Di Susun Oleh :
Nama : Angela Tesya
NIM : (2018.C.10a.0925)
Mengetahui:
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan
Pendahuluan Tentang Fraktur Basis Crani Pada Sistem ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Pendahuluan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) pada Program Studi S-1 Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa pelaksanaan dan penyusunan Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankan penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3) Ibu Kristinawati, S.Kep.Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
4) Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis
menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Akhir kata penulis
mengucapkan sekian dan terima kasih.
Palangka Raya, 05 November 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................
Lembar Pengesahan................................................................................................i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................3
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Definisi.....................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi.....................................................................................5
2.1.3 Etiologi.....................................................................................................6
2.1.4 Klasifikasi................................................................................................7
2.1.5 Patofisiologi.............................................................................................8
2.1.6 Manifestasi Klinis..................................................................................10
2.1.7 Komplikasi.............................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................11
2.1.9 Penatalaksaan Medis..............................................................................13
3.1 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................19
BAB 3 Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian.................................................................................................28
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................40
3.3 Intervensi...................................................................................................41
3.4 Implementasi.............................................................................................44
BAB 4 Penutup
4.1 Kesimpulan...............................................................................................47
4.2 Saran.........................................................................................................48
Daftar Pustaka
iii
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Akibat dari fraktur basis cranii akan menimbulkan beberapa masalah, salah
satunya perdarahan otak. Oleh sebab itu perawat kedaruratan harus dapat
mengkaji secara adekuat pasien fraktur basis cranii dan memulai tindakan
3
3
4
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn.S dengan diagnosa medis
Open Fraktur Basis Crani
1.4 Manfaat
1.4.1 Untuk Mahasiswa
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan
khususnya pada dengan diagnosa medis Open Fraktur Basis Crani
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarganya
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan dan menghindari penyebab
pada penyakit secara benar dan bisa melakukan perawatan dirumah dengan
mandiri.
1.4.3 Untuk Institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan mutu
pendidikan dimasa yang akan datang.
1.4.4 Untuk IPTEK
4
5
5
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur Carnial adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar
tengkorak yang tebal. Fraktur ini sering disertai dengan robekan ada duramater.
Fraktur Carnial sering terjadi ada 2 lokasi anatomi tertentu yaitu region temporal
dan region occipital condylar [ CITATION Kow112 \l 1033 ].
Fraktur basis crania dapat dibagi berdasarkan letak anatomis fraktur fossa
anteriordan fraktur fossa posterior. Fraktur basis crania merupakan yang saling
serius terjadi karena melibatkan tulang-tulang dasar tengkorak dengan komplikasi
otorrhea cairanserebrosinal ( cerebrospinal fluid ) dan rhinorrhea (Engram, 2007).
Beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Fraktur Carnial
adalah suatu kondisi dimana suatu fraktur ada tulang tengkorak yang biasanya
terjadi karena adanya benturan secara langsung merupakan fraktur akibat benturan
langsung ada daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita)
transmisi energi yang berasal dari benturan ada wajah atau mandibula.
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis cranii. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Kalvaria khususnya di regio temporal adalah tipis, namun di sini
dilapisi oleh otot temporalis. Basis kranii berbentuk tidak rata sehingga
dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan
deselerasi. Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu : fossa cranii
anterior, fossa cranii media dan fossa cranii posterior.
6
7
7
8
Fraktur pada basis cranii fossa media sering terjadi, karena daerah ini
merupakan tempat yang paling lemah dari basis cranii. Secara anatomi
kelemahan ini disebabkan oleh banyak nya foramen dan canalis di
daerah ini. Cavum timpani dan sinus sphenoidalis merupakan daerah
yang paling sering terkena cedera. Bocornya CSF dan keluarnya darah
dari canalis acusticus externus sering terjadi (otorrhea).
