Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KDK

“PERAWATAN LUKA OPERASI”

Dosen Pembimbing: Lia Artika Sari, M.KEB

Disusun oleh: Kelompok 4

1. Meri Juliani (PO71240210005)


2. Putri Andini (PO71240210022)
3. Wulan dari (PO71240210024)
4. Zurraidah Agustin (PO71240210034)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Segala puji dan syukur kita ucapkan


kehadirat Allah SWT Sang Penguasa sekalian alam yang maha pengasih
dan maha penyayang. Shalawat serta salam senantiasa terarah kepada Nabi
Muhammad SAW. Pemimpin para Nabi saya serta umat-umat, keluarga
serta sahabat sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah
dengan judul "Perawatan Luka Operasi". Pembuatan Makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah Ketrampilan
Dasar Kebidanan.

Penyusunan makalah ini terdapat kesulitan dan hambatan. Berkat


bantuan, bimbingan, arahan dan dukungan berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, kami selaku
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
memberi dukungan dan arahan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan


oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun kearah perbaikan dikemudian hari. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan rekan-rekan semua. Akhir
kata semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Jambi, 25 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1. Latar Belakang ................................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4
3. Tujuan................................................................................................................................. 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
1. Menjahit Luka Pada Umumnya ...................................................................................... 5
2. MENJAHIT LUKA PERINEUM ................................................................................... 6
3. Merawat Jahitan Luka SC dan Perineum ...................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
KESIMPULAN .................................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah


yang bervariasi banyaknya.Perdarahan yang berasal dari jalan lahir
selalu harus dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga
dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum vagina,
servik dan robekan uterus.

Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir


dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah
vena, Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan
dengan pemeriksaan dalam atau spekulum. Perdarahan karena robekan
jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan.

Jika perlukaan hanya mengenai bagian luar (superfisial) saja atau


jika perlukaan tersebut tidak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu
dijahit. Hanya perlukaan yang lebih dalam dimana jaringannya tidak
bisa didekatkan dengan baik atau perlukaan yang aktif mengeluarkan
darah memerlukan suatu penjahitan, Hecting digunakan untuk
mendekatkan tepi luka dengan benang sampai sembuh dan cukup untuk
menahan beban fisiologis.

2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Tentang Luka Pada Umumnya
2. Jelaskan Tentang Menjahit Luka Perineum
3. Jelaskan Tentang Merawat Jahitan Luka SC dan Perineum

3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tentang Luka Pada Umumnya
2. Untuk Mengetahui Tentang Menjahit Luka Perineum
3. Untuk Mengetahui Tentang Merawat Jahitan Luka SC dan Perineum

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Menjahit Luka Pada Umumnya

Menjahit luka pada umumnya digunakan untuk memperbaiki


jaringan dan mempercepat penyembuhan.teknik yang digunakan ,alat
dan benang khusus untuk menjahit luka,dan jenis jarum spesifik yang
akan digunakan berbeda dengan ukuran,jenis dan lokasi luka.
menurut school of medicine,boston university,saat mengalami
dan terdapat luka pada tubuh akan merepons cedera tersebut dan akan
berusaha untuk menyembuhkan atau menemukan kembali jaringan
yang mengalami cedera melalui tiga fase penyembuhan jaringan
tersebut yaitu;

1. Hemostasis dan inflamasi (peradangan)


pada fase ini terjadi vasokonstriksi sementara yang diikuti dengan
vasodilatasi serta meningkatkan permeabilitas kapiler.fase ini juga
ditandai dengan dikeluarkannya sel-sel yang penting dalam inflamasi
neutrofil,sel yang memulai terjadinya fagositosis dan pertahanan
terhadap mikroorganisme dan sel makrofag,sel yang berperan penting
dalam penyembuhan luka karena makrofag mengeluarkan
mikroorganisme dan sel yang mati.

2.Fibroplasia
Respons inflamasi menurun ketika pemicu inflamasi sudah
dikeluarkan secara perlahan dari tubuh,dan pada hari kelima umumnya
fase fibroplasia dimulai.terdapat fibroblast dan proliferasi yang
dimediasi oleh berbagai faktor kemotaktik dan faktor pertumbuhan
seperti fibronektin,C5A,PDGF, dan FGF.fibroblast yang berada di
tempat luka mulai mensintesis dan membuat proteoglikan,kolagen,dan
elastin yang kemudian akan turun secara terhadap pada ukuran
luka.selain itu,di area luka,juga mulai terbentuk pembuluh darah baru
3.Maturasi luka
fase maturasi melibatkan perombakan luka sebagai akibat dari
interaksi antara sintesis matrik dan degradasi.pembuatan kolagen yang
terjadi dengan seiring bergeraknya waktu,dapat meningkatkan waktu
penyembuhan luka.
5
2. MENJAHIT LUKA PERINEUM
Luka perineum pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada
persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manifulatif dan
traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan belum lengkap.
1. Teknik Jahitan
A. Teknik Episiotomi Medialis

Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai
batas atas otot-otot sfingter ani. Cara anestesi yang dipakai adalah cara anestesi
iniltrasi antara lain dengan larutan procaine 1% -2%; atau larutan lidonest 1% -
2% atau larutan xylocaine 1% -2%. Setelah pemberian anestesi, dilakukan insisi
dengan mempergunakan gunting yang tajam dimulai dari bagian terbawah
introitus vagina menuju anus, tetapi tidak sampai memotong pinggir atas sfingter
ani, hingga kepala dapat dilahirkan. Bila kurang lebar disambung ke lateral
Untuk menjahit luka episiotomi medialis mula-mula otot perineum kiri dan
kanan dirapatkan beberapa jahitan. Kemudian fasia dijahit dengan beberapa
jahitun. Lalu selaput lendir vagina dijahit pula dengan beberapa jahitan. Terakhir
kulit perineum dijahit dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat dilakukan
secara terputus-putus (interrupted suture) atau secara jelujur (continous suture).
Benang yangdipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput lendir adalah catgut
khromik, sedangkan untuk kulit perineum dipakai benang sutera.
Keterangan:
1) Otot perineum kiri dan kanan dijahit dan dirapatkan
2) Pinggir fasia kiri dan kanan dijahit dan dirapatkan
3) Selaput lendir vagina dijahit
4) Kulit perineum dijahit dengan benang sutera
b. Teknik Episiotomi Mediolateralis
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju
ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah kanan
ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang insisi
kira-kira 4 cm. Teknik menjahit luka pada episiotomi mediolateralis hampir sama
dengan teknik menjahit episiotomi medialis. Penjahitan dilakukan sedemikian
rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
6
1) Menjahit jaringan otot-otot dengan jahitan terputus-putus
2) Benang jahitan pada otot-otot ditarik
3) Selaput lendir vagina dijahit
4) Jahitan otot-otot diikatka
5) Fasia dijahit
6) Penutupan fasia selesai
7) Kulit dijahit
C. Teknik Episiotomi Lateralis
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam
3 atau jam 9 menurut arah jarum jam. Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi
oleh karena banyak memimbulkan komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar ke
arah dimana terdapat pembuluh darah pundendal interna, sehingga dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat
menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
TEKNIK MENJAHIT ROBEKAN PERINEUM

1. Tingkat 1
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan memakai
catgut yang dijahitkan secara jelujur (continous suture) atau dengan cara angka
delapan (figure of delapan).
2. Tingkat II
Pada robekan perineum tingkat II, setelah diberi anestesi lokal otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian
luka pada vagina kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-
jaringan dibawahnya. Jahitan mukosa vagina: jahit mukosa vagina secara jelujur
dengan catgut kromik 2-0. dan Dimulai dari sekitar 1 cm di atas puncak luka di
dalam vagina sampai pada batas vagina. Jahitan otot perineum: lanjutkan jahitan
pada daerah otot perineum sampai ujung luka pada perineum secara jelujur
dengan catgut kromik 2-0. Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
Penting sekali untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga diantaranya.
Jahitan kulit: carilah lapisan subkutikuler persis di bawah lapisan kulit. Lanjutkan
dengan jahitan subkutikuler kembali ke arah batas vagina, akhiri dengan simpul
mati pada bagian dalam vagina.
7
3. Tingkat III:
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun tingkat
III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir
yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah
kiri dan kanan masing masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting.
Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
Jahitan sfingter ani: jepit otot stingter dengan klem Allis atau pinset. Tautkan
ujung otot stingter ani dengan 2-3 jahitan benang kromik 2-0 angka 8 secara
interuptus. Larutan antiseptik pada daerah robekan. Reparasi mukosa vagina, otot
perineum dan kulit.
4. Tingkat IV
Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit. Kemudian fasia perirektal
dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu
kembali. Ujung ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem
dengan Pean lurus, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik sehingga
bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat 1.2.3.4

B. Tingkat atau derajat luka jahitan perineum


a) Derajat I : mukosa vagina, komisura posterior, kulit pireneum
b) Derajat II: mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum.
c) Derajat III: mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani.
d) Derajat IV: mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot sfingter ani, dinding depan rektum. (Sulistyawati & Nugraheny,
2015; h.18).

C.Peralatan menjahit perenium


a. Gorden dan sarung tangan steril
b. Solusi irigasi
8
c. Needle holder
d. Metzenbaum gunting
e. Jahitan gunting
f. Gunting tang dengan gigi
g. Klem Allis
h. Gelpi atau deaver retractor ( untuk digunakan dalam memvisualisasikan derajat
ketiga
i. atau keempat robekan perineum, atau dalam robekan vagina)
j. 10 ml suntik dengan 22 gauge
k. 1% lidokain ( xylocaine )
l. 3-0 jahitan polyglactin 910 ( vicryl ) jahitan di CT-1 jarum ( untuk jahitan
mukosa
m. vagina )
n. 3-0 jahitan pada polyglactin 910 CT-1 jarum ( untuk jahitan otot perineum )
o. 4-0 polyglactin SH 910 pada jarum jahit ( untuk jahitan kulit )
p. 2-0 polydioxanone sulfat (PDS) jahitan di CT-1 jarum ( untuk jahitan eksternal
q. sfingter anal
Faktor janin mencakup:
1. Bayi yang besar
2. Posisi kepala yang abnormal, ex: presentasi muka
3. Kelahiran bokong
4. Ekstraksi foreceps yang sukar
5. Dystocia bahu
6. Anomali kongenital, seperti hidrocephalus

9
D. PERAWATAN PASCA TINDAKAN PERENIUM
A. Apabila terjadi robekan tingkat IV (robekan sampai mukosa rektum), berikan
antibiotic profilaksis dosis tunggal. Ampisilin 500 mg peroral danMetronidazol
500 mg peroral Observasi tanda-tanda infeksi. Jangan lakukan pemeriksaan rektal
atau enema. selama 2 minggu.
B. Penggunaan sitz mandi dan analgesik seperti ibuprofen. Jika rasa sakit yang
berlebihan pada hari-hari setelah pasca tindakan harus segera diperiksa, sebah
rasa sakit merupakan tanda tanda infeksi didaerah perineum.
C. Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa mulai dari hari
kedua diberi parafinum liquidum sesendok makan 2 kali sehari dan jika perlu
pada hari ke 6 diberi klisma minyak.

3. Merawat Jahitan Luka SC dan Perineum

A. Definisi perawatan luka operasi post sectio caesarea


Perawatan luka pada pasien diawali dengan pembersihan luka selanjutnya
tindakan yang dilakukan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan yang
bertujuan untuk mencegah infeksi silang serta mempercepat proses penyembuhan
luka (Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012).
Perawatan pasca operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk
meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dengan cara
merawat luka serta memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin
(Riyadi & Harmoko, 2012). Perawatan luka post sectio caesarea menurut buku
standar prosedur operasional tindakan keperawatan Politeknik Kesehatan
Denpasar, (2013) yaitu dalam melakukan prosedur kerja dalam pemberian
Perawatan luka operasi post section caesarea dapat dibagi menjadi tiga
tahap yaitu :
a. Pra interaksi
Dimana dalam tahap ini yang dilakukan adalah mengkaji kebutuhan ibu
dalam perawatan luka operasi sc serta menyiapkan alat-alat perawatan.

10
b. Interaksi
Tahap interaksi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap diantaranya :
1) Tahap orientasi
Pada tahap orientasi yang dilakukan yaitu mengucapkan salam,
memperkenalkan diri perawat serta menyampaikan maksud dan tujuan
dilakukannya perawatan luka.
2) Tahap kerja
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah mulai dari mencuci tangan,
menggunakan alat pelindung diri (APD), membersihkan luka operasi dengan
Nacl, sampai dengan tindakan terakhir yaitu merapikan pasien.
3) Tahap terminasi
Tahap terminasi merupakan fase dimana perawat mengakhiri tindakan, yang
dilakukan perawat pada saat ini adalah mengevaluasi perasaan ibu serta membuat
kontrak pertemuan selanjutnya.
c. Post interaksi
Pada tahap ini yang dilakukan yaitu membersihkan alat-alat, mencuci tangan
serta mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan (Maternitas, 2013).

Tujuan perawatan luka post sectio caesarea


Tujuan dari perawatan luka menurut Maryunani, (2013) yaitu :
a. Mencegah dan melindungi luka dari infeksi.
b. Menyerap eksudat.
c. Melindungi luka dari trauma.
d. Mencegah cendera jaringan yang lebih lanjut.
e. Meningkatkan penyembuhan luka dan memperoleh rasa nyaman.

11
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMBUHAN
a) Nutrisi tinggi protein
b) Perawatan luka
c) Istirahat
d) Kebersihan diri dan lingkungan

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Setelah membahas makalah ini maka penulis dapat memberikan kesimpulan
yaitu:
1 Perlukaan pada jalan lahir sebagai akibat persalinan normal terutama pada
seorang primipara, baik itu berupa robekan perinium, robekan serviks atau
rupture uteri sangat perlu dilakukan heacting perinium agar jaringan tubuh
(perinium) dapat menyatu kembali.
2. Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus
dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perd arahan sehingga dapat diatasi. Peranan
perawat dan bidan atau disebut penolong harus segera melakukan tindakan
penjahitan luka/hecting agar segera menghentikan pendarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2017). “buku acuanpersalinan
normal, asuhan essensial persalinan”. Edisi revisi, Jakarta, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Sulistyawati, Ari dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika
Jurnal Online Sekolah Tinggi Teknologi Mandala 14 (1), 121-127, 2019
https://id.scribd.com/document/369796819/Makalah-Hecting-Perineum
https://kebidananindah.blogspot.com/2019/04/makalah-pemeriksaan-luka-
perineum.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai