Disusun oleh:
Nisa Kurniawati
Pembimbing
dr. Sabrina YST
2 Fungsi Absorbsi
3 Fungsi Ekskresi
4 Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)
5 Fungsi Keratinisasi
8 Fungsi Persepsi
STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME
Definisi
Staphylococcal scalded skin syndrome (S.S.S.S.) dihitung sebagai salah satu infeksi kulit yang utama
Permukaan kulit sebagian besar terkelupas dan terlihat seperti kulit terbakar dengan cairan panas
Disebut sebagai penyakit Ritter von Ritterschein, penyakit Ritter, penyakit Lyell dan necrolysis
staphylococcal epidermis
Suatu bentuk penyakit kulit yang berat dan disebabkan oleh eksotoksin eksfoliatif
yang dihasilkan S. aureus fage grup II dan ditandai oleh pembentukan bula dan
eksfoliasi yang generalisata.
Epidemiologi
• Terdapat pada anak di bawah 5 tahun tetapi jarang ditemukan
pada dewasa kecuali dengan gangguan ginjal, defisiensi imun dan
penyakit kronik.
Sebagai sumber infeksi ialah infeksi pada mata, hidung, tenggorok, dan telinga. Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat
epidermolitik (epidermolin, eksfoliatin) yang beredar di seluruh tubuh, sampai pada epidermis dan menyebabkan
kerusakan, karena epidermis merupakan jaringan yang rentan terhadap toksin ini. Pada kulit tidak selalu ditemukan
kuman penyebab.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jika terdapat infeksi di tempat lain, Pada S.S.S.S. terdapat gambaran yang
misalnya di saluran napas dapat dilakukan khas, yakni terlihat lepuh intraepidermal,
pemeriksaan bakteriologik. celah terdapat di stratum granulosum.
Selulitis
Nekrolisis Epidermal
Toksik (N.E.T)
Epidermolisis Bulosa
Impetigo Bulosa
Sindrom Stevens-Johnson
PENATALAKSANAAN
Antibiotik, jika dipilih derivat penisilin hendaknya yang juga efektif bagi
01
Staphylococcus aureus yang membentuk penisilinase,
misalnya kloksasilin dengan dosis 3 x 250 mg untuk orang dewasa sehari per
os. Pada neonatus (penyakit Ritter) dosisnya 3 x 50 mg sehari per os.
Obat lain yang dapat diberikan ialah klindamisin dan sefalosporin generasi I.
Topikal dapat diberikan sufratulle atau krim antibiotik. Selain itu juga harus
diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Salep antibiotik muporicin diberikan beberapa kali dalam sehari pada area lesi
termasuk pada sumber infeksi sebagai tambahan terapi antibiotik sistemik.
PENATALAKSANAAN
Kematian dapat terjadi, terutama pada bayi berusia di bawah setahun, yang
berkisar antara 1-10%.
Angka kematian pada dewasa lebih besar (mencapai 50-60%) karena diikuti
beberapa faktor penyebab kematian lainnya dan peningkatan kejadian sepsis.
Pencegahan
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun Dalam kasus infeksi ringan, koloni bakteri dapat
antibakteri/antiseptik. dicegah di dalam lubang hidung dan di bawah kuku
jari kaki dengan menggunakan krim antibiotik seperti
Menggunakan handuk bersih untuk asam fusidat atau dengan menggunakan petroleum
mengeringkan tangan dan pakaian bersih jelly dalam beberapa kali sehari, selama seminggu
huntuk mengeringkan badan. atau bahkan setiap bulannya.
Pakaian harus dicuci dengan air Cuci tangan sebelum menyentuh kulit
Contents Title yang rusak atau pecah
panas. You can simply
impress your
audience.
Septikemia
Septicemia adalah sejenis infeksi bakteri pada darah. Hal ini menyebabkan diare, dingin,
kulit basah, demam, muntah, hipotensi, kebingungan, lemah, pusing dan kehilangan
kesadaran.
Kasus terutama terdapat pada anak di bawah 5 tahun, dan dewasa pria lebih banyak dari wanita
Serangan lisis terjadi pada stratum granulosum, namun tidak ada sel sel nekrosis di sekitar celah dan tidak
terdapat sel radang
Serangan lisis terjadi pada stratum granulosum, namun tidak ada sel sel nekrosis di sekitar celah dan tidak
terdapat sel radang
Gejala berupa kemerahan meluas pada kulit diikuti terbentuknya benjolan-benjolan berisi cairan, mudah
pecah, dan tampak seperti terbakar.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis, kultur mikroorganisme, identifikasi ET, dan hasil biopsi.
Terapi untuk S.S.S.S. bertujuan untuk mengeradikasi infeksi S. aureus dengan pemberian antibiotik, jika di
pilih derivat penisilin, clyndamisine dan sefalosporin generasi 1, pemantauan cairan, dan perawatan kulit
Prognosis pada anak lebih baik dibandingkan dewasa karena jarang terjadi sepsis. Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit, dehidrasi, infeksi sekunder, dan sepsis merupakan komplikasi S.S.S.S. yang sering terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
• Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.
• Ladhani S, Robbie S, Garratt RC, Chapple DS, Joannou CL, Evans RW. Development and Evaluation of Detection System for Staphylococcal Exfoliative
Toxin a Responsible for Scalded Skin Syndrome. J Clin Microbiol. 2013; 39: 2050-54
• Luk N.M. Adult Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS). Hong Kong Dermatology & Venereology Bulletin. 2015 ; 10 (1): 25.
• Mishra, A.K, et all. A. A Systemic Review on Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS): A Rare and Critical Disease of Neonatus. The Open
Microbiology Journal. Vol.10; 150-159; 2016. Diakses pada 30 Juli 2017. From < http://www.benthamopen.com/TOMICROJ/>
• Harahap, M. Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta: Penerbit Hipokrates; 2015
• Randall W King, MD, et all. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome in Emergency Medicine. Vol.03. No.01; 2017. On July 30, 2017. Cited at :
<http://emedicine.medscape.com/article/788199-followup#showall>.
• Mandal, B.K. dkk. Lecture Notes: Penyakit Infeksi. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008
• Travers JB, Mousdicas N. Gram-positive Infections Associated with Toxin Production. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, eds.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p. 1710-19.
• Morgan MB, Smoller BR, Somach SC, eds. Staphylococcal Toxin-Mediated Scalded Skin and Toxic Shock Syndromes. In: Deadly Dermatologic Diseases
Clinicopathologic Atlas and Text. Cleveland: Springer; 2015. p. 133-6.
• Amagai M, Matsuyoshi N, Wang ZH, Andi C, Stanley JR. Toxin in Bullous Impetigo and Staphylococcal Scalded-Skin Syndrome Targets Desmoglein-1.
Nat Med. 2014; 6: 1275-7.
• Stanley, JR, Masayuki, M. Pemphigus, Bullous Impetigo, and teh Staphylococcal Scalded-Skin Syndrome. The New England Journal of Medicine. N
ENGL J MED. 2016; 355: 1800-10
• Saavedra A,Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. Chapter 179 Soft Tissue Infections : Erysipelas, Cellulitis, Gangrenous Cellulitis, and Myonecrosis.
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th Ed. McGraw Hill Medical. United State of America. 2008. P.1720-
1722
• Brown, RG., Burns, T. Lecture Notes on Dermatologi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008