Anda di halaman 1dari 6

REFERAT

STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN


SYNDROME (SSSS)

Disusun oleh
Chintia Armelia Golf (112015357)

Pembimbing
dr. Dewi Anggreni, Sp.KK
dr. Iwan Trihapsoro, Sp.KK, Sp.KP, FINSDV, FAADV
dr. A. A. Sri Budhyani

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR. ESNAWAN ANTARIKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
JAKARTA
PERIODE 24 Juli 26 Agustus 2017
PENDAHULUAN

Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S.S.S.S.) Pertama kali dilaporkan oleh


Ritter von Rittershain pada tahun 1956 dan dikenal sebagai penyakit Ritter von
Rittershain dan sering disingkat penyakit Ritter saja; sinonimnya ialah dermatitis
eksfoliativa neonatorum. Istilah itu umumnya digunakan pada neonatus. Pada waktu itu
belum istilah S.S.S.S. Kemudian Lyell pada tahun 1956 memasukannya ke dalam
Nekrolisis Epidermal Toksik (N.E.T). Barulah pada tahun 1970 berkat penyelidikan.
MILISH dan GLASGOW dengan model tikus dan berkat berbagai penyelidikan klinis
dan histopatologik sindrom ini menjadi jelas dan ternyata berbeda dengan N.E.T. 1
Ritter penyakit, dan nekrolisis epidermal staphylococcal, meliputi spektrum
dangkal gangguan kulit melepuh yang disebabkan oleh racun eksfoliatif dari beberapa
strain Staphylococcus aureus.2
Ini adalah sindrom akut pengelupasan kulit biasanya menyusul selulitis
eritematosa. Keparahan dari sindrom kulit yang (nampak) tersiram air panas
staphylococcal bervariasi dari beberapa lecet terlokalisasi pada tempat infeksi untuk
pengelupasan kulit yang parah yang mempengaruhi hampir seluruh tubuh. 2

EPIDEMIOLOGI

SSSS banyak terdapat pada anak usia < 5 tahun dan neonates, jarang terjadi
pada dewasa, namun pada dewasa yang menderita penyakit gagal ginjal,
imunodefisiensi, dan penyakit kronik lainnya lebih mudah untuk terkena Staphylococcal
Scalded Skin Syndrome.3

ETIOLOGI

Penyebab dari SSSS adalah Staphylococcus aureus grup II faga 52,55, dan atau
faga 71. Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti
buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak (Gambar)
Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 C, tetapi membentuk pigmen paling baik
pada suhu kamar (20 -25 C). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai
kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90%
isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput
tipis yang berperan dalam virulensi bakteri. S. aureus menghasilkan toksin eksfoliatif,
toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan matriks
mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepitelial pada
ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan penyebab
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome, yang ditandai dengan melepuhnya kulit. 1

Superantigen yang diproduksi S.aureus ini menginduksi penyakit sindrom seperti


kondisi yang biasa dikenal dengan toxic shock syndrome (TSS). TSS terdiri dari jenis B
enterotoksin TSST-1 yang menyebabkan penyakit TSS berhubungan dengan
penggunaan tampon. Gejala tersebut meliputi pireksia, ruam pada permukaan
eritematosa, kondisi hipotensi seperti, kegagalan kerja beberapa organ, syok dan
deskuamasi kulit dari epidermis dll. Tidak adanya antibodi terhadap TSST-1
menyebabkan patogenesis TSS. S. aureus gastroenteritis disebabkan oleh enterotoksin
yang dihasilkan dari beberapa strain S. aureus. Bakteri yang disebabkan gastroenteritis
adalah pembatas diri sendiri dan diidentifikasi dengan muntah dan diare, dengan waktu
pemulihan 8 sampai 24 jam. Gejala lain dari gasteroenteritis ini meliputi adanya mual,
muntah, diare dan sakit parah di perut bagian bawah.4

PATOFISIOLOGI

Kulit adalah organ terluas dalam tubuh manusia yang mengandung lima
sublayers yaitu. Stratum korneum, Stratum lucidum, Stratum granulosum, Stratum
spinosum, Stratum germinativum. Di bawah epidermis, lapisan dermis ada yang terdiri
dari beberapa jaringan dan berfungsi untuk melindungi dermis dari stres.5 Desmosome
adalah organel sel yang bertanggung jawab atas adhesi antar sel. Desmosom adalah
struktur lokal dan mirip tempat namun disusun secara sistemik pada ujung lateral
membran sel. Tindakan utama desmosom adalah melawan kekuatan geser dan
ditemukan pada epitel skuamosa sederhana dan bertingkat. Sehubungan dengan
SSSS, desmosom secara langsung diperhatikan. Desmosom yang ditemukan di
jaringan otot bertindak untuk mengikat sel otot satu sama lain.6
Sebagai sumber infeksi ialah infeksi pada mata, hidung, tenggorokan, dan
telinga. Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat epidemolitik (epidermolin, eksfoliatin) yang
beredar di seluruh tubuh, sampaipada epidermis dan menyebabkan kerusakan,karena
epidermis merupakan jaringan yang rentan terhadap toksin ini. Pada kulit tidak selalu di
temukan kuman penyebab.1

Toksin eksfoliatif A dilepaskan dari Staphylococcus aureus, menyebabkan lecet


pada permukaan kulit dan dikenal sebagai SSSS. Toksin menyebabkan hilangnya
adhesi sel di epidermis. Kerusakan kulit disebabkan oleh pelepasan racun epidermolitik.
Racun yang dilepaskan adalah protease serin biokimia dan disirkulasikan dari sumber
lokal, meninggalkan erosi epidermal di tempat yang jauh. Ini berakibat pada kerusakan
desmoglobin 1, yang bertindak sebagai molekul adhesi, memecah kulit dengan
menghambat adhesi sel kulit. Detasemen permukaan kulit superfisial adalah gejala
utama SSSS. Serangan toksin eksfoliatif pada Desmoglobin, yang bertanggung jawab
untuk sel-sel menempel mengarah ke lesi superfisial.4

Fungsi ginjal yang baik di perlukan untuk mengekskresikan eksfoliatin. Pada


anak-anak dan bayi diduga fungsi ekskresi ginjal belum sempurnah, karena itu
umumnya penyakit ini terdapat pada golongan usia tersebut. Jika penyakit ini
menyerang orang dewasa diduga Karen aterdapat kegagalan fungsi ginjal, atau
terdapat gangguan imunologik, termasuk yang mendapat obat imunosupresif. 1

GEJALA KLINIS

Pada umumnya terdapat demam yang tinggi disertai infeksi di saluran nafas
bagian atas. Kelainan kulit yang pertama kali timbul ialah eritema yang timbul
mendadak pada muka, leher, ketiak, dan lipat paha,kemudianmenyeluruh dalam waktu
24 jam. Dalam waktu 24-48 jam akan timbul bula-bula besar berdinding keruh. Jika kulit
yang tampaknya normal ditekan dan digeser kulit tersebut akan terkelupas sehingga
memberi tanda Nikolsky positif. Dalam 2-3 hari terjadi pengeriputan spontan disertai
pengelupasan lembaran-lembaran kulit sehingga tampak daerah-daerah erosif. Akibat
epidermolisis tersebut, gambarannya mirip Kombustio. Daerah-daerah tersebut akan
mongering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Meskipun bibir sering dikenai
tetapi mukosa jarang diserang. Penyembuhan penyakit akan terjadi setelah 10-14 hari
tanpa disertai sikatriks.1

Gambar. Staphylococal Scalded Skin Syndrome (SSSS) pada neonatus.

Komplikasi SSSS dapat menyebabkan dehidrasi, syok, hipotermia, generalized


bacteremia dan / atau sepsis, penyebaran infeksi lokal atau luas, dan infeksi sekunder.7

PEMERIKSAAN PENUNJANG

DIAGNOSA BANDING

Tabel. Perbandingan SSSS dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN)

Sumber : Buku Pediatric Hospital Medicine


PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS

Prognosis Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS) pada anak sangat


baik, dengan penyembuhan lengkap biasanya terjadi dalam 10 hari tanpa jaringan parut
yang signifikan. Pada orang dewasa bergantung pada status kekebalan tubuh,
kecepatan dalam memulai pengobatan yang tepat, jalannya infeksi, dan terjadinya
komplikasi. SSSS pada orang dewasa membawa tingkat morbiditas dan mortalitas
yang signifikan

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai