Vitiligo adalah kelainan kulit dan mukosa yang ditandai dengan adanya
makula depigmentasi berbatas tegas yang terjadi akibat kerusakan selektif pada
melanosit .Vitiligo generalisata merupakan jenis yang paling banyak ditemukan
dengan faktor predisposisi multifaktorial dan faktor pencetus seperti trauma,
terbakar matahari, stres serta penyakit sistemik.1,2
Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi yang paling sering ditemukan
didunia dan dapat terjadi pada semua umur serta jenis kelamin. Prevalensi vitiligo
diperkirakan sekitar 0,1-2 % populasi. Pada populasi Kaukasia di Amerika Serikat
dan Eropa Utara diperkirakan sebesar 0,38% sedangkan pada populasi di Cina
diperkirakan sebesar 0,19%. Insiden tertinggi dari India yaitu 1,25-8,8 % lalu
Meksiko 2,6-4 % dan Jepang 1,64 %. Sebagian besar kasus vitiligo dilaporkan
berkembang aktif sebelum usia 20 tahun sekitar 50 % dan usia 30 tahun sekitar
70-80 %. Kondisi ini jarang ditemukan saat lahir.3,4
Penyakit vitiligo ditandai dengan adanya makula berwarna putih susu
dengan depigmentasi yang homogen berbatas tegas dengan tepi konveks tersebar
secara diskret. Walaupun biasanya asimptomatis keluhan gatal kadang-kadang
dikeluhkan. Lokasi yang biasanya mengalami hiperpigmentasi seperti daerah
wajah, periorifisium, permukaan dorsal tangan dan kaki, puting susu, daerah
lipatan, serta region anogenital dan kadang-kadang seluruh tubuh dapat terkena.1,3
Oleh karena etiopatogenesis dari vitiligo belum dipahami dengan jelas
menyebabkan hambatan dalam penatalaksaannya. Kortikosteroid topikal banyak
digunakan sebagai terapi pertama pada bentuk vitiligo yang terbatas bersama
dengan inhibitor kalsineurin topikal dengan 75 % repigmentasi daerah yang
terpapar sinar matahari seperti wajah dan leher.5 Vitiligo juga dapat diterapi
dengan cara fototerapi menggunakan narrowband UVB (311 nm) terutama pada
vitiligo aktif dengan lesi yang luas dan memiliki efek samping yang lebih rendah
dibandingkan dengan PUVA atau KUVA dengan efektivitas yang setara.7
Pembedahan pada vitiligo dapat dilakukan pada kondisi vitiligo yang
stabil dan terlokalisir. Pembedahan dilakukan dengan transplantasi melanosit
namun pada area yang luas memerlukan anestesi general dan adanya kekambuhan
setelah pembedahan juga perlu dipertimbangkan. 5,6
1
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Status Pernikahan : Menikah
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 173 cm
Alamat : Aceh Besar
Tanggal Pemeriksaan : 22 Mei 2018
Jaminan : JKA
Nomor CM : 0-92-23-37
Anamnesis
Keluhan Utama
Bercak putih pada tubuh sejak 10 tahun
Keluhan Tambahan
Bercak putih terkadang gatal
2
sebagian badan. Pasien lalu berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSUDZA dan
dilakukan fototerapi. Saat ini pasien sudah menjalani fototerapi yang ke 11.
Pemeriksaan Fisik
3
A. Lesi pada regio fasialis dan colli
4
Tabel 1. Penilaian luas lesi metode VASI
Lokasi Hand units Depimentation Total hand units
Tangan 2 0,9 1,8 %
Ektremitas atas 6 0,9 5,4 %
Badan 2 0,25 0,5 %
Ekstremitas bawah 6 0,75 4,5 %
Kepala/leher 2 0,1 0,2 %
Kaki 0 0 0%
Body total 12,4 %
20% 2 0
Tungkai (0-36%)
0% 0 0
Genetalia (0-1%)
Total (0-100%) 41 %
Diagnosis Banding
1. Hipopigmentasi Pasca Inflamasi
2. Pityriasis alba
3. Albinisme
4. Pityriasis versicolor
5. Morbus Hansen tipe PB
5
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan lampu wood
Pemeriksaan dengan cara menyinari lesi menggunakan lampu merkuri
tekanan tinggi yang akan memantulkan cahaya dan menghasilkan
pendaran warna tertentu. Pada pasien ini ditemukan pendaran warna putih
berkilau
Resume
Pasien laki-laki dengan inisial Tn. R berumur 44 tahun datang dengan keluhan
bercak putih di daerah wajah, leher, lengan dan kaki. Pada status dermatologis
regio fasialis, colli, ektremitas superior dekstra sinistra, ektremitas inferior
dekstra sinistra tampak pacth depigmentasi, berbatas tegas, tepi irreguler,
ukuran plakat, jumlah multipel, distribusi generalisata.
