RAHMAYANI
FEBRIANI
AFNI SAFITRI S
WIWIT AFRISA
SUCI RAMADHANI Y
FRENGK E.OLI’I
RIZKY RAMADHAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perawatan Luka modern”.Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Luka. Tujuan yang lebih khususdari penulisan
makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara perawatan luka modern
yang baik dalam kehidupan sehari-hari, yang kami sajikan berdasarkan berbagai
sumberinformasi, referensi, dan berita.Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen
yang telah memberikan tugas untukmenulis makalah ini,serta kepada teman-teman mahasiswa
yang juga sudah memberi kontribusibaik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namunkami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan,dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbanganpemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Poltekkkes Kemenkes palu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangandan jauh dari sempurna. Untuk
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..........................................................................................4
B.Rumusan Masalah.....................................................................................5
C.Tujuan.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian................................................................................................6
B. mekanisme terjadinta luka......................................................................6
C. klasifikasi proses penyembuhan luka............ .........................................7
D.tingkat kontaminasi terhadap luka..........................................................13
BAB II PENUTUP
A.Kesimpulan.............................................................................................23
B.Saran.......................................................................................................23
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang praktek
perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen
perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil pasien, dimana pasien
dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak
ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka
dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai
dengan optimal.
4
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka
beberapa masalah yang dapat kami rumuskan dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana definisi luka ?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya luka ?
C. Tujuan
Adapun tujuan kami mengangkat masalah konsep dinamika kelompok
dalam makalah ini adalah :
1. Mendeskripsikan definisi luka
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka
Gambar Luka
6
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
e) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat.
f) Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. Luka Bakar
(Combustio)
7
8
Gambar Pembalutan Luka
a) Fase inflamasi :
o Hari ke 0-5
o Respon segera setelah terjadi injuri pembekuaàn darah untuk
9
o Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka
serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
o Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya
dengan jaringan sebelumnyaà
o Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular
and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan
c) Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
o Status Imunologi
a. Pengkajian Luka
Pengkajian adalah proses pengumpulan, identifikasi dan analisa dalam
rangka memecahkan masalah klien. Pengkajian dalam hal perawatan
luka bertujuan untuk :
10
lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma
/ perdarahan.
d. Yellow / Kuning.
Pengkajian terhadap bau tidak sedap dan jumlah eksudate pada luka akan
mendukung dalam penegakan diagnose terjadi infeksi atau tidak. Bau
dapat disebabkan oleh adanya kumpulan bakteri yang
menghasilkan protein, apocrine sweat glands atau beberapa cairan luka.
i. Tanda infeksi
b) Perencanaan
Perencanaan yang tepat dalam hal menentukan kondisi luka dan
penggunaan dressing yang sesuai dapat menunjang proses penyembuhan luka
yang optimal. Suasana moist (lembab) merupakan lingkungan yang optimal
untuk penyembuhan luka. Lingkungan luka yang lembab (moist) berguna
untuk mempercepat fibrinolisis, angiogenesis, menurunkan resiko infeksi,
11
mempercepat pembentukan growth factor dan mempercepat terjadinya
pembentukan sel aktif.
1. Calcium alginate
Berasal dari rumput laut, berubah menjadi gel jika bercampur dengan
cairan luka, adalah jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan luka
yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi
perdarahan minor serta barier terhadap kontaminasi oleh
pseudomonas.dapat digunakan oleh semua warna dasar luka. (Kaltostat,
sorbsan, alginate M, comfell pluss, cura sorb )
2. Hidrokoloid
12
4. Transparant Film
Jenis topical therapy yang berfungsi untuk mempertahankan luka akut atau
bersih dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan
menghindari resiko infeksi. Keuntungan topical terapi ini :Waterproof dan
gas permeable, primary / secondary dressing, support autolysis
debridement dan mengurangi nyeri. Adapun kontraindikasi topical ini
adalah pada luka dengan eksudat banyak dan sinus.
5. Deodorizing dressing / activated charcoal dressing
Jenis topical therapy yang terbuat dari bahan lapisan calsium alginate dan
karbon, berfungsi untuk menyerap , cairan dan mengontrol bau tidak sedap
yang ditimbulkan oleh luka terutama pada jenis luka kanker. (carboflex,
carbonet, denidor, actisorb, clinisorb)
6. Gammgee
Jenis topical therapy yang terbuat dad bahan nistatin dan beberapa bahan
campuran serta metronidazole, berupa racikan paten buatan rumah sakit
kanker "Dharmais". Bentuknya powder dalam kemasan tertutup: Berfungsi
untuk mengisi rongga, mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan yang
tidak terlalu berlebihan dan mengurangi bau tidak sedap pada 24 jam
pertama.
8. Aquacel
Jenis topical therapy yang terbuat dari selulosa dengan daya serap amat
tinggi melebihi kemampuan daya serap calcium alginate. Keuntungannya
adalah tidak mudah koyak/larut, sehingga amat mudah dalam
melepasnnya. Dapat digunakan untuk semua warna dasar luka.
