Disusun oleh :
Armia Silviani
2018.C.10a.0926
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2018.C.10a.0926
Mengetahui
Ketua Program Studi S1
Keperawatan Pembimbing Akademik
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Open Fraktur Humerus Pada Tn.J pada
Sistem Muskuloskeletal”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi
tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan 2.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHUL........................................................................................1
1.1..Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2..Rumusan Masalah .....................................................................................2
...................................................................................................................
1.3..Tujuan Penulisan .....................................................................................2
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................2
1.3.2. Tujuan Khusus.................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................2
1.4.1 Untuk Mahasiswa.............................................................................2
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga................................................................2
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)................................2
1.4.4 Untuk IPTEK...........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................3
2.1..Konsep Penyakit........................................................................................3
2.1.1 Definisi ............................................................................................3
2.1.2Anatomi fisiologi ..............................................................................5
2.1.3. Etiologi.............................................................................................6
..........................................................................................................
2.1.4. Klasifikasi ......................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi.....................................................................................6
2.1.6 Manisfestasi Klinis...........................................................................8
2.1.7. Komplikasi.......................................................................................8
2.1.8. Pemeriksaan Penunjang...................................................................9
2.1.9Penatalaksanaan Medis......................................................................9
2.2..Manajemen Asuhan Keperawatan ............................................................12
2.2.1. Pengkajian Keperawatan ...............................................................12
2.2.2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................12
2.2.3. Intervensi Keperawatan ...................................................................13
2.2.4Implementasi Keperawatan ..............................................................21
2.2.5. Evaluasi keperawatan ...............................................................21
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................22
3.1 Pengkajian ..................................................................................................28
3.2 Tabel Analisa Data ....................................................................................28
3.3 Rencana Keperawatan ...............................................................................31
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan .................................................35
BAB IV PENUTUP.........................................................................................43
4.1 Kesimpulan.................................................................................................43
4.2 Saran...........................................................................................................43
DAFTAR PUSATAKA
SAP
Leaflet
3
BAB 1
PENDAHULUAN
misalnya keterbatasan fungsi dari lengan atas untuk menekuk, berpakaian dan
makan serta aktifitas sehari-hari seperti aktifitas perawatan diri yang meliputi
memakai baju, mandi, ke toilet dan sebagainya (Lukman dan Nurna, 2011).
Kekakuan sendi shoulder akan menimbulkan beberapa gangguan yaitu adanya
nyeri dan keterbatasan lingkup gerak sendi bahu. Dalam hal ini fisioterapis
berperan dalam memelihara, memperbaiki, dan mengembalikan kemampuan
fungsional penderita seperti semula. Untuk mengatasi hal tersebut banyak
teknologi fisioterapi antara lain : hidroterapi, elektroterapi, dan terapi latihan,
dalam hal ini penulis mengambil modalitas fisioterapi yaitu dengan sinar infra
merah dan terapi latihan (Lukman dan Nurna, 2011).
Infra merah pada kasus ini adalah untuk mengurangi rasa nyeri. Efek thermal
dari Infra merah mampu mempengaruhi syaraf sensoris. Pemanasan tersebut akan
bersifat sedatif bagi ujung-ujung syaraf sensoris, sehingga mengurangi rasa
nyerinya. Rasa nyeri dapat timbul karena adanya akumulasi sisa-sisa hasil
metabolisme yang disebut zat ”P” yang menumpuk dijaringan. Penyinaran
menggunakan sinar infra merah yang mempunyai efek panas yang dapat
memperlancar peredaran darah sehingga pemberian nutrisi dan kebutuhan
jaringan akan O2 terpenuhi dengan baik dan pembuangan zat “P” akan lancar
sehingga rasa nyeri berkurang atau hilang (Usman, 2012). Terapi latihan dapat
meningkatkan kekuatan otot dengan dilakukannya rutin latihan aktif resisted.
Tujuan latihan ini adalah untuk meningkatkan kekuatan otot, memelihara lingkup
gerak sendi, memelihara koordinasi dan ketrampilan motorik untuk aktivitas
fungsional pada sendi bahu (Garisson, 2004). Terapi latihan dapat meningkatkan
Lingkup Gerak Sendi karena dengan adanya latihan free active movement
mencegah proses perlengketan jaringan untuk memelihara kebebasan gerak sendi,
meningkatkan lingkup gerak sendi, memelihara ekstensibilitas otot dan mencegah
pemendekan otot, memperlancar sirkulasi darah, dan rileksasi (Garisson, 2004).
Penanganan segera pada klien dengan masalah fraktur adalah dengan
mengimbolisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah
fiksasi interna melalui oprasi Orif. Penanganan tersebut dilakukan untuk
mencegah terjadinya koplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga faktor
utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi.
5
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembahasan di atas “Bagaimana pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Open Fraktur Humerus Di
rumah sakit mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi sampai
dengan evaluasi keperawatan? ”
.3 Tujuan Penulisan
.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Open Fraktur Humerus Di
rumah sakit dengan menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai
dengan evaluasi keperawatan.
.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Open Fraktur Humerus Di rumah sakit.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Open Fraktur Humerus Di rumah sakit.
1.3.2.3 Mengidentifikasi intervensi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Open Fraktur Humerus Di rumah sakit.
1.3.2.4 Mengidentifikasi implementasi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Open Fraktur Humerus Di rumah sakit.
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Open Fraktur Humerus Di
rumah sakit.
.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien Open
Fraktur Humerus yang digunakan dalam peningkatan profesi keperawatan dan
pelayanan kesehatan.
1.4.2 Bagi Pengembangan IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
6
4
5
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti
osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang
(resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti
18% pertahun.
kembali ke tempat semula. Segmen itu akan stabil dan biasanya di control dengan
bidai gips.
2.1.4.2 Fraktur oblik
Fraktur yang garis besar patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.
3 2.1.4.3 Fraktur spiral
4 Fraktur akibat torsi pada eksremitas. Jenis frakturnya rendah energi, ini
hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak. Fraktur semacam ini
cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
5 2.1.4.4 Fraktur komulatif
6 Fraktur adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan
tempat adanya lebih dari dua fragmen tulang.
7 2.1.4.5 Fraktur sagsemental
8 Fraktur yang berdekatan pada suatu tulang yang menyebabkan terpisahnya
segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani.
Biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit
untuk sembuh. Keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan melalui
pembedahan.
9 2.1.4.6 Fraktur impaksi atau fraktur kompresi
10 Fraktur yang terjadi ketika kedua tulang menumbuk tulang ketiga yang
berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan kedua vertebra lainnya.
Fraktur ini biasanya akan mengakibatkan klien menjadi syok hipovalemik
dan meninggal jika tidak dipemeriksaan denyut nadi, tekanan darah dan
pernapasan secara akurat dan berulang dalam 24 sampai 48 jam pertama
setelah cidera.
2.1.5 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 2010). Tapi apabila tekanan eksternal
yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma
pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang
(Carpnito, Lynda Juall, 2014). Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh
darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
9
BI B2 B3 B4 B6
B5
Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Perubahan Perubahan
sekitar sekitar tulang sekitar Retensi produk jaringan sekitar jaringan sekitar
MK : Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Perifer.
8
2.1.6.8 Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur.
Bidai dan gips tidak dapat mempertahankan posisi dalam waktu yang lama. Untuk
itu diperlukan lagi tehnik yang lebih mantap seperti pemasangan traksi kontinyu,
fiksasi eksternal, atau fiksasi internal tergantung dari jenis frakturnya sendiri.
2.1.6.9 Penarikan (traksi) : Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan
beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan
sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang
patah. Metode pemasangan traksi antara lain :
a) Traksi manual , Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi
fraktur, dan pada keadaan emergency
b) Traksi mekanik, ada 2 macam
c) Traksi kulit (skin traction) Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk
sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg.
d) Traksi skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang
merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi
dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal. Kegunaan
pemasangan traksi, antara lain :
e) Mengurangi nyeri akibat spasme otot
f) Memperbaiki & mencegah deformitas
g) Immobilisasi
h) Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
i) Mengencangkan pada perlekatannya Prinsip pemasangan traksi :
j) Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
13
2 Gangguan Setelah diberikan asuhan keperawatan Dukungan Mobilisasi. SIKI (I 05173 Hal 30)
Mobilitas Fisik selama 1x7 jam diharapkan mobilitas Observasi :
(D.0054 Hal 124) fisik meningkat. 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Kriteria hasil SLKI (L.05042 Hal 65) lainnya
1. Pergerakan ekstremitas
meningkat (5) 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
5545
23
12
24
16
1.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Tn. A, Umur 36 Tahun, Jenis kelamin Laki-laki, Suku/bangsa
Banjar/Indinesia, Agama Kristen, Pekerjaan Swasta, Pendidikan SMP, Status
perkawinan Kawin, Alamat Bukit raya XIII, Tgl MRS 5 Desember 2020,
Diagnosa Medis Open Fraktur Humerus sinistra.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengatakan “nyeri di bagian luka tangan” dengan P “Open Fraktur
Humerus” Q: “terasa teriris-iris” R:”nyeri terasa disekitar lengan atas” S:”skala
nyeri ringan 6” T:”nyeri saat bergerak”.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan pada hari senin tanggal 5 Desember 2020 pada pukul 05.30
WIB klien berangkat ke pasar dengan mengendarai sepeda motor, klien
mengatakan bahwa dalam perjalanan ke pasar klien di tabrak oleh orang yang
mengendarai sepeda motor dengan kecepatan yang tinggi sehingga klien jatuh dan
tangan kiri digunakan untuk menyangga tubuhnya. Klien lalu di bawa ke klinik
terdekat dan dari klinik klien dirujuk ke RSUD dr. Doris Sylvanus pada pukul
07.15 WIB. Di IGD klien diberikan terapi obat keterolac 30 mg, dan terapi infus
NaCL 0,9% 20 TPM, kemudian klien juga dilakukan perawatan luka dan
pemasangan spalk, klien mengeluh nyeri terus-menerus di sertai kaku pada lengan
28
29
atas humerus sinistra nyeri seperti tersayat-sayat, skala nyeri yang di rasa 7, nyeri
semakin bertambah saat melakukan perubahan posisi. Dari ruang IGD klien di
pindahkan ke ruang Bedah selama diruang bedah klien mengatakan juga sulit
untuk tidur karena nyeri tersebut, klien di jadwalkan oleh dokter spesialis bedah
orthopedi untuk operasi pada tanggal 07 Desember 2020 pada pukul 09.20 WIB
dan selesai pada pukul 10.35 WIB.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun sebelumnya maupun
riwayat operasi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluargan tidak ada yang mengalami penyakit yang
sama serta penyakit keturunan lainnya seperti hipertensi, jantung, stroke, dll.
Klien jjuga mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti TB
Paru, hepatitis, dll.
GENOGRAM KELUARGA :
Bagan 3.1 Genogram
Keterangan :
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Hubungan keluarga
30
kiri atas, Tampak adanya luka didaerah lengan dengan karakteristik panjang
10 cm lebar 5 cm dengan kedalaman 3 cm.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
3.2.11 Sistem Penginderaan :
Tidak ada masalah keperawatan pada fungsi pengindraan. Fungsi
penglihatan pasien normal, gerakan bola mata bergerak normal, sklera
putih/normal, Konjungtiva anemis, tampak lingkar hitam area mata,
kornea bening, pasien tidak menggunakan alat bantu kaca mata. Fungsi
pendengaran baik, bentuk hidung simetris, tidak ada kelainan dan
peradangan pada hidung.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Masa dan jaringan parut tidak ada masalah, kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas terbatas.
3.2.13 Sistem Reproduksi Pria
Pada sistem reproduksi Tn. A, tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada kelainan. Tidak ada masalah keperawatan.
3.2.14 Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang, karena rasa
sakit ini mengganggu.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 165 cm
BB sekarang : 56 kg
BB sebelum sakit : 60 kg
IMT : BB = 56 = 56 = 20,5
TB² 1,65x1,65 2,72
seperti berpakaian, mandi, BAK, dan BAB, , ambulasi klien juga dibantu
oleh keluarga.
3.2.19 Koping –Toleransi terhadap Stress
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit jika pasien memiliki masalah ia
akan bercerita dengan suami dan anak-anaknya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.20 Nilai-Pola Keyakinan
Keluarga dan pasien menganut nilai dan pola keyakinan agama Islam,
menurut keluarga didalam tindakan yang dilakukan di rumah sakit yang
bersifat medis tidak ada yang bertentangan dengan keyakinan keluarga dan
pasien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.3 SOSIAL - SPIRITUAL
3.3.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan keluarga, orang lain
dan pertugas kesehatan, pasien kooperatif.
3.3.2 Bahasa sehari-hari
Di kehidupannya sehari-hari pasien menggunakan bahasa
Banjar/Indonesia, pasien berbicara normal.
3.3.3 Hubungan dengan keluarga :
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan harmonis
3.3.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Pasien dapat menjalin hubungan baik dengan sesama pasien diruangan
dan orang lain, pasien kooperatif.
3.3.5 Orang berarti/terdekat :
Pasien mengatakan orang yang berarti/terdekat dalam kehidupanya
adalah keluarganya.
3.3.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Ketika pasien sehat pasien menggunakan waktu luang untuk beristrahat
dan berkumpul bersama keluarga dan kerabatnya, ketika dirumah sakit
pasien menggunakan waktu luang untuk beristirahat.
36
(Armia Silviani)
2018.C.10a.0926
ANALISIS DATA
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal : 05 Desember 2020
Nama : Tn A
No DiagnosaKeperawatan TujuandanKriteriaHasil RencanaKeperawatan/Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1 Identifikasi lokasi, karakteristik, 1 Membantu dalam
keperawatan selama 1x7 jam mengindentifikasi derajat
dengan agen pencedera fisik durasi, frekuensi nyeri
diharapakan nyeri hilang ketidaknyamanan dan
(trauma) ditandai dengan dengan kriteria hasil: 2 Identifikasi lokasi nyeri kebutuhan untuk
1) Keluhan nyeri menurun (5) keefektifan analgesic
adanya memar belakang leher, 3 Identifikasi respons non verbal
2) Ekspresi meringis 2 Untuk mengetahui lokasi
tampak luka lecet, pasien menurun (5) 4 Berikan teknik non farmakologis nyeri.
3) Gelisah menurun (5) 3 Untuk mengetahui ekspresi
tampak meringis, pasien untuk mengurangi nyeri.
4) Pola nafas membaik (5) wajah klien
tampak gelisah, Frekuensi nadi 5) Tekanan darah membaik 5 Kontrol lingkungan yang 4 Untuk mengurangi rasa
(5) nyeri
meningkat, TTV TD: 120/80 memperberat nyeri.
5 Untuk mengurangi nyeri
mmhg, N: 103x/menit, S: 6 Fasilitasi istirahat dan tidur 6 Untuk mengurangi pasien
memikirkan rasa nyeri
37,9ºC, RR: 20x/menit. 7 Jelaskan strategi meredakan nyeri
7 Untuk mengurangi rasa
8 Kolaborasi dalam pemberian nyeri
8 Analgetik merupakan obat
analgetik
yang digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri.
43
44
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau Untuk mengetahui adanya nyeri
selama 3x7 jam diharapkan mobilitas keluhan fisik lainnya saat melakukan pergerakan
berhubungan dengan
fisik klien membaik dengan 2. Identifikasi toleransi fisik Untuk mengetahui kemampuan
gangguan muskuluskeletal Kriteria Hasil : melakukan pergerakan pasien dalam melakukan
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan mobilisasi
ditandai dengan kekuatan
(5) tekanan darah sebelum memulai Untuk mengathui adanya
otot menurun, rentang 2. Kekuatan otot meningkat (5) mobilisasi perubahan keadaan umum pasien
3. Rentang gerak ROM meningkat (5) 4. Monitor kondisi umum selama Untuk mengetahui jika ada
gerak menurun. Aktivitas
melakukan mobilisasi perubahan pada keadaan umum
terbatas, pasien tampak 5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi pasien
dengan alat bantu Mengurangi resiko cedera
lemah, TTV TD: 120/80
6. Fasilitasi melakukan pergerakan, Mengurangi resiko cedera
mmhg, N: 103x/menit, S: jika perlu Memberikan edukasi kepada
7. Jelaskan dan tujuan prosedur klien
37,9ºC, RR: 20x/menit.
