Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Tentang Luka Pada Umumnya
2. Jelaskan Tentang Menjahit Luka Perineum
3. Jelaskan Tentang Merawat Jahitan Luka SC dan Perineum
3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Tentang Luka Pada Umumnya
2. Untuk Mengetahui Tentang Menjahit Luka Perineum
3. Untuk Mengetahui Tentang Merawat Jahitan Luka SC dan Perineum
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.Fibroplasia
Respons inflamasi menurun ketika pemicu inflamasi sudah
dikeluarkan secara perlahan dari tubuh,dan pada hari kelima umumnya
fase fibroplasia dimulai.terdapat fibroblast dan proliferasi yang
dimediasi oleh berbagai faktor kemotaktik dan faktor pertumbuhan
seperti fibronektin,C5A,PDGF, dan FGF.fibroblast yang berada di
tempat luka mulai mensintesis dan membuat proteoglikan,kolagen,dan
elastin yang kemudian akan turun secara terhadap pada ukuran
luka.selain itu,di area luka,juga mulai terbentuk pembuluh darah baru
3.Maturasi luka
fase maturasi melibatkan perombakan luka sebagai akibat dari
interaksi antara sintesis matrik dan degradasi.pembuatan kolagen yang
terjadi dengan seiring bergeraknya waktu,dapat meningkatkan waktu
penyembuhan luka.
5
2. MENJAHIT LUKA PERINEUM
Luka perineum pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada
persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manifulatif dan
traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan belum lengkap.
1. Teknik Jahitan
A. Teknik Episiotomi Medialis
Pada teknik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai
batas atas otot-otot sfingter ani. Cara anestesi yang dipakai adalah cara anestesi
iniltrasi antara lain dengan larutan procaine 1% -2%; atau larutan lidonest 1% -
2% atau larutan xylocaine 1% -2%. Setelah pemberian anestesi, dilakukan insisi
dengan mempergunakan gunting yang tajam dimulai dari bagian terbawah
introitus vagina menuju anus, tetapi tidak sampai memotong pinggir atas sfingter
ani, hingga kepala dapat dilahirkan. Bila kurang lebar disambung ke lateral
Untuk menjahit luka episiotomi medialis mula-mula otot perineum kiri dan
kanan dirapatkan beberapa jahitan. Kemudian fasia dijahit dengan beberapa
jahitun. Lalu selaput lendir vagina dijahit pula dengan beberapa jahitan. Terakhir
kulit perineum dijahit dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat dilakukan
secara terputus-putus (interrupted suture) atau secara jelujur (continous suture).
Benang yangdipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput lendir adalah catgut
khromik, sedangkan untuk kulit perineum dipakai benang sutera.
Keterangan:
1) Otot perineum kiri dan kanan dijahit dan dirapatkan
2) Pinggir fasia kiri dan kanan dijahit dan dirapatkan
3) Selaput lendir vagina dijahit
4) Kulit perineum dijahit dengan benang sutera
b. Teknik Episiotomi Mediolateralis
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju
ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah kanan
ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang insisi
kira-kira 4 cm. Teknik menjahit luka pada episiotomi mediolateralis hampir sama
dengan teknik menjahit episiotomi medialis. Penjahitan dilakukan sedemikian
rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
6
1) Menjahit jaringan otot-otot dengan jahitan terputus-putus
2) Benang jahitan pada otot-otot ditarik
3) Selaput lendir vagina dijahit
4) Jahitan otot-otot diikatka
5) Fasia dijahit
6) Penutupan fasia selesai
7) Kulit dijahit
C. Teknik Episiotomi Lateralis
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam
3 atau jam 9 menurut arah jarum jam. Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi
oleh karena banyak memimbulkan komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar ke
arah dimana terdapat pembuluh darah pundendal interna, sehingga dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat
menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
TEKNIK MENJAHIT ROBEKAN PERINEUM
1. Tingkat 1
Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan memakai
catgut yang dijahitkan secara jelujur (continous suture) atau dengan cara angka
delapan (figure of delapan).
2. Tingkat II
Pada robekan perineum tingkat II, setelah diberi anestesi lokal otot-otot
diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian
luka pada vagina kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-
jaringan dibawahnya. Jahitan mukosa vagina: jahit mukosa vagina secara jelujur
dengan catgut kromik 2-0. dan Dimulai dari sekitar 1 cm di atas puncak luka di
dalam vagina sampai pada batas vagina. Jahitan otot perineum: lanjutkan jahitan
pada daerah otot perineum sampai ujung luka pada perineum secara jelujur
dengan catgut kromik 2-0. Lihat ke dalam luka untuk mengetahui letak ototnya.
Penting sekali untuk menjahit otot ke otot agar tidak ada rongga diantaranya.
Jahitan kulit: carilah lapisan subkutikuler persis di bawah lapisan kulit. Lanjutkan
dengan jahitan subkutikuler kembali ke arah batas vagina, akhiri dengan simpul
mati pada bagian dalam vagina.
7
3. Tingkat III:
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II maupun tingkat
III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir
yang bergerigi tersebut harus diratakan terlebih dahulu. Pinggir robekan sebelah
kiri dan kanan masing masing diklem terlebih dahulu, kemudian digunting.
Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan.
Jahitan sfingter ani: jepit otot stingter dengan klem Allis atau pinset. Tautkan
ujung otot stingter ani dengan 2-3 jahitan benang kromik 2-0 angka 8 secara
interuptus. Larutan antiseptik pada daerah robekan. Reparasi mukosa vagina, otot
perineum dan kulit.
4. Tingkat IV
Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit. Kemudian fasia perirektal
dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu
kembali. Ujung ujung otot sfingter ani yang terpisah oleh karena robekan diklem
dengan Pean lurus, kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik sehingga
bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat 1.2.3.4
9
D. PERAWATAN PASCA TINDAKAN PERENIUM
A. Apabila terjadi robekan tingkat IV (robekan sampai mukosa rektum), berikan
antibiotic profilaksis dosis tunggal. Ampisilin 500 mg peroral danMetronidazol
500 mg peroral Observasi tanda-tanda infeksi. Jangan lakukan pemeriksaan rektal
atau enema. selama 2 minggu.
B. Penggunaan sitz mandi dan analgesik seperti ibuprofen. Jika rasa sakit yang
berlebihan pada hari-hari setelah pasca tindakan harus segera diperiksa, sebah
rasa sakit merupakan tanda tanda infeksi didaerah perineum.
C. Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa mulai dari hari
kedua diberi parafinum liquidum sesendok makan 2 kali sehari dan jika perlu
pada hari ke 6 diberi klisma minyak.
10
b. Interaksi
Tahap interaksi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap diantaranya :
1) Tahap orientasi
Pada tahap orientasi yang dilakukan yaitu mengucapkan salam,
memperkenalkan diri perawat serta menyampaikan maksud dan tujuan
dilakukannya perawatan luka.
2) Tahap kerja
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah mulai dari mencuci tangan,
menggunakan alat pelindung diri (APD), membersihkan luka operasi dengan
Nacl, sampai dengan tindakan terakhir yaitu merapikan pasien.
3) Tahap terminasi
Tahap terminasi merupakan fase dimana perawat mengakhiri tindakan, yang
dilakukan perawat pada saat ini adalah mengevaluasi perasaan ibu serta membuat
kontrak pertemuan selanjutnya.
c. Post interaksi
Pada tahap ini yang dilakukan yaitu membersihkan alat-alat, mencuci tangan
serta mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan (Maternitas, 2013).
11
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMBUHAN
a) Nutrisi tinggi protein
b) Perawatan luka
c) Istirahat
d) Kebersihan diri dan lingkungan
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah membahas makalah ini maka penulis dapat memberikan kesimpulan
yaitu:
1 Perlukaan pada jalan lahir sebagai akibat persalinan normal terutama pada
seorang primipara, baik itu berupa robekan perinium, robekan serviks atau
rupture uteri sangat perlu dilakukan heacting perinium agar jaringan tubuh
(perinium) dapat menyatu kembali.
2. Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus
dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perd arahan sehingga dapat diatasi. Peranan
perawat dan bidan atau disebut penolong harus segera melakukan tindakan
penjahitan luka/hecting agar segera menghentikan pendarahan.
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, Vicky. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2017). “buku acuanpersalinan
normal, asuhan essensial persalinan”. Edisi revisi, Jakarta, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Sulistyawati, Ari dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika
Jurnal Online Sekolah Tinggi Teknologi Mandala 14 (1), 121-127, 2019
https://id.scribd.com/document/369796819/Makalah-Hecting-Perineum
https://kebidananindah.blogspot.com/2019/04/makalah-pemeriksaan-luka-
perineum.html?m=1