9. Zincsidazole
Jenis topical therapy yang terbuat dari bahan zinc dan motronidazole,
berupa racikan paten buatan suatu rumah sakit. Bentuknya pasta / salep.
j. Evaluasi
Evaluasi dalam perawatan luka sebaiknya memperhatikan frekuensi
penggantian dressing, banyaknya produksi exudates, perhatikan apakah ada
undermining/goa, siapa yang akan merawat luka, secondary dressing
13
(penutup luka) usahakan rapat jangan ada windows wound dressing dan
pemilihan topical terapi harus disesuaikan dengan warna dasar luka.
k. Dokumentasi Perawatan Luka
Dokumentasi dalam perawatan luka amat diperlukan sebagai bahan
evaluasi dan monitoring sejauh mana perawatan luka telah optimal
14
Cara perawatan luka bersih antara lain :
1. Persiapan
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley Alat Steril dalam bak
instrumen ukuran sedang tertutup :
o Handscoon steril
o Kom steril (2 buah)
o Kassa dan kapas steril secukupnya
1. Mencuci tangan
15
bensin dengan lidi kapas. Lepaskan plester menggunakan pinset
anatomis ke 1 dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara
perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan. Kemudian buang
balutan ke nierbekken. Simpan pinset on steril ke nierbekken
yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
11. Kaji Luka: Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka,
warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi
perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu
palpasi luka denga tangan non dominan untuk mengkaji ada
tidaknya puss.
b. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh
selain bagian luka dengan selimut mandi.
1. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
2. Pasang alas/perlak
3. Dekatkan nierbekken
16
yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
7. Kaji Luka: Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade
luka, warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-tanda
infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila
perlu palpasi luka denga tangan non dominan untuk mengkaji
ada tidaknya puss.
8. Membersihkan luka: Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang
ke kom kecil ke 1. Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset
chirurgis dan tangan kiri memegang pinset anatomis ke-2.
Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka
(dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi
NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset).
Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan
dipindahkan ke pinset chirurgis. Luka dibersihkan menggunakan
kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali usapan.
Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi.
9. Menutup Luka. Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan
kassa steril kering yang diambil dengan pinset anatomis
kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan. Beri
topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi. Kompres dengan
kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup
dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis). Kemudian pasang
bantalan kasa yang lebih tebal. Luka diberi plester secukupnya
atau dibalut dengan pembalut dengan balutan yang tidak terlalu
ketat.
10. Alat-alat dibereskan
11. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
12. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
13. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan
c. Dokumentasi
1. Hasil observasi luka
2. Balutan dan atau drainase
3. Waktu melakukan penggantian balutan dan respon klien
17
memerlukan debridement
Tujuan :
1. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
Persiapan alat :
1. Bak balutan steril :
o Kom kecil
4. Bengkok 2 buah
6. Gunting plester dan sarung tangan bersih 6. Kayu putih dan 2 buah
kapas lidi Prosedur :
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
2) Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3) Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4) Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka
dan instruksikan pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau
18
peralatan
5) Cuci tangan
6) Pasang perlak pengalas di bawah area luka
7) Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin
menggunakan lidi kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan
melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan sejajar kulit dan
mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit
bersihkan dengan kayu putih
8) Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau
sarung tangan, pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien.
Bila terdapat drain angkat balutan lapis demi lapis
9) Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal
salin ( NaCl 0,9 % )
10) Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11) Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan
luar kantung, lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam
bengkok yang berisi larutan desinfektan
12) luka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam
mangkok kecil. Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13) Kenakan sarung tangan steril
14) Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain,
integritas jahitan atau penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka
bila perlu dengan bagian tangan yang nondominan yang tidak akan
menyentuh bahan steril ).
15) Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah
dibasahi normal salin. Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi
dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk setiap usapan
membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi
16) Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila
luka dalam maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi
kasa dengan pinset. Secara perlahan masukan kassa ke dalam luka
sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab
17) Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan
melekat pada luka. Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap
dan tambahkan lapisan ketiga
18) Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan,
dan simpan pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam
20) Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan
atur kembali posisi yang nyaman
21) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22) Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk
19
respon klien.
Perhatian :
o Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah
kering dapat menimbulkan rasa nyeri pada klien
20
oleh perawat ahli. “Kesembuhan luka pada tingkat tertentu seperti pada
kasus luka akibat diabetes tergantung pada kedisiplinan perawatan.
Untuk itu harus diperkenalkan pada masyarakat bahwa telah ada
program perawatan di rumah atau home care dengan perawat datang
ke rumah,” ujar Anik.
21
pertumbuhan, cytokines dan chemokines yang mempromosi
pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka
harus dijaga kelembabannya.