mobilisasi Membiasakan klien dalam
8. Ajarkan mobilisasi sederhana melakukan aktivitas
yang harus dilakukan
45
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 6. Untuk mengetahui pola tidur
klien
berhubungan dengan selama 1 x 7 jam diharapkan pola tidur 2. Identifikasi factor penganggu pola
7. Untuk mengetahu factor penyulit
kondisi klinis terkait yang pasien membaik dengan kriteria hasil: tidur pola tidur klien
8. Untuk mengetahui factor
ditandai dengan pasien 1. Keluhan sulit tidur menurun (1) 3. Identifikasi makanan/minuman
penyulit tidur klien
tampak lesu, pasien 2. Keluhan pola tidur berubah, menurun yang menganggu tidur 9. Memberikan kenyamanan
10. Agar pasien nyaman tidur
tampak lemah,pasien (1) 4. Modifikasi lingkungan
malam hari
tampak menguap, 3. Keluhan istirahat tidak cukup, 5. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 11. Mengurangi resiko sakit yang
bisa menyebabkan gangguan
konjungtiva anemis. menurun (1) 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat
pola tidur klien
dan/atau tindakan menunjang siklus 12. Memberikan kenyaman
13. Untuk membantu proses
tidur
penyembuhan klien
7. Berikan posisi nyaman
8. Jelaskan pentingnya tidur yang
cukup saat sakit
46
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui tingkat
tentang Open Fraktur kemampuan menerima informasi pengetahuan pasien
selama 1 x 7 jam diharapkan pengetahuan
Humerus berhubungan 2. Identifikasi factor-faktor yang 2. Untuk menambah pengetahuan
pasien dan keluarga bertambah dengan pasien
dengan kurang terpaparnya dapat meningkatkan dan
3. Mengatahui tingkat pemahaman
informasi yang ditandai kriteria hasil : menurunkan motivasi perilaku pasien tentang penjelasan
dengan Pasien tampak 1. Verbalisasi dalam minat belajar hidup bersih dan sehat kondisi penyakit
cemas, Pasien tampak meningkat (5) 3. Sediakan materi dan media 4. Memberikan pasien kesiapan
meringis, Pasien tampak 2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan pendidikan kesehatan untuk menerima informasi
bingung ketika ditanya meningkat (5) 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 5. Mengetahui tingkat pengetahuan
tentang kondisi 3. Kemampuan menggambarkan sesuai kesepakatan pasien
pengalaman sebelumnya sesuai 6. Agar pasien memahami hal-hal
penyakitnya, klien tampak 5. Berikan kesempatan untuk
dengan topic meningkat (5) yang mempengaruhi kesehatan
sering bertanya, Pasien 4. Kemampuan menjelaskan bertanya 7. Memberikan pengetahuan dalam
lulusan SMP. pengetahuan tentang suatu topic 6. Jelaskan factor resiko yang dapat menajaga perilaku hidup bersih
meningkat(5) mempengaruhi kesehatan dan sehat
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
47
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
P: Hentikan intervensi
51
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2014). Sedangkan menurut
Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Documentation menyebutkan
bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan
ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and Sorensen’s Medical Surgical
Nursing Suatu keadaan diskontinuitas jaringan struktural pada tulang (Price
2010). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan (Purnawan
junadi 2012). Open fraktur humerus adalah terjadinya patah tulang diakibatkan
ruda paksa ataupun trauma langsung yang menyebabkan terputusnya kontinuitas
jaringan sekitar daerah lengan tangan.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Asuhan keperawatan ini dapat berguna untuk referensi-referensi dalam
pengelolaan asuhan keperawatan, dan memberikan referensi untuk memberikan
intervensi sesuai kebutuhan dasar pada pasien tersebut.
4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Saran bagi institusi pendidikan agar laporan pendahuluan studi kasus ini
dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan atau referensi untuk mahasiswa
dalam membuat asuhan keperawatan terkait pasien dengan diagnose Open fraktur
humerus sinistra pada masa mendatang.
4.2.3 Bagi tempat praktik
Asuhan keperawatan ini dapat berguna untuk menjadi referensi dan
tambahan supaya mengelola pasien dengan kebutuhan dasar yang menjadi dasar
pemenuhan dan hak pasien untuk mendapatkan perawatan yang maksimal.
35
52
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI
Tanda Tangan
No Hari/Tgl/Waktu Catatan Pembimbing
Mhs Pembimbing
1.
54
RSSA
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
Evaluasi Hasil
Keluarga Pasien UGD RSSA Malang mengetahui tentang Patah
Tulang
IX. PENGORGANISASIAN
Pembicara : Armia Silviani
MATERI PENYULUHAN
57
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah
dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi
E. Penatalaksaan Fraktur
1. Penatalaksanaan secara Umum
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan
(breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila
sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden
period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap.
Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat
pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
2. Penatalaksanaan Kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak
menyadari adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah,
maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk meng-imobilisasi bagian
tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.
Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan
sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan
59
DAFTAR PUSTAKA
61