Diagnosis Klinis
Vitiligo
6
Tatalaksana
Terapi Topikal :
- Asam salisilat 3% + Desoksimetason 0,25% ointment (pagi)
- Asam salisilat 3% + Clobetasol propionate 0,05 % cream (malam)
Terapi Fototerapi :
Fototerapi NB-UVB
Edukasi
Prognosis
7
ANALISA KASUS
8
Gambar 3. Predileksi vitiligo
9
Obat golongan kortikosteroid dipakai untuk menghentikan penyebaran
vitiligo dan menyempurnakan pembentukan pigmen kulit kembali. Repigmentasi
awal dengan kortikosteroid topikal terlihat dari 2 minggu hingga 4 bulan
pemberian. Untuk kasus vitiligo diwajah diperlukan repigmentasi selama 6
minggu.11 Lesi lokalisata dapat diberikan kortikosteroid potensi tinggi selama 1
sampai 2 bulan lalu diturunkan bertahap dengan kortikosteroid potensi rendah.
Apabila tidak terlihat respon dalam waktu 3 bulan terapi ini harus dihentikan. 2
Adapun terapi lini kedua adalah kalsipotriol topikal, kombinasi penyinaran UVA
dengan psoralen topikal, penyinaran laser excimer, kortikosteroid sistemik dan
pembedahan graft.12
Fototerapi pada vitiligo yang menjadi pilihan adalah menggunakan
narrowband UVB (311 nm). Fototerapi menggunakan metode ini memiliki efek
samping yang lebih rendah.5 Ada 3 pilihan NB-UVB light yaitu: nonfocused NB-
UVB, microphototherapy, NB excimer light. Terapi ini dapat digunakan pada
wanita hamil dan anak-anak tanpa efek fototoksik atau atrofi epidermis. Masalah
yang timbul sementara dapat berupa kemerahan (transient erythema).13
Pembedahan dapat dilakukan terutama pada kondisi vitiligo yang stabil
dan terkolalisir. Pembedahan dengan cara transplantasi melanosit pada lesi dengan
kulit normal yang beasal dari sumber autolog. Beberapa metode pembedahan
dapat dilakukan secara local dengan rawat jalan, namun transplantasi pada area
yang luas memerlukan anestesi general dan resiko adanya kekembuhan setelah
pembedahan perlu dipertimbangkan.6
Sistem penilaian secara semi-kualitatif yang digunakan dalam penilaian
klinis untuk menilai derajat keparahan serta aktivitas penyakit dan respon
terhadap terapi pada vitiligo. Beberapa sistem penilaian tersebut antara lain
Vitiligo Area Severity Index (VASI), Vitiligo Disease Activity (VIDA), Vitiligo
European Task Force Assessment (VETFa), Potential Repigmentation Index
(PRI) dan Vitiligo Extent Tensity Index (VETI). Namun hingga saat ini belum
terdapat konsensus yang disepakati dalam penggunaan sistem penilaian ini.14 Pada
pasien ini dilakukan pengukuran luas lesi vitiligo dengan menggunakan metode
penilaian VASI dan VETFa.
10
Pada metode VASI didapatkan pengukuran luas lesi sebesar 12,4 % luas
tubuh pasien. VASI merupakan skor kuantitatif parametrik, yang diperoleh
dengan rumus mengalikan residual depigmentation dan luas lesi berdasarkan unit
tangan. Satu unit tangan terdiri atas telapak tangan dan permukaan volar seluruh
jari-jari tangan yang sama dengan sekitar 1% luas seluruh permukaan tubuh.
Pemeriksaan dilakukan diruangan dengan penerangan yang cukup.
Penggambaran/pencetakan unit tangan pasien dilakukan pada plastik transparan.
Penilaian luas lesi dilakukan pada setiap regio ( kepala/leher, batang tubuh,
lengan, tungkai, tangan dan kaki) berdasarkan unit tangan tersebut. Dilakukan
penghitungan luas lesi dan penilaian residual depigmentation pada lesi di masing-
masing regio berdasarkan skala yang telah ditentukan.15
Sedangkan pada metode VETFa didapatkan hasil luas lesi sebesar 41%
luas tubuh pasien. Sistem penilaian dari Vitiligo European Task Force terdiri dari
luas lesi (extent), stadium penyakit (staging), dan progresivitas penyakit
(spreading).
- Extent dinilai menggunakan metode rule of nine, yaitu :
Kepala & leher dihitung : 9%
Lengan masing-masing dihitung 9% : 18%
Badan depan 18%, badan belakang dihitung 18% : 36%
Tungkai masing-masing dihitung 18% : 36%
Genetalia/perineum dihitung : 1%
- Staging dinilai berdasarkan pigmentasi pada kulit dan rambut dibagi menjadi
stadium:
Stage 0 : Pigmentasi normal
Stage 1 : Depigmentasi tidak lengkap (titik-titik depigmentasi, trichome dan
pigmentasi homogen yang lebih terang)
Stage 2 : Depigmentasi lengkap (termasuk rambut berwarna putih < 30%)
Stage 3 : Depigmentasi lengkap disertai rambut putih > 30%
Spreading digunakan untuk menilai progresivitas penyakit dibagi menjadi:
Score +1: Progresif (makula depigmentasi tampak bertambah/melebar)
Score 0 : Stabil (tidak ada perubahan)
Score -1: Regresif (makula depigmentasi berkurang tampak repigmentasi)9,14
11
Perjalanan penyakit ini terkadang sulit untuk diprediksi. Beberapa lesi
berkembang seiring waktu namun lesi lainnya dapat menetap dalam konisi stabil
dalam jangka waktu yang lama. Beberapa parameter seperti durasi, adanya
fenomena koebner, keterlibatan mukosa dan adanya leukotrikia dapat menjadi
faktor prognostik yang buruk.3
12
Tabel 3. Diagnosis Banding
No Diagnosis Alasan Definisi Deskripsi Gambar
Diagnosis Lesi
1. Vitiligo regio fasialis, Vitiligo adalah Lesi pacth
colli, thoraks kelainan kulit depigmentasi,
anterior dan dan mukosa berbatas
posterior, yang ditandai tegas, tepi
ektremitas dengan adanya irreguler,
superior makula ukuran plakat,
dekstra sinistra depigmentasi jumlah
tampak pacth berbatas tegas multipel,
depigmentasi, yang terjadi distribusi
berbatas tegas, akibat generalisata
tepi irreguler, kerusakan
ukuran plakat, selektif pada
jumlah melanosit
multipel,
distribusi
generalisata
2. Hipopigmentasi Lesi berupa Hipopigmentasi Lesi pacth
pasca inflamasi bercak pasca inflamasi hipopigmenta
hipopigmentasi adalah si berbatas
dengan batas hipopigmentasi tegas tepi
yang tidak yang terjadii irreguler
tegas dan setelah adanya jumlah soliter
terletak pada inflamasi pada atau multipel
daerah tempat kulit distribusi
terjadinya regional
inflamasi
2. Pityriasis alba Lesi berupa Pityriasis alba Lesi makula
bercak adalah bentuk hipopigmenta
hipopigmentasi dermatitis yang si dengan
dan dijumpai asimtomatik skuama halus
adanya batas tidak
skuama. Lesi tegas jumlah
biasanya multipel dan
terdapat pada ditribusi
pipi lengan dan generalisata
paha bagian
atas, biasanya
terdapat pada
penderita
dermatitis
atopik
13
3. Albinisme Tampak lesi Albinisme Lesi pacth
hipopigmentasi adalah kelainan hipopigmenta
yang merata bawaan berupa si batas tidak
seluruh tubuh ketiadaan atau tegas
dan adanya kekurangan distribusi
perubahan pigmen dikulit, universal
warna rambut rambut dan
serta mata mata
14
DAFTAR PUSTAKA
15
11. Halder R.M. and Chappell, J.L. Vitiligo update. Seminars in Cutaneous
Med. Surgery. 2009
12. Szczurko O. and Boon, H. A systematic review of natural health product
treatment for vitiligo. BMC Derm. 2008
13. Anurogo D, Ikrar T. Vitiligo. Tanggerang: Cermin Dunia Kedokteran.
2014
14. Kawakami T, Hashimoto T. Review Article: Disease Severity Indexes and
Treatment Evaluation Criteria in Vitiligo. Department of Dermatology, St.
