.Tache noire, yaitu garis horizontal bewarna merah gelap yang muncul
di mata ketika kelopak mata tidak tertutup saat kematian
6.Purge fluid, yaitu cairan pembusukan yang keluar dari lubang pada
tubuh, seperti mulut, hidung, saluran kemih, dan anus
7.Pembusukan atau dekomposisi, yaitu proses pembusukan yang dibantu
oleh bakteri yang berasal dari dalam dan luar tubuh
Tanda kematian setiap orang umumnya berbeda-beda, tergantung
penyebab kematiannya. Untuk memastikan penyebab dan perkiraan
waktu kematian kerabat atau anggota keluarga, Anda bisa menghubungi
dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan.

A.Menginformasikan Kepada Keluarga


Dalam melakukan pekerjaan sehari hari, seorang petuga medis tidak
jarang menghadapi situasi yang dilematis terkait dengan kondisi pasien dan
keluarganya. Salah satu kondisi yang sering kali berpengaruh secara fisik dan
mental bagi penderita, keluarganya maupun masyarakat lingkungannya adalah
suatu berita buruk dalam medis yang harus disampaikan. Berita buruk dalam
medis yang dimaksud adalah suatu berita yang secara drastis dan negatif
mengubah pandangan pasien terhadap dirinya dan atau masa depannya.
Berita buruk yang dimaksud adalah setiap informasi yang merugikan dan
berpotensi serius untuk mempengaruhi individu terhadap pandangan pada
dirinya dan atau masa depannya dan atau menempatkan mereka pada situasi
akan perasaan tidak adanya harapan, putus asa, ancaman terhadap
kesejahteraan mental atau fisik seseorang, berisiko mengganggu kemapanan,
atau di mana suatu pesan yang diberikan menimbulkan suatu pilihan yang
sempit bagi individu dalam hidupnya.

Ada banyak alasan mengapa seorang petugas medis merasa mengalami


kesulitan dalam menyampaikan berita buruk. Sutau rasa empati dan
keprihatinan bersama terhadap suatu berita yang akan mempengaruhi pasien
sering kali digunakan untuk membenarkan pemotongan berita buruk sehingga
tidak tersampaikan. Ketrampilan berkomunikasi dalam penyampaian kepada
pasien dengan baik bukan merupakan keterampilan opsional. Hal itu adalah
suatu bagian penting dari praktek profesional. Kesalahan dalam komunikasi
dapat menimbulkan dampak yang serius baik secara fisik maupun psikis
bahkan dapat menimbulkan permasalahan yang harus diselesaikan di
pengadilan. Itu sebabnya penguasaan ketrampilan dalam komunikasi
khususnya dalam menyampaikan sutau berita buruk merupakan hal penting
dalam praktek medis.

Terdapat enam langkah dalam menyampaikan berita buruk:


1. Melakukan persiapan
Persiapkan diri dengan informasi klinis yang relevan dengan berita yang akan
disampaikan. Idealnya data rekam medis pasien, hasil laboratorium atau pun
pemeriksaan penunjang ada saat percakapan. Persiapkan juga pengetahuan
dasar tentang prognosis atau pun terapi pilihan terkait penyakit pasien.
A.Aturlah waktu yang memadai dengan lokasi yang privat dan nyaman.
Pastikan bahwa selama percakapan tidak ada gangguan dari staf medis lain
atau pun dering telepon. Jika memungkinkan, sebaiknya ada anggota keluarga
yang hadir. Perkenalkan diri pada setiap yang hadir dan tanyakan nama dan
hubungan mereka dengan pasien.
B. Latihlah mental dan emosi untuk menyampaikan berita buruk. Tulislah kata2
spesifik
jika perlu, yang akan disampaikan atau yang harus dihindari dalam
penyampaian.
2. Menanyakan apa yang pasien tahu tentang penyakitnya
Mulailah diskusi dengan menanyakan apakah pasien tahu bahwa dirinya sakit
parah,atau apakah pasien mempunyai pengetahuan tentang penyakitnya
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjajagi apakah pasien atau keluarganya
dapat memahami berita buruk yang akan disampaikan. Contoh pertanyaan
yang dapat diajukan:
A ―Apa yang Anda ketahui tentang sakit Anda?‖
B―Bagaimana Anda menggambarkan kondisi kesehatan Anda saat ini?‖
C―Apakah Anda khawatir mengenai sakit atau kondisi Anda?‖
D ―Apakah petugas medis Anda sebelumnya mengatakan apa penyakit Anda?
Atau
menyarankan Anda melakukan suatu pemeriksaan?‖
E ―Dengan gejala2 yang ada, menurut Anda penyakit apa yang mungkin
terjadi?‖

3. Menanyakan seberapa besar keinginan tahu pasien tentang penyakitnya


4.Tahap selanjutnya adalah mencari tahu seberapa besar keinginan tahu
pasien, orang tua (jika pasien anak) atau keluarga. Penerimaan informasi setiap
orang dapat berbeda tergantung suku, agama, ras, sosial dan budaya masing-
masing. Setiap orang mempunyai hak untuk menolak atau menerima informasi
lebih lanjut. Jika pasien menunjukkan tanda tidak menginginkan informasi yang
lebih detail, maka petugas medis harus menghormati keinginannya dan
menanyakan pada siapa informasi sebaiknya diberikan. Pertanyaan yang dapat
diajukan untuk mengetahui berapa besar keinginan tahu pasien dapat berupa:
A―Jika kondisi ini mengarah pada suatu hal yang serius, apakah Anda ingin
mengetahui lebih lanjut?‖
B ―Apakah Anda ingin saya menerangkan dengan lebih rinci mengenai kondisi
Anda? Jika tidak, apakah Anda ingin saya menyampaikannya pada seseorang?‖
C―Beberapa orang mungkin tidak mau tahu sama sekali apa yang terjadi pada
diri
mereka, sementara keluarga justru sebaliknya. Mana yang Anda pilih?‖
D―Apakah anda ingin saya menyampaikan hasil pemeriksaan dan menjelaskan
dengan tepat apa yang saya pikir jadi masalah kesehatan?
E―Siapa sebaiknya yang saya ajak bicara mengenai masalah ini?‖
Sering keluarga pasien meminta petugas medis untuk tidak menyampaikan
pada pasien diagnosis atau informasi penting lainnya. Sementara petugas
medis mempunyai kewajiban secara hukum untuk memberikan inform consent
pada pasien dan disisi lain hubungan terapetik yang efektif juga membutuhkan
kerjasama dengan keluarga. Maka jika keluarga meminta demikian, tanyakan
mengapa mereka tidak menginginkan petugas medis memberikan informasi
pada pasien, apa yang mereka takutkan akan apa yang petugas medis
sampaikan, dan apa pengalaman mereka tentang berita buruk. Sarankan
bahwa petugas medis bersama keluarga menemui pasien dan menanyakan
apakah pasien Ingin informasi mengenai kesehatannya dan apa pertanyaan
yang mungkin diajukan.

4. Menyampaikan berita
Sampaikan berita buruk dengan kalimat yang jelas, jujur, sensitif dan penuh
empati. Hindari penyampaikan seluruh informasi dalam satu kesempatan.
Sampaikan informasi, kemudian berikan jeda. Gunakan kata-kata sederhana
yang mudah dipahami. Hindari katakata manis (eufemisme) ataupun istilah-
istilah kedokteran. Lebih baik gunakan kata yang jelas seperti ―meninggal‖
atau ―kanker‖. Jangan meminimalkan keparahan penyakit. Sering-sering
memberikan jeda setelah penyampaian suatu kalimat. Cek apakah pasien
dapat memahami apa yang disampaikan. Gunakan sikap dan bahasa tubuh
yang sesuai saat
5.diskusi. Hindari kalimat ―Saya minta maaf‖ atau ―Maafkan saya‖ karena
kalimat tersebut
dapat diniterpretasikan bahwa petugas medis bertanggung jawab atas apa
yang terjadi, atau bahwa semua ini karena kesalahan petugas medis. Lebih baik
gunakan kalimat ― Maafkan saya harus menyampaikan pada Anda mengenai
hal ini‖. Beberapa kalimat lain yang dapat dipilih untuk menyampaikan berita
buruk:
A ―Saya khawatir berita ini tidak baik, hasil biopsi menunjukkan Anda terkena
kanker leher rahim‖
B ―Saya merasa tidak enak menyampaikannya, bahwa berdasarkan hasil
pemeriksaan
dan USG bayi yang Anda kandung sudah meninggal‖
C ―Hasil pemeriksaan laboratorium yag ada tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan. Hasil ini menunjukkan Anda pada stadium awal penyakit kanker‖
D ―Saya khawatir saya mempunyai berita buruk, hasil biopsi sumsum tulang
belakang menunjukkan putri Anda menderita leukemia‖

5. Memberikan respon terhadap perasaan pasien


Setelah berita buruk disampaikan sebaiknya petugas medis diam untuk
memberi jeda. Beri waktu pasien atau keluarga untuk bereaksi. Respon pasien
dan keluarga dalam menghadapi berita buruk beragam. Ada pasien yang
menangis, marah, sedih, cemas, menolak, menyalahkan, merasa bersalah,
tidak percaya, takut, merasa tidak berharga, malu, mencari alasan mengapa hal
ini terjadi, bahkan bisa jadi pasien pergi meninggalkan ruangan. Siapkan diri
dalam menghadapi berbagai reaksi. Dengarkan dengan tenang dan perhatian
penuh. Pahami emosi pasien dan ajak pasien untuk menceritakan
perasaannya.
Contoh kalimat yang dapat digunakan untuk merespon perasaan pasien:
A ―Saya dapat merasakan bahwa ini merupakan situasi yang sulit‖
B ―Anda terlihat sangat marah. Dapatkan Anda ceritakan apa yang Anda
rasakan?‖
C ―Apakah berita ini membuat Anda takut?‖
6.pasien atau anggota keluarga tidak suka disentuh, bersikap sensitif terhadap
perbedaan budaya dan pilihan personal. Hindari humor atau komentar yang
tidak pada tempatnya. Beri waktu pasien dan keluarga mengekspresi perasaan
mereka. Jangan mendesak dengan terburu-buru menyampaikan informasi
lebih lanjut.

BAB II
B.PERAWATAN JENAZAH
Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag.
Di antara masalah penting yang terkait dengan hubungan manusia dengan
manuasia lainnya adalah masalah perawatan jenazah. Islam menaruh
perhatian yang sangat serius dalam masalah ini, sehingga hal ini termasuk
salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat manusia, khususnya umat
Islam. Perawatan jenazah ini merupakan hak si mayat dan kewajiban bagi umat
Islam untuk melakukannya dengan pengurusan yang terbaik. Dalam kenyataan
masih banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam yang belum
mengetahui bagaimana tatacara mengurus jenazah. Masih banyak praktek
perawatan jenazah yang berbau bid’ah (larangan yang tidak pernah dilakukan
Nabi Muhammad Saw.).Islam tidak hanya mengatur apa yang harus diperbuat
kepada orang yang sudah meninggal saja, tetapi juga kepada orang yang
sedang sakit yang dimungkinkan akan meninggal. Hal yang perlu dilakukan bagi
orang yang sedang sakit di antaranya adalah:
1. Bagi yang sakit hendaknya rela dengan apa yang menimpanya dan harus
sabar menghadapinya.
2. Orang yang sakit juga harus takut dengan dosa-dosanya yang selama ini
dilakukan dan penuh harap agar Allah memberikan rahmat kepadanya.
Bagaimanapun sakitnya, seseorang tidak boleh berharap agar segera mati.

3. Kalau ada kewajiban yang harus ditunaikan hendaknya segera


ditunaikan,tetapi kalau belum ditunaikan segera diwasiatkan.Dalam hal
menghadapi orang yang menjelang ajal (sakaratul maut), NabiSaw.
menganjurkan kepada orang-orang Islam di sekitarnya untuk melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1. Menengoknya dengan memberikan nasihat-nasihat terbaik bagi si sakit
danmemberi semangat kepadanya.
2. Menganjurkan untuk selalu bersabar dan selalu berbaik sangka kepada
Allah.
3. Menganjurkan si sakit untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak
kemurnian tauhid.
4. Berdoa untuk si sakit.
5. Menalqin si sakit dengan bacaan syahadat agar dapat mengakhiri hidupnya
dengan baik (husnul khatimah).
6. Menghadapkan si sakit ke arah kiblat.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan terhadap orang yang sudah
meninggal adalah merawat jenazahnya yang dimulai sejak menyiapkannya,
memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya, hingga menguburkannya.
Merawat jenazah termasuk salah satu kewajiban umat Islam yang termasuk
dalam wajib kifayah, artinya kewajiban yang kalau dikerjakan oleh sebagian
umat Islam maka gugurlah kewajiban sebagian umat Islam lainnya. Hal-hal
yang harus dilakukan terhadap orang yang sudah meninggal adalah sebagai
berikut:
1. Segera memejamkan mata si mayat dan mendoakannya.
2. Menutup seluruh badan si mayat dengan pakaian (kain) selain pakaiannya,
kecuali bagi mayat yang sedang berihram.
3. Menyegerakan pengurusan mayat mulai dari memandikan, mengkafani
(membungkus), menshalatkan hingga menguburkannya.
4. Sebagian dari keluarganya juga hendaknya segera menyelesaikan
hutanghutang si mayat.

Secara khusus Nabi memberikan tuntunan dalam perawatan jenazah ini


yang meliputi memandikan jenazah, mengkafani, menshalatkan, sampai
menguburkannya. Dalam hal ini Nabi tidak memberikan aturan yang rinci,
hanya ketentuan umum saja yang mempermudah kita umat Islam untuk
mengembangkannya sendiri di tengah masyarakat yang memiliki budaya yang
berbeda-beda. Namun secara khusus Nabi juga memberikan ranbu-ranbu
mana
yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Berikutnya akan diuraikan satu-persatu mengenai perawatan jenazah
mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan
jenazah. Uraian ini didasarkan pada penjelasan Nabi Saw. dalam
haditshaditsnya.
1. Memandikan jenazah
Hukum memandikan mayat bagi orang Muslim yang hidup adalah fardlu
kifayah. Yang wajib dimandikan adalah mayat Muslim yang tidak mati syahid,
yaitu orang yang mati karena dalam pertempuran fi sabilillah melawan orang
kafir. Orang yang mati syahid tidak perlu dimandikan, sebagaimana sabda
Rasulullah Saw. tentang orang-orang yang gugur dalam pertempuran Uhud:
“Jangan kamu mandikan mereka, karena sesungguhnya setiap luka dan darah
akan semerbak bau kesturi pada hari kiamat, dan tidak usah mereka dishalati”
(HR. Ahmad dari Jabir).
Orang yang memandikan mayat sebaiknya adalah keluarga terdekat dari si
mayat, kalau dia tahu cara memandikannya. Apabila mayat itu laki-laki
seharusnya yang memandikan juga laki-laki. Apabila mayat itu perempuan
yang
memandikan juga perempuan. Kecuali untuk anak kecil, maka boleh
dimandikan oleh orang yang berlainan jenis kelamin. Nabi bersabda: “Apakah
yang menyusahkanmu seandainya engkau mati sebelum aku, lalu aku
memandikanmu dan mengkafani, kemudian aku menshalatkan dan
menguburmu” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ad-
Daruquthni,
dan Al-Baihaqi dari ‘Aisyah).
Alat-alat yang perlu disediakan untuk memandikan mayit di antaranya
adalah:
a. Tempat tidur atau meja dengan ukuran kira-kira tinggi 90 cm, lebar 90 cm,
dan panjang 200 cm, untuk meletakkan mayit.
b. Air suci secukupnya di ember atau tempat lainnya (6-8 ember).
c. Gayung secukupnya (4-6 buah).
d. Kendi atau ceret yang diisi air untuk mewudukan mayit.
e. Tabir atau kain untuk menutup tempat memandikan mayit.
f. Gunting untuk melepaskan baju atau pakaian yang sulit dilepas.
g. Sarung tangan untuk dipakai waktu memandikan agar tangan tetap bersih,
terutama bila mayitnya berpenyakit menular.
h. Sabun mandi secukupnya, baik padat maupun cair.
i. Sampo untuk membersihkan rambut.
j. Kapur barus yang sudah dihaluskan untuk dicampur dalam air.
k. Kalau ada daun bidara juga bagus untuk dicampur dengan air.
3
l. Tusuk gigi atau tangkai padi untuk membersihkan kuku mayit dengan pelan.
m. Kapas untuk membersihkan bagian tubuh mayit yang halus, seperti mata,
hidung, telinga, dan bibir. Kapas ini juga bisa digunakan untuk menutup
anggota badan mayit yang mengeluarkan cairan atau darah, seperti lubang
hidung, telinga, dan sebagainya.
Adapun cara memandikan jenazah secara singkat dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Menaruh mayat di tempat yang tinggi supaya memudahkan mengalirnya air
yang telah disiramkan ke tubuh mayat.
b. Melepaskan pakaian mayat lalu ditutup dengan kain agar auratnya tidak
terlihat, kecuali anak kecil.
c. Orang yang memandikan mayat hendaknya menggunakan sarung tangan,
terutama ketika menggosok aurat si mayat.
d. Mengurut perut si mayat dengan pelan untuk mengeluarkan kotorankotoran
yang ada dalam perutnya, kecuali perut perempuan yang hamil.
e. Memulai membasuh anggota badan si mayat sebelah kanan dan anggota
tempat wudlu.
f. Membasuh seluruh tubuh si mayat dengan rata tiga kali, lima kali, tujuh
kali, atau lebih dengan bilangan ganjil. Di antaranya dicampur dengan daun
bidara atau yang sejenisnya yang dapat menghilangkan kotoran-kotoran di
badan mayat, seperti sabun,sampo, dan sebagainya.
g. Menyiram mayit berulang-ulang hingga rata dan bersih dengan jumlah
ganjil. Waktu menyiram tutuplah lubang-lubang tubuh mayit agar tidak
kemasukan air.
h. Jangan lupa membersihkan rongga mulut mayit, lubang hidung, lubang
telinga, kukunya, dan sebagainya.
i. Yang terakhir, siramlah dengan larutan kapur barus atau cendana.
j. Untuk mayat perempuan setelah rambutnya diurai dan dimandikan
hendaknya dikeringkan dengan semacam handuk lalu dikelabang menjadi
tiga, satu di kiri, satu di kanan, dan satu di ubun-ubun, lalu ketiga-tiganya
dilepas ke belakang.
k. Setelah selesai dimandikan, badan mayat kemudian dikeringkan dengan
semacam handuk.
Demikian ketentuan pokok tentang cara memandikan mayat sebagaimana
dijelaskan oleh Nabi Saw. Dalam prakteknya cara-cara ini bisa berkembang
sesuai dengan kebiasaan masing-masing umat Islam di daerahnya. Selama
tidak
menyalahi aturan pokok ini dan prinsipnya untuk dapat memandikan mayat
dengan sebaik-baiknya, maka hal itu masih diperbolehkan.
Di samping hal-hal di atas ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan
terkait dengan memandikan jenazah, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Tidak ada perintah yang jelas tentang mewudukan mayit sebelum
memandikannya. Yang ada adalah dalam memandikan mayit hendaknya
mendahulukan bagian yang kanan dan anggota-anggota wudu.
b. Dalam keadaan tertentu mayit dapat ditayamumkan, seperti 1) bila tidak
ada
air, 2) bila jasadnya akan rusak kalau kena air, dan 3) bila mayit perempuan
tidak mempunyai suami dan tidak ada orang perempuan lain di sekitarnya.
