DISHIDROSIS
Oleh :
Pembimbing Supervisor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
referat ini dengan judul “Dishidrosis” sebagai salah satu syarat menyelesaikan
tuga kepanitraan klinik bagian kulit dan kelamin di Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia.
serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis
sehingga segala rintangan yang dihadapi dan penyusunan referat ini dapat
terhormat guru saya Dr. dr. Hj. A. Sastri, Sp.KK, FINS DV selaku pembimbing dan
dr. Muhlis, Sp.KK, M.Kes selaku penguji selama berada di bagian kulit dan
kelamin.
3
Sebagai manusia biasa penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan
baik dalam penguasaan ilmu, sehingga referat ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk saran dan kritik yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan referat ini. Akhir kata penulis berharap sehingga
Aamiin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………...…………………….………...i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………….....…..……...ii
KATA PENGANTAR………………………………………………...…...……iii
DAFTAR ISI………………………………………..…..……..………………....v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………..…….…….……vi
BAB I PENDAHULUAN
2.2.Dishidrosis..........…………….......………………………...……….4
DAFTAR PUSTAKA.…………………………………………..……………...23
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan dengan klinis lepuh akut yang terbatas pada kulit telapak tangan dan
telapak kaki pertama kali dikemukakan oleh Fox pada tahun 1873. Ia
selanjutnya tidak dapat membuktikan kelainan pada kelenjar keringat. Tidak lama
kemudian Hutchinson pada tahun 1876 menyebut akut eksplosif lepuh pada
tangan tersebut sebagai cheerio pomfoliks (dari Bahasa Greek yang berarti
gelembung).1
Dishidrosis juga dikenal sebagai eksema atau pomfoliks, adalah keadaan kulit
dimana terdapat gelembung sangat kecil yang berisi cairan pada telapak tangan
dan jari. Telapak kaki juga dapat terkena.Perjalanan penyakit dari eksema
melemahkan. 2,3
Prevalensi dari penyakit dermatitis pada tangan berkisar antara 2 hingga 8.9%
dari populasi umum. Eksema dishidrotik menempati 5 hingga 20% dari seluruh
seluruh dunia, namun sangat jarang terjadi pada ras Asia. Kondisi ini sering terjadi
pada cuaca panas dan usia tersering onsetnya berkisar dari 20 hingga 30 tahun.
Onset sebelum usia 10 tahun sangat jarang terjadi. Insidensi antara jenis kelamin
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
radiasi ultraviolet (UV), suhu ekstrem, racun, dan bakteri. Fungsi penting
I. Epidermis
Langerhans dan melanosit dan kadang kadang juga sel merkel dan
(komeosit).1
8
II. Dermis
pada dermis.1
III. Subkutis
kosmetis, sel sel lemak terbagi bagi dalam lobus, satu sama lain
9
2.2 Dishidrosis
dishidrotik atau pomfoliks, adalah dermatitis endogen akut atau kronis pada tangan
dan kaki dengan karakteristik klinis berupa vesikel kecil sampai besar dan
gambaran histologis vesikel spongiotik. Bentuk akut EVP sering disebut sebagai
pomfoliks.1,2
10
Gambar 3 : Dishidrosis pada telapak kaki 2
digunakan.1
Eksema dishidrosis dapat berhubungan dengan riwayat atopi dan riwayat keluarga
adalah:2
1. Faktor Genetik
11
antigen transepidermal. Dikombinasikan, fitur-fitur ini telah dikaitkan
2. Atopi
riwayat atopik baik personal maupun pada keluarga (eksema, asma, hay
3. Sensitifitas nikel
ekskresi nikel pada urin telah dilaporkan terjadi pada eksaserbasi dari
4. Sensitifitas kobalt
terhadap nikel.2
bahan kimia atau logam peka (misalnya, kromium, kobalt, campuran karba,
12
di Peru, tanaman Primula).2
6. Reaksi Id
sebagai infeksi dermatofita jauh (tinea pedis, kerion kulit kepala) memicu
7. Infeksi jamur
kambuh ketika infeksi jamur kambuh, mendukung adanya pola reaksi ini.
8. Stress emosional
Ini adalah faktor yang mungkin dalam eksim dishidrotik. Banyak pasien
9. Faktor lainnya
dapat meluas dan menyatu. Pada fase kronik terdapat fissura yang dalam.9
13
B. Manifestasi Klinis
mereka. Mungkin juga terjadi lepuh di kaki. Baik di tangan, kaki, keduanya,
lepuh sering sangat gatal dan menyakitkan. Ketika lepuh bersih (biasanya
pecah-pecah.5
1) Pomfoliks
4) Reaksi Id
14
C. Pemeriksaan Penunjang
kadar IgE dapat meningkat pada pasien pasien dengan riwayat atopik.1
D.
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk EVP
E. Diagnosis
sering tumpah tindih, sehingga kateogori diagnostic menjadi tidak tepat. Diagnosis
15
membantu membedakan penyakit ini dari kelainan palmoplantar lainnya. Selain itu
dapat mendeteksi faktor eksaserbasi, missal pajanan iritan atau alergi kontak.1
Penyakit palmoplantar lain yang sulit dibedakan dengan EVP adalah atopic
F. Diagnosis Banding
b. Etiopatogenesis
Penyebab DKA ialah bahan kimia sederhana yang disebut
16
c. Temuan Klinis
iritan dapat dialami oleh semua orang dari berbagai golongan umur,
17
b. Etiopatogenesis
c. Temuan Klinis
sifat iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, sedang iritan lemah
DKI akut
18
awal terlihat eritema kemudian terjadi vesikel atau bahkan
nekrosis.13
Reaksi iritan
DKI kumulatif.13
DKI traumatic
19
DKI non-eritematosa
DKI subjektif
c. Palmoplantar Pustulosis
a. Definisi
20
b. Etiopatogenesis
c. Temuan Klinis
2-4 mm. Pustul mulai tumbuh beberapa jam saja dari telapak
bagian dorsum dari jari jari, kaki, atau pergelangan tangan. Episode
dari pustul yang baru terjadi dalam interval yang bervariasi dan
d. Akrodermatitis Kontinua
a. Definisi
terjadi. Terdapat erupsi pustular yang steril pada ujung jari kaki dan
21
distal. Akrodermatitis kontinua sekarang diklasifikasikan sebagai
b. Etiopatogenesis
c. Temuan Klinis
pada satu atau dua jari tangan, pada kasus yang lebih jarang mulai
dari jari kaki. Tanda pertama yang terlihat yaitu pustul kecil, yang
22
Area yang terkena akan menunjukkan eritem mengkilat atau
a. Definisi
bayi dan anak dari usia 6 bulan hingga 12 tahun, namun mencapai
23
b. Etiopatogenesis
virus, bakteri, dan vaksin. Pathogenesis yang tepat sampai saat ini
c. Temuan Klinis
telapak kaki namun tidak selalu tampak. Kadang, papul papul kecil
minggu.14
24
G. Penatalaksanaan
didasarkan dari sifat akut dari kondisinya, keparahan penyakit, ketinggian dari
a. Terapi topikal
Obat topikal non steroid yang memodulasi imun seperti takrolimus dan
0,1%. Eksim palmar yang hiperkeratotik lebih sulit untuk ditangani, namun
b. Terapi sistemik
pemakaian jangka pendek pada episode akut bila terapi topikal gagal.11
25
dihentikan. Mycophenolate mofetil 2-3 g/hari juga dapat digunakan.
Metotreksat adalah obat yang digunakan dalam dosis rendah untuk mengobati
inflamasi, efek modulasi imun, dan sebagai anti metabolit. Metotreksat 12,5-
sebagai terapi dalam mengobati pasien yang tidak berespon terhadap terapi
dengan atau tanpa PUVA telah digunakan dalam pengobatan kasus kasus
kronik.11
c. Terapi lainnya
kortikosteroid topikal.11
H. Pencegahan
seperti makanan dan tumbuhan, dan bahan iritan seperi sabun dan cairan kimia
dapat membantu.11
26
Penggunaan kaos tangan berbahan vinyl lebih direkomendasikan daripada
allergen yang relevan. Modifikasi dari paparan lingkungan seperti gesekan dan
udara dingin juga berguna. Penggunaan emolien yang sering, seperti krim atau
dishidrotik.11
I. Prognosis
bersifat kronis dan sering relaps. Kondisi tersebut dapat berkurang keparahannya
J. Komplikasi
kualitas hidup karena pruritus yang parah. infeksi bakteri sekunder, terutama
dengan staphylococcus aureus, tidak jarang. distrofi kuku dapat terjadi jika matriks
kuku terpengaruh.4
Faktor endogen seperti reaktivasi sistem imun yang diinduksi oleh stress
27
BAB III
PENUTUP
kulit dimana terdapat gelembung sangat kecil yang berisi cairan pada telapak
tangan dan jari. Telapak kaki juga dapat terkena.Perjalanan penyakit dari eksema
melemahkan.
Mungkin juga terjadi lepuh di kaki. Baik di tangan, kaki, keduanya, lepuh sering
sangat gatal dan menyakitkan. Ketika lepuh bersih (biasanya dalam 2 atau 3
kortikosteroid topical potensi tinggi dan kompres. Lini kedua dalam pengobatannya
adalah steroid oral untuk mengobati serangan akut. Eksema dishidrosis memiliki
dampak negatif yang signifikan terhadap kualitas hidup karena pruritus yang
parah.
bersifat kronis dan sering relaps. Kondisi tersebut dapat berkurang keparahannya
28
DAFTAR PUSTAKA
1) Pusponegoro, EHD. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan
https://www.aad.org/public/diseases/eczema/dyshidrotic-eczema. Diakses 11
Februari 2019
8) Hsu, CY et all. 2015. Dyshidrosis is a Risk Factor for Herpes Zoster. Journal
9) Soler, DC et all. 2015. The Key Role of Aquaporin 3 and Aquaporin 10 in the
12) Doshi, Daven N. et all. 2012. Fitzpatrick’s Dermatologi in General Medicine 8th
29
13) Sularsito, Sri Adi. 2014. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Dermatitis Kontak.
30