Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PERAWATAN LUKA MODEREN

Disusun oleh Kelompok 1:

RAHMAYANI
FEBRIANI
AFNI SAFITRI S
WIWIT AFRISA
SUCI RAMADHANI Y
FRENGK E.OLI’I
RIZKY RAMADHAN

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLITEKKES KEMENKES PALU
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perawatan Luka modern”.Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Luka. Tujuan yang lebih khususdari penulisan
makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara perawatan luka modern
yang baik dalam kehidupan sehari-hari, yang kami sajikan berdasarkan berbagai
sumberinformasi, referensi, dan berita.Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen
yang telah memberikan tugas untukmenulis makalah ini,serta kepada teman-teman mahasiswa
yang juga sudah memberi kontribusibaik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namunkami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan,dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbanganpemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Poltekkkes Kemenkes palu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangandan jauh dari sempurna. Untuk
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PENGANTAR.........................................................2


DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..........................................................................................4
B.Rumusan Masalah.....................................................................................5
C.Tujuan.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian................................................................................................6
B. mekanisme terjadinta luka......................................................................6
C. klasifikasi proses penyembuhan luka............ .........................................7
D.tingkat kontaminasi terhadap luka..........................................................13

BAB II PENUTUP
A.Kesimpulan.............................................................................................23
B.Saran.......................................................................................................23
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belang
Pada saat ini, perawatan luka telah mengalami perkembangan yang sangat
pesat terutama dalam dua dekade terakhir ini. Teknologi dalam  bidang
kesehatan juga memberikan kontribusi yang sangat untuk menunjang  praktek
perawatan luka ini. Disamping itu pula, isu terkini yang berkait dengan manajemen
perawatan luka ini berkaitan dengan perubahan profil  pasien, dimana pasien
dengan kondisi penyakit degeneratif dan kelainan metabolic semakin banyak
ditemukan. Kondisi tersebut biasanya sering menyertai kekompleksan suatu luka
dimana perawatan yang tepat diperlukan agar proses penyembuhan bisa tercapai
dengan optimal.

Dengan demikian, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan


keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan luka yang dimulai dari
pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi
tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama  perawatan serta
dokumentasi hasil yang sistematis. Isu yang lain yang harus dipahami oleh perawat
adalah berkaitan dengan cost effectiveness. Manajemen perawatan luka modern
sangat mengedepankan isu tersebut. Hal ini ditunjang dengan semakin
banyaknya inovasi terbaru dalam  perkembangan produk-produk yang bisa
dipakai dalam merawat luka.

Dalam hal ini, perawat dituntut untuk memahami produk-produk tersebut


dengan baik sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan yang sesuai
dengan kebutuhan pasien. Pada dasarnya, pemilihan produk yang tepat harus
berdasarkan pertimbangan biaya (cost), kenyamanan (comfort), keamanan (safety).
Secara umum, perawatan luka yang  berkembang pada saat ini lebih ditekankan
pada intervensi yang melihat sisi klien dari berbagai dimensi, yaitu dimensi fisik,
psikis, ekonomi, dan sosial.

4
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka
 beberapa masalah yang dapat kami rumuskan dalam makalah ini adalah :
1.  Bagaimana definisi luka ?
2.   Bagaimana mekanisme terjadinya luka ?

3.   Bagaimana klasifikasi dan proses penyembuhan luka ?

4.  Bagaimana proses penyembuhan luka ?


5.  Bagaimana proses perawatan luka ?
6.  Bagaimana pemilihan balutan luka ?
7.  Bagaimana menurut tingkat kontaminasi terhadap luka ?
8.  Bagaimana perawatan luka bersih ?
9.   Bagaimana perawatan luka basah ?

10.   Bagaimana cara perawatan luka dengan modern dressing ?

C.  Tujuan
Adapun tujuan kami mengangkat masalah konsep dinamika kelompok
dalam makalah ini adalah :
1.   Mendeskripsikan definisi luka

2.   Mendeskripsikan mekanisme terjadinya luka

3.   Mendeskripsikan klasifikasi dan proses penyembuhan luka

4.  Mendeskripsikan proses penyembuhan luka


5.  Mendeskripsikan proses perawatan luka
6.  Mendeskripsikan pemilihan balutan luka
7.  Mendeskripsikan menurut tingkat kontaminasi terhadap luka
8.  Mendeskripsikan perawatan luka bersih
9.   Mendeskripsikan perawatan luka basah

10.   Mendeskripsikan cara perawatan luka dengan modern dressing.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Luka

Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu


 jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan.
Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
 proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya
kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi
 jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan
muncul :
o Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
o Respon stres simpatis
o Perdarahan dan pembekuan darah
o   Kontaminasi bakteri
o   Kematian sel.

Gambar Luka

B.  Mekanisme Terjadinya Luka 


a) Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang
tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik)
biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh pembuluh darah yang luka
diikat (Ligasi).
b) Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu
tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
perdarahan dan  bengkak. 
c)   Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan
benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. 
d) Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti

6
peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil. 
e) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti
oleh kaca atau oleh kawat. 
f)   Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ
tubuh  biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.  Luka Bakar
(Combustio) 

C. Klasifikasi Proses Penyembuhan Luka


Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
 proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat
yaitu : abrasi, kontusio, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis,
dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit meliputi:
superfisial, yang melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang
melibatkan lapisan epidermis dan dermis; dan full thickness yang
melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan bahkan sampai ke
tulang.
Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga,
yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena
suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung
dari bagian internal ke ekseternal.

 b.  Healing by secondary intenti

Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan


 berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan
sekitarnya.
c.  Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan
infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual. Berdasarkan klasifikasi
berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut
dan kronis. Luka dikatakan akut jika  penyembuhan yang terjadi dalam
jangka waktu 2-3 minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka
yang tidak tanda-tanda untuk sembuh dalamjangka lebih dari 4-6 minggu.
Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses penyembuhan
berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal tetapi bisa juga
dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan penyembuhan (delayed
healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda infeksi.

7
8
Gambar Pembalutan Luka

a. Proses Penyembuhan Luka


1. Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa
terjadi tumpang tindih (overlap)

2.  Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak


serta
3.  penyebab luka tersebut

a. Fase penyembuhan luka:

a) Fase inflamasi :
o Hari ke 0-5
o Respon segera setelah terjadi injuri pembekuaàn darah untuk

mencegah kehilangan darahà Karakteristik : tumor, rubor, dolor,


o color, functio laesa
o Fase awal terjadi haemostasis
o Fase akhir terjadi fagositosis Lama fase ini bisa singkat jika
tidak terjadi infeksi.

b) Fase proliferasi or epitelisasi


o Hari 3 – 14
o Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan
jaringan granulasi pada luka luka nampak merah segar, mengkilatà
o Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel
inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic
acid
o Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan
penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
o Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi c.  Fase
maturasi atau remodeling
o Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun

9
o Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka
serta  peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
o Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya
dengan jaringan sebelumnyaà
o Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular
and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan
c) Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
o Status Imunologi

o Kadar gula darah (impaired white cell function)


o Hidrasi (slows metabolism)
o  Nutritisi
o Kadar albumin darah („building blocks‟ for repair, colloid
osmotic pressure –  oedema)
o   Suplai oksigen dan vaskularisasi
o  Nyeri (causes vasoconstriction)

o Corticosteroids (depress immune function)

a) Proses Perawatan Luka 

a. Pengkajian Luka
Pengkajian adalah proses pengumpulan, identifikasi dan analisa dalam
rangka memecahkan masalah klien. Pengkajian dalam hal perawatan
luka bertujuan untuk :

1. Menilai tingkat keseriusan suatu luka


2. Menilai perkembangan proses perawatan luka yang telah dilakukan
3.  Observasi kondisi luka apakah terjadi perubahan setiap penggantian
dressing Secara umum pengkajian luka yang harus diperhatikan adalah
Lokasi dan letak luka Lokasi dan letak luka dapat digunakan sebagai
indikator terhadap kemungkinan penyebab terjadinya luka, tujuannya
agar luka dapat diminimalkan kejadiannya dengan menghilangkan
penyebab yang ditimbulkan oleh letak dan lokasi yang dapat
mengakibatkan terjadinya luka.
b. Stadium luka (anatomi, warna dasar luka)
Salah satu cara menilai derajat keseriusan luka adalah menilai warna dasar
luka. System ini membantu memilih tindakan dan penggunaan topikal
terapi perawatan luka serta mengevaluasi kondisi luka. System ini dikenal
dengan sebutan RYB /  Red Yellow Black ( Merah- Kuning-Hitam ) :
c. Red / Merah.
Luka dengan dasar warna luka merah tua (granulasi) atau terang
(epitelisasi) dan selalu tampak lembab. Merupakan luka bersih,
dengan banyak vaskularisasi, karenanya mudah berdarah. Tujuan
perawatan luka dengan warna dasar merah adalah dengan mempertahankan

10
lingkungan luka dalam keadaan lembab dan mencegah terjadinya trauma
/ perdarahan.
d. Yellow / Kuning.

Luka dengan dasar warna luka kuning / kuning kecoklatan / kuning


kehijauan / kuning pucat kondisi luka yang terkontaminasi atau -

terinfeksi. Hal yang harus dicermati bahwa semua luka kronis


merupakan luka yang terkontaminasi namun belum tentu terinfeksi. Luka
Slough (kuning)
e. Black / Hitam.
Luka dengan dasar warna luka hitam adalah jaringan nekrosis,
merupakan jaringan avaskularisasi.

f.  Bentuk dan ukuran luka

Pengkajian bentuk dan ukuran luka dapat dilakukan dengan pengukuran


tiga dimensi (panjang,lebar dan kedalaman luka) atau dengan
pengambilan photography. Tujuannya untuk mengevaluasi tingkat
keberhasilan proses penyembuhan luka
g. Wound edges
Pengkajian pada tepi luka akan didapatkan data bahwa proses epitelisasi
adekuat atau tidak. Umumnya tepi luka akan dipenuhi oleh jaringan
epitel  berwarna merah muda. Kegagalan penutupan terjadi jika tepi luka
mengalami edema, nekrosis, callus, atau infeksi.
h. Odor or exudates

Pengkajian terhadap bau tidak sedap dan jumlah eksudate pada luka akan
mendukung dalam penegakan diagnose terjadi infeksi atau tidak. Bau
dapat disebabkan oleh adanya kumpulan bakteri yang
menghasilkan protein, apocrine sweat glands atau beberapa cairan luka.

i. Tanda infeksi

Luka yang terinfeksi seringkali ditandai dengan adanya erithema yang


makin meluas, edema, cairan berubah purulent, nyeri yang lebih
sensitive,  peningkatan temperature tubuh, peningkatan jumlah sel darah
putih dan timbul bau yang khas. 

b) Perencanaan
Perencanaan yang tepat dalam hal menentukan kondisi luka dan
penggunaan dressing yang sesuai dapat menunjang proses penyembuhan luka
yang optimal. Suasana moist (lembab) merupakan lingkungan yang optimal
untuk penyembuhan luka. Lingkungan luka yang lembab (moist) berguna
untuk mempercepat fibrinolisis, angiogenesis, menurunkan resiko infeksi,

11
mempercepat pembentukan growth factor dan mempercepat terjadinya
pembentukan sel aktif.

Sedangkan perencanaan dalam hal menentukan dressing (jenis balutan


luka) sebaiknya memenuhi kaidah – kaidah berikut :
• Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh
luka (absorbing)
•  Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan
mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable
tissue removal)
•   Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
•   Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
•   Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau pendistribusian
antibiotic ke seluruh bagian luka
c) Implementasi
Tindakan keperawatan dalam perawatan luka perawat harus mempunyai
pengetahuan yang baik mengenai topical terapi dan dressing
sehingga penggunaan yang tepat akan mampu menunjang proses penyembuhan
luka. Berikut ini beberapa jenis bahan topical.therapy yang dapat digunakan
untuk penatalaksanaan perawatan luka. Diantaranya adalah ; calcium alginate,
hidrokoioid, hidroaktif gel, Transparan Film, zinczidazole, nistatin powder,
aquacel, metronidazole powder dan gamgee :

1.   Calcium alginate

Berasal dari rumput laut, berubah menjadi gel jika bercampur dengan
cairan luka, adalah jenis balutan yang dapat menyerap jumlah cairan luka
yang berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah jika terjadi
 perdarahan minor serta barier terhadap kontaminasi oleh
 pseudomonas.dapat digunakan oleh semua warna dasar luka. (Kaltostat,
sorbsan, alginate M, comfell pluss, cura sorb )
2.   Hidrokoloid

Jenis topical therapy yang berfungsi untuk mempertahankan luka dalam


keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan menghindari resiko
infeksi, mampu menyerap eksudate minimal. Baik digunakan untuk luka
yang berwarna merah, abses atau luka yang terinfeksi. Bentuknya ada yang
 berupa lembaran tebal dan tipis serta pasta.
3.   Hidroaktif gel

Jenis topical therapy yang dapat membantu proses peluruhan jaringan


nekrotik oleh tubuh sendiri ( support autolisis debridement ). Dapat
digunakan terutama pada dasar luka yang berwarna kuning dan hitam
(hydroaktif gel duoderm, interasite gel, hydrophilic wound gel )

12
4.   Transparant Film

Jenis topical therapy yang berfungsi untuk mempertahankan luka akut atau
 bersih dalam keadaan lembab, melindungi luka dari trauma dan
menghindari resiko infeksi. Keuntungan topical terapi ini :Waterproof dan
gas permeable, primary / secondary dressing, support autolysis
debridement dan mengurangi nyeri. Adapun kontraindikasi  topical ini
adalah pada luka dengan eksudat banyak dan sinus.
5.   Deodorizing dressing / activated charcoal dressing

Jenis topical therapy yang terbuat dari bahan lapisan calsium alginate dan
karbon, berfungsi untuk menyerap , cairan dan mengontrol bau tidak sedap
yang ditimbulkan oleh luka terutama pada jenis luka kanker. (carboflex,
carbonet, denidor, actisorb, clinisorb)

6. Gammgee

Jenis topical therapy berupa tumpukan bahan balutan yang tebal,


didalamnya terdapat kapas dengan daya serap cukup tinggi dan jika
 bercampur dengan cairan luka dapat berubah menjadi gel. Biasanya
digunakan sebagai penutup luka lapisan kedua setelah penggunaan topikal
therapi. ( disposable campers)
7.   Nystatin powder

Jenis topical therapy yang terbuat dad bahan nistatin dan beberapa bahan
campuran serta metronidazole, berupa racikan paten buatan rumah sakit
kanker "Dharmais". Bentuknya powder dalam kemasan tertutup: Berfungsi
untuk mengisi rongga, mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan yang
tidak terlalu berlebihan dan mengurangi bau tidak sedap pada 24 jam
 pertama.
8.  Aquacel
Jenis topical therapy yang terbuat dari selulosa dengan daya serap amat
tinggi melebihi kemampuan daya serap calcium alginate. Keuntungannya
adalah tidak mudah koyak/larut, sehingga amat mudah dalam
melepasnnya. Dapat digunakan untuk semua warna dasar luka.
9.  Zincsidazole
Jenis topical therapy yang terbuat dari bahan zinc dan motronidazole,
 berupa racikan paten buatan suatu rumah sakit. Bentuknya pasta / salep.
j.  Evaluasi
Evaluasi dalam perawatan luka sebaiknya memperhatikan frekuensi
 penggantian dressing, banyaknya produksi exudates, perhatikan apakah ada
undermining/goa, siapa yang akan merawat luka, secondary dressing

13
(penutup luka) usahakan rapat jangan ada windows wound dressing dan
 pemilihan topical terapi harus disesuaikan dengan warna dasar luka.
k. Dokumentasi Perawatan Luka
Dokumentasi dalam perawatan luka amat diperlukan sebagai bahan
evaluasi dan monitoring sejauh mana perawatan luka telah optimal

dilakukan. Proses perkembangan penyembuhan luka dapat terus di pantau


melaui hasil foto/video setiap penggantian dressing/perawatan luka.
Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang sebagai rumah sakit pusat
rujukan di Jawa tengah di tahun 2013 bertekad menjadi Rumah Sakit
 berkelas dunia dengan Akreditasi Internasional 2013 ( JCI 2013 ) tentu
harus makin meningkatkan pelayanan yang bermutu, professional dan
akuntabel. Terkait dengan JCI 2013 untuk meningkatkan pelayanan
keperawatan utamanya tentang perawatan luka Rumah Sakit Dr. Kariadi
telah membentuk Tim Pokja Perawatan Luka di mana salah satu tujuan agar
Rumah Sakit Kariadi mempunyai pelayanan keperawatan yang dapat
diandalkan yaitu Pelayanan Perawatan Luka Modern.

D. Tingkat Kontaminasi terhadap luka 


1. Clean Wounds (Luka bersih),  yaitu luka bedah tak terinfeksi yang
mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi
pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka
bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
drainase tertutup (misal; Jackson  – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi
luka sekitar 1% - 5%.
2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan
luka
pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi,
kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
a. Perawatan Luka Bersih

Perawatan luka bertujuan untuk meningkatkan proses penyembuhan


jaringan juga untuk mencegah infeksi. Luka yang sering ditemui oleh
bidan di klinik atau rumah sakit biasanya luka yang bersih tanpa
kontaminasi misal luka secsio caesaria, dan atau luka operasi lainnya.
Perawatan luka harus memperhatikan teknik steril, karena luka menjadi
port de entre nya mikroorganisme yang dapat menginfeksi luka.

14
Cara perawatan luka bersih antara lain :
1. Persiapan
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat-alat dalam baki/trolley Alat Steril dalam bak
instrumen ukuran sedang tertutup :

o Pinset anatomis (2 buah)

o Pinset chirurgis (2 buah)

o Handscoon steril
o Kom steril (2 buah)
o Kassa dan kapas steril secukupnya

o Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan) Alat Lain:


o Gunting Verband/plester
o Plester
o  Nierbekken (Bengkok)
o Lidi kapas
o Was bensin
o Alas / Perlak
o Selimut Mandi
o Kapas Alkohol dalam tempatnya

o Betadine dalam tempatnya


o Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
o Lembar catatan klien.
4. Setelah lengkap bawa peralatan ke dekat klien

a.   Melakukan perawatan Luka

1. Mencuci tangan

2. Lakukan inform consent lisan pada klien/keluarga dan


intruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan
steril.

3. Menjaga privacy dan kenyamanan klien dan mengatur


kenyamanan klien

4. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian


tubuh selain bagian luka dengan selimut mandi.

5. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)


6. Pasang alas/perlak
7. Dekatkan nierbekken
8. Paket steril dibuka dengan benar
9. Kenakan sarung tangan sekali pakai
10. Membuka balutan lamaBasahi plester yang melekat dengan was

15
bensin dengan lidi kapas. Lepaskan plester menggunakan pinset
anatomis ke 1 dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara
perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan. Kemudian buang
balutan ke nierbekken. Simpan pinset on steril ke nierbekken
yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%

11. Kaji Luka: Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka,
warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi
perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu
palpasi luka denga tangan non dominan untuk mengkaji ada
tidaknya puss.

12. Membersihkan luka: Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang


ke kom kecil ke 1. Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset
chirurgis dan tangan kiri memegang pinset anatomis ke-2.
Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka
(dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi
NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset).
Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan
dipindahkan ke pinset chirurgis. Luka dibersihkan menggunakan
kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali usapan.
Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi.

13. Menutup Luka. Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan


kassa steril kering yang diambil dengan pinset anatomis
kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan. Beri
topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi. Kompres dengan
kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup
dengan kassa kering

b. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh
selain bagian luka dengan selimut mandi.
1. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)

2.  Pasang alas/perlak

3. Dekatkan nierbekken

4. Paket steril dibuka dengan benar

5. Kenakan sarung tangan sekali pakai

6. Membuka balutan lamaBasahi plester yang melekat dengan was


bensin dengan lidi kapas. Lepaskan plester menggunakan pinset
anatomis ke 1 dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara
perlahan, sejajar dengan kulit ke arah balutan. Kemudian buang
balutan ke nierbekken. Simpan pinset on steril ke nierbekken

16
yang sudah terisi larutan chlorin 0,5%
7. Kaji Luka: Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade
luka, warna dasar luka, fase proses penyembuhan, tanda-tanda
infeksi perhatikan kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila
perlu palpasi luka denga tangan non dominan untuk mengkaji
ada tidaknya puss.
8. Membersihkan luka: Larutan NaCl/normal salin (NS) di tuang
ke kom kecil ke 1. Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset
chirurgis dan tangan kiri memegang pinset anatomis ke-2.
Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka
(dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi
NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset).
Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan
dipindahkan ke pinset chirurgis. Luka dibersihkan menggunakan
kasa lembab dengan kassa terpisah untuk sekali usapan.
Gunakan teknik dari area kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi.
9. Menutup Luka. Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan
kassa steril kering yang diambil dengan pinset anatomis
kemudian dipindahkan ke pinset chirurgis di tangan kanan. Beri
topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi. Kompres dengan
kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau langsung ditutup
dengan kassa kering (kurang lebih 2 lapis). Kemudian pasang
bantalan kasa yang lebih tebal. Luka diberi plester secukupnya
atau dibalut dengan pembalut dengan balutan yang tidak terlalu
ketat.
10. Alat-alat dibereskan
11. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tong sampah
12. Bantu klien untuk berada dalam posisi yang nyaman
13. Buang seluruh perlengkapan dan cuci tangan

c. Dokumentasi
1. Hasil observasi luka
2. Balutan dan atau drainase
3. Waktu melakukan penggantian balutan dan respon klien

a) Perawatan Luka Basah

Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang


memerlukan debridemen (pengangkatan benda asing atau jaringan
yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi
sampai sekeliling jaringan yang sehat).

Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang

17
memerlukan debridement

Gambar Perawatan Luka basah

Tujuan :
1.  Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik

2.  Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka


3.  Membantu menarik kelompok kelembapan ke dalam balutan

Persiapan alat :
1. Bak balutan steril :

o Kapas balut atau kasa persegi panjang

o Kom kecil

2. buah pasang pinset (4 buah) atau minimal 3 buah (2 cirurgis dan 1


anatomis.
o Aplikator atau spatel untuk salaep jika diperlukan
o Sarung tangan steril jika perlu

3.  Perlak dan pengalas

4. Bengkok 2 buah

o Bengkok 1berisi desinfektan 0,5 % untuk merendam alat bekas

o Bengkok 2 untuk sampah


5. Larutan Nacl 0,9 %

6. Gunting plester dan sarung tangan bersih 6. Kayu putih dan 2 buah
kapas lidi Prosedur :
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakuakan
2) Dekatkan peralatan di meja yang mudah dijangkau perawat
3) Tutup ruangan sekitar tempat tidur dan pasang sampiran
4) Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka
dan instruksikan pada klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau

18
peralatan
5) Cuci tangan
6) Pasang perlak pengalas di bawah area luka
7) Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin
menggunakan lidi kapas, ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan
melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan sejajar kulit dan
mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit
bersihkan dengan kayu putih
8) Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau
sarung tangan, pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien.
Bila terdapat drain angkat balutan lapis demi lapis
9) Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal
salin ( NaCl 0,9 % )
10) Observasi karakter dari jumlah drainase pada balutan
11) Buang balutan kotor pada sampah, hindari kontaminasi permukaan
luar kantung, lepaskan sarung tangan dan simpan pinset dalam
bengkok yang berisi larutan desinfektan
12) luka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam
mangkok kecil. Tambahkan kassa ke dalam normal salin
13) Kenakan sarung tangan steril
14) Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain,
integritas jahitan atau penutup kulit dan karakter drainase ( palpasi luka
bila perlu dengan bagian tangan yang nondominan yang tidak akan
menyentuh bahan steril ).
15) Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah
dibasahi normal salin. Pegang kassa atau kapas yang telah dibasahi
dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah untuk setiap usapan
membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area
terkontaminasi
16) Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila
luka dalam maka dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi
kasa dengan pinset. Secara perlahan masukan kassa ke dalam luka
sehingga semua permukaan luka kontak dengan kassa lembab
17) Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan
melekat pada luka. Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap
dan tambahkan lapisan ketiga
18) Luka difiksasi dengan plester atau dibalut dengan rapi,
19) Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan,
dan simpan pisnet yang telah digunakan pada bengkok perendam
20) Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan
atur kembali posisi yang nyaman
21) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
22) Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk

19
respon klien.

Perhatian :
o Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah
kering dapat menimbulkan rasa nyeri pada klien

o Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian


balutan sesuai dengan puncak efek obat

o Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya


kontaminasi ocular seperti percikan dari luka.

b) Cara Perawatan Luka dengan Modern Dressing

Perkembangan perawatan luka (wound care ) berkembang dengan


sangat pesat di dunia kesehatan. Metode perawatan luka yang berkembang
saat ini adalah perawatan luka dengan menggunakan prinsip
moisture balance, dimana disebutkan dalam beberapa literature lebih
efektif untuk proses penyembuhan luka bila dibandingkan dengan
metode konvensional.

Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini


dikenal sebagai metode modern dressing dan memakai alat ganti balut
yang lebih modern. Metode tersebut belum begitu familiar bagi perawat di
Indonesia Biasanya, tidak banyak yang dilakukan untuk merawat luka.
Apalagi jika hanya luka ringan. Langkah pertama yang diambil adalah
membersihkannya kemudian langsung diberi obat luka atau yang lebih
dikenal dengan obat merah. Sementara pada luka berat, setidaknya
langkah yang diambil tidak jauh dari membersihkannya dahulu, setelah
itu diberi obat. Sering orang tidak memperhatikan perlukah luka tersebut
dibalut atau tidak.

Sementara itu, menurut Anik Enikmawati SKep NS dari Akper


Muhammadiyah Surakarta, kepada Joglosemar beberapa waktu lalu
mengungkapkan perawatan luka berbeda-beda tergantung pada tingkat
keparahan luka tersebut. “Perawatan luka paling sulit tergantung
pada derajat luka. Jika luka mendalam sampai ke lapisan kulit
paling dalam, proses sembuhnya tentu saja juga paling lama.”
ungkapnya. Seperti pada kasus luka akibat penyakit diabetes misalnya,
papar Anik, terdapat kasus bahwa luka tersebut harus diamputasi.
Namun, tindakan amputasi ternyata bisa digagalkan setelah dirawat
dengan saksama dan dengan metode yang benar dan tentunya dilakukan

20
oleh perawat ahli. “Kesembuhan luka pada tingkat tertentu seperti pada
kasus luka akibat diabetes tergantung pada kedisiplinan perawatan.
Untuk itu harus diperkenalkan pada masyarakat bahwa telah ada
program perawatan di rumah atau home care dengan perawat datang
ke rumah,” ujar Anik.

Namun sekarang, perkembangan perawatan luka atau disebut dengan


wound care berkembang sangat pesat di dunia kesehatan. Metode
perawatan luka yang berkembang saat ini adalah perawatan luka dengan
menggunakan prinsip moisture balance, di mana disebutkan dalam
beberapa literatur lebih efektif untuk penyembuhan luka bila dibandingkan
dengan metode konvensional.

Gambar perawatan luka moderen


Perawatan luka dengan menggunakan prinsip moisture balance ini
dikenal sebagai metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang
lebih modern. Metode tersebut memang belum familier bagi perawat di
Indonesia. Di sisi lain, metode perawatan luka modern dressing ini
telah berkembang di Indonesia terutama rumah sakit besar di kota-
kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
Sedangkan di rumah sakit-rumah sakit tingkat kabupaten, perawatan luka
menggunakan modern dressing tersebut masih belum berkembang dengan
baik. Untuk itu, belum lama Akper Muhammadiyah Surakarta
mengadakan workshop dengan tajuk A Half Day Workshop on Wound
Management di Balai Muhammadiyah Surakarta. Sebagai pembicara, hadir
Widasari SG SKP RN WOC (ET) N WCS, Direktur Wocare Klinik.
Selama ini, banyak yang beranggapan bahwa suatu luka akan
cepat sembuh jika luka tersebut telah mengering. Namun faktanya,
lingkungan luka yang seimbang kelembabannya memfasilitasi
pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen di dalam matriks nonselular
yang sehat. Pada luka akut, moisture balance memfasilitasi aksi faktor

21
pertumbuhan, cytokines dan chemokines yang mempromosi
pertumbuhan sel dan menstabilkan matriks jaringan luka. Jadi, luka
harus dijaga kelembabannya.
Dikatakan Widasari, terlalu lembab di lingkungan luka dapat
merusak proses penyembuhan luka dan merusak sekitar luka,
menyebabkan maserasi tepi luka. Sementara itu, kurangnya kondisi
kelembaban pada luka menyebabkan kematian sel, dan tidak terjadi
perpindahan epitel dan jaringan matriks. Untuk menciptakan suasana
lembab, pada cara perawatan luka konvensional memerlukan kasa sebagai
balutan dan Na Cl untuk membasahi. Kemudian luka dikompres kasa
lembab dan diganti sebelum kasa mengering, dalam hal ini, memerlukan
penggantian kasa yang sering. Sementara untuk metode perawatan
modern, dalam menciptakan suasana lembab menggunakan modern
dressing, misalnya dengan ca alginat atau hydrokoloid.
Dikatakan Widasari, pada perawatan luka secara modern ini
harus tetap diperhatikan pada tiga tahapnya yakni mencuci luka,
membuang jaringan mati dan memilih balutan. “Mencuci luka bertujuan
untuk menurunkan jumlah bakteri dan membersihkan dari sisa balutan
lama, serta debrimen jaringan nekrotik atau membuang jaringan dari sel
yang mati dari permukaan luka. Dalam hal ini harus diperhatikan
pada pemilihan cairan pencuci yang tepat, hati-hati terhadap
pemakaian antiseptik. Sedangkan teknik pencucian dapat dengan cara
perendaman atau irigasi,” tuturnya.
Di sisi lain, pemilihan balutan merupakan tahap penting untuk
mempercepat proses penyembuhan pada luka. Tujuan dari
pemilihan balutan luka ini adalah untuk membuang jaringan mati,
benda asing atau partikel dari luka. Belutan juga dapat mengontrol
kejadian infeksi atau melindungi luka dari trauma dan invasi bakteri.
Pemilihan balutan harus mampu mempertahankan kelembaban luka,
selain juga berfungsi sebagai penyerap cairan luka. Balutan juga harus
nyaman digunakan dan steril serta cost effective.
Sebagai pengganti perawatan luka secara konvensional yang harus
sering mengganti kain kasa dengan Na Cl sebagai pembalut luka,
sekarang telah ada metode perawatan luka secara modern yang memiliki
prinsip menjaga kelembaban luka. Dalam hal ini, jenis balutan yang
digunakan adalah kasa. Metode yang dikenal dengan modern dressing ini
beberapa contoh di antaranya yakni dengan penggunaan bahan seperti
hydrogel. Hydrogel berfungsi untuk menciptakan lingkungan luka tetap

22
lembab. Selain itu juga melunakkan dan menghancurkan jaringan
nekrotik tanpa merusak jaringan sehat yang akan terserap ke dalam
struktur gel dan terbuang bersama pembalut. Hydrogel juga dapat
meningkatkan autolityk debrimen secara alami.
Menurut Widasari SG SKP RN WOC (ET)N WCS, Direktur
Wocare Klinik, debrimen berarti proses pembuangan jaringan nekrosis
atau kematian sel yang disebabkan oleh penurunan proses enzimatic
tubuh dari permukaan luka. “Modern Dressing dengan hydrogel tidak
menimbulkan trauma dan sakit pada saat penggantian balutan dan dapat
diaplikasikan selama tiga hari sampai lima hari,” tuturnya.
Jenis modern dressing lainnya yakni Ca Alginat dimana
kandungan Ca dapat membantu menghentikan perdarahan. Kemudian
hydroselulosa dengan fungsi mampu menyerap cairan dua kali lipat dari
Ca Alginat. Selanjutnya adalah hydrokoloid yang mampu menjaga dari
kontaminasi air dan bakteri serta dapat digunakan untuk balutan
primer dan balutan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing
tentunya disesuaikan dengan jenis indikasi luka.

Di sisi lain, Widasari menyarankan untuk penggunaan kasa serta


metcovazin dalam perawatan luka dengan kondisi luka yang memiliki
warna dasar merah, kuning dan hitam. “ Metcovazin memiliki fungsi
untuk mendukung autolytik debrimen, menghindari trauma saat membuka
balutan, mengurangi bau tidak sedap yang ditimbulkan luka serta
mempertahankan suasana lembab. Bentuknya salep dalam kemasan

23
BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan
struktur anatomis, sifat, proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka
adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang. 
3.2   Saran
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat
memberikan nilai optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip utama dalam
manajemen perawatan luka adalah pengkajian luka yang komprehensif agar
dapat menentukan keputusan klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis diperlukan untuk menunjang
perawatan luka yang berkualitas 

24
DAFTAR PUSTAKA

Ansjoer,Arif, dkk.Eds.2000. kepita selekta kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media


Aesculapius. FKUI.

Black, joyce M., Hawks JH, 2006, Medikal Surgical Nursing, (Edisi. 8),.
Philadelpia: WB Sunders Company.

Luka dan Perawatanya (Ismail S.Kep, Ns, M.Kes), Manajemen Luka (Moya J.
Morison, 2003).

Perry & Potter, 1999. Buku Ajar Fundamental Of Nursing Vol.2 Jakarta :EGC

Suparmi Yulia, dkk. 2008. Panduan Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Citra


aji parama

Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlukaan Ganda. Alih


bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan I. Jakarta : EGC.

Angriani, S., Hariani, & Dwianti, U. (2019). Efektifitas Perawatan Luka Modern
Dressing Dengan Metode Moist Wound Healing Pada Ulkus Diabetik Di Klinik
Perawatan Luka ETN Centre Makassar. Jurnal Media Keperawatan: Politeknik
Kesehatan Makassar, 10(01), 19–24.

Agustina H R. 2009. Perawatan Luka Modern : Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC .
Jakarta

Fatmadona, R., & Oktarina, E. (2016). Aplikasi modern Wound Care pada perawatan
luka infeksi Di RS Pemerintah Kota Padang. Ners Jurnal Keperawatan, 12(2).

ferawati. (2018). Aplikasi perawatan luka dengan menggunakan Enzymatik Therapy :


aloe vera dalam manajemen luka diabetes. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 11(2).

Merdekawati, D., & AZ, R. (2017). Hubungan prinsip dan jenis balutan dengan
menerapkan teknik Moist Wound Healing. Journal Endurance, 2(1).

Subandi, E. (2019). Efektifitas modern dressing terhadap proses penyembuhan luka


modern. Jurnal Kesehatan, 10(1).

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar . Jakarta : Badan penelitian dan


pengembangan kesehatan .

25

Anda mungkin juga menyukai