c. Jika keluar najis dari tubuh mayit setelah dimandikan, maka najis itu harus
dibersihkan dengan mencucinya dan tidak perlu diulang memandikannya,
dan jika sudah dikafani, maka tidak perlu dibongkar lagi kafannya untuk
dibersihkan.
4
d. Orang yang selesai memandikan mayit dianjurkan untuk mandi.
e. Orang yang memandikan mayit janganlah membuka rahasia mayit yang
merugikan.
Ada hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memandikan mayit
yang terkena kena penyakit rabies atau yang sejenisnya:
a. Mayit hendaknya direndam dulu dengan air yang dicampur rinso atau obat
selama 2 jam.
b. Setelah itu mayit disiram dengan air bersih dan disabun selama kira-kira 10
menit lalu dibilas dengan air bersih.
c. Kemudian siramlah mayit dengan air yang dicampur dengan cairan obat
seperti lisol, karbol, atau yang sejenisnya. Ukurannya 100 cc (setengah gelas
cairan obat) dicampur air satu ember.
d. Yang terakhir siramlah dengan air bersih kemudian dikeringkan.
e. Setelah itu dikafani dengan beberapa rangkap kain kafan. Kapas yang
ditempelkan pada persendian hendaknya dicelupkan ke cairan obat.
f. Setelah itu masukkan ke peti dan langsung dihadapkan ke arah kiblat. Talitali
kain kafan tidak perlu dilepas dan dalam peti ditaburi kaporit.
g. Setelah peti ditutup mati lalu dishalatkan.
h. Barang-barang bekas dipakai mayit yang kena rabies hendaknya
dimusnahkan (dibakar).
i. Orang yang memandikan mayit yang kena rabies hendaknya memakai
sarung tangan, mengenakan kacamata renang, memakai sepatu laras
panjang, dan setelah memandikan tangan dan kakinya dicuci dengan cairan
obat seperti lysol, dettol, dan sebagainya.
2. Mengkafani jenazah
Hukum mengkafani jenazah atau mayat juga fardlu kifayah. Mengkafani
mayat berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang
biasanya berwarna putih, setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum
dishalatkan serta dikubur. Mengkafani mayat sebenarnya sudah cukup dengan
satu lembar kain saja yang dapat menutup seluruh tubuh si mayat.
Namun kalau memungkinkan, hendaknya mengkafani mayat ini dilakukan
dengan sebaik-baiknya. Karena itu dalam mengkafani mayat ini ikutilah
petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Nabi Saw., di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Kafanilah mayat dengan sebaik-baiknya. Nabi Saw. bersabda: “Apabila salah
seorang dari kamu mengkafani saudaranya, maka hendaklah ia
mengkafaninya dengan baik” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud dari
Jabir).
b. Pakailah kain kafan yang berwarna putih.
c. Kafanilah mayat laki-laki dengan tiga lapis dan mayat perempuan dengan
lima lapis. Lima lapis ini terdiri dari sarung, baju kurung, kerudung, lalu
pembungkus dan kemudian dibungkus satu lapis lagi.
d. Lulurlah mayat dengan semacam cendana, yaitu wangi-wangian yang biasa
untuk mayat, kecuali mayat yang sedang berihram.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengkafani mayat adalah
seperti berikut:
a. Jangan mengkafani mayat secara berlebihan.
b. Untuk mengkafani mayat yang sedang melakukan ihram, maka cukup
dikafani dengan kain yang dipakainya untuk ihram. Bagi laki-laki tidak
boleh ditutup kepalanya dan bagi perempuan tidak boleh ditutup mukanya
serta tidak boleh diberi wangi-wangian.
c. Bagi mayat yang mati syahid, cukup dikafani dengan kain yang menempel di
tubuhnya ketika dia meninggal, meskipun banyak darah yang menempel di
kainnya. Jika ada pakaian yang terbuat dari besi atau kulit, maka
hendaknya ditanggalkan.
d. Biaya kain kafan yang digunakan hendaknya diambil dari pokok harta
peninggalan si mayat.
Alat-alat perlu disiapkan untuk mengkafani mayat di antaranya adalah
seperti berikut:
a. Kain kafan kurang lebih 12 meter.
b. Kapas secukupnya.
c. Kapur barus yang telah dihaluskan.
d. Kayu cendana yang telah dihaluskan.
e. Sisir untuk menyisir rambut.
f. Tempat tidur atau meja untuk membentangkan kain kafan yang sudah
dipotong-potong.
Cara membuat kain kafan bisa bermacam-macam. Di antara cara yang
praktis adalah seperti berikut:
a. Guntinglah kain kafan menjadi beberapa bagian:
1) Kain kafan sebanyak 3 helai sepanjang badan mayit ditambah 50 cm.
2) Tali untuk pengikat sebanyak 8 helai: 7 helai untuk tali kain kafan dan
satu helai untuk cawat. Lebar tali 5-7 cm.
3) Kain untuk cawat. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 50 cm
lalu dilipat menjadi tiga bagian yang sama. Salah satu ujungnya dilipat
kira-kira 10 cm lalu digunting ujung kanan dan kirinya untuk lubang tali
cawat. Lalu masukkanlah tali cawat pada lubang-lubang itu. Dalam cawat
ini berilah kapas yang sudah ditaburi kapur barus atau cendana
sepanjang cawat.
4) Kain sorban atau kerudung. Caranya dengan menggunting kain
sepanjang 90/115 cm lalu melipatnya antara sudut yang satu dengan
yang lain sehingga menjadi segi tiga. Sorban ini berguna untuk mengikat
dagu mayit agar tidak terbuka.
5) Sarung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 125 cm atau lebih
sesuai dengan ukuran mayit.
6) Baju. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 150 cm atau lebih
sesuai dengan ukuran mayit. Kain itu dilipat menjadi dua bagian yang
sama. Lebar kain itu juga dilipat menjadi dua bagian sehingga
membentuk empat persegi panjang. Lalu guntinglah sudut bagian tengah
menjadi segi tiga. Bukalah bukalah kain itu sehingga bagian tengah kain
akan kelihatan lubang berbentuk belah ketupat. Salah satu sisi dari
lubang itu digunting lurus sampai pada bagian tepi, sehingga akan
berbentuk sehelai baju.
b. Di samping kain kafan perlu juga disiapkan kapas yang sudah
dipotongpotong untuk:
1) Penutup wajah/muka. Kapas ini berbentuk bujur sangkar dengan
ukuran sisi kira-kira 30 cm sebanyak satu helai.
6
2) Bagian cawat sepanjang kira-kira 50 cm sebanyak satu helai.
3) Bagian penutup persendian anggota badan berbentuk bujur sangkar
dengan sisi kira-kira 15 cm sebanyak 25 helai.
4) Penutup lubang hidung dan lubang telinga. Untuk ini buatlah kapas
berbentuk bulat sebanyak 4 buah.
Di bagian atas kapas-kapas itu ditaburi kapur barus dan cendana yang
sudah dihaluskan.
Adapun cara mengkafani mayat dengan baik dan praktis adalah seperti
berikut:
a. Letakkan tali-tali pengikat kain kafan sebanyak 7 helai, dengan perkiraan
yang akan ditali adalah:
1) bagian atas kepala
2) bagian bawah dagu
3) bagian bawah tangan yang sudah disedekapkan
4) bagian pantat
5) bagian lutut
6) bagian betis
7) bagian bawah telapak kaki.
b. Bentangkan kain kafan dengan susunan antara lapis pertama dengan lapis
lainnya tidak tertumpuk sejajar, tetapi tumpangkan sebagian saja,
sedangkan lapis ketiga bentangkan di tengah-tengah.
c. Taburkan pada kain kafan itu kapus barus yang sudah dihaluskan.
d. Letakkan kain surban atau kerudung yang berbentuk segitiga dengan bagian
alas di sebelah atas. Letak kerudung ini diperkirakan di bagian kepala mayit.
e. Bentangkan kain baju yang sudah disiapkan. Lubang yang berbentuk belah
ketupat untuk leher mayit. Bagian sisi yang digunting dihamparkan ke atas.
f. Bentangkan kain sarung di tengah-tengah kain kafan. Letak kain sarung ini
diperkirakan pada bagian pantat mayit.
g. Bujurkan kain cawat di bagian tengah untuk menutup alat vital mayit.
h. Lalu letakkan mayit membujur di atas kain kafan dalam tempat tertutup dan
terselubung kain.
i. Sisirlah rambut mayat tersebut ke belakang.
j. Pasang cawat dan talikan pada bagian atas.
k. Tutuplah lubang hidung dan lubang telinga dengan kapas yang bulat.
l. Sedekapkan kedua tangan mayait dengan tangan kanan di atas tangan
kirinya.
m. Tutuplah persendian mayit dengan kapas-kapas yang telah ditaburi kapur
barus dan cendana yang dihaluskan, seperti sendi jari kaki, mata kaki
bagian dalam dan luar, lingkaran lutut kaki, sendi jari-jari tangan,
pergelangan tangan, siku, pangkal lengan dan ketiak, leher, dan wajah/muka.
n. Lipatlah kain sarung yang sudah disiapkan.
o. Kenakan baju yang sudah disiapkan dengan cara bagian sisi yang telah
digunting diletakkan di atas dada dan tangan mayit.
p. Ikatkan surban yang berbentuk segitiga dengan ikatan di bawah dagu.
q. Lipatkan kain kafan melingkar ke seluruh tubuh mayit selapis demi selapis
sambil ditarik ujung atas kepala dan ujung bawah kaki.
r. Kemudian talikan dengan tali-tali yang sudah disiapkan.
7
3. Menshalatkan jenazah
Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah
(mayat) seorang Muslim. Dalam berbagai haditsnya Nabi Muhammad Saw.
memerintahkan kepada kita agar melakukan shalat jenazah ini jika di antara
saudara kita yang Muslim meninggal dunia. Dari hadits-hadits itu jelaslah
bahwa shalat jenazah itu sangat dianjurkan, meskipun anjuran untuk shalat
jenazah ini tidak sampai wajib atau fardlu ‘ain. Hukum menshalatkan jenazah
hanyalah fardlu kifayah.
Adapun yang diwajibkan untuk dishalatkan adalah jenazah orang Islam
yang tidak mati syahid (mati dalam peperangan melawan musuh Islam). Terkait
dengan hal ini Nabi bersabda: “Shalatkanlah olehmu orang yang
mengucapkan ”la Ilaha illallah’ (Muslim)” (HR. ad-Daruquthni). Dalam hadits
yang diriwayatkan dari Jabir, ia berkata: “Bahwa Nabi Saw. telah
memerintahkan kepada para shahabat sehubungan dengan orang-orang yang
mati dalam peperangan Uhud, supaya mereka dikuburkan beserta darah
mereka,
tidak perlu dimandikan dan tidak pula dishalatkan”. (HR. al-Bukhari).
Hukum menshalatkan mayat adalah fardlu kifayah sebagaimana
memandikan dan mengkafaninya. Menshalatkan mayat memiliki keutamaan
yang besar, baik bagi yang menshalatkan maupun bagi mayat yang dishalatkan.
Keutamaan bagi yang menshalatkan mayat dinyatakan oleh Nabi Saw. dalam
salah satu haditsnya:“Barang siapa menyaksikan jenazah sehingga dishalatkan,
maka ia memperoleh pahala satu qirath. Dan barang siapa menyaksikannya
sampai dikubur, maka ia memperoleh pahala dua qirath. Ditanyakan:
“Berapakah
dua qirath itu?” Jawab Nabi: “Seperti dua bukit yang besar” (HR. al-Bukhari dan
Muslim, dari Abu Hurairah).
Untuk shalat jenazah, perlu diperhatikan syarat-syarat tertentu. Syarat ini
berlaku di luar pelaksanaan shalat. Syarat-syaratnya seperti berikut:
a. Syarat-syarat yang berlaku untuk shalat berlaku untuk shalat jenazah.
b. Mayat terlebih dahulu harus dimandikan dan dikafani.
c. Menaruh mayat hadir di muka orang yang menshalatkannya.
Adapun rukun shalat jenazah (yang berlangsung selama pelaksanaan
shalat jenazah) adalah sebagai berikut:
a. Niat melakukan shalat jenazah semata-mata karena Allah.
b. Berdiri bagi orang yang mampu.
c. Takbir (membaca Allahu Akbar) empat kali.
d. Membaca surat al-Fatihah setelah takbir pertama.
e. Membaca doa shalawat atas Nabi setelah takbir kedua.
f. Berdoa untuk mayat dua kali setelah takbir ketiga dan keempat.
g. Salam.
Dari rukun shalat jenazah di atas, maka cara melakukan shalat jenazah
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Setelah memenuhi semua persyaratan untuk shalat, maka segeralah berdiri
dan berniat untuk shalat jenazah dengan ikhlas semata-mata karena Allah.

1.1 MEMULASARAN JENAZAH


1 Pemulasaraan jenazah adalah perawatan jenazah
sehingga jenazah layak dan aman untuk dibawa keluarga
2. Jenazah adalah seseorang yang sudah mati. Seseorang
dinyatakan mati bila berhentinya secara permanen tanpa
bisa pulih lagi semua hal berikut :
a. fungsi batang otak
b. fungsi sistem pernafasan dan paru-paru secara spontan
c. fungsi sistem peredaran darah dan jantung secara
spontan

Sistem,mekanisme, dan prosedur


1. Petugas kamar jenazah menerima jenazah dan surat
keterangan sebab kematian dari ruang asal jenazah
2. Petugas kamar jenazah mencatatkan dan
mengarsipkan surat keterangan sebab kematian dan
nomor rekam medik pada buku register jenazah
3. Petugas kamar jenazah menginformasikan pelayananpelayananyang dapat
dilakukan di kamar jenazah salah
satunya pemulasaraan jenazah
4. Keluarga jenazah mengajukan permohonan untuk
dilakukan pemulasaraan jenazah oleh petugas kamar
jenazah
5. Petugas kamar jenazah mempersiapkan tempat dan
peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan
pemulasaraan jenazah
6. Petugas kamar jenazah melakukan tindakan
pemulasaraan jenazah
7. Setelah selesai tindakan pemulasaraan jenazah petugas
kamar jenazah dapat berkoordinasi dengan petugas
rohaniawan agama bila diperlukan
8. Setelah jenazah siap diserahkan ke keluarga petugas
jaga memasukkan biaya tindakan ke dalam billing
sistem entry data tagihan tindakan dan meminta
keluarga jenazah untuk membayar biaya tindakan
kekasir rumah sakit.
A. Pemulasaraan Jenazah Muslim
1. Petugas memakai APD sesuai kebutuhan
2. Jenazah laki-laki hanya dimandikan oleh petugas
laki-laki dan begitu sebaliknya kecuali dalam
dalam keadaan darurat
3. Jenazah diletakkan di meja memandikan jenazah
dengan tetap emmeperhatikan menjaga aurat
4. Petugas mengeluarkan kotoran yang mungkin
masih ada dalam perut jenazah, dengan cara
menekan dengan lembut perut jenazah dari atas
ke bawah setelah itu dubur jenazah dibersihkan.
5. Petugas melakukan wudhu terhadap jenazah
sebagaimana lazimnya orang berwudhu
6. Jenazah dimandikan dimulai dari kepala lalu
anggota tubuh bagian kanan, kemudiaan anggota
tubuh bagian kiri dan selanjutnya seluruh tubuh
7. Seluruh tubuh jenazah dimandikan sampai
dengan bersih
8. Setelah selesai dimandikan jenazah dikeringkan
dengan handuk
9. Jenazah dipindahkan ke meja yang sebelumnya
telah disiapkan kainkafan untuk selanjutnya
jenazah dikafani dan diikat sesuai kebutuhan
B. Pemulasaraan jenazah Nasrani
1. SDA tanpa point 5
2. Point 9 kain kafan diganti dengan mengenakan
pakaian
C. Pemulasaraan jenazah Hindu, Budha dan penganut
kepercayaan lain
1. Sama dengan tata cara pemulasaraan jenazah
muslim hanya point 5 tidak perlu dilakukan.
Jangka waktu
penyelesaian 2 jam setelah pasien meninggal.

1.2 PENYELENGGARAAN JENAZAH


Menyelenggarakan jenazah adalah suatu kegiatan yang dilakukan terhadap
seseorang yang telah meninggal dunia. bagi umat Islam, penyelenggaraan
jenazah terdiri atas memandikan, mengafankan, menyolatkan, dan
memakamkan jenazah tersebut.

Berikut adalah langkah-langkah untuk memandikan jenazah:


1.Menggunakan sarung tangan sebelum memandikan jenazah.
2.Menutup aurat jenazah menggunakan kain.
3.Membersihkan gigi, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiak, celah jari
tangan, kaki, dan rambut jenazah.
4.Bersihkan kotoran jenazah dengan menekan perutnya perlahan agar kotoran
dapat keluar.
5.Menyiram seluruh badan jenazah menggunakan air sabun.
6.Menyiram jenazah menggunakan air bersih sambil beniat sesuai dengan jenis
kelamin jenazah.
7.Niat memandikan untuk jenazah perempuan: Nawaitu ghusla adaa’an
hadzihil mayyitati lillahi ta’aalaa (Aku berniat memandikan untuk memenuhi
kewajiban dari jenazah (perempuan) ini karena Allah Ta’ala).
8.Niat memandikan untuk jenazah laki-laki: Nawaitu ghusla adaa’an hadzal
mayyiti lillahi ta’aalaa (Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban
dari jenazah (laki-laki) ini karena Allah Ta’ala).
9.Siram dan basuh jenazah dari kepala hingga ujung kaki menggunakan air
bersih, mulai dari sebelah kanan kemudian kiri masing-masing tiga kali.
10.Miringkan jenazah ke kiri untuk membasuh bagian lambung kanan sebelah
belakang, kemudian miringkan jenazah ke kanan untuk membasuh bagian
lambung kiri sebelah belakang.
11.Siram menggunakan air bersih kemudian siram lagi menggunakan air kapur
barus.
12.Wudukan jenazah seperti orang berwudu sebelum salat.
13Buka sanggul rambut perempuan dan biarkan rambut terurai untuk
dibersihkan kemudian keringkan dengan handuk dan kepang.
14.Setelah jenazah dimandikan beri wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol sebelum mulai dikafani.

Berikut cara mengafani jenazah laki-laki:

1. Siapkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Letakkan secara vertikal tepat di


bawah kain kafan yang akan menjadi lapis pertama.
2. Bentangkan kain kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah.
3. Beri wewangian pada kain kafan lapis pertama.
4. Bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah.
5. Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua.
6. Bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah.
7. Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga.
8. Letakkan jenazah di tengah-tengah kain kafan lapis ketiga.
9. Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri.
10. Tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi
kanan ke kiri.
11. Tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari
sisi kanan ke kiri.
12. Ikat dengan tali pengikat yang sudah disediakan.

Cara Mengafani Jenazah Perempuan


Berbeda dengan jenazah laki-laki, berikut ini cara mengafani jenazah
perempuan:

1. Bentangkan 2 lembar kain kafan yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
Kemudian letakkan kain sarung tepat pada badan antara pusar dan kedua
lututnya.
2. Persiapkan baju gamis dan kerudung di tempatnya.
3. Sediakan 3–5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan.
4. Sediakan kapas yang sudah diberikan wangi-wangian, yang nantinya
diletakkan pada anggota badan tertentu.
5. Setelah kain kafan siap, lalu angkat dan baringkan jenazah di atas kain kafan.
6. Letakkan kapas yang sudah diberi wangi-wangian tadi ke tempat anggota
tubuh seperti halnya pada jenazah laki-laki.
7. Selimutkan kain sarung pada badan jenazah, antara pusar dan kedua lutut.
Pasangkan baju gamis berikut kain kerudung. Untuk yang rambutnya panjang
bisa dikepang menjadi 2/3, dan diletakkan di atas baju gamis di bagian dada.
8. Selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari yang
lapisan atas sampai paling bawah. Setelah itu ikat dengan beberapa utas tali
yang tadi telah disediakan.

Setelah mengafani, tata cara mengurus jenazah dari memandikan sampai


menguburkan selanjutnya adalah menyolatkan jenazah. Shalat jenazah
terdapat tujuh rukun seperti berikut:
1. Berniat (di dalam hati).
2. Berdiri bagi yang mampu.
3. Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
4. Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
5. Setelah takbir kedua, membaca shalawat (minimalnya adalah allahumma
sholli ‘ala Muhammad).
6. Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah.
7.Takbir keempat membaca doa
8. Salam

Tata cara mengurus jenazah dari memandikan sampai menguburkan yang


terakhir adalah menguburkan jenazah.
1. Memperdalam galian lobang kubur agar tidak tercium bau jenazah dan tidak
dapat dimakan oleh burung atau binatang pemakan bangkai.
2. Cara menaruh jenazah di kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah
kiblat kemudian di atasnya ditaruh papan kayu atau yang semacamnya dengan
posisi agak condong agar tidak langsung tertimpa tanah. Namun bisa juga
dengan cara lain dengan prinsip yang hampir sama, misalnya dengan menggali
di tengah-tengah dasar lobang kubur, kemudian jenazah ditaruh di dalam
lobang.
Lalu di atasnya ditaruh semacam bata atau papan dari semen dalam posisi
mendatar untuk penahan tanah timbunan. Cara ini dilakukan bila tanahnya
gembur. Cara lain adalah dengan menaruh jenazah dalam peti dan menanam
peti itu dalam kubur.

3. Cara memasukkan jenazah ke kubur yang terbaik adalah dengan


mendahulukan memasukkan kepala jenazah dari arah kaki kubur.
4. Jenazah diletakkan miring ke kanan menghadap ke arah kiblat dengan
menyandarkan tubuh sebelah kiri ke dinding kubur supaya tidak terlentang
kembali.
5. Para ulama menganjurkan supaya ditaruh tanah di bawah pipi jenazah
sebelah kanan setelah dibukakan kain kafannya dari pipi itu dan ditempelkan
langsung ke tanah. Simpul tali yang mengikat kain kafan supaya dilepas.
6. Waktu memasukkan jenazah ke liang kubur dan meletakkannya dianjurkan
membaca doa seperti: Bismillahi Waala Millati Rosulillah Artinya: “Dengan
nama Allah dan atas agama Rasulullah” (HR. at-Tirmidzi dan Abu Daud).
7. Untuk jenazah perempuan, dianjurkan membentangkan kain di atas
kuburnya pada waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedang untuk mayat laki-laki
tidak dianjurkan.
8. Orang yang turun ke lobang kubur jenazah perempuan untuk mengurusnya
sebaiknya orang-orang yang semalamnya tidak mensetubuhi isteri mereka.
9. Setelah jenazah sudah diletakkan di liang kubur, dianjurkan untuk
mencurahinya dengan tanah tiga kali dengan tangannya dari arah kepala mayit
lalu ditimbuni tanah.
10. Berdoa setelah selesai menguburkan jenazah.
Selesai mengubur dan sebelum meninggalkan tempat penguburan pelayat
mengambil tanah dan menaburkannya dari arah kepala tiga kali, lalu berdiri di
sisinya, dan membaca do’a sebagai berikut:

“Allahummaghfir lahu warhamhu, wa’aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu,


wa wassi’madkhalahu, waghsilhu bil-ma’i watstsalji wal-baradi, wanaqqohi
minal khotoya kamaayunaqqottsaubu abyadhu minadanasi, waabdilhu daaron
khoiron in daarihi, waahlankhoiron min ahlihi, wazaujan khoiron minzaujihi,
waqihi fitnatal qobri wa’adaabinnar”

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pasien tahap terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit/sakit yang tidak mernpunyai harapan untuk sembuh yang diakibatkan
kegagalan organ atau multiorgan sehingga sangat dekat proses kematian.
Respon pasien tahap terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, sosial yang dialami, sehinggan dampak yang ditimbulkan pada tiap
individu juga berbeda.

Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan


termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi
ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang milik
klien.

SARAN
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan kami persilahkan. Apabila
terdapat beberapa kesalahan kata, kalimat ataupun penyajian yang kami
sajikan, kami mohon untuk dapat dimaafkan dan Ibu Herinawati M.Keb
selaku pembaca dapat memakluminya. Kami juga mengharapkan koreksi
dari ibu supaya kami bisa memperbaiki kesalahan yang ada di makalah ini.
Karena kami hanya makhluk tuhan yang tak luput darikesalahan.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai