Disusun Oleh:
Nim : 2018.C.10a.0945
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi Ners
iii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat : Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Diagnosa Moima Geburt Dengan Tindakan
Ekstorpasi Dan Kuretase Di Ruang Perioperatif Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK4). Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Merry Triana, S.Kep., Ners., Ners Selaku pembimbing lahan yang telah
banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan
pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
4. Ibu Rimba Aprianti S.Kep., Ners. selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 7
1.2 Rumusan masalah........................................................................................... 8
1.3 Tujuan penulisan............................................................................................ 8
1.4 Manfaat penulisan.......................................................................................... 9
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Keperawatan................................................................................ 63
4.2 Diagnosa keperawatan.................................................................................... 63
4.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................. 64
v
4.4 Implementasi keperawatan............................................................................. 64
4.5 Evaluasi keperawatan..................................................................................... 64
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 66
5.2 Saran.............................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
SAP
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
7
8
10
11
2. Genetalia interna
1) Lapisan epitel berlapis; pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi
cairan akan merembes melalui epitel untuk memberikan kelembapan;
2) Jaringan konektil farioler yang di pasok pembuluh darah.
3 ) Jaringan otot polos berserabut longitudinal dan serkuler.
4) lapisan luar jaringan ikat fibrisa berwarna putih yang bercampur
dengan facia pelvis.
2) Uterus
Uterus merupakan organ muskular yang berongga, berdinding tebal, berotot,
berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan
kandung kemih di depan, ototnya di sebut miometrium. Uterus terapung di
dalam pelvis dengan jaringan ikat ligamen. Panjang uterus kurang lebih 7,5
cm dan lebar 5 cm tebal atau kedalaman 2,5 cm dan berat 50 gr. Pada rahim
wanita yang belum pernah menikah (bersalin), uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri tekan, licin dan teraba padat. Ligamen dan otot dasar pelvis
menopang uterus, termasuk badan perinium, secara keseluruhan ada 10 ligamen
yang menstabilisasi uterus kedalam rongga pelvis diantaranya :
1) Ligamentum kardinale kiri dan kanan, berfungsi mencegah supaya uterus
tidak turun;
2) Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan; berfungsi menahan uterus
supaya tidak banyak bergerak;
3) Ligamentum ratudum kiri dan kanan; berfungsi menahan uterus tetap dalam
keadaan antefleksi;
4) Ligamentum latum kiri dan kanan, ligamentum yang meliputi tuba;
5) Ligamentum infundibulo pelvikum,ligamentum yang berfungsi menahan
tuba fallopi.Uterus terdiri dari :
a) Fundus uteri (dasar rahim) merupakan bagian uterus yang terletak di
antara kedua pangkal saluran telur;
b) Korpus uteri merupakan bagian uterus yang terbesar pada kehamilan,
bagian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang
terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim;
15
2.1.3 Etiologi
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan hanya
manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
Walaupun mioma uteri terjadi banyak tanpa penyebab, namun dari hasil
penelitian Miller dan Lipschultz yang megutarakan bahwa terjadi mioma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya
dapat dirangsang, terus menerus oleh estrogen. Teori Mayer dan Snoo, rangsangan
“Cell Nest” oleh estrogen, faktor :
a. Tak pernah dijumpai sebelum menstruasi
b. Atropi setelah menopause
c. Cepat membesar saat hamil
d. Sebagian besar masa reproduktif.
Penyebab dari mioma pada rahim masih belum diketahui. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa masing-masing mioma muncul dari 1 sel neoplasma soliter (satu
sel ganas) yang berada diantara otot polos miometrium (otot polos di dalam rahim).
Selain itu didapatkan juga adanya faktor keturunan sebagai penyebab mioma uteri.
Pertumbuhan dari leiomioma berkaitan dengan adanya hormon estrogen. Tumor ini
menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika pengeluaran
estrogen maksimal. Mioma uteri memiliki kecenderungan untuk membesar ketika
hamil dan mengecil ketika menopause berkaitan dengan produksi dari hormon
estrogen. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka
pertumbuhan mioma ke arah keganasan harus dipikirkan. Pertumbuhan mioma tidak
membesar dengan pemakaian pil kontrasepsi kombinasi karena preparat progestin
pada pil kombinasi memiliki efek anti estrogen pada pertumbuhannya. Perubahan
yang harus diawasi pada leiomioma adalah perubahan ke arah keganasan yang
berkisar sebesar 0,04% (Yonika, 2012).