Marianna University School of Medicine, 2-16-1 Sugao, Miyamae-ku,
Kawasaki, Kanagawa 216-8511, Japan. 2011
15. Szczurko O, Shear N, Taddio A, Boon H. Ginko Biloba for the treatment
of vitiligo vulgaris: an open label pilot clinical trial. BMC Complement
Altern Med. 2013
16
RESUME JURNAL PROGNOSIS
Abstrak
Proses inflamasi dan kekebalan tubuh dapat dipicu oleh vitiligo karena
penurunan jumlah melanosit dan efek anti inflamasi. Karena sifat sistemik
vitiligo, kelainan metabolik seperti insulin dan gangguan profil lipid serta
keterlibatan kulit dapat di amati pada vitiligo. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menyelidiki hubungan antara sindrom metabolik dan vitiligo. Bahan dan metode
ini adalah studi pusat tunggal, kasus-kontrol. 128 peserta dipisahkan menjadi
kelompok pasien (subyek dengan vitiligo) dan kelompok kontrol (subyek tanpa
vitiligo). Kami memilih 63 pasien dengan vitiligo (33 perempuan, 30 laki-laki;
berarti usia 40,1 ± 11,8 tahun), dan 65 kontrol usia dan disesuaikan dengan jenis
kelamin (34 perempuan, 31 laki-laki; usia rata-rata dari 40,3 ± 10,3 tahun).
Penelitian ini menerima persetujuan komite etik dan semua peserta memberikan
izin untuk penelitian ini. Beberapa kriteria inklusi adalah: depigmentasi lebih
besar dari 10%, usia lebih dari 18 tahun dan tidak ada terapi sistemik atau lokal 3
bulan sebelum awal penelitian. Hasil dan diskusi: Secara keseluruhan, studi
penelitian tentang hubungan antara vitiligo dan sindrom metabolik dalam literatur
masih jarang diiteliti. Autoimunitas dan stres oksidatif pada pasien dengan vitiligo
dapat memicu manifestasi sistemik tertentu karena patogenesis inflamasi dan
imunologi, serta keterlibatan kulit. Hal ini diyakini bahwa ketidakseimbangan
oksidatif bertanggung jawab untuk pengembangan terjadinya sindrom metabolik
dan vitiligo. Efek melanin dalam jaringan adiposa memiliki anti-inflamasi dan
antioksidan. Penurunan jumlah melanosit serta penurunan melanogenesis dalam
jaringan adiposa mungkin mengurangi efek anti-inflamasi dari melanosit dan
menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas yang bertanggung jawab untuk
sindrom metabolik. Selain itu, mekanisme lain mungkin berkontribusi pada
pengembangan sindrom metabolik pasien dengan vitiligo, seperti resistensi
insulin, gangguan profil lipid dan gangguan metabolik lainnya. Identifikasi
17
sindrom metabolik pada 24 subyek (38,1%) 10 subjek dengan vitiligo dan 14
(21,5%) tanpa vitiligo (p =0,04). Vitiligo aktif, vitiligo segmental, peningkatan
durasi vitiligo dan persentase peningkatan luas permukaan tubuh yang terkena
menjadi prediktor independen dari sindrom metabolik [aktivitas vitiligo: p =
0,012, OR (95% CI) = 64,4 (2.5- 1672); jenis vitiligo: p = 0,007, OR (95% CI) =
215,1 (4,3-10725,8); durasi vitiligo: p = 0,03, OR (95% CI) = 1,4 (1,1-2,0);
persentase luas permukaan tubuh yang terkena: p = 0,07, OR (95% CI) = 1,2
(0,98-1,5)].
RESUME
18
metabolik telah dijelaskan oleh penelitian yang berbeda. Namun, NCEP ATP III
telah memberikan definisi yang paling banyak digunakan. Vitiligo tidak hanya
terbatas pada kulit, tetapi juga merupakan penyakit sistemik, karena itu mungkin
ada gangguan metabolisme dalam kasus vitiligo. Penurunan kadar kolesterol HDL
dan peningkatan konsentrasi trigliserida telah ditemukan pada anak perempuan
dengan vitiligo jika dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, beberapa penelitian
telah melaporkan peningkatan insiden vitiligo pada pasien diabetes.
Subyek dari penilitian ini adalah 128 peserta dipisahkan menjadi
kelompok pasien (subjek dengan vitiligo) dan kelompok kontrol (subjek tanpa
vitiligo) dengan 63 pasien dengan vitiligo (33 perempuan, 30 laki-laki; berarti usia
40,1 ± 11,8 tahun) dan 65 pasien kontrol disesuaikan dengan jenis kelamin dan
usia (34 perempuan, 31 laki-laki; usia rata-rata dari 40,3 ± 10,3 tahun). Beberapa
kriteria inklusi adalah: depigmentasi lebih besar dari 10%, lebih tua dari 18 tahun,
dan tidak ada terapi sistemik atau lokal 3 bulan sebelum awal penelitian.
Penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS versi 15.0. Uji chi-
squared atau uji Fisher dan uji Mann-Whitney U atau uji t Student digunakan
untuk perbandingan kelompok (pasien vs kontrol dan sindrom metabolik positif
vs sindrom metabolik negatif). Efek dari usia, jenis kelamin, kehadiran vitiligo,
jenis, durasi, persentase yang terkena luas area permukaan tubuh dan aktivitas
vitiligo pada sindrom metabolik diselidiki dengan uji univariat dan multivariat
analisis untuk menentukan faktor independen dari sindrom metabolik. Hasil
dengan p <0,05 menunjukkan signifikansi statistik.
Temuan yang paling penting dari penemuan ini adalah bahwa risiko untuk
pengembangan Sindrom metabolik meningkat pada pasien dengan vitiligo. Selain
itu, temuan ini juga menunjukkan bahwa vitiligo segmental dengan durasi waktu
yang panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko untuk perkembangan sindrom
metabolik. Skrining dan tindak lanjut dari pasien vitiligo dengan klinis yang
buruk, seperti yang aktif, luas, vitiligo segmental dengan durasi panjang untuk
diagnosis dini dan pengobatan sindrom metabolik dapat mengurangi morbiditas
dan mortalitas.
19
Hasil saat ini sangat menyarankan perlunya survei lebih lanjut untuk studi
lebih komprehensif untuk mengevaluasi sindrom metabolik pada pasien dengan
vitiligo.
PETUNJUK KOMENTAR
1. Apakah benar dibuat dalam Penelitian ini menggunakan metode
bentuk “inception cohort”? penelitian prospektif. Data diidentifikasi
o Tidak pada saat pasien sudah didiagnosa
penyakitnya, kemudian dinilai risiko
sindrom metaboliknya.
2. Apakah sistem rujukan Penelitian ini mengambil subyek dari
digambarkan secara baik? penelitian ini adalah 128 peserta
o Ya dipisahkan menjadi kelompok pasien
(subjek dengan vitiligo) dan kelompok
kontrol (subjek tanpa vitiligo) dengan 63
pasien dengan vitiligo (33 perempuan, 30
laki-laki; berarti usia 40,1 ± 11,8 tahun)
dan 65 pasien kontrol disesuaikan dengan
jenis kelamin dan usia (34 perempuan, 31
laki-laki; usia rata-rata dari 40,3 ± 10,3
tahun). Kontrol usia dan gender yang
cocok dipilih dari pasien yang dirawat
klinik untuk masalah dermatologis
minimal, seperti tinea pedis untuk
menghindari bias hasil penelitian. Klinis
dan laboratorium subyek juga
dibandingkan menurut kehadiran pasien.
20
3. Apakah tujuan dapat diikuti Total 128 orang responden diikuti dirawat
secara lengkap? di klinik rawat jalan dermatologi untuk
o Ya menjalani pemeriksaan medis. Kontrol usia
dan jenis kelamin yg cocok dipilih dari
pasien yang dirawat klinik untuk masalah
dermatologis dan tidak ada terapi sistemik
atau lokal 3 bulan sebelum awal penelitian.
Kesimpulan
21