Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Bedah RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh
Oleh:
Pembimbing:
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat
beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, juga kepada sahabat dan keluarga
beliau.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada pembimbing kami dan
para dokter di bagian/SMF Ilmu Bedah yang telah memberikan arahan serta
bimbingan hingga terselesaikannya referat ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah referat. Keterbatasan
dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa penyebabnya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap referat ini demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. JENIS LUKA
Luka dapat diklasifikasi berdasarkan kategori tertentu :
1. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a) Luka akut, yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan proses
penyembuhan.
b) Luka kronis, yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
4
e) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi jika kekuatan trauma melebihi
kekuatan regang jaringan.
f) Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh.
Biasanya pada bagian awal masuk luka diameternya kecil, tetapi pada bagian
ujung luka biasanya akan melebar.1
g) Luka Bakar (Combustio), merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan
oleh api, atau penyebab lain seperti oleh air panas, radiasi, listrik dan bahan
kimia. Kerusakan dapat menyertakan jaringan bawah kulit.2,3
B. PENUTUPAN LUKA
Tujuan utama dari penutupan luka yaitu untuk mengembalikan integritas kulit
sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi, scar dan penurunanfungsi.4 Proses
penutupan pada luka terbagi menjadi 3 kategori, tergantung pada tipe jaringan
yang terlibat dan keadaan serta perlakuan pada luka.5
5
Penyembuhan primer atau sanatio per primam intentionem terjadi bila luka
segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Luka dibuat secara
aseptik dengan kerusakan jaringan minimum, dan dilakukan penutupan dengan
baik seperti dengan penjahitan. Ketika luka sembuh melalui instensi pertama,
jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal. Parutan
yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil.5
6
Gambar 2. Macam-macam proses penutupan luka
7
1. Fase Hemostasis dan Inflamasi 8
Fase hemostasis dan inflamasi adalah adanya respons vaskuler danseluler
yang terjadi akibat perlukaan pada jaringan lunak. Tujuannya adalah
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel
mati, dan bakteri, untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan
keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler
yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriktor yang
mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi
penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini hanya
berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler karena
stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan
adanya substansi vasodilator : histamin, serotonin dan sitokin.
Histamin selain menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan
meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke daerah luka. Secara klinis terjadi edema jaringan
dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis. Eksudasi ini juga mengakibatkan
migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstravaskuler. Fungsi netrofil adalah
melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan
kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika
dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka. Fungsi makrofag
disamping fagositosis adalah 9:
a. Sintesa kolagen
b. Membentuk jaringan granulasi bersama dengan fibroblast
c. Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi
d. Membentuk pembuluh kapiler baru atau angiogenesis
Dengan berhasil dicapainya luka yang bersih, tidak terdapat infeksi serta
terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai
pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya eritema, hangat
pada kulit, edema, dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-
4.
8
Gambar 3. Fase Hemostasis dan Inflamasi 6
10
Gambar 4. Fase Proliferasi 6
3. Fase Remodelling
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase remodelling adalah menyempurnakan
terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
berkualitas. Fibroblast sudah mulai meninggalkan jaringan grunalasi, warna
kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi, dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10
setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan
dilanjutkan pada fase remodelling. Selain pembentukan kolagen, juga akan terjadi
pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda (gelatinous collagen)
yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih
matang, yaitu lebih kuat, dengan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan
antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang
berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,
sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut
dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas
lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk
melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi
setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari
kondisi biologic masing-masing individu, lokasi, serta luasnya luka.6,8,10
11
Gambar 5. Fase Remodelling 6
12
darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan
oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besarhal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul
dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang
membentuk suatu cairan yangkental yang disebut dengan nanah/pus.
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi
akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor
internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat
membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
13
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidakakan efektif akibat koagulasi intravaskular.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing
(seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan
(dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam
pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan
berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan.
Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
14
3. Fistula
Fistula yaitu adanya saluran yang menghubungkan 2 rongga. Fistula pada
luka karena luka menimbulkan air terus, biasanya disebabkan oleh benang jahit
yang tidak diserap.
4. Hematoma
Hematoma yaitu penumpukkan bekuan darah dalam jaringan. Penyebab
proses hemostatik yang tidak baik.
5. Seroma
Seroma yaitu pengumpulan cairan serosa dibawah luka, karena yang
dijahit kulit atasnya saja. Bisa sebagai perangsang terjadinya infeksi. Biasanya
ditandai dengan bengkak, fluktuasi (+), tidak dijumpai tanda-tanda radang.
15
kadang kadang nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir
penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.
Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi
merupakan kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang
bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral
wajah pada mata, cuping hidung, atau mulut. Pengobatan keloid pada umumnya
tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan kortikosteroid intrakeloid,
bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan).
Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara
halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi
pada proses penyembuhan luka.1
G. PERAWATAN LUKA
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan
yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.11
a) Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
b) Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptic seperti:
1. Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
2. Halogen dan senyawanya.
Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan
dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam.
Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks
yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah
dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
3. Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik
borok.
4. Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid
dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam
16
air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk
hidung.
5. Oksidansia
i. Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak
lemah berdasarkan sifat oksidator.
ii. Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan
kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
6. Logam berat dan garamnya
i. Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan
bakteri dan jamur.
ii. Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya
bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara
merangsang timbulnya kerak (korts).
7. Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
Derivat fenol
i. Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah
dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
ii. Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
8. Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan
turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.
Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka
terinfeksi.
c) Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya
infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris.
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci
yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama
waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam
pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan
17
antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini
sering digunakan yaitu Normal Saline.
Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan
yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya
mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l
setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l.
Debridemen Tajam
Ketika luka tertutup oleh jaringan mati, kehitaman atau debris tebal berwarna abu-
abu atau hijau, pembalutan saja mungkin tidak akan cukup. Pembuangan jaringan
dengan pembedahan /debridemen tajam diperlukan untuk membantu
penyembuhan.
18
Gambar 6. Deberidemen tajam
d. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang
dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan
atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per
tertiam.
Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta
beberapa peralatan lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta
asistennya.
19
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan
dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang
cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
4. Jahitan Matras Modifikasi
Sinonim : Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada
daerah subkutannya.
5. Jahitan Jelujur sederhana
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada
jaringan ikat yang longgar.
6. Jahitan Jelujur Feston
Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa
sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
7. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
8. Jahitan Simpul Intrakutan
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted
dermal stitch.
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang
dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
9. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan
kosmetik yang baik
e. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga
proses penyembuhan berlangsung optimal.
f. Pembalutan
20
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
g. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
h. Pemasangan drain
Drain adalah selang yang digunakan untuk mengeluarkan darah, pus, dan
berbagai cairan lainnya luka. Drain yang dipasang setelah operasi pembedahan
tidak mengakibatkan penyembuhan luka yang lebih cepat atau mencegah infeksi
tetapi terkadang diperlukan untuk mengalirkan cairan tubuh yang mungkin dapat
berakumulasi dan menyebabkan focus infeksi. Penggunaan rutin drain untuk
prosedur bedah berkurang seiring pemeriksaan radiologis yang lebih baik dan
keyakinan dalam teknik bedah. Drain dapat menghalangi pemulihan paska operasi
dengan bertindak sebagai 'jangkar' yang membatasi mobilitas pasen setelah
operasi dan drain itu sendiri dapat memungkinkan infeksi ke dalam luka. Tetapi
dalam situasi tertentu penggunaannya tidak dapat dihindari. Drain memiliki
kecenderungan untuk menimbulkan oklusi atau tersumbat, mengakibatkan cairan
yang terkumpul yang dapat berkontribusi untuk timbulnya infeksi atau komplikasi
lainnya.
Drain dapat tersambung ke dinding suction, perangkat suction portabel, atau
dapat dibiarkan mengalir secara alami. Rekaman yang akurat dari volume drainase
serta isi sangat penting untuk memastikan secara tepat tentang penyembuhan dari
luka dan monitor untuk pendarahan yang berlebihan.
Tanda-tanda infeksi baru atau jumlah drainase yang berlebihan harus
dilaporkan kepada penyedia perawatan kesehatan segera.
Indikasi pemasangan drain :
Mencegah terjadinya akumulasi cairan (darah, pus, cairan terinfeksi)
Mencegah terjadinya akumulasi udara (dead space)
Identifikasi jenis cairan
21
Macam macam drain :
Terbuka dan tertutup
Drain terbuka mengalirkan cairan ke dalam kantung stoma. Kemungkinan
risiko infeksi tinggi.
Drain tertutup dibentuk dari selang yang dihubungkan ke sebuah kantung
atau botol. Biasanya dipakai untuk drain pada dada, perut, dan kasus ortopedi.
Risiko infeksi lebih minimal.
Aktif atau pasif
Drain aktif diatur dengan suction (bisa bertekanan rendah atau tinggi)
Drain pasif tidak memiliki suction dan bekerja berdasarkan perbedaan
tekanan antara rongga tubuh dan ekksteror.
Silastik atau karet
Drain silastik hanya menyebabkan reaksi jaringan yang minimal,
Drain karet dapat menyebabkan reaksi jaringan yang intens.
i. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
Muka atau leher hari ke 5
Perut hari ke7-10
Telapak tangan 10
Jari tangan hari ke 10
Tungkai atas hari ke 10
Tungkai bawah 10-14
Dada hari ke 7
Punggung hari ke 10-14
2. Benang sintetis
a. Multifilamen
23
Asam poliglikolat atau Dexon adalah benang sintetis yang mempunyai
kekuatan regangan sangat besar. Diserap habis setelah 60 90 hari. Efek reaksi
jaringan yang dihasilkan lebih kecil daripada catgut. Digunakan untuk menjahit
fasia otot, kapsul organ, tendon dan penutupan kulit secara subkutikulet Dexon
tidak mengandung protein kolagen, antigen, dan zat pirogen sehingga
menimbulkan reaksi jaringan yang minimal. Karena bentuknya yang berpilin
jangan digunakan untuk menjahit di permukaan kulit karena dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri sehingga mudah timbul infeksi.
Asam poliglaktik atau vicryl adalah benang sintetis berpilin yang sifatnya
mirip dengan dexon. Benang ini memiliki kekuatan regangan sedikit di bawah
dexon dan dapat diserap habis setelah 60 hari pascaoperasi. Hanya digunakan
untuk menjahit daerah-daerah yang tertutup dan merupakan kontraindikasi untuk
jahitan permukaan kulit. Vicryl biasanya berwarna ungu.
Untuk menghasilkan kekuatan yang memuaskan Vicryl dan dexon disimpul
minimal tiga kali. Vicryl dan dexon terutama digunakan untuk meligasi pembuluh
darah, menautkan fasia, dan menjahit kulit secara subkutikular.
b. Monofilamen
Polidioksanone (PDS). Kekuatan regangannya bertahan selama 4 sampai 6
minggu dan diserap seluruhnya setelah 6 bulan. Karena monofilamen, benang ini
sangat baik untuk menjahit daerah yang terinfeksi atau terkontaminasi.
24
3. Polipropilene (prolene) adalah material monofilamen yang sangat halus
sehingga tidak banyak menimbulkan kerusakan dan reaksi jaringan. Biasanya
berwarna biru. Pada beberapa merek prolene langsung bersambung dengan jarum
berukuran diameter sama sehingga tidak menimbulkan trauma yang berlebihan.
Merupakan pilihan utama untuk menjahit daerah yang terinfeksi atau
terkontaminasi. Ukuran yang sangat kecil sering digunakan untuk bedah mikro.
Kelemahannya benang ini sulit disimpul dan sering terlepas sendiri.
4. Kawat baja dibuat dari baja yang mengandung karbon rendah merupakan
bahan inert (tidak bereaksi dengan jaringan). Menghasilkan kekuatan regangan
yang terbesar dan reaksi jaringan yang minimal. Kesulitannya adalah dalam hal
menjahit dan harus hati--hati untuk mencegah supaya jaringan tidak terpotong
atau terlipat (kinking). Digunakan untuk menyambung ligamen, tendon dan
tulang.
Ukuran Benang
Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan
metric. Ukuran terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7.
Ukuran benang merupakan salah satu faktor yang menentukan kekuatan jahitan.
Oleh karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung
pada jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan faktor kosmetik.
Sedangkan kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan
jenis benangnya. Pada wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0)
26
larutan salin. Balutan dibiarkan ditempatnya selama 24-48 jam lalu
balutan dilepas. Biasanya dalam rentang waktu, bengkak akan
berkurang dan infeksi bisa dimonitor. Jika lukanya bersih dan kulit
dapat disatukan tanpa menjadi terlalu ketat, luka dapat dijahit. Akan
sangat berguna untuk memasang drain pada luka.
4. Skin graft - ambil lapisan atas kulit dari tempat lain (biasanya paha)
untuk menutup luka. Split Thickness Skin Graft (STSG) terdiri atas
sebagian tebalnya kulit; Full Thickness Skin Graft (FTSG) terdiri atas
seluruh tebalnya kulit. Biasanya pada luka traumatik STSG lebih baik,
krena lebih tipis dan takenya lebih mudah. Kedua tipe skin graft
tidak akan menempel pada tendon atau tulang jika tidak terbentuk
lapisan jaringan ikat. Foto A menunjukkan luka terbuka di kaki. Foto
B menunjukkan STSG yang telah dijahit di lokasi resipien. Benang
jahit setelah disimpul dibiarkan panjang untuk mengikat balutan, lihat
Foto C. Foto D menunjukkan hasil nal setelah 2 bulan kemudian.
5. Flap Lokal - jaringan (kulit atau otot) di dekat luka ditarik untuk
menutup luka. Daerah donor biasanya ditutup secara primer, namun
terkadang perlu STSG atau penutupan sekunder.
6. Flap Jauh - jika tidak terdapat jaringan di sekitar yang tersedia untuk
menutup luka, jaringan dapat diambil dari donor yang jauh. Misalnya
- menanam tangan yang terluka ke daerah selangka lalu kemudian
melepasnya, atau mengambil jaringan dari abdomen dan melepaskan
sepenuhnya dan memindahkannya ke kaki untuk menutup fraktur
terbuka (ini adalah ap bebas - pembuluh darah jaringan harus
disambung dengan pembuluh darah di kaki).
27
karena sifat luka skin graft atau beberapa tipe ap diperlukan untuk mencegah
hilangnya struktur penting.
28
BAB III
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30