18
2.1.4 Klasifikasi
2.1.5 Patofisiologi
Mioma Geburt mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak menyusun
semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus
mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu
mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat menonjol
kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih keatas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
19
B1 B2 B3 B4 B5
Perbesaran organ lain Perdarahan Perbesaran uterus Penekana uterus Penekana Organ
sekitar
Kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas
21
2.1.7 Komplikasi
Menurut Prawirohardjo, 2011). Komplikasi mioma uteri terbagi menjadi 3 yaitu
:
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan
hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50- 75% dari semua
sarkoma uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi atau
terputarnya tumor Hal itu dapat menyebabkan gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis.
4. Pielogram intravena
a. Pap smear serviks Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia
serviks sebelum histerektomi.
b. Histerosal pingogram Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi
dikemudian hari untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan
kelangsungan tuba falopi (Nurarif & Kusuma, 2013).
Menurut (Setyorini, 2014) deteksi mioma uteri dapat dilakukan dengan cara:
1) Pemeriksaan darah lengkap : Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun atau
meningkat, Eritrosit turun.
2) USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3) Vaginal toucher (VT) : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4) Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.
5) Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi
6) ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi
tindakan operasi.
Menurut (Setyorini, 2014) pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi :
a) Pemeriksan abdomen : teraba massa didaerah pubis atau abdomen bagian
bawah dengan konsistensi kenyal, bulat, berbatas tegas, sering berbenjol atau
bertangkai, mudah digerakan, tidak nyeri.
b) Pemeriksaan bimanual : didapatkan tumor tersebut menyatu atau
berhubungan dengan uterus, ikut bergerak pada pergerakan serviks
2.1.9 Penatalaksanaan medis
1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra
dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah
sebagai berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
24
2.2.2 Kuretase
3. Indikasi Kuretase
indikasi kuretase dibagi menjadi dua yaitu :
1) Diagnostik : Jaringan endometrium untuk diagnosis histologi
2) Terapeutik : Pengangkatan jaringan plasenta setelah abortus atau melahirkan,
mengangkat polip atau endometrium hiperplastik.
4. Prosedur Kuretase
Persiapan pasien sebelum kuretase adalah:
a. Puasa Saat akan menjalani kuretase, biasanya ibu harus mempersiapkan
dirinya. Misal, berpuasa 4-6 jam sebelumnya. Tujuannya supaya perut
dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan maksimal.
b. Persiapan psikologis Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam
menjalani kuret. Ada yang bilang kuret sangat menyakitkan sehingga ia
kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang merasakan biasa
saja, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat
individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini.
Bila ibu sudah ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka
munculnya rasa sakit sangat mungkin terjadi karena rasa takut akan
menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa, maka obat
13 bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa
takutnya udah bekerja lebih dahulu
28
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pembesaran organ lain (D.0005
Hal 26)
2. Perpusi perier tidak efektif berhubungan dengan perdarahan (D.0009 Hal 37)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agenpencedera fisik (perbesaran uterus)
(D.0077 Hal 172)
4. Gangguan Eliminasi urine berhubungan dengan penekanan uterus (D.0040
Hal 96)
5. Konstipasi berhubungan dengan penekana pada kolon (D.0049 Hal 113)
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan disregulasi struktur evsikuler
dalam uterus (D.0056 Hal 128)
31
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
33
3. Nyeri akut berhubungan Tingkat nyeri SLKI (L.08066 hal. 145) Manajemen nyeri SIKI (I.08238 hal. 201)
dengan agenpencedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi:
(perbesaran uterus) (D.0077 selama 1x7 jam diharapkan nyeri berkurang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitasi nyeri
hal. 172) dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun skor 5 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun skor 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
3. Gelisah menurun skor 5 memperingan nyeri
4. Frekuensi nadi membaik skor 5 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
5. Pola napas membaik skor 5 tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi, pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
35
6. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas SLKI (L.05047 hal. Dukungan ambulasi SIKI (I.06171 hal. 22)
berhubungan dengan 149) Observasi
disregulasi struktur evsikuler Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
selama 1x7 jam klien menunjukan toleransi fisik lainnya
dalam uterus (D.0056 hal.
