Anda di halaman 1dari 30

Referat

MANAJEMEN PERAWATAN LUKA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Bedah RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh

Oleh:

Pembimbing:

BAGIAN/SMF ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2017

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Shalawat
beserta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, juga kepada sahabat dan keluarga
beliau.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada pembimbing kami dan
para dokter di bagian/SMF Ilmu Bedah yang telah memberikan arahan serta
bimbingan hingga terselesaikannya referat ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah referat. Keterbatasan
dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa penyebabnya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap referat ini demi
perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, Februari 2017

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Terapi yang sering diberikan oleh tenaga kesehatan di daerah adalah


perawatan luka. Baik itu luka akut yang baru ataupun luka kronis yang menahun,
dasar terapinya tetap sama, hanya pendekatan pertama terhadap lukanya saja yang
berbeda. Luka adalah masalah umum bagi masyarakat di dunia. Tanpa perawatan
yang memadai, akan menghasilkan defek yang signikan. Pemahaman yang baik
akan prinsip perawatan luka akan membantu pasien anda sembuh secepatnya
dangan hasil yang maksimal.
Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan. Efek dari timbulnya
luka antara lain hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres
simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, hingga kematian
sel. Luka dapat disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, ledakan, sengatan listrik dan animal bite.
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan
memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, pembersihan
sel dan benda asing, serta perkembangan awal seluler, merupakan bagian dari
proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan,
walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses
penyembuhan. Akan tetapi, penyembuhan luka juga dapat terhambat akibat
banyak faktor, baik yang bersifat lokal maupun sistemik.4

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. JENIS LUKA
Luka dapat diklasifikasi berdasarkan kategori tertentu :
1. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a) Luka akut, yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan proses
penyembuhan.
b) Luka kronis, yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

Gambar 1. Luka akut dan kronis

2. Berdasarkan proses terjadinya


a) Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam
dan kerusakan sangat minimal. Misal, yang terjadi akibat pembedahan.
b) Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan
dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak.
c) Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda
lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
d) Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda seperti peluru
atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

4
e) Luka gores (Lacerated Wound), terjadi jika kekuatan trauma melebihi
kekuatan regang jaringan.
f) Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh.
Biasanya pada bagian awal masuk luka diameternya kecil, tetapi pada bagian
ujung luka biasanya akan melebar.1
g) Luka Bakar (Combustio), merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan
oleh api, atau penyebab lain seperti oleh air panas, radiasi, listrik dan bahan
kimia. Kerusakan dapat menyertakan jaringan bawah kulit.2,3

3. Berdasarkan Derajat Kontaminasi


a) Luka bersih (Clean Wounds), yaitu luka tak terinfeksi, dimana tidak terjadi
proses peradangan (inflamasi) dan infeksi, dan kulit disekitar luka tampak
bersih. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup. Kemungkinan
terjadinya infeksi luka sekitar 1% 5%.
b) Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds), merupakan luka
dalam kondisi terkontrol, tidak ada material kontamin dalam luka.
Kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% 11%.
c) Luka terkontaminasi (Contamined Wounds), yaitu luka terbuka kurang dari
empat jam, dengan tanda inflamasi non-purulen. Kemungkinan infeksi luka
10% 17%.
d) Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds), yaitu luka terbuka lebih
dari empat jam dengan tanda infeksi di kulit sekitar luka, terlihat pus dan
jaringan nekrotik. Kemungkinan infeksi luka 40%.

B. PENUTUPAN LUKA
Tujuan utama dari penutupan luka yaitu untuk mengembalikan integritas kulit
sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi, scar dan penurunanfungsi.4 Proses
penutupan pada luka terbagi menjadi 3 kategori, tergantung pada tipe jaringan
yang terlibat dan keadaan serta perlakuan pada luka.5

1. Penutupan luka primer (Intensi Primer)

5
Penyembuhan primer atau sanatio per primam intentionem terjadi bila luka
segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Luka dibuat secara
aseptik dengan kerusakan jaringan minimum, dan dilakukan penutupan dengan
baik seperti dengan penjahitan. Ketika luka sembuh melalui instensi pertama,
jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal. Parutan
yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil.5

2. Penutupan luka sekunder (Intensi Sekunder)


Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar akan berjalan secara
alami. Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel.
Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder atau sanatio per secundam
intentionem. Cara ini biasanya memakan waktu cukup lama dan meninggalkan
parut yang kurang baik, terutama jika lukanya terbuka lebar.6

3. Penutupan luka primer tertunda (Intensi Tersier)


Penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang
terkontaminasi berat atau tidak berbatas tegas. Luka yang tidak berbatas tegas
sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan
pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila
luka langsung dijahit. Luka yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi
(debridement) dahulu, selanjutnya baru dijahitdan dibiarkan sembuh secara
primer. Cara ini disebut penyembuhan primer tertunda. Selain itu, jika luka baik
yang belum dijahit, atau jahitan terlepas dan kemudian dijahit kembali, dua
permukaan granulasi yang berlawanan akan tersambungkan. Hal ini
mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas dibandingkan dengan
penyembuhan primer.7

6
Gambar 2. Macam-macam proses penutupan luka

C. FASE PENYEMBUHAN LUKA


Setiap proses penyembuhan luka akan melalui 3 tahapan yang dinamis,
saling terkait dan berkesinambungan, serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat
luka. Sehubungan dengan adanya perubahan morfologik, tahapan penyembuhan
luka terdiri dari:

7
1. Fase Hemostasis dan Inflamasi 8
Fase hemostasis dan inflamasi adalah adanya respons vaskuler danseluler
yang terjadi akibat perlukaan pada jaringan lunak. Tujuannya adalah
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel
mati, dan bakteri, untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan
keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler
yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi vasokonstriktor yang
mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi
penempelan endotel yang akan menutup pembuluh darah. Periode ini hanya
berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler karena
stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan
adanya substansi vasodilator : histamin, serotonin dan sitokin.
Histamin selain menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan
meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari
pembuluh darah dan masuk ke daerah luka. Secara klinis terjadi edema jaringan
dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis. Eksudasi ini juga mengakibatkan
migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstravaskuler. Fungsi netrofil adalah
melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan
kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika
dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka. Fungsi makrofag
disamping fagositosis adalah 9:
a. Sintesa kolagen
b. Membentuk jaringan granulasi bersama dengan fibroblast
c. Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi
d. Membentuk pembuluh kapiler baru atau angiogenesis

Dengan berhasil dicapainya luka yang bersih, tidak terdapat infeksi serta
terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai
pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya eritema, hangat
pada kulit, edema, dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-
4.

8
Gambar 3. Fase Hemostasis dan Inflamasi 6

2. Fase Proliferasi (Fase Fibroplasia)


Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasias, karena yang
menonjoladalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase
inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Fibroblast berasal dari sel
mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida, asam
aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan
mempertautkan tepi luka.7
Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan
menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblast sangat
besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan
menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses
rekonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel
fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang.
Sesudah terjadi luka, fibroblast akan aktif bergerak darijaringan sekitar luka ke
dalam daerah luka, kemudian akan berkembang proliferasi) serta mengeluarkan
beberapa substansi (kolagen, elastin, asam hyaluronat, fibronectin dan
proteoglikans) yang berperan dalam membangun jaringan baru.6
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan
baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh
fibroblast, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga
fibroblast sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka. Sejumlah sel
9
dan pembuluh darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut
sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblast dengan aktifitas
sintetiknya disebut fibroplasia. Respons yang dilakukan fibroblast terhadap proses
fibroplasias adalah :9
a. Proliferasi
b. Migrasi
c. Deposit jaringan matriks
d. Kontraksi luka

Angiogenesis, suatu proses pembentukan pembuluh kapiler barudidalam


luka, mempunyai arti penting pada tahap proleferasi proses penyembuhan luka.
Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat
(preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena terbentuknya
ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka
merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di
daerah luka, karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan
turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan
proses terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet
dan makrofag (growth factors).
Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblast mengeluarkan
keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosissel
epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk
barrier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblast,
pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kualitasnya dengan
mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu jaringan
baru tersebut menutupluka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi
myofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan.
Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan
dengan defek luka minimal.4,10

10
Gambar 4. Fase Proliferasi 6

3. Fase Remodelling
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai
kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase remodelling adalah menyempurnakan
terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan
berkualitas. Fibroblast sudah mulai meninggalkan jaringan grunalasi, warna
kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi, dan
serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut.
Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10
setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan
dilanjutkan pada fase remodelling. Selain pembentukan kolagen, juga akan terjadi
pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda (gelatinous collagen)
yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih
matang, yaitu lebih kuat, dengan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan
antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang
berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,
sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut
dan luka akan selalu terbuka. Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas
lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk
melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi
setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari
kondisi biologic masing-masing individu, lokasi, serta luasnya luka.6,8,10

11
Gambar 5. Fase Remodelling 6

E. Faktor yang Mempengaruhi Luka


1. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua
lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu
sintesis dari faktor pembekuan darah.
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Pasien
memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan
mineral seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. pasien
yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena
suplai darah jaringan adipose tidak adekuat.
3. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
4. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit
pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat
karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama
untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada
orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau
diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita
anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume

12
darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan
oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
5. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat
bekuan yang besarhal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi
tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
6. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul
dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang
membentuk suatu cairan yangkental yang disebut dengan nanah/pus.
7. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah
pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi
akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor
internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat
membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

13
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidakakan efektif akibat koagulasi intravaskular.

F. Komplikasi Penyembuhan Luka


1. Infeksi12
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2
7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent,
peningkatan drainase,nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka,
peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih. Fase-fase infeksi pada
luka:
a. Infiltrat : terjadi infiltrasi sel darah putih pada tempat yang
dimasuki oleh kuman penyebab infeksi tersebut.
b. Abses : pengumpulan nanah dalam ruangan yang sebelunnya tidak
ada, biasanya dijumpai 5 tanda radang ditambah fluktuasi (+).
c. Gangren yaitu kematian sebagian atau/ seluruh organ. Selain
karena infeksi juga bisa disebabkan oleh kelainan pembuluh darah,
trauma.

2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing
(seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan
(dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam
pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu. Jika perdarahan
berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan.
Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

14
3. Fistula
Fistula yaitu adanya saluran yang menghubungkan 2 rongga. Fistula pada
luka karena luka menimbulkan air terus, biasanya disebabkan oleh benang jahit
yang tidak diserap.

4. Hematoma
Hematoma yaitu penumpukkan bekuan darah dalam jaringan. Penyebab
proses hemostatik yang tidak baik.

5. Seroma
Seroma yaitu pengumpulan cairan serosa dibawah luka, karena yang
dijahit kulit atasnya saja. Bisa sebagai perangsang terjadinya infeksi. Biasanya
ditandai dengan bengkak, fluktuasi (+), tidak dijumpai tanda-tanda radang.

6. Dehiscence dan Eviscerasi


Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah
keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan,
kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,
muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas
di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup
dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.

7. Keloid dan jaringan parut hipertrofik


Timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses
penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur. Keloid yang tumbuh
berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung
kambuh bila dilakukan intervensi bedah. Parut hipertrofik hanya berupa parut luka
yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan

15
kadang kadang nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir
penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.
Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi
merupakan kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang
bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral
wajah pada mata, cuping hidung, atau mulut. Pengobatan keloid pada umumnya
tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan kortikosteroid intrakeloid,
bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan).
Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara
halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi
pada proses penyembuhan luka.1

G. PERAWATAN LUKA
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan
yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.11
a) Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi).
b) Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptic seperti:
1. Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
2. Halogen dan senyawanya.
Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas dan
dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam.
Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks
yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah
dicuci karena larut dalam air dan stabil karena tidak menguap.
3. Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk antiseptik
borok.
4. Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa biguanid
dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah larut dalam

16
air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya tidak menusuk
hidung.
5. Oksidansia
i. Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan funngisida agak
lemah berdasarkan sifat oksidator.
ii. Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan
kotoran dari dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
6. Logam berat dan garamnya
i. Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan
bakteri dan jamur.
ii. Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya
bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara
merangsang timbulnya kerak (korts).
7. Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
Derivat fenol
i. Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah
dan genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
ii. Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
8. Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan
turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%.
Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka
terinfeksi.

c) Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya
infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris.
Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah
pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci
yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama
waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam
pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Selain larutan

17
antiseptik yang telah dijelaskan diatas ada cairan pencuci luka lain yang saat ini
sering digunakan yaitu Normal Saline.
Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan
yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya
mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas 308 mOsm/l
setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/l dan Cl- 154 mEq/l.

Tabel 1. Jenis-jenis larutan

Debridemen Tajam
Ketika luka tertutup oleh jaringan mati, kehitaman atau debris tebal berwarna abu-
abu atau hijau, pembalutan saja mungkin tidak akan cukup. Pembuangan jaringan
dengan pembedahan /debridemen tajam diperlukan untuk membantu
penyembuhan.

18
Gambar 6. Deberidemen tajam
d. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang
dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan
atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per
tertiam.
Penjahitan luka membutuhkan beberapa persiapan baik alat, bahan serta
beberapa peralatan lain. Urutan teknik juga harus dimengerti oleh operator serta
asistennya.

Macam-macam jahitan luka


1. Jahitan Simpul Tunggal
Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Inerrupted Suture Merupakan jenis
jahitan yang sering dipakai.
2. Jahitan matras Horizontal
Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama.
Memberikan hasil jahitan yang kuat.
3. Jahitan Matras Vertikal
Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to near and far to far

19
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan
dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang
cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.
4. Jahitan Matras Modifikasi
Sinonim : Half Burried Mattress Suture
Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada
daerah subkutannya.
5. Jahitan Jelujur sederhana
Sinonim : Simple running suture, Simple continous, Continous over and over
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada
jaringan ikat yang longgar.
6. Jahitan Jelujur Feston
Sinonim : Running locked suture, Interlocking suture
Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, biasa
sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur biasa.
7. Jahitan Jelujur horizontal
Sinonim : Running Horizontal suture
Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.
8. Jahitan Simpul Intrakutan
Sinonim : Subcutaneus Interupted suture, Intradermal burried suture, Interrupted
dermal stitch.
Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit area yang
dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul sederhana.
9. Jahitan Jelujur Intrakutan
Sinonim : Running subcuticular suture, Jahitan jelujur subkutikular
Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal menghasilkan
kosmetik yang baik
e. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga
proses penyembuhan berlangsung optimal.
f. Pembalutan

20
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
g. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
h. Pemasangan drain
Drain adalah selang yang digunakan untuk mengeluarkan darah, pus, dan
berbagai cairan lainnya luka. Drain yang dipasang setelah operasi pembedahan
tidak mengakibatkan penyembuhan luka yang lebih cepat atau mencegah infeksi
tetapi terkadang diperlukan untuk mengalirkan cairan tubuh yang mungkin dapat
berakumulasi dan menyebabkan focus infeksi. Penggunaan rutin drain untuk
prosedur bedah berkurang seiring pemeriksaan radiologis yang lebih baik dan
keyakinan dalam teknik bedah. Drain dapat menghalangi pemulihan paska operasi
dengan bertindak sebagai 'jangkar' yang membatasi mobilitas pasen setelah
operasi dan drain itu sendiri dapat memungkinkan infeksi ke dalam luka. Tetapi
dalam situasi tertentu penggunaannya tidak dapat dihindari. Drain memiliki
kecenderungan untuk menimbulkan oklusi atau tersumbat, mengakibatkan cairan
yang terkumpul yang dapat berkontribusi untuk timbulnya infeksi atau komplikasi
lainnya.
Drain dapat tersambung ke dinding suction, perangkat suction portabel, atau
dapat dibiarkan mengalir secara alami. Rekaman yang akurat dari volume drainase
serta isi sangat penting untuk memastikan secara tepat tentang penyembuhan dari
luka dan monitor untuk pendarahan yang berlebihan.
Tanda-tanda infeksi baru atau jumlah drainase yang berlebihan harus
dilaporkan kepada penyedia perawatan kesehatan segera.
Indikasi pemasangan drain :
Mencegah terjadinya akumulasi cairan (darah, pus, cairan terinfeksi)
Mencegah terjadinya akumulasi udara (dead space)
Identifikasi jenis cairan

21
Macam macam drain :
Terbuka dan tertutup
Drain terbuka mengalirkan cairan ke dalam kantung stoma. Kemungkinan
risiko infeksi tinggi.
Drain tertutup dibentuk dari selang yang dihubungkan ke sebuah kantung
atau botol. Biasanya dipakai untuk drain pada dada, perut, dan kasus ortopedi.
Risiko infeksi lebih minimal.
Aktif atau pasif
Drain aktif diatur dengan suction (bisa bertekanan rendah atau tinggi)
Drain pasif tidak memiliki suction dan bekerja berdasarkan perbedaan
tekanan antara rongga tubuh dan ekksteror.
Silastik atau karet
Drain silastik hanya menyebabkan reaksi jaringan yang minimal,
Drain karet dapat menyebabkan reaksi jaringan yang intens.

i. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
Berdasarkan lokasi dan hari tindakan:
Muka atau leher hari ke 5
Perut hari ke7-10
Telapak tangan 10
Jari tangan hari ke 10
Tungkai atas hari ke 10
Tungkai bawah 10-14
Dada hari ke 7
Punggung hari ke 10-14

j. Jenis jenis benang dan penggunaannya


Benang dapat dibagi menurut:
22
1. Penyerapan
a. Benang yang dapat diserap atau absorbable, contoh: catgut, asam
poliglikolat (Dexon), asam poliglaktik (Vicryl) dan
polidioksanone. Yang paling sering dipakai adalah Catgut dan
Vicryl.
b. Benang tidak dapat diserap atau non-absorbable. Contoh: sutera,
katun, poliester, nilon, polypropilene (prolene), dan kawat tahan
karat. Yang sering dipakai adalah sutera dan polypropilene.
2. Reaksi jaringan yang timbul terhadap materi yang digunakan untuk
pembuatannya
a. Benang yang menimbulkan reaksi (besar), misalnya catgut, sutera,
dan benang-benang multifilamen.
b. Benang yang menimbulkan reaksi minimal, misalnya nilon dan
benang-benang monofilamen.
3. Filamen fisik
a. Benang multifilamen yang disusun/kepang (braided), misalnya
sutera.
b. Benang monofilamen yang hanya terdiri dari satu filamen,
misalnya nilon.

Jenis Benang yang Dapat Diserap


1. Catgut, terbuat dari usus halus kucing atau domba. Catgut merupakan
benda asing bagi jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Plain catgut memiliki waktu absorbsi sekitar 10 hari. Chromic catgut yang
mengandung garam kromium memiliki waktu absorbsi yang lebih lama sampai 20
hari. Chromic catgut biasanya menyebabkan reaksi inflamasi yang lebih besar
dibandingkan plain catgut. Tidak terbukti bahwa cat-gut dapat menyebabkan
reaksi alergi. Catgut digunakan untuk mengikat pembuluh darah lapisan
subkutaneus dan untuk menutup kulit di skortum dan perineum.

2. Benang sintetis
a. Multifilamen

23
Asam poliglikolat atau Dexon adalah benang sintetis yang mempunyai
kekuatan regangan sangat besar. Diserap habis setelah 60 90 hari. Efek reaksi
jaringan yang dihasilkan lebih kecil daripada catgut. Digunakan untuk menjahit
fasia otot, kapsul organ, tendon dan penutupan kulit secara subkutikulet Dexon
tidak mengandung protein kolagen, antigen, dan zat pirogen sehingga
menimbulkan reaksi jaringan yang minimal. Karena bentuknya yang berpilin
jangan digunakan untuk menjahit di permukaan kulit karena dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri sehingga mudah timbul infeksi.
Asam poliglaktik atau vicryl adalah benang sintetis berpilin yang sifatnya
mirip dengan dexon. Benang ini memiliki kekuatan regangan sedikit di bawah
dexon dan dapat diserap habis setelah 60 hari pascaoperasi. Hanya digunakan
untuk menjahit daerah-daerah yang tertutup dan merupakan kontraindikasi untuk
jahitan permukaan kulit. Vicryl biasanya berwarna ungu.
Untuk menghasilkan kekuatan yang memuaskan Vicryl dan dexon disimpul
minimal tiga kali. Vicryl dan dexon terutama digunakan untuk meligasi pembuluh
darah, menautkan fasia, dan menjahit kulit secara subkutikular.
b. Monofilamen
Polidioksanone (PDS). Kekuatan regangannya bertahan selama 4 sampai 6
minggu dan diserap seluruhnya setelah 6 bulan. Karena monofilamen, benang ini
sangat baik untuk menjahit daerah yang terinfeksi atau terkontaminasi.

Jenis Benang yang Tidak Dapat Diserap


1. Sutera atau silk adalah serat protein yang dihasilkan larva ulat sutera yang
dipilin menjadi benang. Mempunyai kekuatan regangan yang besar, mudah
dipegang dan mudah dibuat simpul. Kelemahannya, kekuatan regangan dapat
menyusut pada jaringan yang berbeda-beda, umumnya timbul setelah 2 bulan
pascapoperasi.
2. Poliester (dacron) merupakan serat poliester, berupa benang pilinan yang
mempunyai kekutan regangan yang sangat besar. Sangat dianjurkan untuk
penutupan fasia. Kerugiannya adalah tidak digunakan pada jaringan yang
terinfeksi atau terkontaminasi karena bentuknya yang berpilin. Untuk kekuatan
yang maksimal poliester disimpul minimal sebanyak lima kali.

24
3. Polipropilene (prolene) adalah material monofilamen yang sangat halus
sehingga tidak banyak menimbulkan kerusakan dan reaksi jaringan. Biasanya
berwarna biru. Pada beberapa merek prolene langsung bersambung dengan jarum
berukuran diameter sama sehingga tidak menimbulkan trauma yang berlebihan.
Merupakan pilihan utama untuk menjahit daerah yang terinfeksi atau
terkontaminasi. Ukuran yang sangat kecil sering digunakan untuk bedah mikro.
Kelemahannya benang ini sulit disimpul dan sering terlepas sendiri.
4. Kawat baja dibuat dari baja yang mengandung karbon rendah merupakan
bahan inert (tidak bereaksi dengan jaringan). Menghasilkan kekuatan regangan
yang terbesar dan reaksi jaringan yang minimal. Kesulitannya adalah dalam hal
menjahit dan harus hati--hati untuk mencegah supaya jaringan tidak terpotong
atau terlipat (kinking). Digunakan untuk menyambung ligamen, tendon dan
tulang.
Ukuran Benang
Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan
metric. Ukuran terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7.
Ukuran benang merupakan salah satu faktor yang menentukan kekuatan jahitan.
Oleh karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung
pada jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan faktor kosmetik.
Sedangkan kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan
jenis benangnya. Pada wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0)

Lokasi penjahitan Jenis benang Ukuran


Fasia Semua 2,0-1
Otot Semua 3,0-0
Kulit Tak diserap 2,0-6,0
Lemak Terserap 2,0-3,0
Hepar Kromik catgut 2,0-0
Ginjal Semua catgut 4,0
Pancreas Sutera atau kapas 3,0
Usus halus Catgut, sutera, kapas 2,0-3,0
Usus besar Kromik catgut 4,0-0
Tendon Tak terserap 5,0-3,0
Kapsul sendi Tak terserap 3,0-2,0
Peritoneum Kromik catgut 3,0-2,0
Bedah mikro Tak terserap 7,0-11,0
25
Pemilihan cara penutupan luka
Tangga rekonstruktif
Ahli Bedah Plastik telah mengatur pemilihan penutupan luka ke dalam
tangga rekonstruktif.
Pertama adalah yang paling sederhana dan membutuhkan tidak banyak
ketrampilan. Jika pilihan pertama tidak memungkinkan, lakukan langkah di
atasnya, langkah yang lebih kompleks tekniknya. Namun langkah tersebut
memerlukan keahlian yang diluar dari pembahasan ini.
1. Penutupan sekunder biarkan luka tetap terbuka dan lakukan
perawatan luka lokal. Luka akan menyembuh dengan sendirinya.

2. Penutupan luka primer lakukan penjahitan untuk menutup luka.

3. Penutupan primer tertunda merupakan pilihan yang baik untuk


sebuah luka yang terlalu bengkak untuk dijahit saat terjadinya luka
atau untuk lukayang dikhwatirkan infeksi. Pada mulanya luka
dibersihkan dan ditutup dengan kassa yang dilembabkan dengan

26
larutan salin. Balutan dibiarkan ditempatnya selama 24-48 jam lalu
balutan dilepas. Biasanya dalam rentang waktu, bengkak akan
berkurang dan infeksi bisa dimonitor. Jika lukanya bersih dan kulit
dapat disatukan tanpa menjadi terlalu ketat, luka dapat dijahit. Akan
sangat berguna untuk memasang drain pada luka.
4. Skin graft - ambil lapisan atas kulit dari tempat lain (biasanya paha)
untuk menutup luka. Split Thickness Skin Graft (STSG) terdiri atas
sebagian tebalnya kulit; Full Thickness Skin Graft (FTSG) terdiri atas
seluruh tebalnya kulit. Biasanya pada luka traumatik STSG lebih baik,
krena lebih tipis dan takenya lebih mudah. Kedua tipe skin graft
tidak akan menempel pada tendon atau tulang jika tidak terbentuk
lapisan jaringan ikat. Foto A menunjukkan luka terbuka di kaki. Foto
B menunjukkan STSG yang telah dijahit di lokasi resipien. Benang
jahit setelah disimpul dibiarkan panjang untuk mengikat balutan, lihat
Foto C. Foto D menunjukkan hasil nal setelah 2 bulan kemudian.
5. Flap Lokal - jaringan (kulit atau otot) di dekat luka ditarik untuk
menutup luka. Daerah donor biasanya ditutup secara primer, namun
terkadang perlu STSG atau penutupan sekunder.
6. Flap Jauh - jika tidak terdapat jaringan di sekitar yang tersedia untuk
menutup luka, jaringan dapat diambil dari donor yang jauh. Misalnya
- menanam tangan yang terluka ke daerah selangka lalu kemudian
melepasnya, atau mengambil jaringan dari abdomen dan melepaskan
sepenuhnya dan memindahkannya ke kaki untuk menutup fraktur
terbuka (ini adalah ap bebas - pembuluh darah jaringan harus
disambung dengan pembuluh darah di kaki).

Metode yang dipilih untuk menutup luka seringkali disesuaikan dengan


karakteristik luka. Luka yang lebih lama dari 6 jam sebaiknya tidak ditutup
langsung dengan penjahitan, kecuali jika itu di daerah wajah. Lakukan saja
pembalutan. Luka dengan tendon, tulang, atau struktur vital yang terbuka akan
memerlukan penutupan - penutupan primer adalah yang terbaik. Terkadang
penutupan primer tertunda dapat juga dilakukan. Jika hal ini tidak dimungkinkan

27
karena sifat luka skin graft atau beberapa tipe ap diperlukan untuk mencegah
hilangnya struktur penting.

28
BAB III
KESIMPULAN

Terapi yang sering diberikan oleh tenaga kesehatan di daerah adalah


perawatan luka. Baik itu luka akut yang baru ataupun luka kronis yang menahun,
dasar terapinya tetap sama, hanya pendekatan pertama terhadap lukanya saja yang
berbeda. Luka adalah masalah umum bagi masyarakat di dunia. Tanpa perawatan
yang memadai, akan menghasilkan defek yang signikan. Pemahaman yang baik
akan prinsip perawatan luka akan membantu pasien anda sembuh secepatnya
dangan hasil yang maksimal.
Metode yang dipilih untuk menutup luka seringkali disesuaikan dengan
karakteristik luka. Tanpa melakukan manajemen luka yang baik, dapat
menimbulkan berbagai komplikasi dari luka seperti infeksi dan komplikasi-
komplikasi lainnya.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Samper Gimenez. 2007. Orbital Penetrating Wound By A Bull Horn, Arch


SocESP Oftamol 2007; 82: 645-648.
2. Julia S. Garner. 2000. Guideline For Prevention of Surgical Wound
Infections Hospital Infections Program Centers for Infectious Diseases
Center for Disease Control.
3. Sudjatmiko, Gentur. 2010. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik
Rekonstruksi.Jakarta : Yayasan Khasanah Kebajikan.
4. Monaco JL and Lawrence WT. 2003. Acute wound healing: an overview.
ClinPlastic Surg. 30: 1-12.
5. Dudley HAF, Eckersley JRT, et al. 2000. Pedoman Tindakan Medik dan
Bedah.Jakarta : EGC
6. Mallefet P and Dweck A.C. 2008. Mechanisms involved in wound
healing.Biomed Scient. 609-15.
7. Diegelmann RF and Evans MC. 2004. Wound healing : an overview of
acute,fibrotic and delayed healing. Front in Biosci. 9:283-9.
8. Schwartz BF and Neumeister M. 2006. The mechanics of wound healing.
In Future Direction in Surgery. Southern Illinois. pp: 78-9.
9. MacKay D and Miller AL. 2003. Nutritional support for wound healing.
Alt medrev. 8(4): 360-1.
10. David LD. 2004. Ethicon: Wound Closure Manual. Minnesota: Ethicon
inc. pp: 6-8.
11. Sjamsuhidajat, R and Jong, W D. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi.Jakarta : EGC. 3: 72-81.
12. Libby Swope Wiersema. 2011. List of Surgical Wound Classifications
Last.

30

Anda mungkin juga menyukai