2.1.3 Etiologi
1. Kecelakaan kendaraan/transportasi
2. kecelakaanTerjatuh
3. Kecelakaan yang berkaitan dengan olahraga
4. Kejahatan dan tindakan kekerasan
5. Pertengkaran/Tindakan kriminal
8
9
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi fraktur basis crani Menurut Kowalak (2011), fraktur basis
cranii dapat diklasifikaikan sebagai berikut:
1. Fraktur Petrosa as Temporal
Fraktur petrous os temporal ini meluas dari bagian skuamosa tulang
temporalterhadap piramida petrosa dengan sering keterlibatan sendi
temporomandibular.Fraktur oblik ini sering mengakibatkan gangguan
pendengaran konduktif akibat dislokasi incudostapedial. Hematotimpanum
dan otorea juga sering terjadi padafraktur oblik. Keterlibatan saraf fasialis
kurang umum daripada pada frakturtransversal.
9
10
10
11
2.1.4 Patofisiologi
Tipe dari fraktur basis crani yang parah adalah jenis ring fracture, karena
area ini mengelilingi foramen magnum, apertura didasar tengkorak dimana spinal
cord lewat. Ring fracture komplit biasanya segera berakibat fatal akibat cedera
batang otak. Ring fracture in komplit lebih sering dijumai. Kematian biasannya
terjadi seketika kamu cedera batang otak disertai denan avulsi dan laserasi dari
pembuluh darah besar pada dasartengkorak (Corwin, 2009).
11
12
12
13
13
14
Kecelakaan kendaraan/transportasi Kecelakaan terjatuh Kecelakaan olahraga Kejahatan/tindak kekerasan
Tulang tengkorak
2.1.7 Komplikasi
Menurut Kowalak (2015), Komplikasi utama dari fraktur basis cranii yaitu :
2.1.7.1 Meningkatnya Tekanan Intrakranial (TIK)
2.1.7.2 Pendarahan
15
16
2.1.7.3 Kejang
2.1.7.4 Infeksi (trauma terbuka)
2.1.7.5 Depresi pernafasan dan gagal nafas
2.1.7.6 Paralisis otot-otot fasialis dan rantai tulang-tulang pendengaran
2.1.7.7 Pasien dengan fraktur tulang tengkorak bisa terjadi bocornya cairan
serebrospinal (CSS) dari hidung (renorea) atau telinga (otorea) dan
menyebabkan meningitis
2.1.7.8 Sindrom vernet atau sindrom foramen jugular adalah fraktur basis cranii yang
terkait dengan gangguan nervus IX, X, dan XI
2.1.7.9 Sindrom Collet-Sicard adalah fraktur condyler occipital yang banyak berdampak
terhadap nervus IX, X, dan XII
16
17
2.1.8.8 CSF, Lumbal Pungsi : Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid dan untuk mengevaluasi/mencatat peningkatan tekanan cairan
serebrospinal.
2.1.8.9 ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
2.1.9 Penatalaksanaan
2.1.9.1 Penatalaksanaan Medis
2.1.9.1.1 ABC
1) Airway dengan jalan nafas dibebaskan dari lidah yang turun ke belakang
dengan posisi kepala ekstensi kalau perlu dipasang oropharyngeal tube
atau nasopharyngeal tube.
2) Breathing dengan memberikan O2 dengan menggunakan alat bantu
pernafasan misalnya Nasal Kanul, Simple Mask/Rebreating Mask, Mask
Nonrebreating, Bag-Valve-Mask, dan Intubasi Endotrakea.
3) Circulation pada cedera kepala berat terjadi hipermetabolisme sebanyak 2-
2,5 kali normal dan akan mengakibatkan katabolisme protein. Proses ini
terjadi antara lain oleh karena meningkatnya kadar epinefrin dan
norepinefrin dalam darah dan akan bertambah bila ada demam. Setekah 3-
4 hari dengan cairan perenteral pemberian cairan nutrisi peroral melalui
pipa nasograstrik bisa dimulai, sebanyak 2000-3000 kalori/hari.
2.1.9.1.2 Pembedahan
Evakuasi hematoma atau kraniotomi untuk mengangkat atau mengambil
fragmen fraktur yang terdorong masuk ke dalam otak dan untuk mengambil
benda asing dan jaringan nekrotik sehingga risiko infeksi dan kerusakan
otak lebih lanjut akibat fraktur dapat dikurangi.
2.1.9.1.3 Imobilisasi
Pada pasien cedera kepela berat mobilisasi bisa dilakukan dengan
pemasangan servical colar. Servical colar sendiri adalah alat penyangga
tubuh khusus untuk leher. Alat ini digunakan untuk mencegah pergerakan
tulang servical yang dapat memperparah kerusakan tulang servical yang
17
18
patah maupun pada cedera kepala. Alat ini hanya membatasi pergerakan
minimal pada rotasi, ekstensi, dan fleksi
2.1.9.2 Penatalaksanaan Keperawatan
2.1.9.2.1 Pengendalian tekanan IntraCranial
Mannitol efektif untuk mengurangi odema serebral dan TIK. Selain karena
efek osmotic, mannitol juga dapat mengurangi TIK dengan meningkatkan
arus microcirculatory otak dan pengiriman oksigen. Efek pemberian bolus
mannitol tampaknya sama selama rentang 0,25 sampai 1,0 g/kg.
2.1.9.2.2 Mengontrol tekanan perfusi otak
Tekanan perfusi otak harus dipertahankan antara 60 dan 70 mmHg, baik
dengan mengurangi TIK atau dengan meninggikan MAP. Rehidrasi secara
adekuat dan mendukung kardiovaskuler dengan vasopressors dan inotropic
untuk meningkatkan MAP dan mempertahankan tekanan perfusi otak >70
mmHg.
2.1.9.2.3 Mengontrol hematocrit
Aliran darah otak dipengaruhi oleh hematocrit. Viskositas darah meningkat
sebanding dengan semakin meningkatnya hematocrit dan tingkat optimal
sekitar 35%. Aliran darah otak berkurang jika hematocrit meningkat dari
50% dan meningkat dengan tingkat hematocrit di bawah 30.
2.1.9.2.4 Pengaturan suhu
Demam dapat mempercepat deficit neurologis yang ada dan dapat
memperburuk kondisi pasien. Metabolisme otak akan oksigen meningkat
sebesar 6-9% maka harus diterapi karena akan memperburuk iskemik otak.
2.1.9.2.5 Kontrol cairan
NaCl 0,9% dengan osmolaritas 308 mosm/I, telah menjadi kristaloid pilihan
dalam manajemen dari cedera otak. Resusitasi dengan 0,9% saline
membutuhkan 4 kali volume darah yang hilang untuk memulihkan parameter
hemodinamik
2.1.9.2.6 Posisi kepala
Menaikkan posisi kepala dengan sudut 15-30° dapat menurunkan TIK
danmeningkatkan venous return ke jantung.
18
19
19
20
20
21
21
22
Risiko Perfusi Serebral Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Peningkatan tekanan Intrakranial.
Tidak Efektif selama 1x7 jam diharapkan perfusi Observasi
berhubungan dengan serbral kembali normal dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
cedera sekunder. hasil : 2. Monitor tanda gejala peningkatan TIK
1. Kognitif Meningkat (skor 5) 3. Monitor MAP
2. Tekanan Intra Kranial Menurun 4. Monitor CVP
(skor 5) 5. Monitor PAWP
3. Sakit Kepala Menurun (skor 5) 6. Monitor PAP
4. Nilai Rata-rata Tekanan Darah 7. Monitor ICP
Membaik (skor 5) 8. Monitor CPP
5. Kesadaran Membaik (skor 5) 9. Monitor gelombang ICP
6. Refleks Saraf Membaik (skor 5) 10. Monitor status pernapasan
11. Monitor intake dan output cairan
12. Monitor cairan serebro-spinalis
Terapeutik
1. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan
yang tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari pengunaan PEEP
6. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
22
23
Pola Nafas Tidak Efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Jalan Nafas.
