PERAWATAN LUKA
Disusun Oleh :
Nim : (2001053)
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT . Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita Nabi besar
Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
berjudul “Perawatan Luka.”
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Saya menyadari bahwa tugas makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami sangat mengharap segala bentuk saran dan kritik yang
membangun guna penyempurnaan tugas makalah ini. Sebagai akhir kami
berharap agar tugas makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi kajian bagi
banyak pihak.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.....................................................................................................................1
B.Tujuan........................................................................................................................
.......2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian luka………………………………..……………………….
…………..................................……..3
B.Penyebab luka………………………………….
………………………………............................................ 4
C.Klasifikasi luka…………………………………………….
………………………...................................….…..5
D.Proses penyembuhan
luka………………………………………………………....................... ......……...6
E.Prosedur mengganti
verban…………................................................................................7
A.
Kesimpulan................................................................................................................10
B.
Saran……………………………………………………………………………….................
.......................……11
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………….......................................
.... ...12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka merupakan suatu kerusakan integritas kulit yang dapat terjadi ketika kulit terpapar
suhu atau pH, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi. Respon tubuh terhadap
berbagai cedera dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan
pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus disebut dengan penyembuhan luka
(Joyce M. Black, 2001). Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ
tubuh kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan dimana sel
secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi secara normal. Idealnya
luka yang sembuh kembali normal secara struktur anatomi, fungsi dan penampilan.
Metode perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga
kesehatan dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan perkembangan,
akan memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap pentingnya perawatan luka.
Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka stabil dengan perkembangan
granulasi jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat., hanya cara tersebut yang
membuat penyembuhan luka bisa sempurna.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah
luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada tanda klinik
yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan kering dan terdapat
resiko kekeringan pada sel, apakah absorpsi atau drainage objektif terhadap obat topical dan
lain-lain.
Terjadinya peradangan pada luka adalah hal alami yang sering kali memproduksi
eksudat; mengatasi eksudat adalah bagian penting dari penanganan luka. Selanjutnya,
mengontrol eksudat juga sangat penting untuk menangani kondisi dasar luka, yang mana
selama ini masih kurang diperhatikan dan kurang diannggap sebagai suatu hal yang penting
bagi perawat, akibatnya bila produksi eksudat tidak dikontrol dapat meningkatkan jumlah
bakteri pada luka, kerusakan kulit, bau pada luka dan pasti akan meningkatkan biaya
perawatan setiap kali mengganti balutan.
B. Tujuan
A. Pengertian Luka
Secara definisi suatu luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena
adanya cedera atau pembedahan yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh
sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
1. Luka kering adalah luka yang tidak mengeluarkan cairan. Dibersihkan dengan teknik
swabbing, yaitu ditekan dan digosok pelan-pelan menggunakan kasa streril atau atau
kain bersih yang dibasahi dengan air bersih atau NaCl 0,9 %.
2. Luka basah adalah luka yang mengeluarkan cairan. Dibersihkan dengan teknik irrigasi
yaitu disemprot lembut dengan air steril atau NaCl 0,
Luka Kering :
* Tujuanya melindungi luka dari infeksi sekunder, dilakukan pada luka bersih dan kering,
serta untuk meminimalkan makroorganisme.
* Indikasi: untuk luka/insisi yang mempunyai drainase minimal/tidak ada jaringan yang
hilang.
Luka Basah :
* Metode Modern (Moist wound healing) à metode yg mempertahankan luka agar tetap
lembab.
* Lebih baik dari pada metode konvensional à dua kali lebih cepat dalam epitelisasi luka
*Dilakukan pada luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi dengan debridement.
Hal yang terjadi jika menggunakan metode perawatan luka basah/lembab, yaitu:
B. Penyebab Luka
Penyebab luka antara lain :
1. Luka insisi (Incised wounds),terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah
seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi).
3. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
4. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang
biasanya dengan benda yang tidak tajam.
5. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang
masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
6. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh
kawat.
7. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan
melebar.
8. Luka Bakar (Combustio)
C. Klasifikasi Luka
a. Luka tertutup
Luka tertutup merupakan luka dimana korban tetap utuh dan tidak ada kontak
antara jaringan yang ada dibawah dengan dunia luar, kerusakanya diakibatkan oleh
trauma benda tumpul.Luka tertutup dikenal sebagai luka memar yang dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu :
1. Kontusio , kerusakan jaringan di bawah kulit yang mana dari luar hanya tampak
sebagai benjolan.
2. Hematoma, kerusakan jaringan di bawah kulit disertai pendarahan sehingga dari
luar tampak kebiruan.
b. Luka terbuka
Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan di bawahnya mengalami
kerusakan.penyebab luka ini adalah benda tajam, tembakan, benturan benda keras dan
lain-lain. Macam-macam luka terbuka antara lain yaitu luka lecet (ekskoriasi), luka
gigitan ( vulnus marsum), luka iris/sayat (vulnus scisum), luka bacok (vulnus
caseum), luka robek (vulnus sclipetinum),luka hancur (vulnus lacerum) dan luka
bakar.
Luka iris atau sayat biasanya ditimbulkan oleh irisan benda yang bertepi tajam
seperti pisau, silet, dan sejenisnya. Luka yang timbul biasanya berbentuk memanjang,
tepi luka berbentuk lurus, tetapi jaringan kulit disekitar luka tidak mengalami
kerusakan.
(Dorland, 2006).
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat
perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan
bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini, kerusakan
pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet
akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi
“vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya
terjadi penempelan endotel yang yang akan menutup pembuluh darah.
Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi
kapiler stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya
substansi vasodilator : histamin, serotonin dan sitokin. Histamin selain menyebabkan
vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma
darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema
jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis.
Eksudasi ini juga mengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra
vaskuler. Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman
serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai
pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit,
edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
2. Fase Proliferasi
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan
menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada
proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur
protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat
jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka,
fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan
berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic
acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi)
jaringan baru.
3. Fase Maturasi
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12
bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru
menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan
jaringan grunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai
regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah
perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada
fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh
enzim kolagenase. Kolagen muda (gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi
akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih
baik (proses re-modelling).
2. Tujuan
Balutan kering
a) lapisan pertama kassa kering steril untuk menutupi daerah insisi dan bagian sekeliling
kulit
b) lapisan kedua adalah kassa kering steril yang dapat menyera
c) lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
Balutan basah – kering
a) lapisan pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril atau anti mikkrobial untuk
menutupi area luka
b) lapisan kedua kasa steril yang lebab yang sifatnya menyerap
c) lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian luar
Balutan basah – basah
a) lapisan pertama kassa steril yang telah dilembabkan dengan cairan fisiologik untuk
menutupi area luka
b) lapisa kedua kassa kering steril yang bersifat menyerap
c) lapisan ketiga (lapisan paling luar) kassa steril yang sudah dilembabkan dengan cairan
fisiologik.
(18) Plester dengan rapi
(19) Buka sarung tangan dan masukan kedalam nierbeken
(20) Lepaskan masker
(21) Atur dan rapikan posisi pasien
(22) Buka sampiran
(23) Evaluasi keadaan umum pasien
(24) Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih, kering dan rapi
(25) perawat cuci tangan
(26) Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan
(5) Memperhatikan apakah ada perdarahan, atau kotoran – kotoran yang lain untuk
menetukan kapan drain dapat diangkat
(6) Memperhatikan komplikasi luka operasi, contoh haematom, adanya pus, pengerasan,
perdarahan, kemerahan atau lecet – lecet pada kulit sekitarnya.
Definisi
1.Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi yang
terpotong (Sabiston,1995).
2.Menurut Sodera dan Saleh (1991), jahitan merupakan hasil penggunaan bahan berupa
benang untuk mengikat atau ligasi pembuluh darah dan menghubungkan antara dua tepi luka.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjahitan merupakan tindakan
menghubungkan jaringan yang terputus atau terpotong untuk mencegah pendarahan dengan
menggunakan benang.
Alat (Instrumen)
a. Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps
d. Suture scissors
e. Needleholders
h. Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi (Kocher)
j. Towel clamps
Bahan
e. Sarung tangan.
f. Kasa steril.
g. tissue forceps
h. scalpel handles
i.dissecting scissors
j.suture scissors
k. needle holder
l. suture needles
J. Jarum
1.Lurus (Straight)
2.Bengkok (Curved)
a. Instrument tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang kasa: yaitu ibu jari dan
jari keempat sebagai pemegang utama, sementara jari kedua dan ketiga dipakai untuk
memperkuat pegangan tangan. Untuk membuat simpul benang setelah jarum ditembuskan
pada jaringan, benang dilingkarkan pada ujung pemegang jarum.
b. Pinset lazim dipegang dengan tangan kiri, di antara ibujari serta jari kedua dan ketiga.
Jarum dipegang di daerah separuh bagian belakang .
PERSIAPAN ALAT
Sterilisasi adalah tindakan untuk membuat suatu alat-alat atau bahan dalam keadaan steril.
a. Secara kimia : yaitu dengan bahan yang bersifat bakterisid , seperti formalin, savlon,
alkohol.
2). Uap bertekanan ( autoclave): selama 15 menit pada 120° C dan tekanan 2 atmosfer
3). Panas basah, yaitu di dalam air mendidih selama 30 menit. Cara ini hanya dianjurkan bila
cara lain tidak tersedia.
Pengepakan
Sebelum dilakukan sterilisasi secara fisik, semua instrument harus dibungkus dengan
dua lapis kain secara rapat yang diikutkan dalam proses sterilisasi. Pada bagian luar
pembungkus , ditempelkan suatu indikator ( yang akan berubah warna ) setelah instrument
tersebut menjadi steril. Untuk mempertahankan agar instrument yang dibungkus tetap dalam
keadaan steril, maka kain pembungkus dibuka menurut” teknik tanpa singgung.
b. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan Bethadine 10%, dimulai dari bagian tengah
kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.
c. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka hanya bagian
kulit dan luka yang akan dijahit.
e. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
f. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau dan gunting.
h. Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain catgut atau
poiiglactin secara simple interrupted suture. i. Kulit dijahit benang yang tak dapat diserap
yaitu silk atau nylon.
a. Cara memegang kulit pada tepi luka dengan surgical forceps harus dilakukan secara halus
dengan mencegah trauma lebih lanjut pada jaringan tersebut.
b. Ukuran kulit yang yang diambil dari kedua tepi luka harus sama besarnya.
c. Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi lukia.Khusus” daerah wajah 2-
3mm.
d. Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan tusukan jarum dari tepi luka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau
pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan dan lama penyembuhan. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul :
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
Penggunaan ilmu dan teknologi serta inovasi produk perawatan luka dapat memberikan
nilai optimal jika digunakan secara tepat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka
adalah pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan klinis yang
sesuai dengan kebutuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan klinis
diperlukan untuk menunjang perawatan luka yang berkualitas
B. Saran
1.Pergunakanlah makalah ini sebagai pedoman dalam pembelajaran perawatan luka modern
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan
Bedah. Jakarta: EGC.
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi Operasi.
Yogyakarta: Sahabat Setia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Long, B.C., 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.