Anda di halaman 1dari 28

1

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar


1.1.1 Definisi
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh
abnormalitas system motor piramida (motor korteks, basal ganglia dan otak
kecil) yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan
awal (Suriadi Skep: 2006, hal 23).
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama
hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai
kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan
sebelum juga kelainan mental (Ngastiyah: 2000, hal 54).
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan
sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif sering disertai dengan
epilepsy dan ketidak normalan bicara, penglihatan, dan kecerdasan akibat
dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang (Behrman:1999, hal 67).
1.1.2 Etiologi
Menurut Suriadi Skep: 2006, hal 23 penyebab dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
1.1.2.1 Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi sitomegalik.
Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi
mental. Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan
kehamilan dapat menimbulkan cerebral palsy.
1.1.2.2 Perinatal
1) Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury.
Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan
persentase bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta

1
2

previa, infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan


lahir dengan sectio Caesar.
2) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan
penyumbatan CSS, sehingga mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di
subdural dapat menekan korteks serebri, sehingga timbul kelumpuhan
spastis.
3) Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak
lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah,
enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
4) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada
kelainan inkompatibilitas golongan darah.
5) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupacerebral palsy.
1.1.2.3 Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis
ensefalitis dan luka parut.
3

1.1.3 WOC

Meningitis Prematuritas
Virus Perdarahan otak Pembedahan Ikterus
Faktor predisposisi: purulenta purulenta

Infeksi terjadi dalam masa Gangguan pusat pernafasan Masuknya bilirubun


kandungan dan peredaran darah ke ganglia basal

Kelainan pada janin Anoksia/haipoksia Kerusakan jaringan


otak yang kekal

Cerebral Palsy

B1(Breathing) B2 (Bleeding) B3 (BRAIN) B4 (Bladder) B6 (Bone)


B5 (Bowel)

Gangguan Anoksia/Pendara Bawaan dari Kelemahan Dibagian Kemampuan menelan Kerusakan motorik
pada Otak han Otak lahir/Keturunan Pencernaan terganggu, nafsu
makan menurun Kelumpuhan spastisitas:
hemiplegi kanan
Volume Konstipasi
Pernafasan tidak Gangguan bicara MK. Gangguan
Darah
teratur nutrisi kurang dari Gangguan mobilitas fisik
kebutuhan tubuuh
MK : Gangguan
MK : Pola Nafas Komunikasi Verbal Gangguan
Tidak Efektif pertumbuhan dan
perkembangan
Kurangnya
Hipoksia
Volume Cairan: 3
Darah
4

1.1.4 Gejala Klinis


Gangguan motorik berupa kelainan dan lokalisasi serta kelainan bukan
motorik yang menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy. Suriadi Skep: 2006, hal
25
1.1.4.1 Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus
dan refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak
hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama
derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan
kecendrungan terjadi kontraktur. Golongan spastitis ini meliputi 2/3
penderita, cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak
dan besarnya kerusakan, yaitu:
1) Monoplegia/monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat
dari yang lainnya
2) Hemiplegia/diparesis
kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama
3) Diplegia/diparesis
kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan
4) Tetraplegia/tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai.
1.1.4.2 Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasio dan berbaring
seperti kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor
neuron.
1.1.4.3 Koreo-atetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
sendirinya (involuntary movemen).
1.1.4.4 Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid dan
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.
5

1.1.4.5 Gangguan pendengaran


Terdapat pada 5 10% anak dengan cerebral palsy. Gangguan berupa kelainan
neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata.
Terdapat pada golongan koreo- atetosis.
1.1.4.6 Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental.
Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar
mengontrol otot-otot tersebut, sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan
sering tampak anak berliur.
1.1.4.7 Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% derita
cerebral palsy menderita kelainan mata.
1.1.5 Pemeriksaan Khusus
Menurut Suriadi Skep: 2006, hal 32 pemeriksaan untuk cerebral palsy
adalah:
1) Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
cerebral palsy ditegakkan.
2) Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada cerebral palsy, CSS normal.
3) Pemeriksaan EGG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
4) Foto rontgen kepala
5) Penilaian psikologis perlu kerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan.
6) Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi
mental.
1.1.6 Pengobatan
Pengobatan khusus tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu
kerjasama yang baik dan merupakan suatu team antara dokter anak, neurolog,
psikiater, dokter mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi,
6

occupational therapist, pekerja sosial, guru sekolah luar biasa dan orang tua
penderita. Ngastiyah: 2000, hal 60
Selain itu dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti di bawah ini:
1) Fisioterapi
2) Pendidikan
3) Obat-obatan
1.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah: 2000, hal 54 Penatalaksanaan terdiri dari:
1) Non pembedahan: Pemberian acetazolamide, isosorbide atau furosemid
mengurangi produksi cairan setebrospinal.
2) Pembedahan: Pengangkatan penyebab obstruksi misalnya: Neoplasma, kista,
atau hematom, pemasangan shunt yang bertujuan untuk mengalirkan cairan
serebrospinal yang berlebihan dari ventrikel ke ruang ekstra kranial, misalnya
kerongga peritonium, atrium kanan, dan rongga pleural

1.2 Managemen Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1) Identifikasi anak yang mempunyai resiko
2) Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3) Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,
perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi
persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
4) Monitor respon untuk bermain
5) Kaji fungsi intelektual
1.2.1.1 Pemeriksaan Fisik
a) Muskuluskeletal : spastisitas, Ataksia
b) Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, Gangguan bicara, Anak
berliur, Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya, Strabismus
konvergen dan kelainan refraksi
c) Eliminasi : konstipasi
d) Nutrisi : intake yang kurang
1.2.1.2 Pemeriksaan Laboraturium dan Penunjang
a) Pemeriksaan pendengaran (untuk menentukan status pendengaran)
b) Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
c) Pemeriksaan serum, antibody: terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes
d) MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun
kelainan bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak
vertikal.
7

e) EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum


(ensefalins) / volsetasenya meningkat (abses)
f) Analisa kromosom
g) Biopsi otot
h) Penilaian psikologik
1.2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1.2.2.1 Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular dengan kelemahan
otot.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 kali pertemuan mobilisasi anak
membaik.
KRITERIA HASIL:
1) Keseimbangan tubuh
2) Perpindahan otot
3) Jalannya
INTERVENSI:
1) Terapi mobilitas
R: Mengurangi resiko decubitus
2) Untuk mengurangi risiko kolaborasi dengan terapi fisik
R: Untuk melatih kemampuannya
3) Motifasi pasien untuk pemulihan
R: motifasi untuk memberikan dukungan agar tidak putus asa
4) Jelaskan kepada pasien atau keluarga tentang tujuan dan rencana untuk ikut
serta latihan gerak badan
R: agar keluarga dapat mempraktikkan sendiri dan mengajar anaknya ketika
bersama
5) Monitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri
R: cara untuk mengalihkan nyeri
6) Beri pakaian pasien yang tidak membatasi
R: agar pasien leluasa dalam bergerak
7) Beri PROM atau gerakan AROM
R: kolaborasi
8

1.2.2.2 Risiko injuri b.d ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak
terkontan.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
keamanan diri pasien terjamin
KRITERIA HASIL :
- Deskripsi langkah-langkah untuk mengurangi risiko cedera disengaja
- Deskripsi ukuran untuk mencegah jatuh
- Deskripsi tingkah laku yang beresiko tinggi
INTERVENSI:
1) Kaji tingkah laku dan faktor yang dapat menyebabkan resiko jatuh
R: Untuk mengetahui faktor2 yang menyebabkan resiko jatuh agar dapat
meminimalkan resiko jatuh
2) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan
potensial untuk jatuh
R: Untuk mengetahui lingkungan yang berbahaya untuk pasien sehingga dapat
menghindari lingkungan tersebut
3) Ajarkan pasien bagaimana cara jatuh yang dapat meminimalkan cedera
R: Untuk meminimalisasi cedera, agar tidak terlalu parah
4) Ajarkan anggota keluarga tentang faktor resiko jatuh dan bagaimana mereka
dapat menurunkan resiko
R: Agar keluarga mengetahui faktor2 yang dapat memberikan resiko pasien untuk
jatuh, sehingga harapannya keluargaa dapat menghindarkan pasien dari
faktor resiko jatuh
5) Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan
R: Supaya keamanan pasien terjamin
1.2.2.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
sistem nervous.
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien seimbang/adekuat.
9

KRITERIA HASIL :
Pemasukan vitamin, karbohidrat, kalsium, protein dan kalori adekuat
INTERVENSI:
1) Monitor makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperukan
R: Untuk mengetahui apakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak
2) Pilih suplemen yang tepat
R: Untuk menambah nafsu makan
3) Anjurkan makan yg tinggi kalsium
R: Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang
4) Kaji nutrisi makanan yg lengkap
R: Untuk mengetahui status gizi anak
5) Anjurkan pasien duduk setelah makan
R: Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di
muntahkan
6) Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potasium secara tepat
R: Untuk melengkapi gizi seimbang
7) Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy
R: Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak
8) Pastikan diet mengandung yang tinggi serat untuk mencegah konstipasi
R: Untuk mencegah konstipasi
9) Atur pola makan
R: Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak
terpenuhi.
10) Sediakan pasien dengan makanan yang tinggi protein, kalori, kolaborasi
dengan ahli nutrisi dan minuman yang siap dikonsumsi
R: Kolaborasi terapi gizi
11) Oral hygiene
R: Menjaga kebersihan mulut
12) Monitor hasil lab.
R: Untuk mengetahui adanya gangguan

1.2.2.4 Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit.


10

TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selama 5x pertemuan orangtua pasien
mengerti tentang pemberian stimulasi kepada anak.

KRITERIA HASIL :
1) Menstimulasikan pertumbuhan spiritual dan emosional
2) Menstimulasikan perkembangan kognitif
3) Berinteraksi baik dengan anak
4) Memilih suplemen tambahan yang tepat
5) Menyediakan pengawasan untuk anak dengan tepat
6) Bina hubungan kasih sayang
7) Menyediakan kebutuhan fisik anak
8) Menggunakan bahasa yang positif saat berbicara dengan anak
9) Berempati dengan anak
INTERVENSI:
1) Menyanyi dan bicara pada anak
R: Untuk melatih kerja otak anak
2) Fasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya
R: Agar anak memiliki teman dan tidak bosan
3) Bangun interaksi satu sama lain
R: Agar tercipta hubungan saling percaya
4) Sediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dgn teman sebayanya
R: Aktifitas merupakan cara untuk menghilangkan stress
5) Berikan perhatian saat dibutuhkan
R: Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak
merasa kesepian
6) Ajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain
R:Bila anak perlu bantuan, anak tahu cara untuk meminta tolong.
7) Pasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya
R: Untuk menghilangkan stress dan meraakan udara segar
8) Identifikasi kebutuhan spesial anak.
R: Untuk melatih anak agar tidak tergantung pada orang lain
11

1.2.3 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana
tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan
masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien (Patricia A. Potter, 2005 hal: 24).
Implementasi yang dilakukan meliputi Mengkaji kekuatan otot ekstremitas,
Membantu menyiapkan pakaian, dan mengarahkan untuk memakai pakaian
sendiri, Mebantu pasien dalam rentang gerak aktif pada ekstermitas yang dapat
digerakan dan yang tidak sakit, Mendorong penggunaan latihan isometric mulai
dengan tungkai yang tak sakit dengan cara mengerakan tangan yang tidak
terganggu guna merangsang mobilitas agar dapat digerakan, membantu pasien
dalam memenuhi kebutuhan seperti mandi, memotong kuku dan memberi makan
dan mengantar pasien untuk mengikuti fisioterapi bicara.

1.2.4 EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi ((Patricia A. Potter, 2005).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan cerebral palsy dapat
melakukan aktivitas biasa dengan sendiri atau mandiri tanpa ada halangan apapun
dan pasien dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan panti setiap hari dan
diharapkan juga perawat dan suster dapat mengerti tentang cerebral palsy dan
perawatan pada pasien dengan cerebral palsy.

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I Made Oka. 2007. Cerebral Palsy Ditinjau dari Aspek Neurologi.
Available from: http://www.cerminduniakedokteran.com. (Diunduh pada
tanggal 13 Januari 2015)
Anggra. 2009. Cerebral palsi. Available from: http://sugengrawuh.blogspot.com.
(Diunduh pada tanggal 5 Desember 2010)
12

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik


Klinis, Edisi 9. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
Eaton, Marilyn, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatn Pediatrik, Volume 2. Jakarta:
EGC.
Ngastiyah. 2000. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, Patricia A. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Wilkinson,M,Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 Pengkajian
1) Anamnesa (pengkajian tanggal 12 Oktober 2016).
2) Identitas Pasien
Nama Klien : An. T
TTL : Surabaya, 18 Nopember 2008
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : -
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Panti Bakti Luhur
13

Surabaya (Wisma Paul)


Diagnosa Medis : Cerebral Palsy
3) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Nn. P
TTL : Surabaya, 27 Nopember 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Katholik Roma
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMK Keperawatan
Alamat : Jl. Kapuas FI N0. 22 Wisma Tropodo
(Asrama Paul)
Hubungan Keluarga : Pengasuh di Panti

4) Keluhan Utama
Pengasuh wisma vincen mengatakan bahwa An. T mengalami kelumpuhan
pada tangan dan kakinya.
5) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat Kesehatan sekarang
Suster/pengasuh mengatakan An. T di diagnosa mengalami cerebral
palsy tetraplegia. An.T mengalami kelemahan/kekakuan pada kedua
tangan dan kaki. An.T tidak mampu berbicara, ADL An. T dibantu oleh
13
suster/pengasuh. Suster/pengasuh wisma Paul mengatakan bahwa An. T
berusia 9 tahun mengalami keterlambatan pertumbuhan karena adanya
gangguan fisik sejak lahir dan sampai sekarang An. T masih mengalami
kelemahan pada kedua kaki dan tangannya
(2) Riwayat Kesehatan Lalu
An. A masuk Panti Asuhan Bakti Luhur di antar oleh keluarganya sejak
tanggal 25 Nopember 2011 yang lalu dan sudah mengalami kelainan
fisik sejak dibawa ke panti. Semua Activity Daily Living (ADL) dibantu
oleh suster/pengasuh. Hasil diagnosa medis An. T mengalami cerebral
palsy Tetraplegia.
(3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan data untuk riwayat kesehatan keluarga An. T.
(4) Susunan Genogram
Tidak ditemukan data yang lengkap tentang susunan genogram keluarga
An. T.
6) Pemeriksaan Fisik
(1) Keadaan Umum
14

Tingkat kesadaran pasien compos mentis, An. T tampak duduk dikursi


roda. An. T tidak mampu berbicara hanya dapat tersenyum , An. T
tampak kurus dan tinggi .TB An. T 126 cm, BB An. T 20 kg.
(2) Tanda-tanda Vital
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Respirasi : 22 x/menit
(3) Kepala dan Wajah
Rambut berwarna hitam, keadaan baik tidak rontok, tidak berketombe,
tidak ada benjolan pada kulit kepala. Keadaan hidung bersih tidak ada
sekret. Penglihatan dan pendengaran cukup baik, An. T kadang tampak
menoleh dan tersenyum ketika dipanggil namanya.
(4) Leher dan Tenggorokan
Tidak ada penigkatan vena jugularis dan tidak ada pembesaran limfa.
Reflek menelan lambat.
(5) Dada
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada sesak napas
(6) Abdomen
Tidak ada keluhan
(7) Ektrimitas
Pergerakan/tonus otot kaku, lemah/terbatas. tidak ada oedem dan
sianosis. Keadaan kulit/turgot elastis. Skala kekuatan otot pada
ekstremitas atas 2/2 dan pada ekstremitas bawah 2/2. Kedua kaki
tampak asimetris.
(8) Genetalia
Tidak ada keluhan
7) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
(1) Gizi
Selera makan An. T baik dan mampu mengabiskan 1 porsi makanan
yang diberikan dengan reflek menelan yang lambat.
(2) Kemandirian dalam bergaul
An. T tidak mampu bergaul/bermain dengan teman-temannya.
(3) Motorik halus
An. T mampu menggenggam ketika diberikan suatu benda kedekat
tangannya.
(4) Motorik Kasar
An. T tidak mampu melakukan aktifitas seperti, berdiri dan berjalan.
(5) Kognitif dan bahasa
15

An. T tidak mampu berbicara.


An. T berinteraksi dengan orang lain dengan mengunakan gerak-gerik
bola mata,An T mampu tersenyum dan tertawa.

Pola Aktivitas Sehari-hari


No Pola Kebiasaan Keterangan
1. Nutrisi
a. Frekuensi 3 kali sehari
b. Nafsu Makan/selera Baik
c. Jenis Makanan Nasi, sayur, lauk
2. Eliminasi
a. BAB 1 kali sehari, lembek
b. BAK 5 kali/hari (memakai popok), kuning
bening (200cc)
3. Istirahat dan tidur
a. Siang/jam 2 jam
b. Malam/jam 8 jam
4. Personal Hyigene
a. Mandi
2kali/hari
b. Oral Hyegene
2kali/hari

8) Data Penunjang
An. T melakukan fisioterapi setiap hari rabu dan Jumat jenis terapi adalah
terapi motorik
Surabaya, 12 Oktober 2016
Mahasiswa,

Desti Anugrahni
16
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA IF KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB
1. DS:
Kelumpuhan spastisitas: Hambatan mobilitas
Pengasuh wisma Paul mengatakan
hemiplegic fisik
bahwa An. T mengalami kelumpuhan
pada tangan dan kakinya.

DO:

1) An. T tampak duduk dikursi roda.

2) Tampak semua ADL An. T


dibantu oleh suster/pengasuh.
3) Uji Kekuatan Otot :

Ekstremitas Atas : 2/2

Ekstremitas Bawah : 2/2

4) Kedua kaki asimetris.

5) An. T mendapat fisioterapi setiap


hari rabu dan sabtu.

Kemampuan menelan
2. DS: terganggu, nafsu makan Keterlambatan
menurun pertumbuhan dan
Suster/pengasuh wisma paul
mengatakan bahwa An. T berusia 9 perkembangan.

tahun serta mengalami keterlambatan


pertumbuhan karena adanya gangguan
fisik sejak lahir dan sampai sekarang
An. T masih mengalami kelemahan
pada kedua kaki dan tangannya.
Sebagian ADL An. T dibantu oleh
suster/pengasuh.
17

DO:
1) Tingkat kesadaran pasien compos
mentis.
2) TB : 126 cm, BB : 20 kg
3) An. T Tampak kurus dan
lumayan tinggi.
4) Kaki An. T tampak kecil.
5) An. T tidak mampu berbicara.
6) Refleks menelan terganggu.

2.1.2 PRIORITAS MASALAH

1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Kelumpuhan spastisitas:


hemiplegi.

2) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


kerusakansarafcranialvagus
18

2.1.3 RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien: An. T

Ruang Rawat: Wisma Paul


19

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional

Diagnosa 1: Setelah dilakukan 1) Kaji derajat imobilitas yang 1) Pasien mungkin dibatasi oleh
tindakan dihasilkan oleh cedera/pengobatan pandangan diri/persepsi diri tentang
Hambatan mobilitas fisik keperawatan selama dan perhatikan persepsi pasien keterbatasan fisik aktual,
b.d Gangguan 4x6 jam pertemuan terhadap imobilisasi. memerlukan informasi/intervensi
Neuromuskular mobilisasi anak untuk meningkatkan kemajuan
dengan kelemahan membaik, mampu kesehatan.
otot mempertahankan
posisi fungsional, 2) Instruksikan pasien untuk/bantu 2) Meningkatkan aliran darah ke otot
meningkatkan dalam rentang gerak pasien/aktif pada dan tulang untuk meningkatkan
kekuatan/fungsi ekstermitas yang sakit dan yang tak tonus otot, mempertahankan gerak
yang sakit dan sakit. sendi, mencegah kontraktur/atrofi
mengkompensasi dan resorpsi kalsium karena tidak
bagian tubuh. digunakan.

KRITERIA HASIL: 3) Dorong penggunaan latihan isometric 3) Kontraksi otot isometric tanpa
mulai dengan tungkai yang tak sakit. menekuk sendi atau menggerakkan
Mobilitas pasien dapat tungkai dan membantu
mengalami mempertahankan kekuatan dan
peningkatan, pasien masaa otot.
dapat menggerakkan
ekstremitas yg 4) Beri pakaian pasien yang tidak 4) Agar pasien leluasa dalam bergerak.
lemah. membatasi.

Kekuatan/fungsi bagian 5) Kalaborasi dengan suster/pengasuh 5) Mengurangi resiko dekubitus dan


ekstremitas yang panti agar membawa pasien rutin meningkatkan kekuatan otot.
sakit (lemah) dapat dalam terapi mobilitas.
meningkat dengan
baik.

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional


20

Diagnosa 2: Setelah dilakukan 1) Kaji/observasi BB dan TB anak 1) Untuk mengetahui BB ideal anak
tindakan
Keterlambatan keperawatan selama 2) Menyanyi dan bicara pada anak 2) Untuk melatih kerja otak anak
pertumbuhan dan 4X6 jam pertemuan
perkembangan b.d pengasuh mengerti 3) Fasilitasi anak untuk berhubungan 3) Agar anak memiliki teman dan
proses penyakit. tentang pemberian dengan teman sebaya tidak bosan
stimulasi kepada
anak. 4) Berikan perhatian saat dibutuhkan 4) Agar tercipta hubungan saling
percaya
KRITERIA HASIL : 5) Pasilitasi perhatian atau kontak
dengan teman kelompoknya 5) Perhatian merupakan kebutuhan
Pertumbuhan spiritual yang sangat dibutuhkan agar anak
dan emosional anak tidak merasa kesepian
meningkat dengan 6) Identifikasi kebutuhan spesial anak.
baik. 6) Untuk menghilangkan stress dan
meraakan udara segar
Dapat berinteraksi baik 7) Kalaborasi dengan suster/pengasuh
dengan anak. 7) Untuk memenuhi kebutuhan gizi
panti dalam pemberian makanan
dan pertumbuhan anak
yang bergizi
Menyediakan
pengawasan untuk
anak dengan tepat

Dapat mina hubungan


kasih sayang
21

2.1.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


22

Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (Soap) Tanda Tangan Dan


Nama Perawat

Rabu, 12 Oktober 2016

Rabu, 12 Oktober S: Pengasuh wisma Paul mengatakan bahwa An.


Diagnosa 1 :
2016. T mengalami kelemahan/ kekakuan pada
08. 00 WIB 1) Mengkaji kekuatan otot ekstremitas tangan dan kakinya.
08. 15 WIB 2) Membantu menyiapkan pakaian, dan O:
mengarahkan untuk memakai pakaian
sendiri. 1) Kesadaran pasien compos mentis.
3) Mebantu pasien dalam rentang gerak
08. 25 WIB 2) An.T tampak duduk dikursi roda. DESTI
aktif pada ekstermitas yang dapat
digerakan dan yang tidak sakit. ANUGRAHNI
3) Tampak semua ADL An. T dibantu
08. 50 WIB 4) Mendorong penggunaan latihan
isometric mulai dengan tungkai yang oleh suster/pengasuh.
tak sakit dengan cara mengerakan 4) Uji Kekuatan Otot :
tangan yang tidak terganggu guna
merangsang mobilitas agar dapat Ekstremitas Atas : 2/2
digerakan.
Ekstremitas Bawah : 2/2
5) Membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan seperti mandi, memotong 5) Kedua kaki asimetris.
09. 20 WIB kuku dan memberi makan.
6) An. T mendapat fisioterapi setiap hari
6) Mengantar pasien untuk mengikuti rabu dan sabtu.
10:00 WIB fisioterapi Motorik.
A: Masalah belum teratasi
23

P: Lanjutkan intervensi 2-6


24

Rabu, 12 Oktober S: -
D iagnosa 2 :
2015.
1) Mengkaji BB dan TB anak O:
07:00 WIB
1) Tingkat kesadaran pasien compos mentis.
07. 15 WIB 2) menemani pasien untuk menyanyi
dengan ava untuk merangsang bicara 2) TB : 126 cm, BB : 20 kg (tidak sesuai
dan syaratnya
usia).
3) mengajak anak keliling dan 3) An. T Tampak kurus dan lumayan tinggi.
berinteraksi dengan teman sebaya dan DESTI
07. 25 WIB lingkungannya 4) Kaki An. T tampak kecil. ANUGRAHNI
5) An. T tampak tidak bisa berjalan.

4) memperhatikan kebutuhan anak 6) An. T mampu berbicara .


09. 00 WIB
A: Masalah belum teratasi
5) Kalaborasi dengan suster/pengasuh P: Lanjutkan intervensi 2-7
11. 00 WIB panti dalam pemberian makanan yang
bergizi yang mengandung kacang-
kacangan, buah-buahan, sayur yang
mengandung vitamin T dan makanan
pokok
25

Hari/Tanggal/Jam Catatan perkembangan (SOAPIER) Tanda Tangan


Dan Nama
Perawat

Sabtu,15 Oktober S: -
2016.
Diagnosa 1 O:
1) Kesadaran pasien compos mentis.
2) An. T tampak duduk dikursi roda.
3) Uji Kekuatan Otot :
Ekstremitas Atas : 2/2
Ekstremitas Bawah : 2/2
4) Kedua kaki asimetris.
5) An. T mendapat fisioterapi setiap hari rabu dan sabtu. DESTI
ANUGRAHNI
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1-5
I:
1. Mengkaji kekuatan otot ekstremitas
2. Membantu menyiapkan pakaian, dan mengarahkan untuk memakai pakaian sendiri.
3. Mebantu pasien dalam rentang gerak aktif pada ekstermitas yang dapat digerakan
dan yang tidak sakit.
4. Mendorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai yang tak sakit
dengan cara mengerakan tangan yang tidak terganggu guna merangsang mobilitas
26

agar dapat digerakan.


5. Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan seperti mandi, memotong kuku dan
memberi makan.
6. Mengantar pasien untuk mengikuti fisioterapi bicara.

E : Pasien mencoba berinteraksi dengan perawat


R : 1. Motivasi pasien untuk kesembuhannya.
2. Mengobservasi K/U
27

Sabtu,15 Oktober S: -
2016.
O:
Diagnosa 2
1) Tingkat kesadaran pasien compos mentis.

2) TB : 125 cm, BB : 20 kg.

3) An. T Tampak kurus dan lumayan tinggi.

4) Kaki An. T tampak kecil..


DESTI
5) An. T tidak mampu berbicara.
ANUGRAHNI
A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi 1-5

I:

1. Menyanyi dan bicara pada anak

2. Fasilitasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya

3. Memberikan perhatian saat dibutuhkan

4. Fasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya

5. Berkolaborasi dengan suster/pengasuh panti dalam pemberian makanan yang

bergizi
28

E : Pasien mencoba berinteraksi dengan perawat

R : 1. Motivasi pasien untuk kesembuhannya.

2. Mengobservasi K/U

Anda mungkin juga menyukai