Dikatakan Widasari, terlalu lembab di lingkungan luka dapat
merusak proses penyembuhan luka dan merusak sekitar luka,
menyebabkan maserasi tepi luka. Sementara itu, kurangnya kondisi
kelembaban pada luka menyebabkan kematian sel, dan tidak terjadi
perpindahan epitel dan jaringan matriks. Untuk menciptakan suasana
lembab, pada cara perawatan luka konvensional memerlukan kasa sebagai
balutan dan Na Cl untuk membasahi. Kemudian luka dikompres kasa
lembab dan diganti sebelum kasa mengering, dalam hal ini, memerlukan
penggantian kasa yang sering. Sementara untuk metode perawatan
modern, dalam menciptakan suasana lembab menggunakan modern
dressing, misalnya dengan ca alginat atau hydrokoloid.
Dikatakan Widasari, pada perawatan luka secara modern ini
harus tetap diperhatikan pada tiga tahapnya yakni mencuci luka,
membuang jaringan mati dan memilih balutan. “Mencuci luka bertujuan
untuk menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan dari sisa balutan
lama, serta debrimen jaringan nekrotik atau membuang jaringan dari sel
yang mati dari permukaan luka. Dalam hal ini harus diperhatikan
pada pemilihan cairan pencuci yang tepat, hati-hati terhadap
pemakaian antiseptik. Sedangkan teknik pencucian dapat dengan cara
perendaman atau irigasi,” tuturnya.
Di sisi lain, pemilihan balutan merupakan tahap penting untuk
mempercepat proses penyembuhan pada luka. Tujuan dari
pemilihan balutan luka ini adalah untuk membuang jaringan mati,
benda asing atau partikel dari luka. Belutan juga dapat mengontrol
kejadian infeksi atau melindungi luka dari trauma dan invasi bakteri.
Pemilihan balutan harus mampu mempertahankan kelembaban luka,
selain juga berfungsi sebagai penyerap cairan luka. Balutan juga harus
nyaman digunakan dan steril serta cost effective.
Sebagai pengganti perawatan luka secara konvensional yang harus
sering mengganti kain kasa dengan Na Cl sebagai pembalut luka,
sekarang telah ada metode perawatan luka secara modern yang memiliki
prinsip menjaga kelembaban luka. Dalam hal ini, jenis balutan yang
digunakan adalah kasa. Metode yang dikenal dengan modern dressing ini
beberapa contoh di antaranya yakni dengan penggunaan bahan seperti
hydrogel. Hydrogel berfungsi untuk menciptakan lingkungan luka tetap
22
lembab. Selain itu juga melunakkan dan menghancurkan jaringan
nekrotik tanpa merusak jaringan sehat yang akan terserap ke dalam
struktur gel dan terbuang bersama pembalut. Hydrogel juga dapat
meningkatkan autolityk debrimen secara alami.
Menurut Widasari SG SKP RN WOC (ET)N WCS, Direktur
Wocare Klinik, debrimen berarti proses pembuangan jaringan nekrosis
atau kematian sel yang disebabkan oleh penurunan proses enzimatic
tubuh dari permukaan luka. “Modern Dressing dengan hydrogel tidak
menimbulkan trauma dan sakit pada saat penggantian balutan dan dapat
diaplikasikan selama tiga hari sampai lima hari,” tuturnya.
Jenis modern dressing lainnya yakni Ca Alginat dimana
kandungan Ca dapat membantu menghentikan perdarahan. Kemudian
hydroselulosa dengan fungsi mampu menyerap cairan dua kali lipat dari
Ca Alginat. Selanjutnya adalah hydrokoloid yang mampu menjaga dari
kontaminasi air dan bakteri serta dapat digunakan untuk balutan
primer dan balutan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing
tentunya disesuaikan dengan jenis indikasi luka.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka
adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang.
3.2 Saran
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat
memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip utama dalam
manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar
dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang
perawatan luka yang berkualitas
24
DAFTAR PUSTAKA
Black, joyce M., Hawks JH, 2006, Medikal Surgical Nursing, (Edisi. 8),.
Philadelpia: WB Sunders Company.
Luka dan Perawatanya (Ismail S.Kep, Ns, M.Kes), Manajemen Luka (Moya J.
Morison, 2003).
Perry & Potter, 1999. Buku Ajar Fundamental Of Nursing Vol.2 Jakarta :EGC
Angriani, S., Hariani, & Dwianti, U. (2019). Efektifitas Perawatan Luka Modern
Dressing Dengan Metode Moist Wound Healing Pada Ulkus Diabetik Di Klinik
Perawatan Luka ETN Centre Makassar. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik
Kesehatan Makassar, 10(01), 19–24.
Agustina H R. 2009. Perawatan Luka Modern : Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC .
Jakarta
Fatmadona, R., & Oktarina, E. (2016). Aplikasi modern Wound Care pada perawatan
luka infeksi Di RS Pemerintah Kota Padang. Ners Jurnal Keperawatan, 12(2).
Merdekawati, D., & AZ, R. (2017). Hubungan prinsip dan jenis balutan dengan
menerapkan teknik Moist Wound Healing. Journal Endurance, 2(1).
25