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan pola napas Observasi
gangguan neurologis klien membaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor pola nafas
(mis. Fraktur basis 1. Kapasitas Vital Meningkat (skor 2. Monitor bunyi nafas tambahan
cranii). 5) 3. Monitor sputum
2. Dispnea Menurun (skor 5) Terapeutik
3. Penggunaan Otot bantu Nafas 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan
Menurun (skor 5) chin-tilt
4. Pernapasan Cuping Hidung 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
Menurun (skor 5) 3. Berikan minum hangat
5. Frekuensi Nafas Membaik (skor 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5) 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenesi sebelum penghisapan
endotraklear
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen,bila perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
23
24
24
25
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik secra bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Ajarkan pasirn dan kleuarga mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan kleuarga mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal, 07 Desember 2020
bertempat di-RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya, dengan teknik anamnesa
(wawancara), observasi, pemeriksaan fisik, dan data dari buku keperawatan pasien,
di dapat data – data sebagai berikut :
3.1.1 Identitas Pasien
Nama :Tn. S
Umur : 25 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak
Agama : Kristen
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. G.Obos X
Tgl MRS : 23 November 2020
Diagnosa Medis : Fraktur Basis Cranii
30
31
Pada tanggal 04 Desember 2020 Tn.S mengalami kecelakaan lalu lintas dan
tak sadarkan diri. Pasien ditolong oleh polisi dan warga setempat pasien
dibawa ke RSUD Doris Sylvanus pada pukul 15:00 WIB dan masuk UGD
dilakukan pengkajian pemeriksaan fisik secara umum didapatkan hasil TTV
Tekanan darah : 100/70 mmHg Nadi : 75 x/menit Respiratory Rate : 26
x/menit Suhu : 36,5 oC, penanganan berupa terapi Inf. NaCl 20 tpm.
Selanjutnya Pasien dipindahkan ke ruang untuk mendapatkan perawatan
lebih lanjut.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak mempunyai riwayat penyakit
sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit keluarga.
GENOGRAM KELUARGA :
Ket:
: Laki-laki
: perempuan
: pasien
: sudah meningggal
: tinggal serumah
31
32
32
33
Pemeriksaaan Uji koordinasi ektremitas atas dari jari ke jari sebelah kiri
positif, sebelah kanan positif, jari kehidung sebelah kanan positif sebelah kiri
positif, ektremitas bawah, tumit ke jempol kaki positif, dan uji kestabilan positif.
Pemeriksaan tes reflek pada bisep pada tanan kanan positif (+) pada kiri
positif (+) skala kanan 4, skala kiri 4. Pada reflek trisep pada tangan kanan
positif (+) denganskala 4, pada tangan kiri positif (+) dengan skala 4. Pada
33
34
brachioradialis kanan positif (+) dengan skala 4, tangan kiri positif (+) dengan
skala 4. Pada patella pada kaki kanan positif (+) skala 4 dan pada kaki kiri
positif (+) dengan skala 4. Pada aciles pada kaki kanan positif (+) dengan skala
4, dan pada kaki kiri (+) dengan skala 4. Pada babinski pada kanan positif (+),
dan pada kaki kiri positif (+). Masalah keperawatan: Resiko Perfusi serebral
tidak efektif
3.2.6 Eliminasi ( Bladder )
Eliminasi pasien dengan produksi urine 600 ml / 24 jam, dengan warna
kuning dengan bau khas amoniak. Tidak ada oliguri, poliuri, dysuri, tidak
menetes, tidak ada nyeri, panas, tidak ada hematuria.
3.2.7 Eliminasi alvi
Mulut klien terlihat normal, bibir tampak kering, gigi klien normal tidak
ada caries, gusi normal tidak pendarahan dan peradangan, lidah normal,
mukosanya lembab, tonsil normal tidak ada peradangan, BAB lancer, Bising
ususnya normal 20 x/menit, tidak ada benjolan.
3.2.8 Tulang, Otot dan Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi pasien bebas, Parese lokasi tidak ada,
tidak ada hemiparese, tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri. Ukuran otot pasien
simetris. Kekuatan otot klien ektermitas atas kiri 4, kanan 4, ektremitas bawah
kiri 3, kanan 3. Tidak ada deformasi tulang, tidak ada peradangan, tidak terdapat
luka. Terdapat fraktur basis cranii, tulang belakang klien normal.
3.2.9 Kulit Kulit Rambut
Klien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, dan kosmetik, suhu
kulit teraba panas, warna kulit normal, turgor kulit baik, teksture halus, tidak
terdapat lesi, teksture rambut halus, distribusi rambut merata, bentuk kuku
simetris.
3.2.10 Sistem Penginderaan
Pengelihatan klien baik, fungsi pengelihatan normal, bola mata bergerak
normal, sclera berwarna putih, konjungtiva normal, kornea berwarna bening,
tidak mengunakan alat bantu kaca mata. Fungsi pendengaran normal, bentuk
hidung simetris tidak ada lesi.
34
35
35
36
36
37
Mahasiswa,
(Angela Tesya )
37
38
ANALISIS DATA
38
39
Hipoksia jaringan
39
40
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
ditandai dengan pasien nampak sesak, terdapat suara napas tamabahan ronchi,
terdapat pernapasan cuping hidung, pasien nampak lemas, terpasang oksigen
masker wajah sederhana 6 lpm, RR; 32
2. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipoksi jaringan
ditandai dengan Penurunan kesadaran (Somnolen), GCS : 9 (E2,V3,M4),
Kebiruan sekitar mata.
3. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan penggunaan NGT ditandai dengan
Pasien nampak lemah, terpasang NGT, pasien mengalami penurunan berat
badan dari 55 ke 53.
40
41
RENCANA KEPERAWATAN
41
42
(Somnolen), GCS : 5. Kesadaran membaik 5 8. Berikan posisi semi fowler 8. Posisi semi fowler bisa membantu pasien bernapas
9 (E2,V3,M4), 9. Pertahankan suhu tubuh normal dengan mudah
Kebiruan sekitar 10. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti 9. Mencegah adanya hipertermia atau hipotermia
mata, Terpasang konvulsan, bila perlu. 10. Mencegah danya kecemasan maupun kejang pada pasien.
oksigen 6 lpm
Resiko deficit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor asupan dan keluarnya 1. Memastikan agar tindakan yang akan diberikan nanti
keperawatan selama 1x7 jam makanan dan cairan serta kebutuhan tepat dengan kebutuhan pasien
nutrisi
diharapkan keadekuatan kalori 2. Memonitor berat badan pasien
berhubungan asupan nutrisi untuk 2. Timbang berat badan secara rutin 3. Agar target yang ingin dicapai jelas
memenuhi kebutuhan 3. Lakukan kontrak perilaku (mis. target 4. Memberi motivasi kepada pasien
dengan
metabolism dengan kriteria berat badan) 5. Memberikan kemungkinan keberhasilan dengan diet yang
penggunaan NGT hasil: 4. Berikan penguatan positif terhadap tepat
1. Perasaan cepat kenyang keberhasilan 6. Membuat rencana tentang target BB, kebutuhan kalori
ditandai dengan
menurun 5 5. Anjurkan pengaturan diet yang tepat agar tepat dengan kebutuhan pasien.
Pasien nampak 2. Nyeri abdomen menurun 6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
5 target berat badan, kebutuhan kalori
lemah, terpasang
3. Sariawan menurun 5 dan pilihan makanan.
NGT, pasien 4. Rambut rontok menurun 5
5. Berat badan membaik 5
mengalami
6. IMT membaik 5
penurunan berat
badan dari 55 ke
53.
42
43
43
44
45
46
46
47
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fraktur cranial adalah suatu kondisi dimana suatu fraktur ada tulang
tengkorak yang biasanya terjadi karena adanya benturan secara langsung merupakan
fraktur akibat benturan langsung ada daerah dasar tulang tengkorak (oksiput,
mastoid, supraorbita) transmisi energy yang berasal dari benturan ada wajah atau
mandibular. Penyebab dari fraktur basis cranial yaitu Kecelakaan kendaraan atau
transportasi, Kecelakaan terjatuh, Kecelakaan yang berkaitan dengan olahraga,
Kejahatan dan tindak kekerasan. Manifestasi klinis dari fraktur basis cranii yang
umum yaitu terjadi penurunan kesadaran, nyeri hebat, dan adanya lesi. Komplikasi
yang dapat terjadi diantaranya Meningkatnya tekanan intrakraial (TIK), Perdarahan,
Kejang, Infeksi (trauma terbuka), Depresi pernapasan dan gagal napas, dan paralisis
otot-otot paralisis.
Penatalaksanan secara medis yaitu diantaranya dengan ABC untuk
mempertahankan jalan nafas, Pemberian obat-oabatan, dapat dilakukan pembedahan,
dan immobilisasi. Sedangkan penatalaksanaan keperawatan yaitu memantau ttv,
adanya perdarahan, riwayat cidera, rehidrasi cairan, serta mencegah infeksi akibat
pembedahan.
Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien trauma kepala mulai dari
pengkajian misalnya biodata, riwayat kesehatan, pengkajian primer, pengkajian
sekunder, dan pemeriksaan penunjang. Setelah itu ditentukan diagnosa keperawatan
dan dilanjut dengan intervensi keperawatan.
4.2 Saran
Disarankan untuk pembaca Asuhan keperawatan ini agar tetap membaca
literature-literatur lainnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
penyakit fraktur basis cranii
DAFTAR PUSTAKA
47
48
48
49
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit tentang penjelasan Fraktur Basis
Cranial pasien dan keluarga dapat memahami
C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit diharapkan pasien dan keluarga
mampu memahami
1. Mengetahui Pengertian Fraktur Basis Cranial
2. Mengetahui Penyebab Fraktur Basis Cranial
3. Mengetahui Tanda dan gejala Fraktur Basis Cranial
4. Mengetahui Komplikasi Fraktur Basis Cranial
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah.
2. Tanya jawab
F. Media
1. Leaflate
G. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
49
50
Kegiatan
1 Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Menyebutkan b. Mendengarkan
materi/pokok bahasan dan menyimak
yang akan disampaikan
d. Kontrak waktu
2 Pelaksanaan 20 menit a. Penyampaian materi a. Mendengarkan
b. Menjelaskan Pengertian dan menyimak
Fraktur Basis Cranial b. Bertanya
c. Menjelaskan Penyebab mengenai hal-
Fraktur Basis Cranial hal yang belum
d. Menjelaskan Tanda dan jelas dan
gejala Fraktur Basis dimengerti
Cranial
e. Menjelaskan Komplikasi
Fraktur Basis Cranial
H. Evaluasi
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit tentang penyakit Fraktu Basis
Cranial diharapkan peserta:
1. Mengetahui Pengertian Fraktur Basis Cranial
2. Mengetahui Penyebab Fraktur Basis Cranial
3. Mengetahui Tanda dan gejala Fraktur Basis Cranial
4. Mengetahui Komplikasi Fraktur Basis Cranial
50
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Fraktur Carnial adalah suatu kondisi dimana suatu fraktur ada tulang tengkorak
yang biasanya terjadi karena adanya benturan secara langsung merupakan fraktur akibat
benturan langsung ada daerah dasar tulang tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbita)
transmisi energi yang berasal dari benturan ada wajah atau mandibula. Fraktur basis
crania dapat dibagi berdasarkan letak anatomis fraktur fossa anteriordan fraktur fossa
posterior. Fraktur basis crania merupakan yang saling serius terjadi karena melibatkan
tulang-tulang dasar tengkorak dengan komplikasi otorrhea cairanserebrosinal
( cerebrospinal fluid ) dan rhinorrhea.
B. Penyebab
1. Kecelakaan kendaraan/transportasi
2. kecelakaanTerjatuh
3. Kecelakaan yang berkaitan dengan olahraga
4. Kejahatan dan tindakan kekerasan
5. Pertengkaran/Tindakan kriminal
C. Komplikasi
1. Peningkatan Tekanan Intrakranial
2. Pendarahan
3. Kejang
4. Infeksi (trauma terbuka)
5. Depresi pernapasan dan gagal napas
6. Paralisis otot-otot fasialis dan rantai tulang-tulang pendengaran
FRAKTUR BASIS CRANII PENYEBAB FRAKTUR BASIS
2. kecelakaanTerjatuh