aktivitas dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
128) ambulasi
1. Frekuensi nadi meningkat skor 5
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
2. Keluhan lelah menurun skor 5
darah sebelum memulai ambulasi
3. Dyspnea saat aktivitas menurun skor 5
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
4. Dyspnea setelah aktivitas menurun skor 5
ambulasi
5. Perasaan lemah menurun skor 5
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
bantu (mis. tongkat, kruk)
2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2. Anjurkan melakukan ambualasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur
ke kamar mandi, berjalan seusai toleransi
39
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakn evaluasi pada pasien
setelah dilakukan tindakan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Purnadi Nakalelu
NIM : 2018.C.10a.0945
Ruang Praktek : IBS (Inhalasi Bedah Sentral)
Tanggal Praktek : 07 November 2021
Tanggal & Jam Pengkajian : 07 November 2021 & 15.28 WIB
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Yosudaros XXI
Tgl MRS : 07 November 2021
Diagnosa Medis : Mioma Geburt
40
41
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan :
42
d. Post operatif
Setelah tindakan ekstirpasi + kuretase selesai dari ruang IBS, klien dibawa
ke ruang recovery room, untuk diobservasi lebih lanjut. Setelah klien
kembali dalam keadaan normal kembali, klien di jemput oleh perawat
dari ruangan dan klien diserah terimakan ke ruangan lain.
Purnadi Nakalelu
46
ANALISIS DATA
DO :
• Klien tampak
meringis
• Klien tampak
memegang bagian
perutnya bawahnya
• TTV
• TD : 110/80 mmHg,
• N : 92 x/menit,
• S: 370C,
• RR : 20 x/menit
47
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Pre Operasi Mioma submukosa Ansietas
DS : Klien mengatakan
Gugup dan cemas karena berada dibawah endometrium
baru pertama kali operasi & menonjol kedalam rongga
uterus
DO :
• Klien tampak perbesaran uterus
gugup
• Klien tampak
cemas Kurang pengetahuan
• Klien tampak
gelisah
Pre operasi
• Skala Ansietas 2
(sedang)
• TTV Ansietas
• TD : 110/80 mmHg,
• N : 92 x/menit,
• S: 370C,
• RR : 20 x/menit
48
ANALISIS DATA
ANALISIS DATA
DO : Nyeri akut
• Klien tampak
meringis
• Klien tampak
memegangi area
post operasi
• TTV
• TD : 110/80 mmHg,
• N : 92 x/menit,
• S: 370C,
• RR : 20 x/menit
50
PRIORITAS MASALAH
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis ditandai Klien
tampak meringis , Klien tampak memegang bagian perutnya bawahnya ,
TTV :TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20 x/menit
2. Ansietas berhubungan dengan pre operasi ditandai dengan Klien tampak
gugup, Klien tampak cemas, Klien tampak gelisah, Skala Ansietas 2
(sedang), TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20 x/menit
Intra Operasi
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan Tindakan ekstirpasi +kuretase
ditandai dengan , Klien diberikan anastesi regional, HB klien 10,1 ,
Tindakan pembedahan lebih dari 2 jam, CRT < 2 detik ,Perdarahan ± 70
cc,Golongan darah B ,Persediaan transfuse 1 WB, Klien terpasang infus
Nacl 0,9 % 20 tpm, TTV TD : 110/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20
x/menit
Post operasi
4. Nyeri akut berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan Klien
tampak meringis,Klien tampak memegani area post operasi klien,TTV
:TD : 130/80 mmHg, N : 92 x/menit, S: 370C, RR : 20 x/menit
51
RENCANA KEPERAWATAN
bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan mengguanakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
53
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara landasan
teori dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. T dengan Mioma
Geburtd dengan tindakan Ekstorpasi dan kuretase di ruang IBS pada tanggal 08
November 2021 sampai 10 November 2021
4.1 Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data merupakan langkah awal dalam berpikir
kritis dan pengambilan keputusan sehingga dapat mengangkat suatu diagnosis
keperawatan. Data yang dikumpulan melalui wawancara dari riwayat kesehatan,
pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik serta catatan medis
lainnya. Dalam suatu pengkajian dikuatkan dengan menggunakan definisi dan
batasan karakteristik diagnosis keperawatan dan memvalidasi diagnosis
(Wilkinson, 2016).
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkatan yang
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dalam praktik. Kondisi ini dapat
berupa masalah-masalah aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera
(Wilkinson, 2016). Label diagnosa keperawatan memberikan format untuk
mengekspresikan bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan (Doenges,
2014).
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan maka penulis menyusun
diagnosa keperawatan pada Ny. T dengan Mioma Geburtd dengan tindakan
Ekstorpasi dan kuretase dari data-data yang telah didapatkan. Terdapat 4 diagnosa
yang ada dalam teori diangkat pada kasus diantaranya seperti:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen
2. Ansietas berhubungan dengan Pre operasi
3. Risiko Pendarahan behubungan tindakan ekstripasi+ kuretase
4. Nyeri Akut berhubungan dengan Luka operasi
63
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. T dengan Mioma Geburtd
dengan tindakan Ekstorpasi dan kuretase selama tiga hari, mulai tanggal 08
November 2021 sampai dengan tanggal 10 November di ruang IBS didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny,T yang meliputi pengkajian dan
menganalisa data, menentukan diagnosa keperawatan, menentukan dan
membuat intervensi keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan
melakukan evaluasi hasil dari implementasi keperawatan yang telah dilakukan.
5.1.2 Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah sikap koperatif dari klien dan
keluarganya yang ikut berperan dalam pemberian asuhan keperawatan dan
pelaksanaan implementasi keperawatan pada Ny.T serta tidak ditemukannya
faktor penghambat.
5.1.3 Pemecahan masalah pada klien Ny. T dengan Mioma Geburtd dengan tindakan
Ekstorpasi dan kuretase dilakukan dengan melakukan implementasi sesuai
dengan intervensi yang dibuat berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, dan
untuk mencapai tujuan dari intervensi tersebut. Intervensi terdiri dari
diagnostik, teraupetik, edukatif dan kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya.
5.2 Saran
Dari hasil pemaparan data-data di atas, maka saran yang dapat dikemukakan
adalah sebagai berikut:
5.2.1 Bagi klien dan keluarga
Diharapkan klien dan keluarga dapat mengerti dan memahami tanda dan gejala
adanya Mioma Geburt, dapat memahami dengan benar cara pengobatan Mioma
Geburt, dan dapat mengikuti setiap kegiatan yang diberikan atau diajarkan oleh
perawat maupun tim medis lainnya.
64
65
DAFTAR PUSTAKA
Di susun oleh:
A. Materi
Berikut adalah paparan materi yang akan disampaikan yaitu :
1. Menjelaskan pengertian nyeri.
2. Menyebutkan penyebab timbulnya nyeri.
3. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
4. Menyebutkan cara mengkaji persepsi nyeri.
5. Menyebutkan cara-cara untuk mengatasi nyeri pada luka post operasi
B. Metode
Berikut adalah metode yang akan kami gunakan dalam penyampaian materi
yaitu:
1. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan cara
mengajukan pertanyaan. Dalam metode tanya jawab terdapat
kelemahan dan kelebihan, sehingga seorang guru benar-benar harus
memperhatkan kesesuaian materi pelajaran dengan metode yang akan
digunakan.
C. Media
Berikut media yang digunakan untuk penyampaian materi yaitu:
1. Leaflet
D. Struktur Organisasi
Berikut struktur organisasi untuk penyampaian materi yaitu :
1. Penyaji : Purnadi Nakaleu
Penyaji adalah menyaji hasil diskusi.
Tugas seorang penyaji adalah menyajikan hasil diskusi dari peserta
dan memberiktahukan kepada moderator agar moderator dapat
memberi arahan selanjutnya kepada peserta-peserta diskusi
2. Moderator : Purnadi Nakalelu
Moderator adalah pengatur dan pengarah jalannya diskusi dengan
peserta lainnya.
Tugas seorang moderator adalah untuk mengatur dan memberi arahan
kepada peserta lainnya. Moderator juga bias disebut sebagai
pemimpin.
3. Notulen : Purnadi nakalelu
Penulis adalah orang yang mencatat data diskusi.
Tugas seorang penulis adalah mencatat semua data yang telah
disampaiakan oleh moderatot, penyaji, atau peserta.
4. Fasilitator : Purnadi Nakalelu
Peserta diskusi adalah pembantu penyaji menjawab dan juga bertanya.
Tugas peserta diskusi adalah membantu penyaji menjawab, bertanya,
dan juga memberi saran atau kritik kepada moderator atau juga peserta
lainnya
E. Denah Tempat
Edv
Keterangan :
Penyaji
Moderator
Notulen
Fasilitator
Peserta
F. Pelaksanaan Kegiatan
No Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan paserta Waktu
kegiatan
1 Orientasi • Mengucapkan salam • Menjawab 5
• Memperkenalkan diri salam Menit
• Menjelaskan tujuan • Mendengarkan
kegiatan yang akan • Memperhatikan
dilakukan.
2 Isi ▪ Menjelaskan Pengertian • Mendengarkan 10
demam typhoid • Memerhatikan menit
• Menjelaskan Penyebab
demam typhoid
• Menjelaskan Tanda dan
gejala demam typhoid
• Menjelaskan Pencegahan
demam typhoid
• Menjelaskan Manajemen
nutrisi pada pasien demam
typhoid
3.7 Evaluasi
Berikut evalusi dari penyampaian materi yaitu:
1. Kesiapan materi
2. Kesiapan SAP
3. Kesiapan media: Leaflet
4. Peserta ditempat penyuluhan
5. Penyelenggara dilaksanakan di ruang bougenville
6. Pengorganisasian penyelenggara penyuluhan dilakukan sebelumnya.
MATERI PENYULUHAN
I. Pengertian Nyeri
b) Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern
yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini
berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitakan dengan
penyebab atau cidera fisik. Nyeri kronis dapat tidak
memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering
sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan
pada penyebabnya. Nyeri kronik ini juga sering di
definisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam
bulan atau lebih, meskipun enam bulan 18 merupakan
suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan
nyeri akut dan nyeri kronis (Potter & Perry, 2010).
Perry, 2013).
V. Dampak Nyeri
Menurut Tanjung (2016) Nyeri akut baik yang ringan
sampai yang berat akan memberikan efek pada tubuh
seperti :
a. Sistem respirasi
Karena pengaruh dari peningkatan laju metabolisme,
pengaruh reflek segmental,dan hormon seperti bradikinin
dan prostaglandin menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen tubuh dan produksi karbondioksida mengharuskan
terjadinya peningkatan ventilasi permenit sehingga
meningkatkan kerja pernafasan. Hal ini menyebabkan
peningkatan kerja sistem pernafasan, khususnya pada pasien
dengan penyakit paru. Penurunan gerakan dinding thoraks
menurunkan volume tidal dan kapasitas residu fungsional.
Hal ini mengarah pada terjadinya atelektasis,
intrapulmonary shunting, hipoksemia, dan terkadang dapat
terjadi hipoventilasi.
b. Sistem kardiovaskuler
Pembuluh darah akan mengalami vasokonstriksi. Terjadi
gangguan perfusi, hipoksia jaringan akibat dari efek nyeri
akut terhadap kardiovaskuler berupa peningkatan produksi
katekolamin, angiotensin II, dan anti deuretik hormon
(ADH) sehingga mempengaruhi hemodinamik tubuh seperti
hipertensi, takikardi dan peningkatan resistensi pembuluh
darah secara sistemik. Pada orang normal cardiac output
akan meningkat tetapi pada pasien dengan kelainan fungsi
jantung akan mengalami penurunan cardiac output dan hal
ini akan lebih memperburuk keadaanya. Karena nyeri
menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen myocard,
sehingga nyeri dapat menyebabkan terjadinya iskemia
myocardial.
c. Sistem gastrointestinal
Perangsangan saraf simpatis meningkatkan tahanan
sfinkter dan menurunkan motilitas saluran cerna yang
menyebabkan ileus. Hipersekresi asam lambung akan
menyebabkan ulkus dan bersamaan dengan penurunan
motilitas usus, potensial menyebabkan pasien mengalami
pneumonia aspirasi. Mual, muntah, dan konstipasi sering
terjadi. Distensi abdomen memperberat hilangnya volume
paru dan pulmonary dysfunction.
d. Sistem urogenital
Perangsangan saraf simpatis meningkatkan tahanan sfinkter saluran kemih
dan menurunkan motilitas saluran cerna yang menyebabkan retensi urin.
b. Non Farmakologi
Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni (2013),
merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara mandiri
tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam pelaksanaanya perawat
dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri. Banyak pasien dan anggota
tim kesehatan cenderung untuk memandang obat sebagai satu-satunya metode
untuk menghilangkan nyeri. Namun banyak aktifitas keperawatan
nonfarmakologi yang dapat membantu menghilangkan nyeri, metode pereda
nyeri nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat rendah. Meskipun tidakan
tersebut bukan merupakan pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2015).
a) Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada
nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan
mekanisme terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Distraksi diduga dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden,
yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak
(Smeltzer and Bare, 2015).
Beberapa sumber-sumber penelitian terkait tentang teknik distraksi yang
ditemukan peneliti sejauh ini efektif diterapkan pada pasien anak-anak terutama
usia prasekolah sebagaimana dalam penelitian Pangabean pada tahun (2014),
menurut Pangabean salah satu teknik distraksi adalah dengan bercerita dimana
teknik distraksi bercerita merupakan salah satu strategi non farmakologi yang
dapat menurunkan nyeri. Hal ini terbukti pada penelitiannya dimana teknik
distraksi dengan bercerita efektif dalam menurunkan nyeri anak usia prasekolah
pada pemasangan infus yakni dari nyeri skala 3 ke nyeri skala 2. Kemudian
Sartika, Yanti, Winda (2015), menambahkan salah satu teknik distraksi yang
dapat dilakukan dalam penatalaksanaan nyeri lainnya adalah dengan menonton
film cartun animasi, dimana ini terbukti dalam penelitiannya bahwa dengan
diberikan distraksi berupa menonton film cartun animasi efektif dalam
menurunkan nyeri anak usia prasekolah saat pemasangan infus. Contoh dari
distraksi adalah menonton tv, mendengarkan musik, membaca
buku,membayangkan hal-hal indah dan aromaterapi.
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya
yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk
kesehatan fisik dan mental. Perawat dapat menggunakan musik dengan kreatif
di berbagai situasi klinik, pasien umumnya lebih menyukai melakukan suatu
kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan musik.
Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati individu, merupakan pilihan
yang paling baik (Elsevier dalam Karendehi, 2015). Musik menghasilkan
perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesunyian, ruang dan waktu. Musik
harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan efek terapiutik.
Dalam keadaan perawatan akut, mendengarkan musik dapat memberikan hasil
yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri (Potter & Perry, 2010).
Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan
yang digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan. Mekanisme kerja
perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem
fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat
mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi seseorang. Beberapa jenis
aromaterapi yang digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri adalah
aromaterapi lemon dan aromaterpi lavender.
b) Relaksasi napas dalam
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik relaksasi
dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan meminimalkan
aktivitas simpatik dalam system saraf otonom.
Dalam Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara
maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan, selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi bernafas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Teknik
relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan
aktivitas simpatik dalam system saraf otonom. Pasien dapat memejamkan
matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat
dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap
inhalasi dan ekhalasi (Smeltzer & Bare, 2015).
Menurut Smeltzer & Bare, (2015) tahapan relaksasi nafas dalam adalah
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
5. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan
melalui mulut secara perlahan- lahan
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali