Anda di halaman 1dari 124

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.

T
DENGAN PENERAPAN INFUSED WATERMENTIMUN UNTUK
PENDERITA HIPERTENSI DI WISMA MERAK PANTI TRESNA
WERDHA BUDI MULIA 1 CIRACAS
JAKARTA TIMUR TAHUN 2022

TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH :

SHANIA PUTRI GERILDA

21.156.03.11.102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

TAHUN 2022

1
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.T
DENGAN PENERAPAN INFUSED WATERMENTIMUN UNTUK
PENDERITA HIPERTENSI DI WISMAMERAK PANTI TRESNA
WERDHA BUDI MULIA 1 CIRACAS

TAHUN 2022

TUGAS AKHIR

DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH


GELAR PROFESI NERS (NERS)
PADA PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES MEDISTRA INDONESIA

DISUSUN OLEH :
SHANIA PUTRI GERILDA
21.156.03.11.107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

TAHUN 2022

2
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Shania Putri Gerilda

NPM : 211560311107

Program Studi : Profesi Ners


Dengan ini menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul Analisis Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.T Dengan Penerapan Infused Watermentimun
Untuk Penderita Hipertensi Di Wisma Merak Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1
Ciracas Jakarta Timur Tahun 2022 adalah benar merupakan hasil karya sendiri
dan bukan merupakan jiplakan maupun mengcopy sebagian dari hasil karya orang
lain.

Apabila dikemudian hari ternyata diketemukan ketidaksesuaian dengan


pernyataan ini, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan dan menerima
sanksi, sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat oleh STIKes Medistra
Indonesia.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Yang Menyatakan,

Shania Putri Gerilda

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.T


DENGAN PENERAPAN INFUSED WATERMENTIMUN UNTUK
PENDERITA HIPERTENSI DI WISMA MERAK PANTI TRESNA
WERDHA BUDI MULIA 1 CIRACAS
JAKARTA TIMUR TAHUN 2022

TUGAS AKHIR

DISUSUN OLEH :
Shania Putri Gerilda, S.Kep
21.156.03.11.107

Tugas akhir ini disetujui pada tanggal :


Penguji I Penguji II

Kiki Deniati,S.Kep., Ns. ArabtaM.Peraten.Pelawi,S.Kep,Ners.,M


M.Kep .Kep
NIDN. 0316028302 NIDN. 0301096505

Mengetahui

Kepala Program Studi Ilmu


Keperawatan (S1) dan Pendidikan Profesi Ners

Kiki Deniati, S.Kep., Ns., M.Kep

ii
NIDN. 0316028302

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR


Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Shania Putri Gerilda

NPM : 211560311107

Program Studi : Profesi Ners

Judul Tugas Akhir : Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Tn.T


Dengan Penerapan Infused Watermentimun Untuk
Penderita Hipertensi Di Wisma Merak Panti Tresna Werdha
Budi Mulia 1 Ciracas Jakarta Timur Tahun 2022

Telah diperiksa, dikaji dan diujikan dalam seminar hasil pada tanggal 13 Juni
2022

Bekasi, 13 Juni 2022


Penguji I Penguji II

Kiki Deniati, S.Kep., Ns. ArabtaM.Peraten.Pelawi,S.Kep,Ners.,M


M.Kep .Kep
NIDN. 0316028302 NIDN. 0301096505

WK I Bidang Akademik Penguji II

Puri Kresna Wati, Kiki Deniati, S.Kep.,Ns. M. Kep


SST,.MKM NIDN. 0316028302
NIDN. 0315078302

Disahkan,
Ketua STIKes Medistra Indonesia

iii
Dr. Lenny Irmawaty Sirait, SST., M.Kes
NIDN. 0319017902
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan ridho-
Nya peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Tn.T Dengan Penerapan Infused Watermentimun
Untuk Penderita Hipertensi Di Wisma Merak Panti Tresna Werdha Budi Mulia 1
Ciracas Jakarta Timur Tahun 2022” sesuai dengan harapan. Shalawat serta salam
tidak lupa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga beserta sahabat- Nya.

Penulisan Tugas Akhir merupakan bagian dari syarat memperoleh gelar

profesi keperawatan (Ners) pada Program Studi Profesi Ners STIKes Medistra

Indonesia. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Selesainya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati dan penuh

rasa hormat mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuan moril maupun materil secara langsung maupun

tidak langsung kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini hingga selesai,

terutama kepada yang saya hormati :

1. Bapak Usman Ompusunggu, SE., selaku Pembina Yayasan Medistra


Indonesia

2. Bapak Saver Mangandar Ompusunggu,SE.,selaku Ketua Yayasan Medistra

iv
Indonesia

3. Dr. Lenny Irmawaty S, SST., M.Kes selaku Ketua STIKes Medistra

Indonesia.

4. Puri Kresna Wati, SST.MKM selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik

STIKes Medistra Indonesia

5. Nurmah, SST., M.Kes selaku Wakil Ketua II Bidang Akademik STIKes

Medistra Indonesia

6. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil Ketua II Bidang Administrasi dan

Umum STIKes Medistra Indonesia.

7. Hainun Nisa,SST., M.Keb selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan

dan Alumni STIKes Medistra Indonesia.

8. Kiki Deniati, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Kepala Program Studi

Keperawatan (S1 & Ners) STIKes Medistra Indonesia sekaligus sebagai

dosen pembinging Tugas Akhir Stase Keperawatan Gerontik yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan,

masukan dan arahan selama penyusunan tugas akhir

9. Arabta M.Peraten Pelawi, S.Kep.Ns.M.Kep selaku dosen penguji yang telah

banyak memberikan petunjuk dan arahan dalam pada tugas akhir ini.

10. Lisna Agustina, S.Kep., Ners., M.Kep selaku dosen koordnator mata kuliah

stase keperawatan gerontik

11. Khusus untuk kedua orang tua dan adik penulis tercinta, telah memberikan

dukungan baik moral maupun material terutama do’a yang tiada hentinya

v
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik.

12. Rekan-rekan seperjuangan kelas profesi Ners Angkatan IX STIKes Medistra

Indonesia yang telah banyak memberikan kenangan, pengalaman dan

dukungan yang luar biasa serta motivasi untuk menyelesaikan studi hingga

Profesi berakhir.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jaug dari kata sempurna, oleh

sebab itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan laporan asuhan keperawatan ini. Semoga

laporan asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi semua dan menjadi bahan

masukan bagi dunia kesehatan.

Bekasi, Juni 2022

Penyusun

Shania Putri Gerilda, S.Kep

21.256.03.11.107

vi
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................................................. 3
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................................. 4
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR.......................................................................................5
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 6
BAB I...................................................................................................................................... 10
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 10
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................10
B. TUJUAN PENELITIAN....................................................................................................................15
1. Tujuan Umum.................................................................................................................15
2. Tujuan Khusus.................................................................................................................15
C. MANFAAT PENELITIAN.................................................................................................................16
1. Bagi lansia......................................................................................................................16
2. Bagi Institusi Pendidikan................................................................................................16
BAB II..................................................................................................................................... 17
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................... 17
A. KONSEP DASAR LANSIA...............................................................................................................17
1. Definisi............................................................................................................................17
2. Batasan Lanjut Usia........................................................................................................18
3. Masalah yang Sering Dihadapi Oleh Lansia...................................................................18
4. Tipe Lansia......................................................................................................................19
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua........................................................19
6. Teori-teori proses menua................................................................................................21
7. Perubahan Akibat Proses Menua...................................................................................24
B. KONSEP MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI.....................................................................................27
1. Definisi............................................................................................................................27
2. Etiologi............................................................................................................................28
3. Faktor Risiko...................................................................................................................29
4. Klasifikasi........................................................................................................................32
5. Patofisiologi....................................................................................................................32
6. Pathway..........................................................................................................................35
7. Tanda dan Gejala...........................................................................................................35
8. Komplikasi.......................................................................................................................36
9. Penatalaksanaan............................................................................................................38
10. Hipertensi Pada Lansia...............................................................................................41
C. PELAKSANAAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN PENERAPAN INFUSE WATER MENTIMUN....................41

vii
1. Definisi............................................................................................................................41
2. Manfaat..........................................................................................................................42
3. Konsep Mentimun...........................................................................................................44
4. Proses Pembuatan Infuse Water Mentimun..................................................................46
5. Prosedur penyimpanan...................................................................................................47
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI..................................................................................47
1. Pengkajian......................................................................................................................47
BAB III.................................................................................................................................... 63
TINJAUAN KASUS.................................................................................................................... 63
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK....................................................63

viii
ix
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia memiliki rangkaian kehidupan yang harus dilalui, tahapan
tersebut dinamakan siklus hidup manusia atau daur ulang hidup. Siklus hidup
manusia dimulai dari masa kehamilan, menyusui, bayi, anak-anak, remaja,
dewasa dan pada akhir siklus sampailah pada lanjut usia hingga meninggal
dunia. Lansia atau dikatakan sebagai lanjut usia merupakan tahap akhir dari
perkembangan daur hidup manusia (Ratnawati, 2018). Penuaan yang akan
terjadi pada lanjut usia merupakan hal yang tidak dapat terelakkan dari proses
kehidupan manusia yang memiliki peristiwa yang pasti akan terjadi yaitu
penurunan fisiologis, perubahan biologis dan sosiologis (Fandizal et al., 2020).
Proses penuaan menurut Constantinides (dalam Nurfatimah et al., 2017)
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi penyakit serta
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nurfatimah et al., 2017).

Menurut UU No IV. Tahun 1965 pasal 1, menyatakan bahwa seseorang


dapat dikataan lanjut usia setelah mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai
atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-
hari dan menerima nafkah dari orang lain. Menurut UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai
usia >60 tahun (Ratnawati, 2018). Dapat disimpulkan bahwa kelompok lanjut
usia merupakan kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas yang tidak
memiliki kemampuan untuk bergantung pada dirinya sendiri sehingga
membutuhkan bantuan orang lain dalam penyelesaian masalah yang
dihadapinya.

Lansia merupakan kelompok populasi yang tumbuh paling cepat di


dunia (ISTVÁN, 2019). Menurut (United Nations, 2020) secara global,
terdapat 727 juta jiwa yang berusia 65 tahun atau lebih pada tahun 2020.

1
Jumlah tersebut diproyeksikan akan berlipat ganda menjadi 1,5 miliar pada
tahun 2050. Artinya, satu dari enam orang di dunia akan berusia 65 tahun atau
lebih akan mengalami penuaan (Badan Pusat Statistik, 2021). Sampai
sekarang ini, penduduk di 11 negara anggota World Health Organization
(WHO) kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142
juta orang dan di perkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun
2050 (Akbar, Syamsidar, et al., 2020).

Data yang dikumpulkan selama periode 30 tahun telah menunjukkan


peningkatan prevalensi hipertensi seiring bertambahnya usia (ISTVÁN, 2019).
Proses penuaan yang terjadi pada lansia secara perlahan mengakibatkan
kemunduran struktur dan fungsi organ, baik aspek fisik, psikis, mental dan
sosial, sehingga lansia rentan terhadap berbagai penyakit (Nurfatimah et al.,
2017), seperti peyakit cardovascular, pulmonary disease, endocrine, fluid and
electrolytes, renal, dan yang paling sering terjadi adalah gangguan penglihatan
dan pendengaran (Abrass, 1990). Risiko penyakit coronary artery disease,
stroke, congestive heart disease, chronic kidney insufficiency and dementia
juga meningkat pada subkelompok hipertensi ini (ISTVÁN, 2019).

Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer),


karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-
gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi para penderita (Indrasworo,
2019). Hipertensi atau disebut dengan dengan tekan darah tinggi yang
memiliki karakteristik peningkatan darah pada arteri di jantung. Hipertensi
merupakan suatu kondisi keadaan seseorang mengalami kenaikan tekanan
darah di atas batas normal (Oparil, S. et al, 2019).

Menurut World Health Organizations, seseorang dikatakan menderita


hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik dengan nilai >140 mmHg dan
tekanan darah diastolik >90 mmHg (Iqbal & Jamal, 2022). Tekanan darah
sistolik didefinisikan sebagai tekanan darah maksimum di aorta ketika jantung
berkontaksi dan mengeluarkan darah dari aorta ke ventrikel kiri (sekitar 120
mmHg), sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan minimal yang

2
dikeluarkan oleh aorta ketika jantung berelaksasi sebelum darah kembali
masuk ke jantung (Travis et al., 2021).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Blacher et al. telah


menunjukkan bahwa tekanan nadi yang tinggi merupakan faktor risiko yang
signifikan dalam perkembangan penyakit jantung. Peningkatan tekanan nadi
sedikitnya 10 mmHg dapat meningkatkan risiko kardiovaskular sebanyak 20%
(Oparil, S et al., 2019). Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang parah,
seperti penyakit Arteri Koroner, Infark Miokard, penyakit Arteri Perifer dan
Stroke. Hipertensi tetap menjadi penyebab utama kematian di kalangan orang
dewasa meskipun ada kemajuan dalam pencegahan dan pengobatan (Rajca et
al., 2018).

Semakin meningkatnya jumlah lansia di Indonesia, akan mengakibatkan


masalah yang cukup banyak baik dari masalah fisik, sosial dan psikososial.
Banyak dari lansia Hipertensi yang mengeluhkan nyeri leher, dikarenakan
tekanan darah yang tinggi. Lansia dengan Hipertensi juga merasakan
kecemasan akan terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya dari Hipertensi
atau tekanan darah tinggi (Waruwu, 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) dan the International


Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi
diseluruh dunia, dan 3 juta diantaranya, meninggal dunia setiap tahunnya.
WHO mencatat terdapat satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, dua
pertiga di antaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan
rendah-sedang. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang
setiap tahun, 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga
populasinya menderita hipertensi (Akbar, Nur, et al., 2020).

Menurut WHO (2021), estimasi prevalensi hipertensi secara global


sebesar 1,28 juta diantaranya umur 30-79 tahun dari total penduduk dunia di
Negara berkembang dan menengah tahun 2021 (Nuraisyah & Kusumo, 2021).
Prevalensi penderita hipertensi lebih banyak pada usia 55-64 Tahun (55,2%),

3
65-74 Tahun (63,2%) dan >75 Tahun (69,5%) di Indonesia (Kemenkes RI,
2018). Secara nasional, provinsi yang berada pada urutan kesembilan dengan
angka prevalensi hipertensi 33,43% adalah di DKI Jakarta (World health
Organization, 2021). Kelompok usia lanjut dengan hipertensi dapat
berpengaruh terhadap kualitas hidup (World health Organization, 2021).
Pengetahuan dan penanganan yang tidak tepat dapat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang terutama pada usia lanjut (Nuraisyah & Kusumo, 2021).

Menurut data (Dinas Kesehatan Provinsi DKI, 2016) Prevalensi


penderita hipertensi pada kotamadya Jakarta Timur memiliki jumlah populasi
hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan daerah lainnya yaitu sebanyak
98.422 jiwa (Anggia et al., 2019). Menurut data tabulasi dari praktek
mahasiswa STIKes Medistra Indonesia Bekasi Timur di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 1 Ciracas pada Bulan Mei 2022 total lansia berjumlah 252
Jiwa yang terdiri dari 128 orang perempuan dan 125 orang laki-laki. Di
Wisma Merak terdapat 38 lansia laki-laki, tercatat memiliki riwayat Hipertensi
sebanyak 5 orang. Perawat yang berdinas di klinik tersebut mengatakan,
selama ini untuk pengobatan lansia dengan Hipertensi hanya menggunakan
terapi obat-obatan farmakologi, sedangkan untuk terapi non farmakologi tidak
ada dilakukan.

Faktor-Faktor yang dapat memicu terjadinya hipertensi salah satunya


faktor genetik, jenis kelamin, setres, kurang berolahraga serta mengkonsumsi
garam yang berlebih, dan merokok. Dampak dari kebiasaan tersebut yaitu
peningkatan tekanan darah tinggi dan peyakit komplikasi lainya.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien hipertensi yaitu dengan
dua cara yakni secara farmakologi dan non farmakologis. Secara non
farmakologis dapat dijadikan sebagai pendamping dari penatalaksanaan secara
farmakologi atau bisa dilakukan secara bersamaan untuk mendapatkan hasil
yang lebih maksimal (Weny et al., 2021). Terapi farmakologis menggunakan
obat atau senyawa yang dapat mempengaruhi tekanan darah pasien. Terapi

4
nonfarmakologis merupakan terapi tanpa menggunakan agen obat dalam
proses terapinya (Hardianti, 2018).

Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu dengan pemberian obat yang


bersifat diuretik, simpatik dan vasodilator. Sedangkan secara non farmakologi
yaitu dengan cara melakukan penurunan berat badan, melakukan olahraga
secara teratur, diet rendah garam, diet rendah lemak, dan melakukan terapi
komplementer (Weny et al., 2021).

Dalam mengontrol tekanan darah banyak sumber daya yang dapat


dimanfaatkan antara lain buah-buahan, sayur-sayuran yang tinggi serat, kaya
vitamin serta mineral (Effect et al., 2014). Buah mentimun sangat baik
dikonsumsi dimana kandungan pada mentimun yang mampu membantu
menurunkan tekanan darah, diantaranya kalium (potassium), magnesium, dan
fosfor efektif mengobati hipertensi (Panggohong et al., 2015).

Mentimun dapat dimanfaatkan dan diolah dengan berbagai macam cara,


salah satunya adalah Infuse Water Mentimun. Menurut Yahya (2014), Infused
Water sebenarnya sudah ada sejak abad ke-10 oleh ahli kimia di Persia,
dimana saat itu mereka memasukkan tumbuh- tumbuhan dan rempah-rempah
ke dalam air untuk dijadikan sebagai obat. Kemudian belakangan menjadi
populer kembali dan menjadikannya sebagai minuman Infused Water.
Kandungan zat gizi utama yang didapatkan dari mengkonsumsi Infused
Wateryaitu vitamin, mineral dan serat (Katimenta et al., 2018b). Menurut hasil
penelitian Risang Haryo Raditya (2015) Pengaruh pemberian Infused
Waterterhadap tekanan darah laki-laki dewasa muda di dapatkan tekanan
darah rata-rata sistolik/diastolik sebelum diberikan perlakuan yaitu
115,20/76,13 mmHg. Setelah subjek diberikan perlakuan, terdapat penurunan
tekanan darah rata-rata sistolik/diastolik menjadi 106,83/71,87 mmHg
(Katimenta et al., 2018b).

Berdasarkan data survey pendahuluan pada tanggal 18 Mei 2022 Di


Wisma Merak, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciracas, dengan

5
metode wawancara pada 5 Lansia yang menderita Hipertensi, didapatkan data
pada 5 Lansia, yaitu 1 mengetahui namun 4 lansia tidak mengetahui tentang
infuse Water mentimun. Akibat dari banyaknya lansia yang mengalami
penyakit hipertensi di Wisma Merak, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
1 Ciracas hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan Analisis asuhan
keperawatan pada lansia dengan hipertensi di Wisma Merak, Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciracas.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan secara langsung Asuhan Keperawatan Gerontik pada
Tn. T dengan Terapi Infused Water Mentimun untuk Penderita Hipertensi
Di Wisma Merak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciracas Jakarta
Timur 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada Tn.T dengan Hipertensi di Wisma
Merak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciracas.
b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. T dengan
Hipertensi di Wisma Merak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Ciracas.
c. Dapat membuat rencana tindakan keperawatan pada Tn.T dengan
Hipertensi di Wisma Merak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Ciracas.
d. Dapat mengaplikasikan Implementasi Non farmakologis Terapi
Infused WaterMentimun pada Tn.T dengan Hipertensi di Wisma
Merak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciracas.
e. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.T dengan Hipertensi
di Wisma Merak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciracas.
f. Dapat menganalisis penerapan Infused WaterMentimun pada Tn. T di
Wisma Merak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1 Ciracas

C. Manfaat Penelitian

6
1. Bagi lansia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
pendidikan kesehatan mengenai hipertensi dan cara melakukan
pencegahan, serta tindakan yang dapat dilakukan bagi klien untuk menjaga
kestabilan tekanan darah serta melakukan perawatan pada klien yang
menderita hipertensi dengan menerapkan Infused WaterMentimun.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan sebagai literatur untuk
meningkatkan bidang keilmuan, pengetahuan dan upaya dalam
peningkatan pemberian asuhan keperawatan dengan menerapkan terapi
non farmakologis khususnya ditatanan lansia terutama dalam keperawatan
gerontik.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Lansia
1. Definisi
Lanjut Usia adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Menua
atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan,
suatu jaringan untuk mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses
menua adalah proses yang pasti terjadi pada setiap orang, terjadi secara
terus menerus secara alamiah, dimulai sejak lahir dan dialami oleh
makhluk hidup (Dariah, 2015).

2. Batasan Lanjut Usia


Lansia dibagi menjadi oleh sejumlah pihak dalam berbagai
klasifikasi dan batasan :
a) Menurut WHO batasan lanjut usia meliputi:
a) Middle Age : 45-59 tahun
b) Elderly : 60-70 tahun
c) Old : 75-90 tahun
d) Very Old : >90 tahun
b) Maryam (2008) mngklasifikasikan lansia antara lain:
a) Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia diantara 46-59 tahun.
b) Lansia
Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih

8
c) Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang
yang berusia 60 tahun dengan masalah Kesehatan
d) Lansia Potensial
Lansia yang mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)
e) Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain. (Depkes RI,2003)

3. Masalah yang Sering Dihadapi Oleh Lansia


Bentuk-bentuk permasalahan yang dihadapi oleh lansia menurut
Dariah (2015) adalah sebagai berikut :

a) Demensia.
b) Stress.
c) Skizofrenia.
d) Gangguan atau penurunan nafsu makan.

e) Gangguan kecemasan.
f) Gangguan psikomatik.
g) Gangguan penggunaan alkohol dan zat lain.
h) Gangguan tidur atau insomnia.
4. Tipe Lansia
Tipe lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup,
lingkungan, kondisi fisik, mental, social dan ekonominya (Ratnawati,
2018). Tipe tersebut diantaranya :
a) Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan
menjadi panutan.
b) Tipe mandiri

9
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif
dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
c) Tipe Tidak putus asa
Konflik lahir batin melantang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, ,mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
d) Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
e) Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, konstruksi, dependen
(tergantung), defensife (bertahan). militant dan serius, tipe
pemaarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan
sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Menua
Menurut Siti Bandiyah (2009) penuaan dapaat terjadi secara
fisiologis dan patologis. Penuaan yang terjadi sesuai dengan kronologis
usia. Faktor yang mempengaruhi yaitu hereditas atau generetik, nutrisi
atau makanan, status kesehatan pengalaman hidup, lingkungan, dan
stress (Ratnawati, 2018)

10
Gambar 2.1. Skema Proses Penuaan

a) Hereditas atau Genetik


Kematian sel merupakan seluruh program kehidupan yang
dikaitkan dengan peran DNA yang penting dalam mekanisme
pengendalian fungsi sel. Secara genetic, perempuan ditentukan
oleh sepasang kromosom X sedangkan laki-laki oleh satu
krromosom X. Kromosom X ini ternyata membawa unsur
kehidupan sehingga perempuan berumur lebih panjang dari pada
laki-laki.
b) Nutrisi/Makanan
Berlebihan atau kekurangan menggangu keseimbangan reaksi
kekebalan
c) Status Kesehatan
Penyakit yang selama ini selalu dikaitkan dengan proses penuaan,
sebenarnya bukan disebabkan oleh proses menuanya sendiri, tetapi
lebih disebabkan oleh faktor umur yang merugikan yang
berlangsung tetap dan berkepanjangan.
d) Pengalaman Hidup
1) Paparan sinar matahaari : kulit yang tak terlindungi sinar
matahari akan mudah ternoda oleh flek, kerutan dan menjadi
kusam.

11
2) Kurang olahraga : olahraga membantu pembentukan otot dan
menyebabkan lancaarnya sirkulasi darah.
3) Mengkonsumsi alkohol : alkoohol dapat memperbesar
pembuluh darah kecil pada kulit dan menyebabkan
peningkatan aliran darha dekar permukaan kulit.
e) Lingkungan
Proses menua secara biologis. berlangsung secara alami dan tidak
dapat dihindari, tetapi seharusnya dapat tetap dipertehankan dalam
stasus sehat.
f) Stres
Tekanan kehidupan sehari-hari dalam lingkungan rumah, pekerjaan,
ataupun masyarakat yang tercermin dalam bentuk gaya hidup akan
berpengaruh terhadap proses penuan.
6. Teori-teori proses menua
Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan
tentang proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat
individual : dimana proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia
yang berbeda, setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan atau life style
yang berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat
mencegah proses menua. Adakalanya seseorang belum tegolong tua
(masih muda) tetapi telah menunjukan kekurangan yang mencolok.
Adapula orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat,
bugar, dan badan tegap, akan tetapi meskipun demikian, harus diakui
bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia.
Misalnya Hipertensi, diabetes mellitus, rematik, asam urat, dimensia
senilis, sakit ginjal, dll (Padila, 2017).
Teori-teori tentang penuan sudah banyak yang dikemukakan,
namun tidak semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan
dalam dua kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan
teori psikologis.
a. Teori Biologis

12
Teori yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut:
1) Teori jam genetic
Secara genetik sudah terprogram bahwa material di dalam
inti sel dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan
frekuensi mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa
spesies-spesies tertentu memiliki harapan hidup (life span)
yang tertentu pula. Manusia yang memiliki rentang kehidupan
maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkiraan hanya
mampu membelah sekkitar 50 kali, sesudah itu akan
mengalami deteriorasi (Nugroho, 2006).
2) Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen yang merupakan unsur penyusun tulang diantara
susunan molecular, lama kelamaan akan mengikat
kekakuannya (tidak elastis). Hal ini disebabkan oleh karena
sel-sel yang sudah tua dan reaksi kimianya menyebabkan
jaringan yang sangat kuat.
3) Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membrane sel yang
menyebabkan kerusakan dan kemunduran secara fisik
4) Teori genetic
Menurut teori ini.Menua telah terprogram secara
genetic, untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram
oleh molekul molekul/ DNA dan setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi.
5) Teori immunologi
Didalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu
yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah.System immun menjadi kurang efektif
dalam mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas.

13
6) Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.
7) Teori wearand tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan stress memnyebabkan sel sel tubuh
lelah (terpakai)
b. Teori psikososial
Teori yang merupakan teori psikososial adalah sebagai berikut :
1) Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang
harus dicapai dalam tiap tahap perkembangan. Tugas
perkembangan terakhir merefleksikan kehidupan seseorang dan
pencapaiannya. Hasil akhir dari penyelesaian konflik antara
integritas ego dan keputusasaan adalah kebebasan
2) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak
dan tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada
usia tua bisa jadi mengindikasikan penyakit otak.
c. Teori sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai berikut :
1) Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya, atau menari diri dari pergaulan
sekitarnya. Hal ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, sehingga sering terjadi kehilangan ganda meliputi:
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak social
c) Berkurangnya komitmen

14
2) Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
tergantung dari bagaimana seorang usia lanjut merasakan
kepuasan dalam beraktifitas dan mempertahankan aktifitas
tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktifitas tersebut
lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas yang dilakukan.
d. Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :
Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia
lanjut yang berhubungan dengan perubahan-perubahan karena
usia dan faktor risiko tambahan. Tanpa intervensi maka beberapa
konsekuensi fungsional akan negative, dengan intervensi menjadi
positif.
7. Perubahan Akibat Proses Menua
a. Perubahan fisik
1) Sel
a) Jumlah sel menurun/lebih sedikit
b) Ukuran sel lebih besar
c) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
d) Proporsi protein di otak, otot ginjal, darah dan hati
menurun.
e) Jumlah sel otak menurun
f) Mekanisme perbaikan sel terganggu
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 - 10 %
h) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2) Sistem persarafan
a) Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun
serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi
khususnya yang berhubungan dengan stres.
b) Defisit memori
c) Kurang sensitif terhadap sentuhan.

15
d) Berkurangnya atau hilangnya lapisan akson, sehingga
menyebabkan berkurangnya respon motorik reflek.
3) Sistem pendengaran
a) Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-
kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
b) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
4) Sistem penglihatan
a) Respon terhadap sinar menurun
b) Adaptasi terhadap gelap menurun
c) Lapang pandang menurun
5) Sistem kardiovaskuler
a) Katup jantung menebal dan kaku
b) Kemampuan memompa darah menurun (menurunnya
kontraksi dan volume).
c) Elastisitas pembuluh darah menurun
d) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga
tekanan darah meningkat.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh
a) Temperatur tubuh menurun ( hipotermi) secara fisiologis
kurang lebih 35 o
C ini akibat metabolisme yang
menurun.
b) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan
dapat pula menggigil, pucat dan gelisah.
7) Sistem respirasi
a) Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku,
elatisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat
sehingga menarik nafas lebih berat.
b) Kemampuan batuk menurun

16
c) Penyempitan bronkus
8) Sistem pencernaan
a) Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease
yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain
meliputi kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
b) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir
yang kronis, atrofi indra pengecap (± 80 %), hilangnya
sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa
maniss dan asin.
9) Sistem reproduksi
a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
b) Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi
c) Selaput lendir di vagina menurun, permukaan menjadi
halus, sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan
terjadi perubahan warna.
d) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
ada penurunan secara berangsur – angsur
10) Sistem genitourinaria
a) Aliran darah ke ginjal menurun
b) Otot-otot vesika urinaria melemah
c) Pada prostat terjadi hipertrofi pada 75 % lansia
11) Sistem endokrin
Hormon berperan sangat penting dalam pertumbuhan,
pematangan, pemeliharaan dan metabolisme organ tubuh.
Dimana pada lansia akan mengalami penurunan produksi
hormon.
12) Sistem integumen
a) Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis
b) Kuku keras dan rapuh
c) Elastisitas menurun
13) Sistem muskuloskleta

17
a) Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis).
b) Bungkuk (kifosis).
c) Persendian membesar dan menjadi kaku.
d) Kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
b. Perubahan sosial
Perubahan sosial pada lansia meliputi perubahan peran,
kehilangan teman, dan perubahan ekonomi.
c. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis pada lansia adalah short term
memory, frustasi kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut
menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan
kecemasan.
d. Perkembangan spiritual
1) Agama / kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan
(Maslow, 1970).
2) Lanjut usia semakin rajin dalam kehidupan keagamaannya,
hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak sehari-hari
(Murray dan zentner, 1970).
3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer
(1978), universalizing, perkembangan yang di capai pada
tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengn cara memberi
contoh car mencintai dan keadilan.
B. Konsep Masalah Kesehatan Hipertensi
1. Definisi
Menurut American Society of Hipertension (Ash) hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan,
WHO menyatakan hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama
atau lebih besar 95 mmHg, (JNC VII) berpendapat hipertensi adalah

18
peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg, sedangkan menurut
Brunner dan Suddarth hipertensi juga diartikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan darahnya diatas 140/90 mmHg (Nuraini, 2015).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A.
Price, 2015).
Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan
hipertensi ini merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam
arteri atau tekanan systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya
90 mmHg. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

2. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi
menjadi 2, yaitu :
1) Hipertensi Esensial atau Primer
Menurut Lewis (2000) hipertensi primer adalah suatu kondisi
hipertensi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan.
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial
sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi
primer terjadi pada usia 30-50 tahun. Pada hipertensi primer tidak
ditemukan penyakit renovakuler, aldosteronism, pheochro-mocytoma,
gagal ginjal, dan penyakit lainnya. Genetik dan ras merupakan
bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk
faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol
moderat, merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.
2) Hipertensi Sekunder

19
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi
adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih
banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial. Penyebab hipertensi
pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kekmampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

3. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko hipertensi terbagi dalam 2 kelompok yaitu faktor
yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah :
a. Faktor yang dapat diubah
1) Gaya hidup modern
Kerja keras penuh tekanan yang mendominasi gaya hidup
masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu
berbagai penyakit seperti sakit kepala, sulit tidur, gastritis, jantung
dan hipertensi. Gaya hidup modern cenderung membuat
berkurangnya aktivitas fisik (olah raga). Konsumsi alkohol tinggi,
minum kopi, merokok. Semua perilaku tersebut merupakan
memicu naiknya tekanan darah.
2) Pola makan tidak sehat
Tubuh membutuhkan natrium untuk menjaga keseimbangan

20
cairan dan mengatur tekanan darah. Tetapi bila asupannya
berlebihan, tekanan darah akan meningkat akibat adanya retensi
cairan dan bertambahnya volume darah. Kelebihan natrium
diakibatkan dari kebiasaan menyantap makanan instan yang telah
menggantikan bahan makanan yang segar. Gaya hidup serba cepat
menuntut segala sesuatunya serba instan, termasuk konsumsi
makanan. Padahal makanan instan cenderung menggunakan zat
pengawet seperti natrium berzoate dan penyedap rasa seperti
monosodium glutamate (MSG). Jenis makanan yang mengandung
zat tersebut apabila dikonsumsi secara terus menerus akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah karena adanya natrium
yang berlebihan di dalam tubuh.
3) Obesitas
Saat asupan natrium berlebih, tubuh sebenarnya dapat
membuangnya melalui air seni. Tetapi proses ini bisa terhambat,
karena kurang minum air putih, berat badan berlebihan, kurang
gerak atau ada keturunan hipertensi maupun diabetes mellitus.
Berat badan yang berlebih akan membuat aktifitas fisik menjadi
berkurang. Akibatnya jantung bekerja lebih keras untuk memompa
darah.Obesitas dapat ditentukan dari hasil indeks massa tubuh
(IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk
orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan
pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan (Supariasa,
2012).
Tabel 2.1 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,1-27,0

21
Obesitas Kelebihan BB tingkat berat <27,0

Sumber : Supariyasa et al., 2002


b. Faktor yang tidak dapat diubah :
1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai resiko menderita
hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
Sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara Potassium
terhadap Sodium, individu dengan orang tua yang menderita
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar daripada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi
(Anggraini dkk, 2009)
2) Usia
Hipertensi bisa terjadi pada semua usia, tetapi semakin
bertambah usia seseorang maka resiko terkena hipertensi semakin
meningkat. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan– perubahan pada, elastisitas dinding
aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya,
kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Smeltzer, 2009).
3) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama,
akan tetapi wanita pramenopause (sebelum menopause)
prevalensinya lebih terlindung daripada pria pada usia yang sama.
Wanita yang belum menopause dilindungi oleh oleh hormone
estrogen yang berperan meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan

22
faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis
yang dapat menyebabkan hipertensi (Price & Wilson, 2006).
4. Klasifikasi
Komite eksklusif dari national High Blood Preassure Education
Program Merupakan sebuah organisasi yang terduru daru 46
profesional sukarelawan dan agen fekal. Mereka mencanangkan
klasifikasi JNC (Joint Commite On Prevention, Detection, Evaluation
And Treatment Of High Blood Preassure) Pada Tabel 2, yang dikaji
oleh 33 ahli hipertensi nasional Amarika Serikat (Jafar, N. 2019).
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC (Joint Commite On Prevention
Detection Evaluation And Treatment Of High Blood Preassure)
Tekanan
Kategori Tekanan Kategori
Darah Dan/ Tekanan Darah
Darah Menurut Tekanan Darah
Sistol Atau Diastol (mmHg)
JNC 7 Menurut JNC 6
(mmHg)
Normal Optimal < 120 Dan < 80
Pra-Hipertensi 120 – 139 Atau 80-89
- Normal < 130 Dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 Atau 85-89
Hipertensi Hipertensi
Tahap 1 Tahap 1 140-159 Atau 90-99
- - ≥ 160 Atau ≥ 100
Tahap 2 Tahap 2 160-179 Atau 100-109
Tahap 3 Tahap 3 ≥ 180 Atau ≥ 110
Sumber : Jafar, N. 2019)
Data terbaru menunjukan Bahwa nilai tekanan darah yang
sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan
resiko komplikasi kasdiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan
klasifikasi baru yang disebut pra hipertensi.

23
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-
ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan
gerontologi perubahan struktural dan fungsional pada system
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah

24
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
( volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

25
6. Pathway
Pathway menurut Hariawan & Tatistina (2020).

7. Tanda dan Gejala


a) Tidak ada gejala

26
Tanda dan gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b) Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai


hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya
ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien
yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epitaksis
8) Kesadaran menurun
Menurut Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar
gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun
berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, akibat peningkatan tekanan darah intracranial. Pada
pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada
diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita
hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah
dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
8. Komplikasi
1) Stroke

27
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak otak
yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat menjadi
lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba,
seperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang
mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit digerakan
(misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat
berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.
2) Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang
arteroklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Corwin, 2000).
3) Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan
rusaknya membrane glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane glomerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid

28
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik.

4) Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja
lebih berat untuk memompa darah yang menyebabkan pembesaran
otot jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi.
Pembesaran pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung
untuk memompa darah.
5) Kerusakan pada Mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah dan saraf pada mata.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas
dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan
dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90
mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1) Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi
sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi.
Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara
memodifikasi faktor resiko yaitu :
a) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass
Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui
dengan rumus membagi berat badan dengan tinggi badan yang
telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi
dapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya
protein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat
menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg

29
(Dalimartha, 2008).
b) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan
diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira
6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi
konsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu
sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik
sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg
dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam menjadi
½ sendok teh/hari(Dalimartha, 2008).
c) Batasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria
atau lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan
tekanan darah, sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi
alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah
(PERKI, 2015).
d) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan
urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam
sehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara
mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500
mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
e) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama
rokok adalah tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang
membuat jantung bekerja lebih keras karena mempersempit
pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta
tekanan darah(Dalimartha, 2008).
f) Penurunan stress

30
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan
tekanan darah sementara. Menghindari stress pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi
otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf
sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2007).
g) Terapi relaksasi progresif
Di Indonesia, penelitian relaksasi progresif sudah cukup
banyak dilakukan. Terapi relakasi progresif terbukti efektif dalam
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Erviana,
2009). Teknik relaksasi menghasilkan respon fisiologis yang
terintegrasi dan juga menganggu bagian dari kesadaran yang
dikenal sebagai “respon relaksasi Benson”. Respon relaksasi
diperkirakan menghambat sistem saraf otonom dan sistem saraf
pusat serta meningkatkan aktivitas parasimpatis yang
dikarekteristikan dengan menurunnya otot rangka, tonus otot
jantung dan mengganggu fungsi neuroendokrin. Agar
memperoleh manfaat dari respons relaksasi, ketika melakukan
teknik ini diperlukan lingkungan yang tenang, posisi yang
nyaman.
2) Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013)
merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
a) Golongan Diuretik
Diuretik thiazide biasanya membantu ginjal membuang
garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh
tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
b) Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergik, merupakan sekelompok obat yang
terdiri dari alfa- blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker
labetalol, yang menghambat sistem saraf simpatis. Sistem saraf
simpatis adalah istem saraf yang dengan segera akan memberikan

31
respon terhadap stress, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
c) ACE-inhibitor
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan
arteri.
d) Angiotensin-II-bloker
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan
darah dengan suatu mekanisme yang mirip ACE-inhibitor.
e) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah
dengan mekanisme yang berbeda.
f) Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna)
memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan
cepat dan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah
dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena :
diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, labetalol.
10. Hipertensi Pada Lansia
Pada usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa
kenaikan tekanan sistolik. Sedangkan mnurut WHO memakai tekanan
diastolik tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya
hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar sehingga
lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah kaku, sebagai
peningkatan pembuluh darah sistolik (Indrasworo, 2019).
C. Pelaksanaan Keperawatan Gerontik dengan Penerapan Infuse Water Mentimun
1. Definisi
Infused Watersudah ada sejak abad ke-10 oleh ahli kimia di Persia,
dimana saat itu mereka memasukkan tumbuh-tumbuhan dan rempah-
rempah ke dalam air untuk dijadikan sebagai obat. Kemudian belakangan
menjadi populer kembali menjadikannya sebagai minuman Infused Water.
Kandungan zat gizi utama yang didapatkan dari mengkonsumsi Infused

32
Wateryaitu vitamin, mineral dan serat. Infused Watersering disebut dengan
spa water adalah air putih yang dicampuri dengan buah-buahan kemudian
didiamkan beberapa jam sampai sari-sari buahnya keluar dan kemudian air
putih tersebut. Dengan proses yang demikian maka sari-sari dari buah
yang direndam dalam air putih akan keluar dan akan memberikan berbagai
manfaat bagi orang yang minum air putih tersebut (Katimenta et al., 2018).
Infused Water adalah air putih yang ke dalamnya ditambahkan buah‐
buahan dan rempah-rempah segar eh hijau dengan cara perendaman dan
didiamkan bersama‐sama dalam waktu tertentu. Unsur‐ unsur dalam bahan
akan terekstrak atau keluar, sehingga memberi rasa dan aroma yang
berbeda pada air. Bahan‐bahan yang digunakan dalam pem‐ buatan
Infused Water seperti buah‐buahan segar (jeruk, lemon, blueberry,
blackberry, rassberry, men‐ timun, anggur, kiwi, nanas, delima dan
stroberi), daun mint, dan teh hijau. Infused Water berbeda dengan jus,
karena tidak menggunakan bahan tambahan gula atau zat aditif lain
sehingga Infused Water lebih alami untuk dikonsumsi (Harifah et al.,
2017).

2. Manfaat
Menurut Swastika, (2014), mentimun banyak memberikan manfaat
bagi tubuh diantaranya sebagai berikut: Membantu Menrunkan Tekanan
Darah tinggi, Sumber vitamin B yang dapat menjaga tubuh dari serangan
penyakit, Menjaga tubuh dari dehidrasi karena timun mengandung 95%
air, membantu tubuh menghilangkan racun (Katimenta et al., 2018b).
Mentimun (Cucumis sativus Linn.) adalah salah satu sayuran buah yang
banyak dikonsumsi segar oleh masyarakat Indonesia. Nilai gizi mentimun
cukup baik karena sayuran buah ini merupakan sumber mineral dan
vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8
g protein, 0,1 pati, 3 g karbohidrat, 30 mg posfor, 0,5 mg besi, 0,02
thianine, 0,01 riboflavin, 14 mg asam, 0,45 IU vitamin A, 0,3 IU vitamin
B1, dan 0,2 IU vitamin B2. Tanaman mentimun tidak memerlukan
persyaratan khusus karena dapat ditanam dengan baik di dataran rendah

33
hingga dataran tinggi. Namun untuk memperoleh produksi optimal perlu
diperhatikan beberapa persyaratan tumbuh tertentu (Katimenta et al.,
2018).
Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari mengkonsumsi
infused water secara rutin. Melalui proses perendaman selama beberapa
jam, ekstrak dari buah arau rempah yang digunakan dapat mengalir
kedalam air dan memberikan kesegaran bagi tubuh dan memberikan
khasiat yang baik bagi kesehatan tubuh. Beberapa manfaat infused water
adalah sebagai berikut :
1. Konsumsi air putih dan makanan berserat adalah rahasia umum
untuk menurunkan berat badan. Demikian pula halnya dengan
meminum infused water. Air putih yang tidak memiliki kandungan
kalori dengan buah-buahan yang mengandung serat adalah
kombinasi yang efektif untuk mengatasi kelebihan berat badan.
2. Sudah sejak lama jus buah dipercaya baik untuk kesehatan tubuh
secara umum. Akan tetapi jus buah banyak yang ditambah dengan
gula sehingga kandungan kalorinya menjadi bertambah. Akibatnya
kadar insulin dalam darah menjadi meningkat, metabolisme menjadi
lambat serta menyebabkan berbagai penyakit kronis dan kegemukan.
Infused water adalah pilihan yang tepat dalam hal ini, Rasa dan manfaat
dari buah segar bisa didapatkan dengan mengkonsumsi infused water.
Hal ini tentunya lebih menyehatkan dari jus buah dengan dengan
menambah gula atau jenis kalori lainya.
3. Ketika mengkonsumsi buah atau rempah menjadi hal yang amat
menyulitkan bagi sebagian orang, infused water dapat menjadi satu
solusi. Khasiat dari buah atau rempah bisa didapatkan tanpa harus
memakanya secara langsung. Nutrisi dari buah atau rempah akan
keluar langsung kedalam air. Banyak ahli gizi mengungkapkan
bahwa sekitar 20% kandungan vitamin bisa didapatkan dari
konsumsi infused water dengan menggunakan buah segar.
4. Banyak buah yang mengandung zat antioksidan. Oleh karena itu,

34
antioksidan alami bisa didapatkan ketika mengkonsumsi infused
water. (Drg. Deasy Rosaline, MSM, 2013)

35
3. Konsep Mentimun
Cumicus sativus atau yang lebih dikenal dengan nama

mentimun adalah sejenis labu dari keluarga cucurbitaceace.

Tumbuhan ini tumbu merambat dan memiliki buah layaknya

silinder yang memanjang dan runcing diujungnya. Buahnya

berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan.

Semakin masak warna luar buah ini berubah menjadi hijau pucat.

Seperti halnya tomat atau labu lainya, mentimun biasa disajikan

sebagai sayuran. Pada perkembangannya, mentimun dapat

dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Mentimun Iris

Mentimun yang dibudidayakan untuk dimakan segar

dikenal sebagai mentimun iris. Jenis ini biasa dimakan

dalam kondisi berwarna hijau, karena yang berwarna

kuning masak biasanya memiliki rasa pahit dan asam.

Mentimun iris yang tumbuh didaerah Amerika Utara

berukuran lebih panjang, halus, warna yang seragam, dan

kulit yang agak keras. Sedangkan yang tumbuh dinegara

lainya berukuran lebih kecil, kurus, dan kulit yang lembut.

b. Mentimun Acar

Selain dimakan segar, mentimun juga bisa dibuat

sebagai acar. Meski banyak jeins mentimun yang dapat

dipakai untuk membuat acar biasanya dibudidayakan

dengan ukuran panjang dan diameter yang seragam serta

36
sedikit daging buahnya, mentimun acar memiliki panjang 7

hingga 10cm dan diameter 2,5cm. Kulit buahnya juga tidak

mengandung lilin.

c. Mentimun Halus

Mentimun halus memiliki rasa yang lebih manis dan

kulit yang lebih halus bila dibandingkan jenis mentimun

lainya. (Gyeongsan, 2013).

Timun dapat bermanfaat untuk mendetoksifikasi

racun dalam tubuh, melangsingkan tubuh, mengobati

penyakit sariawan, tifus, diare, disentri, hipertensi, jantung

dan gangguan pencernaan.

Tabel 2.1 Kandungan Mentimun

KLASIFIKASI ILMIAH
Kingdom Plantea
Subkingdom Tracheabionta
Super Devisi Spermatophyta
Defisi Magnoliopyta
Kelas Magnoliosida
Subkelas Dilleniidae
Ordo Violales
Famili Cucurbitaceae
Genus Cucumis
Spesies Cucumis sativus L

NILAI NUTRISI PER 100 GRAM


Energi 13 kkal
Air 96,01 g
Energi 54 kj
Protein 0,69 g
Total Lemak 0,13 g
Karbohidrat 2,76 g
Serat 0,8g
Ampas 0,41 g
Kalsium (Ca) 14mg
Besi (Fe) 0,26mg
Magnesium 11mg

37
Fosfor 20mg
Potassium (K) 144mg
Sodium (Na) 2mg
Seng (Zn) 0,2mg
Tembaga (Cu) 0,033mg
Mangan (Mn) 0,076mg
Vitamin C 5,3mg
Thiamin 0,024mg
Riboflavin 0,022mg
Niacin 0,221mg
Asam Pantothenic 0,178mg
Vitamin B 0,042mg
Folat 13 mcg
Vitamin A 215 IU
Vitamin A, RE 21mcg_RE
Vitamin E 0,079mg_ATE
Sumber: Putra, 2013

4. Proses Pembuatan Infuse Water Mentimun


Proses perendaman buah pada Infused Waterakan menyebabkan unsur-unsur
atau kandungan yang ada di dalam bahan keluar atau terekstrak sehingga
mengelurkan aroma dan rasa tertentu pada air (Harifah, 2015). Proses perendaman
Infused Watermenyebabkan senyawa yang ada dalam bahan keluar secara difusi.
Difusi diartikan sebagai proses terlarutnya suatu senyawa atau molekul ke dalam
pelarut. Molekul – molekul terlarut tersebut akan menyebar menuju segala arah
(Yahya, 2015).
Berikut adalah proses pembuatan Infused Watermenurut (Purwanto et al.,
2012) :
1. Mencuci timun
Pembuatan Infused Waterdilakukan dengan cara mencuci terlebih
dahulu mentimun dengan air bersih supaya tidak ada kotoran yang menempel
pada permukaan kulit mentimun.
2. Potong mentimun tipis-tipis
Mentimun dipotong tipis-tipis dengan ukuran ± 0,5 cm dan ditimbang
sebanyak 12 buah dengan berat 70-73 gram. Pemotongan bahan akan
mempengaruhi kecepatan proses difusi, dimana faktor yang mempengaruhi
kecepatan difusi adalah ketebalan membran. Semakin tipis atau kecil
pemotongan mentimun maka difusi dapat berjalan dengan cepat.
3. Rendam didalam air
38
Kemudian sampel tersebut direndam dalam 200 mL air mineral pada
kemasan kaca dan plastik dan disimpan pada suhu refrigerator 4-8ºC. Proses
perendaman akan meyebabkan senyawa yang ada di dalam mentimun akan
larut dalam air. Prinsip dari difusi yaitu molekul yang mempunyai konsentrasi
tinggi atau pekat dalam hal ini adalah antioksidan dan flavonoid yang
terkandung dalam mentimun akan menuju konsentrasi yang rendah yaitu air
mineral (Yahya, 2015).

5. Prosedur penyimpanan
Penyimpanan Infused Water pada suhu rendah atau refrigerator
bertujuan untuk menjaga kualitas senyawa yang terkandung dalam bahan yaitu
antioksidan dan flavonoid. Suhu penyimpanan yang telalu rendah akan
menyebabkan terjadinya chilling injury. Chilling injury diartikan kerusakan
karena penyimpanan suhu rendah yang menyebabkan perubahan fisik bahan
sehingga kualitasnya menurun. Chilling injury disebabkan oleh poses respirasi
yang berjalan dengan cepat, pertumbuhan menglami penurunan kecepatan,
adanya produksi gas etilen dan proses pematangan yang lambat. Mentimun
merupakan bahan pangan yang sensitif terhadap suhu rendah sehingga
mentimun hanya dapat dismpan pada suhu 7-10ºC.

6. Prosedur penggunaan

D. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi


1. Pengkajian
a. Biodata
Nama klien perlu diketahui untuk mengidentifikasi kebenaran nama dalam
melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif. Alamat perlu dilengkapi
secara jelas untuk bisa di hubungi.Umur perlu diketahui untuk mengetahui
berapa umur pasien sekarang sehingga tidak salah dalam pemberian dosis obat,
melakukan tindakan keperawatan dan melayani terapi guna mempercepat proses
penyembuhan pasien di pelayanan kesehatan. Pekerjaan pasien perlu dikaji
untuk mengetahui kondisi ekonomi dalam proses administrasi pasien selama
dirawat difasilitas kesehatan.Tanggal masuk perlu diketahui berapa lama klien
tinggal di panti. Alasan masuk panti karena suami meninggal.
b. Riwayat Keluarga
39
Pasangan ( Apabila pasangan masih hidup): Status kesehatan, Umur,
Pekerjaan. Anak –anak ( Apabila anak-anak masih hidup): Nama dan alamat.
c. Riwayat Pekerjaan
Status pekerjaan saat ini, Pekerjaan sebelumnya, Sumber pendapatan dan
kecukupan terhadap kebutuhan.
d. Riwayat lingkungan hidup.
Tipe tempat tinggal, Jumlah kamar, Jumlah tingkat, Jumlah orang yang
tinggal serumah, Derajat privasi, Tetangga terdekat.
e. Riwayat Rekreasi.
Hobi/minat, Keanggotaan kelompok, Liburan/perjalanan.
f. Sumber/ sistem pendukung yang digunakan :
1) Dokter rumah sakit
2) Kontrol kesehatan di rumah sakit
3) Klinik
4) Pelayanan kesehatan di rumah
g. Riwayat kesehatan saat ini.
1) Penyakit yang diderita satu tahun terkahir.
2) Penyakit yang diderita saat ini.
3) Keluhan yang dialami satu tahun terakhir.
4) Keluhan saat ini.
5) Pengetahuan atau pemahaman dan penatalaksanaan kesehatan
misalnya diet khusus atau mengganti balutan.
6) Penggunaan obat.
7) Nama obat.
8) Dosis obat.
9) Bagimana atau kapan menggunakan.
10) Dokter yang menginstruksikan.
11) Tanggal resep.
h. Riwayat Alergi (catat agen dan reaksi spesifik) : obat-obatan, makanan, kontak
substansi dan factor lingkungan.
i. Riwayat peningkatan/penurunan berat badan.
j. Indeks Massa Tubuh, Pola konsumsi makanan (misal frekuensi, sendiri/dengan
orang lain) .
40
k. Pola istirahat tidur, lama tidur, gangguan tidur yang sering dialami.
l. Riwayat kesehatan masa lalu. : penyakit kanak-kanak, penyakit serius kronik,
trauma, pembedahan, dan riwayat obstetric.
m. Riwayat Keluarga
Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua, paman, bibi,
saudara kandung, pasangan, anak-anak), Riwayat penyakit yang pernah diderita
oleh anggota keluarga .
n. Tinjauan sistem
Dalam tinjaun sitem ini penulis melakukan pemeriksaan fisik dari kepala
sampai kaki menggunakan metode auto dan allo anamnesa serta Inpeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi (IPPA) yang di awali dengan penilaian tingkat kesadaran
dengan nilai normal 15 yang terdiri dari membukan mata dengan spontas
nilainya 4, mampu berbicara secara verbal dengan nilai 5 dan klien mampu
menunjukkan tempat yang sakit dengan nilai 6. Dan di ikuti dengan pengukuran
TTVl: Tekanan darah, Nadi, Suhu, RR:
1) Kepala,
Untuk daerah kepala, mata, hidung, telinga dan heler penulis
melakukan pemeriksaan dengan metode Inspeksi dan Palpasi saja; saat
Inspeksi terlihat bentuk kepala, warna rambut, terdapat lesi, ketombe pada
rambut dan kebersihan kepala; pada mata bentuk mata, kesimetrisan mata
kiri dan kanan, konjungtiva; bentuk telinga kiri dan kanan, kelainan pada
telinga. kelainan hidung, adanya mimisan, kotor atau bersih; adanya
kelainan pada leher, adanya lesi, edema, kemerahan dan palpasi apakah
ada pembersaran kelenjar tiroid, dan JVP; sedangka saat dilakukan palpasi
untuk mengetahui apakah terdapat nodul; apakah terjadi edema atau
pembengkakan pada mata.apakah ada nyeri tekan dan adanya kotoran di
daerah telinga; di daerah sinus hidung apakah terjadi nyeri tekan; dan
pengukuran vona jugolari pada lehe.
2) Dada
Untuk dara dilakukan dengan cara Inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultas (IPPA); saat dilakukan inspeksi terlihat bentuk dada,
kesimetrisan, retraksi dinding dada; saat dilakukan Palpasi untuk
mengetahui batas jantung atas setinggi iga 2 dan bjb setinggi iga ke 6, bjki
41
sejajar dengan gari midklavikula sedangkan bjka sejajar dengan garis
prosesusspoideus, perkusi untuk mengetahui batas jantung dengan bunyi
ketokan padat menunjukkan adanya jantung bagia dalam, sedangkan
auskultasi untuk mendengarkan bunyi jantung I terdengar pada S1 dan S2
bunyi jantung 2 terdengar pada S3 dan S4 bunyi janutng tambahan
terndengar jika ada kelainan pada jantung atau bunyi jantung murmur.
3) Abdomen:
Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi kelainan, adanya lesi.
Sedangkan palpasi dilakuakan dengan palpasi ringan atau palpasi dalam
tergantung tujuan untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi
organ-organ dan struktur-struktur dalam perut, palpasi ringan dilakuakan
untuk mengetahui area-area nyeri tekan dan adanya massa, palpasi dalam
dilakukan untuk mengetahui keadaan hepar, lien, ginjal, dan kandung
kemih. Lakukan perkusi di empat kuadran dan perhatikan suara yang
timbul pada saat melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ
dibawah kulit. Organ berongga seperti lambung, usus, kandung kemih
berbunyi timpani, sedangkan bunyi pekak terdapat pada hati, limfa,
pankreas, ginjal.Tehnik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan
pemeriksa hangat sebelum menyentuh perut pasien Kemudian tempatkan
tangan kiri dimana hanya jari tengah yang melekat erat dengan dinding
perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung jari tengah tangan kanan.
Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk memperkirakan
distribusi suara timpani dan redup. Biasanya suara timpanilah yang
dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan
faeces menghasilkan suara redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah
dimana suara timpani berubah menjadi redup. Periksalah daerah
suprapublik untuk mengetahui adanya kandung kencing yang teregang
atau uterus yang membesar. Perkusilah dada bagian bawah, antara paru
dan arkus costa, Anda akan mendengar suara redup hepar disebelah kanan,
dan suara timpani di sebelah kiri karena gelembung udara pada lambung
dan fleksura splenikus kolon. Suara redup pada kedua sisi abdomen
mungkin menunjukkan adanya asites. Auskultasi abdomen dengan normal
bising usus 15-35 x/menit:Letakkan kepala stetoskop sisi diafragma yang
42
telah dihangatkan di daerah kuadran kiri bawah. Berikan tekanan ringan,
minta pasien agar tidak berbicara. Bila mungkin diperlukan 5 menit terus
menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan menentukan tidak adanya
bising usus.
Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif, tidak ada
bising usus dan perhatikan frekwensi/karakternya; Bila bising usus tidak
mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan dengan sistematis dan dengarkan
tiap kuadran abdomen. Dan dilanjutkan dengan menggunakan gunakan sisi
bel stetoskop, untuk mendengarkan bunyi desiran dibagian epigastrik dan
pada tiap kuadran diatas arteri aortik, ginjal, iliaka, femoral dan aorta
torakal. Pada orang kurus mungkin dapat terlihat gerakan peristaltik usus
atau denyutan aorta.
4) Extremitas
Ispeksi bentuk ekstremitas apakah ada kelainan bentuk, adanya lesi,
edema, dan kemerahan. Palpasi apakah ada nodul dan nyeri tekan pada
daerah ekstremitas atas dan bawah.
o. Pemeriksaan pada lansia
1) Tes Koordinasi/Keseimbangan

Tabel 2.3 Tes Koordinasi/Keseimbangan


No. Aspek penilaian Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal 4
Berdiri dengan postur normal (dengan mata
2
tertutup)
Kanan :
3 Berdiri dengan satu kaki 1
Kiri :
Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi
4 3
Netral
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 3
Berjalan, tempatkan salah satu tumit di
6 3
depan jari kaki yang lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus 4
8 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 3
9 Berjalan mundur 3
10 Berjalan mengikuti lingkaran 3
11 Berjalan dengan tumit 2
12 Berjalan dengan ujung kaki 1
JUMLAH 29
Kriteria penilaian:

43
4 : melakukan aktifitas dengan lengkap
3 : sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
2 : dengan bantuan sedang – maksimal
1 : tidak mampu melakukan aktivitas
Keterangan:
42 – 54 : Melakukan aktifitas dengan lengkap 28 – 41 : Sedikit bantuan
(untuk keseimbangan)
14 – 27 : Dengan bantuan sedang sampai maksimal
2) Pemeriksaan Indeks Barthel
Pemeriksaan indeks adl barthel (BAI) Skala Barthel atau Barthel Indeks
ADL adalah skala ordinal digunakan untuk mengukur kinerja dalam
aktivitas sehari-hari (ADL).

Tabel 2. 4. Pemeriksaan Indeks Barthel


Nilai Penilaian
No Jenis aktivitas
Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10 10
Berpindah dari kursi roda ke
2 5-10 15 15
tempat tidur/sebaliknya
Kebersihan diri: cuci muka,
3 0 5 5
menyisir, dll
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 15
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 95
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh/total
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

44
3) Pemeriksaan Short Table Mental Status Quesioner
Pemeriksaan status mental meliputi penilaian status mental, penilaian
kesadaran, penilaian aktivitas psikomotorik, penilaian orientasi, penilaian
persepsi, penilaian bentuk dan isi pikir, penilaian mood dan afek, penilaian
pengendalian impuls, penilaian menilai realitas, penilaian kemampuan
tilikan (insight), penilaian kemampuan fungsional.

Tabel 2. 5. Pemeriksaan Short Table Mental Status Quesioner

Benar Salah No Pertannyaan


1 Tanggal berapa hari ini
2 Hari apa sekarang
3 Apa nama tempat ini
4 Dimana alamat anda
5 Kapan anda lahir
6 Berapa umur anda
7 Siapa presiden Indonesia sekarang
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya
9 Siapa nama ibu anda
Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya
10 dikurangi
3
Keterangan :
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh Salah
4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang Salah
9-10: kerusakan intelektual berat
4) Pemeriksaan The Katz Indeks of Independence in Activities of Daily Living
Pemeriksaan Katz Indeks sering disebut sebagai Katz Indekz ADL,
adalah yang paling tepat untuk menilai status fungsional sebagai
pengukuran kemampuan klien untuk melakukan kegiatan dalam hidup
sehari-hari secara mandiri

Tabel 2.6. Pengkajian Fungsional Katz Indeks


No. Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi
( seperti punggung atau ekstremitas yang tidak
mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi,

45
serta tidak mandi sendiri
2. Berpakaian Mandiri:
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat pakaian.
Tergantung:
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
3. Ke Kamar Kecil Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot
4. Berpindah Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari
kursi sendiri
Bergantung:
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih perpindahan
5. Kontinen Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri

Keterangan :
SKOR INTERPRETASI

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB), berpindah, kekamar


kecil, berpakaian dan mandi.

B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut.

C Kemandirian dalam semua aktifitas kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.

D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil,
dan satu fungsi tambahan.

F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali


mandi,
berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.

Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan
Lain sebagai C,D dan E.

5) Pemeriksaan Mini Mental Status Exam (MMSE)


Pemeriksaan yang digunakan untuk mengidentifikasi aspek kognitif

46
dan fungsi mental.

Tabel 2. 6 Mini Mental Status Exam (MMSE)

NILAI
ITEM TES NILAI
MAX

ORIENTASI
Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari
1 2
apa?
Kita berada dimana? (Negara), (provinsi), (kota), 4
2 2
(rumah sakit), (lantai/kamar)

REGITRASI
Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap
3 4 4
benda 1 detik
ATENSI DAN KALKULASI
Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban
benar. Hentikan selama 5 jawaban. Atau disuruh
4
mengeja terbalik kata “DUNIA” (nilai diberikan pada
1 1
huruf yang benar sebelum
kesalahan; misalnya “a I u n d”=3
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5
Klien diminta inngat kembali nama benda diatas 3 3
BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang 4
ditunjukkan (pensil, buku).
7 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, 1
8 “bila” 3 15
Klien diminta melakukan perintah : “ambil kertas
ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua
9 bagian dan letakkan dilantai” 2
Klien disuruh membaca dan melakukan perintah
10 “pejamkan mata anda” 3
11 Klien disuruh menulis dengan spontan 2
Klien diminta menggambarkan bentuk dibawah
Ini
TOTAL
Keterangan :
Skor 24-30 : normal
Nilai 18-23 : gangguan kognitif sedang
Nilai 0-17 : gangguan kognitif berat
6) Pemeriksaan APGAR Keluarga
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai fungsi keluarga dengan lansia.
Meliputi :
a) Adaptation

47
b) Partnership
c) Growth
d) Afek
e) Resolve
Tabel 2.7. Pemeriksaan APGAR Keluarga

NO Pernyataan Kriteria Nilai


Selalu Kadang Hampir
-kadang tdk
pernah
1 A : Adaptation 0
Saya puas bisa kembali pada keluarga
(teman) saya untuk membantu
saya pada waktu sesuatu
menyusahkan saya.
2 P : Partnership 1
Saya puas dengan cara keluarga
(teman) saya
membicarakan sesuatu dan
mengungkapakan masalah dengan
saya.
3 G : Growth 2
Saya puas bahwa keluarga (teman)
saya
menerima dan mendukung keinginan
saya dalam melakukan aktivitas
4 A : Afek 1
Saya puas dengan cara keluarga
(teman) saya mengekspresikan afek
dan berespon terhadap emosi saya
seperti marah, sedih,
atau mencintai
5 R : Resolve 1
Saya puas dengan cara teman saya
menyediakan waktu bersama-sama

7) Pengkajian Status Mental Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan dengan Short Portable Mental Status
Questionnare (SPSMQ).
Instruksi : Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua
jawaban. Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan dan
masukan dalam interpretasi.

48
Tabel 2.8. pengkajian Short Portable Mental status Questionnare
(SPMSQ)
SKORE
NO. PERTANYAAN JAWABAN
+ -

1. Tanggal berapa hari ini ?

2. Hari apa sekarang?


3. Apa nama tempat ini?

4. Dimana alamat anda?

5. Berapa umur anda?


6. Kapan anda lahir?

7. Siapa presiden Indonesia sekarang?


8. Siapa presiden sebelumnya?

9. Siapa nama ibu anda?

10. Berapa 20 dikurangi 3 ? ( begitu seterusnya


sampai bilangan terkecil )
JUMLAH KESALAHAN TOTAL

Keterangan :
1. Kesalahan 0-2 : Fungsi Intelektual Utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan Intelektual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8-10: Kerusakan Intelektual Berat
8) Geriatric Depression Scale
Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui skala depresi
seorang pasien lanjut usia, salah satu tool yang dapat dipergunakan
adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini diperkenalkan
oleh Yesavage pada tahun 1983 dengan indikasi utama pada lanjut
usia, dan memiliki keunggulan mudah digunakan dan tidak
memerlukan keterampilan khusus dari pengguna.
Assessment tool Geriatric Depression Scale (GDS) untuk
menkaji depresi pada lansia sebagai berikut:

49
Tabel 2.9. Tabel Pengkajian Geriatric Depression Scale (GDS)
No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah bapak/ibu sekarang merasa puas


dengan kehidupannya?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak
kegiatan atau kesenangan akhir-akhir ini?
3. Apakah bapak/ibu sering merasa
hampa/kosong di dalam hidup ini?
4. Apakah bapak/ibu seirng merasa bosan?

5. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai


harapan yang baik di masa depan?
6. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai pikiran
jelek yang mengganggu terus menerus?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang
baik setiap saat?
8. Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi pada anda?
9. Apakah bapak/ibu merasa bahagia sebagian
besar waktu?
10. Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu
berbuat apa-apa?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan
gelisah?

12. Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal di rumah


daripada keluar dan mengerjakan sesuatu?
13. Apakah bapak/ibu sering khawatir tentang
masa depan?
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering
pelupa?
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup

Keterangan
Skor 0-10 : menunjukkan tidak ada depresi
Skor 11-20 : menunjukkan depresi ringan

Skor 21-30 : termasuk depresi sedang/berat yang membutuhkan rujukan


guna mendapatkan evaluasi psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci.

50
9) Pemeriksaan Timed Up & Go Test
Pengkajian untuk melihat penampilan dari fungsi musculoskeletal
dimulai dengan melakukan observasi kemampuan mobilisasi dan aktivitas.
Kita dapat melakukan dengan The Time Up and Go (TUG) test.

Tabel 2. 10. Pemeriksaan Timed Up & Go Test


No Langkah

1. Posisi klien duduk di kursi

2. Minta klien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali ke kursi, ukur waktu
dalam detik

10) Penilaian Potensi dekubitus (Skor NORTON)


Skala norton merupakan instrumen yang dikhususkan untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami dekubitus. Skala Norton
dikembangkan sejak tahun 1960-an di Inggris. Instrumen ini terdiri dari lima
komponen yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya dekubitus yakni
kondisi fisik dan mental, aktivitas dan tingkat mobilitas serta adanya
inkontinensia.
Item Skor
Kondisi Fisik Umun 4
 Baik 3
 Lumayan 2
 Buruk 1
 Sangat Buruk
Kesadaran 4
 Kompos Mentis 3
2
 Apatis
1
 Konfus/Soporis
 Stupor/Koma
Aktivitas 4
 Dapat Berpindah 3
 Berjalan Dengan Bantuan 2
 Terbatas di Kursi 1
 Terbatas di Tempa Tidur
Mobilitas
 Bergerak Bebas 4

51
 Sedikit Terbatas 3
 Sangat Terbatas 2
 Tak Bisa Bergerak 1
Inkontinensia
 Tidak Ngompol 4
 Kadang – Kadang 3
2
 Sering Inkontinensia Urine
1
Sering Inkontinensia Alvi dan Urine
Keterangan :
Skor < 14 : Resiko tinggi terjadinya ulkus decubitus
Skor < 12 : Peningkatan risiko 50x lebih besar terjadinya ulkus decubitus
Skor 12 – 13 :Resiko Sedang
Skor > 14 : Resiko Kecil

1. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda 2015 dalam studi kasus ini ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yang mungkin terjadi :
a. Penurunan curah jantung (00029)
b. Nyeri akut (00132)
c. Intoleransi aktvitas (00092)
d. Kurang pengetahuan (00126)
2. Intervensi keperawatan
1) Penurunan curah jantung (00029)
Noc : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam status
kardiovaskuler pasien dalam rentang normal dengan kriteria hasil :
Tanda vital dalam batas normal
a) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
b) Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites
c) Tidak ada penurunan kesadaran
Nic :

52
a) Evaluasi nyeri dada seperti intesitas, lokasi, radisi, durasi, dan
presipitasi dan factor yang memberatkan.
b) Dokumentasi adanya disritmia janutng

c) Monitor status respirasi untuk gejala gagal jantung

d) Instruksikan kepada pasien tentang pentingnya menginformasikan


jika terdapat ketidaknyamanan pada dada
e) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas terhadap perubahan ; napas
pendek, nyeri, palpitasi dan pusing.
2) Nyeri akut kode (00132)
NOC ;setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
akan bebas dari dengan criteria hasil :
a) Mengenali kapan nyeri terjadi nyeri
b) Menggambarkan faktor penyebab nyeri
c) Menggunakan tindakan pencegahan nyeri
d) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic
NIC :
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif..
b) observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
c) Monitor tanda-tanda vital
d) Ajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi dengan tarik napas
dalam).
3) Intoleransi aktivitas kode (00092)
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
pasien bertoleransi terhadap aktivitaas dengan kriteria hasil :
a) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah nadi dan RR.
b) Mampu melakukan aktivitas secara mandiri sehari-hari.
c) Keseimbangan aktivitas dan istirahat.

53
NIC :
a) Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aaktivitas.
b) Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan.
c) Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
d) Monitor tidur dan lamanya pasien
e) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik.
f) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukkai.
4) Kurang pengetahuan kode (00126)
NOC : setelah dilakukan tindakan selama dalam perawatan 3x24 jam
pasien menunjukan pengetahuan tentang proses penyakit dengan
criteria hasil :
a) Pasien dan keluarga menyatakan telah memahami penyakit yang
diderita.
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur penetalaksaan
yang telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan.
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah
dijelaskan oleh tenaga kesehatan.
NIC :
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit
yang spesifik
b) Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya.
c) Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit sesuai
kebutuhan.
d) Jelaskan alasan dibalik manajemen terapi/ penanganan yang
direkomendasi
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi dibuat sesuasi dengan tindakan yang diberikan

54
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan
dimana kita melihat keberhasilan dalam implementasi.

BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengkajian

1. Identitas
a. Nama : Tn. T
b. Tempat/tanggal Lahir : Banda Aceh, 01-April-1960
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status Perkawinan : Cerai mati
e. Agama : Islam
f. Suku : Aceh
g. Tanggal masuk PSTW : 1-Januari 2019
h. Tanggal pengkajian : 12-Mei-2022
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
b. Pekerjaan sebelumnya
c. Pasien mengatakan sebelumnya ia berjualan kue dan berkerja di toko
emas bersama abangnya

55
d. Sumber pendapatan : Dari panti werdha
e. Kecukupan pendapatan : Cukup
3. Lingkungan tempat tinggal
a. Ruangan dan jumlah WBS/kamar : Wisma Merak, 38 WBS
b. Kebersihan dan kerapihan ruangan : Ruangan kamar bersih dan rapih
c. Penerangan : Penerangan ventilasi kamar baik dekat
dengan jendela
d. Sirkulasi udara : Sirkulasi dalam kamar pasien baik
e. Keadaan kamar mandi/WC : Kamar mandi bersih, dan tidak bau
f. Pembuangan air kotor : Melalui spintc tank jarak dengan sumber
air sekitar 30m
g. Sumber air minum : Dari air kemasan galon aqua
h. Pembuangan sampah : Tempat penampungan sampah di belakang
panti
i. Sumber pencemaran : Asap rokok dan polusi udara dari
kendaraan karena dekat dengan jalan.
j. Privacy : Klian tidak memiliki kamar tidur sendiri
sehingga tidak memiliki privasi pribadi.
k. Resiko injury : Terdapat tangga yang dapat menyebabkan
terjadinya jatuh, karena ruangan klien berada di wisma lantai dua, kamar
mandi yang sedikit licin juga dapat menyebabkan jatuh.
4. Riwayat Masuk Panti :
Klien mengatakan bercerai dengan istrinya karena masalah ekonomi
yang dialami oleh pasien, pasien memiliki kesulitan penglihatan karena
pandangan matanya kabur, sehingga sulit untuk berdagang dan melanjutkan
usaha. Klien memutuskan untuk tinggal di panti karena hidup sebatang kara.

5. Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini

56
1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
Pasien mengatakan terkadang pusing, lemas, nyeri di bagian tengkuk
semenjak 2 minggu lalu, skala 5 seperti ditekan dan terasa kaku setiap
bangun tidur, nyeri hilang timbul, pasien mengatakan sulit tidur
dimalam hari, pasien mengatakan hanya tidur dari jam 2 malam s/d 5
pagi, pasien mengatakan sering merasa mengantuk pasien merasa
kurang tidur dan mudah lelah setelah beraktivitas, Pasien mengatakan
sulit tidur karena gerah dan panas
2) Gejala yang dirasakan
Nyeri tengkuk, pusing dan mudah lelah, sulit tidur
3) Faktor pencetus
Pasien mengatakan sudah memiliki riwayat hipertensi sudah 12 tahun
4) Timbulnya keluhan
Pasien mengatakan keluhan yang ia rasakan timbul secara bertahap.
5) Upaya mengatasi
Pasien mengatakan rutin minum obat darah tinggi yang diberikan oleh
perawat yang berjaga di wisma merak dan istirahat yang cukup saat
mengalami gejala.
6) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktik/bidan/perawat :
Pasien mengatakan ia pernah ke RS karena tekanan darah yang tinggi
dan pusing yang ia rasakan, ia juga mengatakan pernah ke berobat ke
klinik karena flu dan batuk.
7) Mengkonsumsi obat-obatan sendiri/obat tradisional (pilih salah satu)
Pasien mengatakan hingga saat ini ia rutin mengkonsumsi obat
penurun darah tinggi (amlodiphine 10mg 1x1) dan vitamin 2x1) yang
diberikan oleh perawat panti. Pasien tidak pernah meminum obat
tradisional untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

57
6. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi
2) Riwayat alergi : Tidak ada
3) Riwayat kecelakaan :Tidak memiliki riwayat
kecelakaan
4) Riwayat pernah dirawat di RS : Tidak pernah dirawat di
RS
5) Riwayat pemakaian obat : Amlodiphine 10mg
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Composmentis
b. TTV : TD: 150/100 mmHg, N: 90x/m, S:
36,5C, Rr: 21x/m
c. BB/TB : 52 kg/163cm
d. Kepala
Mesosepal tidak ada luka jahitan atau benjolan klien mengeluh pusing
1) Rambut
Berwaran putih, bersih dan tidak rontok, tidak berminyak.
2) Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva anemis, scelera anikterik, pupil
isokor, penurunan fungsi penglihatan (penglihatan kabur), tidak ada
nyeri dan tidak ada benjolan.
3) Telinga
Bentuk simetris, tidak tampak serumen, tidak ada peradangan, tidak ada
nyeri tekan, fungsi pendengaran menurun karena faktor usia sehingga
kalau berbicara dengan klien harus dengan suara yang agak keras. Klien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran
4) Mulut dan tenggorokan

58
Bentuk mulut dan tenggorokan simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada
kesulitan menelan, tidak terdapat peradangan pada tenggorokan.
e. Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan dan tidak ada keluhan
f. Sistem pernafasan
1) Inspeksi : dada kanan kiri terlihat simetris, tidak ada retraksi otot
bantu pernafasan.
2) Perkusi : Suara paru kanan kiri sama sonor.
3) Auskultasi : Vesikuler,  wheezing (-), ronkhi (-)
g. Sistem Kardiovaskuler
1) Palpasi :Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat edema
2) Inspeksi : Pergerakan dada simetris, tidak terdapat varises.
3) Perkusi :  Terdapat suara pekak.
4) Auskultasi : Irama jantung reguler, BJ I dan BJ II terdengar
h. Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum
panti  dengan frekuensi 3 kali sehari dan setiap makan porsi habis.
Kebiasaan minum kopi (-), susu (-), peristaltik normal, tidak terdapat
anorexia. Klien mengatakan bab tiap  hari sekali dengan konsistensi lembek
i. Sistem perkemihan
Klien BAB 1x sehari dengan konsistensi padat lembek serta tidak ada
keluhan lain dalam BAB, BAK klien 4-5x sehari tetapi  bisa juga
tergantung dari banyaknya cairan yang diminum klien
j. Sistem genitoreproduksi
Klien berjenis kelamin Laki-laki. Klien mengatakan tidak ada nyeri
sewaktu BAB maupun BAK
k. Sistem muskuloskeletal

59
Kemampuan menggenggam kuat, otot ekstremitas atas dan bawah sama
kuat
l. Sistem saraf pusat
Mengalami sistem saraf pusat (pendengaran)
m. Sistem endokrin
Produksi hormon menurun, tidak terjadi gangguan kesuburan atau
intertilitas dan kelenjar adrenal.
8. Pengkajian psikososial dan spiritual
a. Psikosial
Tn. T masih saling bertegur sapa dengan WBS yang lain saat berada di
wisma dan di lingkungan panti. Sikap Tn.T sangatlah ramah dan lucu, Tn.T
merasa senang bersoosialisasi dan berharap terus bersosialisasi bersama
denggan orang disekitarnya.
b. Identifikasi Masalah Emosional

PERTANYAAN TAHAP 1

a. Apakah klien mengalami sukar tidur? Ya


b. Apakah klien sering merasa gelisah? Tidak
c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri? Tidak

d. Apakah klien sering merasa was-was atau kuatir? Tidak

Lanjutkan ke pertanyaan Tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1


jawaban “YA”
PERTANYAAN TAHAP 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? Ya
b. Ada masalah atau banyak pikiran? Ya

60
c. Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain? Tidak
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak
e. Apakah cenderung mengurung diri? Tidak

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Tn.T Emosional positif


i. Spiritual
Tn.T beragama Kristen, klien sering mengikuti Kebaktian di aula yang
tersedia di panti.

9. Pengkajian Fungsional klien KATZ Indeks


No Aktivitas Mandiri Tergantung

1. Mandi Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti
punggung atau ekstermitas yang tidak
mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya Tergantung √
:
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan
masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi
sendiri

2 Berpakaian Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian,
mengancingi/mengikat pakaian √
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau sebagian

61
3. Ke kamar kecil Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genitalia sendiri
Tergantung : √
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan
pispot

4 Berpindah Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk,
bangkit dari kursi sendiri
Bergantung : √
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau
kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih Perpindahan

5. Kontinen Mandiri √
BAB dan BAK seluruhnya terkontrol
sendiri
Bergantung
Inkontinensia parsial atau total; pengginaan
kateter, pispot, pembalut/pempers

6. Makan Mandiri √
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya
sendiri Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring
dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan
makan melalui
parenteral (NGT)
Keterangan:
Beri tanda (√) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :
Pasien mandiri dalam makan, kontinensia (BAK dan BAB), menggunakan
pakaian, pergi ke toilet,berpindah, dan mandi.
10. Modifikasi dari Barthel Indeks
NO. KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN

62
1 Makan 5 10 Frekuensi :3x/hari Jumlah
√ : sedikit
Jenis: nasi putih, lauk
pauk dan buah

2 Minum 5 10 Frekuensi : sering ,1-2


√ lt/hari
Jumlah : 8-9 gelas
Jenis : air putih

3 Berpindah dari kursi 5 – 10 15 Tn.T tidak memakai


roda ke tempat tidur dan √ kursi roda
sebaliknya

4 Personal toilet (cuci muka, 0 5 Frekuensi : 2x/hari


menyisir rambut, gosok gigi) √

5 Keluar masuk toilet 5 10 Tn.T membuka


(membuka pakaian, menyeka √ pakaian, dan menyiram
tubuh, menyiram) tubuhnya sendiri

6 Mandi 5 15 Frekuensi : 2x/hari



7 Jalan di permukaan datar 0 5 Tn.T berjalan sendiri
√ tanpa bantuan
orang lain ataupun
tongkat
8 Naik turun tangga 5 10 Tn.T naik turun tangga
√ sendiri tanpa dibantu
oleh orang lain, pasien
mengatakan mudah lelah
saat naik turun tangga.
9 Mengenakan pakaian 5 10 Tn.t mengenkan pakaian
√ nya sendiri tanpa bantuan
orang lain
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1x/hari
√ Konsistensi : lunak
berwarna kuning
kecoklatan
11 Kontrol bladder 5 10 Frekuensi : 5-6x/hari
(BAK) √ Warna : kuning jernih
12 Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi : 1x/hari
√ Jenis : senam rutin setiap
hari
13 Rekreasi/pemanfaatan 5 10 Jenis : bermain dengan

63
waktu luang √ hewan peliharaan dan
bersosialisasi dengan
WBS yang lain
Interpretasi hasil : skor 130 dengan kategori Tn.T melakukan secara mandiri

a. 130 : Mandiri
b. 60 - 125 : Ketergantungan sebagian
c. 55 : Ketergantungan total

11. Pengkajian Status Mental Gerontik


Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan Short Portable Mental
Status Questioner (SPSMQ)
Instruksi : Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan dan masukkan dalam
interpretasi.
BENAR SALAH NO PERTANYAAN

√ 01 Tanggal berapa hari ini?

√ 02 Hari apa sekarang?

√ 03 Apa nama tempat ini?

√ 04 Dimana alamat anda?

√ 05 Berapa umur anda?

√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)

√ 07 Siapa Presiden Indonesia sekarang?

√ 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya?

√ 09 Siapa nama Ibu Anda?

√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari


setiap angka baru, semua secara menurun.

Interpretasi hasil : didapatkan skor 1 dengan kategori Tn.T funsi intelektual


utuh
a. Salah 0 -2 : Fungsi intelktual utuh
b. Salah 3- 4 : Kerusakan intelektual ringan

64
c. Salah 5 – 7 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah > 8 : Kerusakan intelektual berat
12. Identifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan MMSE
(Mini Mental Status Exam)

No. Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria


Maks Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
□ Tahun : 2022
□ Musim : Panas menjelang hujan
□ Tanggal : 12
□ Hari : Kamis
□ Bulan : Mei
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada?
□ Negara Indonesia
□ Propinsi Jakarta
□ Kota DKI Jakarta
□ PSTW Budi Mulia 1 Ciracas
□ Wisma Merak
2 Registrasi 3 5 Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa)
1 detik untuk mengatakan masing- masing obyek.
Kemudian tanyakan kepada klien ketiga obyek tadi.
(Untuk disebutkan)
□ Obyek (Pulpen) √
□ Obyek (Kertas) √
□ Obyek (Sendal) √
3 Perhatian dan 5 3 Minta klien mengeja 5 belakang,
kalkulasi “BAPAK”
 K
 A
 P
 A
 B

65
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada
No.2 (Registrasi) tadi. Bila benar, 1 poin untuk
masing-masing objek.
 Obyek (Pulpen) √
 Obyek (Kertas) √
 Obyek (Sendal) √
5. Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan
namanya pada klien.
 (Gelas) (√)
 (Pulpen) (√)
Minta klien untuk mengulang kata berikut : “Tak ada
1
jika, dan, atau, tetapi.” Bila benar, nilai satu poin.
 Pernyataan benar 2 buah (tak ada, tetapi)

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang


tediri dari 3 langkah : Ambil kertas di tangan anda,
3
lipat dua, dan taruh di lantai.”
 Ambil kertas di tangan anda (√)
 Lipat dua (√)
 Taruh di lantai(√)
1 Perintahkan pada klien untuk hal Berikut (bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
 “Tutup mata Anda” (√)
2 Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat
dan menyalin gambar.
 Tulis satu kalimat (√)
 Menyalin gambar(√)

Interpretasi hasil : 29; Aspek kognitif dan fungsi mental baik


26 – 30 : Aspek kognitif dan fungsi mental baik
21 – 25 : Aspek kognitif dan fungsi mental ringan
11 – 20 : Kerusakan aspek fungsi mental sedang
0 – 10 : Terdapat aspek fungsi mental

66
13. Pengkajian Keseimbangan
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dari dua komponen utama dalam
bergerak, dari kedua komponen tersebut dibagi dalam beberapa gerakan yang
perlu di observasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah :

Nilai
No Kemampuan Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Klien
a. Perubahan Posisi atau gerakan keseimbangan
Bangun dari tempat duduk (dimasukkan dalam analisis) dengan mata
terbuka. Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi
1 1
lansia mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian
depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali
Duduk ke kursi (dimasukkan ke dalam analisis) dengan mata terbuka.
2 1
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Bangun dari tempat duduk (dimasukkan ke dalam analisis) dengan mata
tertutup. Tidak bangun dari tempat duduk dengan sekali gerakan, akan tetapi
3 0
lansia mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian
depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali
Duduk ke kursi (dimasukkan ke dalam analisis) dengan mata tertutup.
4 0 Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk ke tengah kursiKeterangan : Kursi
harus yang keras tanpa lengan
Menahan dorongan pada sternum (Pemeriksa mendorong sternum sebanyak
5 0 3 kali dengan hati-hati) dengan mata terbukaKlien menggerakkan kaki,
memegang objek untuk dukungan, kaki tidak menyentuh sisi-sisinya.
Perputaran leher (klien sambil berdiri) Menggerakkan kaki, menggenggam
6 0 objek untuk dukungan kaki; keluhan vertigo, pusing, atau keadaan tidak
stabil
Gerakan menggapai sesuatu. Tidak mampu untuk menggapai sesuatu
7 0 dengan bahu fleksi sepenuhnya sementara berdiri pada ujung-ujung jari
kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk dukungan
Membungkuk Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek
8 0 kecil (misalnya pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bias berdiri lagi,
dan memerlukan usaha-usaha yang keras untuk bangun
b. Komponen gaya berjalan atau pergerakan
Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan Ragu-ragu,
9 0
tersandung, memegang objek untuk pegangan
Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
10 0 Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
Kontinuitas langkah kaki (lebih baik di observasi dari samping klien).
11 0 Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
Kesimetrisan langkah (lebih baik di observasi dari samping klien)Langkah
12 0
tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit

67
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik di observasi dari samping
13
0 kiri klien). Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
5 JUMLAH NILAI KEMAMPUAN KLIEN
Interpretasi hasil :
Klien berhasil menjawab dengan nilai 3, dengan demikian berdasarkan
interpretasi hasil 0 – 5 : resiko jatuh rendah.

14. The timed up and go (tug) Test

No Langkah
1. Posisi klien duduk di kursi
2. Minta klien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali ke kursi,
ukur waktu dalam detik

Interpretasi Hasil : 11-19 detik


Analisa Hasil : Didapatkan skor 11-19 dengan kategori Tn.T mengalami resiko
jatuh rendah
15. Penilaian potensi dekubitus (Skor NORTON)
Nama Penderita :
Kondisi Fisik Umum :

a. Baik 4
b. Lumayan 3

c. Buruk 2

d. Sangat buruk 1

Kesadaran :
a. Komposmentis
4
b. Apatis
3
c. Sopor

68
d. Koma 2
Aktifitas 1
a. Ambulasi
b. Ambulasi dengan bantuan 4

c. Hanya bisa duduk 3

d. Tiduran 2
Inkontinen 1
a. Tidak
b. Kadang-kadang 4

c. Sering Inkontinesia urin 2

d. Inkontinensia alvi & urin 3


1
Interpretasi Hasil :
Didapatkan skor 18 dengan kategori Tn.T mengalami kecil sekali/tidak terjadi

16. APGAR KELUARGA


Tidak dilakukan pengkajian APGAR keluarga karena tinggal dipanti dan tidak
mempunyai keluarga

17. Geriatric Depression Scale (GDS)


No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda √

2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan √


minat/kesenangan anda

3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong √

4 Apakah anda sering merasa bosan √

5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat √

6 Apakah anda merasa takut sesuatu yang buruk akan √


terjadi pada anda

69
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar √
hidup anda
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya √

9 Apakah anda lebih sering dirumah dari pada pergi √


keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah √
dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang
11 Apakah anda pikir bahwa kehidupan anda saat ini √
menyenangkan
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan √
anda saat ini
13 Apakah anda merasa penuh semangat √

14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada √


harapan
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain, lebih baik √
keadaanya dari pada anda

Interpretasi Hasil : 3

Skor 0 – 5 : normal

skor >6 : depresi

Analisis Hasil : di dapatkan skor 3 dengan kategori normal

70
ANALISA DATA

No.
Analisis Diagnosa Keperawatan
Data
1. DS :
- Pasien mengatakan nyeri tengkuk sejak Nyeri akut b.d Agen pencedera
2 minggu lalu fisiologis (peningkatan perfusi
- Pasien mengatakan tengkuknya terasa serebral ) d.d Tekanan darah meningkat
kaku setiap bangun tidur D.0077
- Pasien mengatakan mempunyai
riwayat hipertensi
- Pasien mengatakan sering pusing
setelah bangun tidur
- Pasien mengatakan rutin
mengkonsumsi obat darah tinggi setiap
hari yang diberikan oleh perawat panti
(amlodipine 10 mg 1x1)
- Pengkajian nyeri:
P : Nyeri dibagian tengkuk
Q : Nyeri seperti di tertimpa beban
berat dan kaku
R : Nyeri dirasakan pada tengkuk
S : Skala Nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul (saat
beraktivitas dan menggerakkan
kepalanya)

71
DO :
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak sering memegang
tengkuknya saat berdiskusi
- Pasien mengkonsumsi obat rutin
amlodiphine 10mg 1x1 setiap harinya
- Kesadaran: Composmentis
- Pemeriksaan TTV:
TD: 150/100 mmHg
N: 90x/m
S: 36,5C
Rr: 21x/m
- Pasien mengkonsumsi obat
amlodiphine 10mg 1x1
2. DS:
- Pasien mengatakan mudah lelah Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan b.d
setelah beraktivitas tekanan darah berubah dari kondisi
- Pasien mudah lelah setelah berjalan istirahat (D.0056)
kaki ke depan panti dan melakukan
senam setiap pagi
DO:
- Pasien tampak lemas dan pucat
- Tekanan darah pasien meningkat dari
kondisi istirahat
- TD: 150/100 mmHg
- N: 90x/menit
- RR : 21x/menit

72
3 DS:
- Pasien mengatakan sulit tidur disaat Gangguan Pola Tidur b.d hambatan
malam lingkungan D.0055
- Pasien mengatakan tidur hanya dari
jam 2 malam-5 pagi
- Pasien mengatakan akhir-akhir ini
sangat lelah
- Pasien mengatakan sering merasa
mengantuk
- Pasien mengatakan sulit tidur karena
gerah dan panas
DO:
- Pasien tampak lemah
- Konjungtiva Anemis
- Pasien tampak pucat

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No Keluhan Skor

1 Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (peningkatan perfusi


serebral) d.d Tekanan darah meningkat
D.0077
2 Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan b.d tekanan darah berubah
dari kondisi istirahat
D.0056
3 Gangguan Pola Tidur b.d hambatan lingkungan
D.0055

73
NURSING CARE PLAN (NCP)

Diagnosa
N Kriteria S SIKI
Keperawatan
O Batasan L
Karakteri K
stik I
Dx. Kod H Kode Intervensi Kode
Kep e a
si
l
1 Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan L.08065 Manajemen Nyeri I.0823
DS : D.007 keperawatan selama 3x24 Observasi 8
pencedera fisiologis
7 jam diharapkan Nyeri 1. Identifikasi
- Pasien
(peningkatan perfusi klien berkurang dengan lokasi,
mengatakan KH: karakteristik,
serebral ) d.d Tekanan
Tingkat Nyeri: kualitas dan
nyeri tengkuk
darah meningkat 1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
sejak 2 menurun (5) 2. Identifikasi
D.0077
2. Tekanan darah faktor yang
minggu lalu
menurun (5) memperberat
- Pasien 3. Frekuensi nadi dan
menbaik (5) memperingan
mengatakan
4. Kemampuan nyeri
tengkuknya menuntaskan 3. Monitor
aktivitas meningkat keberhasilan
terasa kaku
(5) terapi
setiap bangun komplementer
yang sudah di
tidur

74
- Pasien berikan
Terapeutik
mengatakan
1. Berikan teknik
mempunyai nonfarmakologi
Infuse Water
riwayat
Mentimun
hipertensi Edukasi
1. Anjurkan
- Pasien
menggunakan
mengatakan analgetik secara
tepat
sering pusing
2. Jelaskan
setelah bangun penyebab dan
pemicu nyeri
tidur
Kolaborasi
- Pasien 1. Kolaborasi
pemberian
mengatakan
analgetik
rutin
mengkonsumsi
obat darah
tinggi setiap
hari yang
diberikan oleh
perawat panti
(amlodipine

75
10 mg 1x1)
- Pengkajian
nyeri:
P : Nyeri
dibagian
tengkuk
Q : Nyeri
seperti di
tertimpa beban
berat dan kaku
R : Nyeri
dirasakan pada
tengkuk
S : Skala
Nyeri 5
T : Nyeri
hilang timbul
(saat
beraktivitas
dan

76
menggerakkan
kepalanya)
DO :
- Pasien tampak
meringis
- Pasien tampak
sering
memegang
tengkuknya
saat berdiskusi
- Pasien
mengkonsumsi
obat rutin
amlodiphine
10mg 1x1
setiap harinya
- Kesadaran:
Composmentis
- Pemeriksaan

77
TTV:
TD: 150/100
mmHg
N: 90x/m
S: 36,5C
Rr: 21x/m
- Pasien
mengkonsumsi
obat
amlodiphine
10mg 1x1

2 DS: Intoleransi Aktivitas D.001 Setelah dilakukan tindakan L.05047 Pemantauan Tanda I.02060
7 keperawatan selama 3x24 Vital
- Pasien b.d kelemahan b.d
jam diharapkan respon Observasi
mengatakan tekanan darah fisiologis terhadap 1. Identifikasi
aktivitas kembali adekuat gangguan fungsi
mudah lelah berubah dari kondisi
dengan KH: tubuh yang
setelah istirahat (D.0056) Toleransi Aktivitas : mengakibatkan
1. Frekuensi nadi kelelahan
beraktivitas

78
- Pasien mudah menurun 2. Monitor kelelahan
2. Kemudahan dalam fisik dan emosional
lelah setelah
melakukan aktivitas Teraupetik
berjalan kaki sehari-hari meningkat 1. Berikan aktivitas
3. Toleransi dalam distraksi yang
ke depan panti
menaiki tangga menenangkan
dan 4. Keluhan lelah
menurun Edukasi
melakukan
5. Warna kulit membaik 1. Anjurkan tirah
senam setiap 6. Tekanan darah baring
membaik 2. Anjurkan
pagi
melakukan
DO: aktivitas fisik
secara bertahap
- Pasien tampak
lemas dan
pucat
- Tekanan darah
pasien
meningkat dari
kondisi
istirahat
- TD: 150/100
mmHg

79
- N: 90x/menit
- RR :
21x/menit

3. DS : Gangguan Pola Tidur D.005 Setelah dilakukan tindakan L.05045 Dukungan tidur I.05174
b.d hambatan 5 keperawatan selama 3x24
- Pasien
lingkungan jam diharapkan kualitas Observasi
mengatakan dan kuantitas tidur pasien 1. Identifikasi pola
adekuat dengan KH: aktivitas dan tidur
sulit tidur
Pola Tidur : 2. Identifikasi faktor
disaat malam 1. Keluhan sulit tidur pengganggu tidur
menurun (1)
- Pasien
2. Keluhan sulit terjaga Teraupetik
mengatakan menurun (1) 1. Modifikasi
3. Keluhan istirahat lingkungan
tidur hanya
tidak cukup 2. Tetapkan ajdwal
dari jam 2 menurun (1) tidur rutin
4. Kemampuan
malam-5 pagi
beraktivitas Edukasi
- Pasien meningkat (5) 1. Anjurkan
menepati
mengatakan
kebiasaan waktu
akhir-akhir ini tidur
2. Ajarkan relaksasi
sangat lelah
otot autogenik
- Pasien 3. Menerapkan
terapi non
mengatakan

80
sering merasa farmakologis
terapi musik
mengantuk
- Pasien
mengatakan
sulit tidur
karena gerah
dan panas
DO:
- Pasien tampak
lemah
- Konjungtiva
Anemis
- Pasien tampak
pucat

81
CATATAN PERKEMBANGAN

N Diagnos Tanggal/  Imp E


o a Jam lem v
Keperawat ent al
an asi u
a
si
1 Nyeri akut b.d Manajemen Nyeri Suby
. Observasi ektif
Agen pencedera
- Identifikasi lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan masih nyeri
fisiologis kualitas dan intensitas nyeri tengkuk
- Identifikasi faktor yang - Pasien mengatakan rutin minum obat
(peningkatan
memperberat dan memperingan amlodipine yang sudah di siapkan panti
perfusi nyeri - Pasien mengatakan paham apa yang di
- Monitor keberhasilan terapi jelaskan perawat mengenai penyebab
serebral ) d.d
komplementer yang sudah di dan pemicu terjadinya nyeri
Tekanan darah berikan - Pasien mengatakan menyukai infuse
Terapeutik water mentimun yang diberikan.
meningkat - Pengkajian nyeri:
- Berikan teknik nonfarmakologi
D.0077 Infuse Water Mentimun P : Nyeri dibagian tengkuk
Edukasi Q : Nyeri seperti di tertimpa beban berat
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat dan kaku
- Jelaskan penyebab dan pemicu

82
nyeri R : Nyeri dirasakan pada tengkuk
Kolaborasi
S : Skala Nyeri 5
- Kolaborasi pemberian analgetik
T : Nyeri hilang timbul (saat
beraktivitas dan menggerakkan
kepalanya)

Obje
ktif
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak memegangi tengkuk
- Pasien tampak kooperatif apa yang telah
disampaikan oleh perawat
- Pasien tampak meminum Infuse water
sedikit demi sedikit
- Pemeriksaan TTV:
TD: 150/100 mmHg
N: 75x/m
S: 36,5C
Rr: 21x/m
- Pasien mengkonsumsi obat
amlodiphine 10mg 1x1
Analisis:
Masalah nyeri teratasi sebagian
Perencana
an:
Lanjutkan intervensi
2 Intoleransi Observasi Subje

83
. Aktivitas b.d - Identifikasi gangguan fungsi tubuh ctive:
kelemahan b.d yang mengakibatkan kelelahan - Pasien mengatakan mudah lelah
tekanan darah - Monitor kelelahan fisik dan emosional - Pasien mengatakan setelah
berubah dari Teraupetik beraktivitas kepalanya pusing
kondisi istirahat - Berikan aktivitas distraksi yang - Pasien mengatakan setelah
menenangkan beraktivitas mudah lelah
- Pasien mengatakan mudah lelah
Edukasi jika naik turun tangga
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik Objective:
secara bertahap - Menganjurkan pasien untuk
melakukan tirah baring
- Menganjurkan pasien untuk
melakukan aktivitas fisik secara
bertahap saat senam dengan cara
beristirahat jika lelah, naik turun
tangga dengan perlahan sembari
menarik nafas dalam agar kerja
jantung tidak terlalu berat
- Pasien tampak kooperatif apa yang
telah disampaikan oleh perawat

Analisis
Masalah belum teratasi

Perencanaan
Lanjutkan Intervensi
3 Gangguan Pola Dukungan tidur Subjc

84
. Tidur b.d Observasi tive :
hambatan - Identifikasi pola aktivitas dan tidur - Pasien mengatakan sulit tidur
lingkungan - Identifikasi faktor pengganggu tidur karena banyak hal yang dipikirkan
- Pasien mengatakan sulit tidur
Teraupetik karena di dalam ruangan panas dan
- Modifikasi lingkungan gerah
- Tetapkan ajdwal tidur rutin - Pasien mengatakan ia biasa tidur
jam 2 malam – 5 pagi
Edukasi - Pasien mengatakan ia ingin sekali
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur jam 11 malam
tidur - Pasien mengatakan paham yang
- Ajarkan relaksasi otot (tarik nafas diajarkan perawat relaksasi tarik
dalam) nafas dalam
- Menerapkan terapi non farmakologis - Pasien mengatakan setelah
terapi musik menjalani terapi musik ia menjadi
lebih senang
Objective

- Menetapkan anjuran kebiasaan


waktu tidur
- Memodifikasi lingkungan dengan
menggunakan kipas tangan
- Pasien tampak lebih rileks
- Pasien tampak kooperatif apa yang
telah disampaikan oleh perawat
- Pasien tampak menikmati terapi
musik yang sedang dilakukan.
Analisa
Masalah belum teratasi

85
Perencanaan
Lanjutkan Intervensi

Hari kedua

N Diagnosa Tanggal/ Implem Ev


o Keperawat Jam entasi al
an ua
si
1 Nyeri akut b.d Manajemen Nyeri Subye
. Observasi ktif:
Agen pencedera
- Identifikasi lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan masih nyeri tengkuk
fisiologis kualitas dan intensitas nyeri - Pasien mengatakan rutin minum obat
- Identifikasi faktor yang amlodipine yang sudah di siapkan panti
(peningkatan
memperberat dan memperingan - Pasien mengatakan paham apa yang di
perfusi nyeri jelaskan perawat mengenai manfaat
- Monitor keberhasilan terapi meminum infuse water mentimun
serebral ) d.d
komplementer yang sudah di - Pasien mengatakan menyukai infuse
Tekanan darah berikan water mentimun yang diberikan.

86
meningkat Terapeutik - Pengkajian nyeri:
- Berikan teknik nonfarmakologi P : Nyeri dibagian tengkuk
D.0077
Infuse Water Mentimun Q : Nyeri seperti kaku
Edukasi
- Anjurkan menggunakan analgetik R : Nyeri dirasakan pada tengkuk
secara tepat S : Skala Nyeri 3
- Jelaskan penyebab dan pemicu
nyeri T : Nyeri hilang timbul (saat beraktivitas
Kolaborasi dan menggerakkan kepalanya)
- Kolaborasi pemberian analgetik

Objek
tif:
- Pasien tampak lebih tenang
- Pasieen tampak memegangi tengkuk
- Menjelaskan manfaat dan tujuan
pemberian Infused Water Mentimun
- Pasien tampak kooperatif apa yang telah
disampaikan oleh perawat
- Pasien tampak rileks saat melakukan
kompres air hangat
- Pemeriksaan TTV:
TD: 140/90 mmHg
N: 80x/m
S: 36,5C
Rr: 21x/m
- Pasien mengkonsumsi obat amlodiphine
10mg 1x1
Analisis:

87
Masalah nyeri teratasi sebagian
Perenc
anaan:
Lanjutkan intervensi
2 Intoleransi Observasi Subje
. Aktivitas b.d - Identifikasi gangguan fungsi ctie:
kelemahan b.d tubuh yang mengakibatkan - Pasien mengatakan mudah lelah
tekanan darah kelelahan - Pasien mengatakan setelah
berubah dari - Monitor kelelahan fisik dan beraktivitas kepalanya pusing
kondisi istirahat emosional - Pasien mengatakan setelah
Teraupetik beraktivitas mudah lelah
- Berikan aktivitas distraksi yang - Pasien mengatakan saat turun atau
menenangkan naik tangga sudah tidak terlalu
merasa lelah
Edukasi - Pasien mengatakan melakukan
- Anjurkan tirah baring kegiatan secara bertahap
- Anjurkan melakukan aktivitas - Pasien mengatakan jika merasa
fisik secara bertahap lelah ia langsung istirahat

Objective:
- Menganjurkan pasien untuk
melakukan tirah baring
- Menganjurkan pasien untuk
melakukan aktivitas fisik secara
bertahap saat senam dengan cara
beristirahat jika lelah, naik turun
tangga dengan perlahan sembari
menarik nafas dalam agar kerja

88
jantung tidak terlalu berat
- Pasien tampak kooperatif apa yang
telah disampaikan oleh perawat

Analisis
Masalah belum teratasi

Perencanaan
Lanjutkan Intervensi
3 Gangguan Pola Dukungan tidur Subjct
. Tidur b.d Observasi ive :
hambatan - Identifikasi pola aktivitas dan - Pasien mengatakan sulit tidur
lingkungan tidur karena banyak hal yang dipikirkan
- Identifikasi faktor pengganggu - Pasien mengatakan sulit tidur
tidur karena di dalam ruangan panas dan
gerah
Teraupetik - Pasien mengatakan ia tidur jam 12
- Modifikasi lingkungan malam ini
- Tetapkan ajdwal tidur rutin - Pasien mengatakan paham yang
diajarkan perawat relaksasi tarik
Edukasi nafas dalam
- Anjurkan menepati kebiasaan - Pasien mengatakan setelah
waktu tidur menjalani terapi musik ia menjadi
- Ajarkan relaksasi otot (tarik nafas lebih senang
dalam) Objective
- Menerapkan terapi non
farmakologis terapi musik - Menetapkan anjuran kebiasaan
waktu tidur
- Memodifikasi lingkungan dengan

89
menggunakan kipas tangan
- Pasien tampak lebih rileks
- Pasien tampak kooperatif apa yang
telah disampaikan oleh perawat
- Pasien tampak menikmati terapi
musik yang sedang dilakukan.
Analisa
Masalah belum teratasi
Perencanaan
Lanjutkan Intervensi

Hari Ketiga
N Diagnosa Tanggal/ Implem Ev
o Keperawat Jam entasi al
an ua
si
1 Nyeri akut b.d Manajemen Nyeri Subye
. Observasi ktif:
Agen pencedera
- Identifikasi lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan sudah tidak nyeri
fisiologis kualitas dan intensitas nyeri tengkuk
- Identifikasi faktor yang - Pasien mengatakan rutin minum obat
(peningkatan
memperberat dan memperingan amlodipine yang sudah di siapkan panti
perfusi nyeri - Pasien mengatakan paham apa yang di
- Monitor keberhasilan terapi jelaskan perawat mengenai manfaat
serebral ) d.d
komplementer yang sudah di meminum infuse water mentimun
Tekanan darah berikan - Pasien mengatakan menyukai infuse
Terapeutik water mentimun yang diberikan.
meningkat
- Berikan teknik nonfarmakologi - Pasien mengatakan nyeri membaik

90
D.0077 Infuse Water Mentimun - Pasien mengatakan ia merasa lebih
Edukasi rileks
- Anjurkan menggunakan analgetik - Pengkajian nyeri:
secara tepat P : Nyeri dibagian tengkuk
- Jelaskan penyebab dan pemicu Q : Nyeri seperti kaku
nyeri
Kolaborasi R : Nyeri dirasakan pada tengkuk
- Kolaborasi pemberian analgetik S : Skala Nyeri 0
T : Nyeri hilang timbul (sat beraktivitas )

Objek
tif
- Pasien tampak lebih tenang
- Menjelaskan manfaat dan tujuan
pemberian Infused WaterMentimun
- Menanyakan keadaan pasien setelah
meminum infuse water mentimun selama
3 hari berturut-turut
- Pasien tampak kooperatif apa yang telah
disampaikan oleh perawat
- Pemeriksaan TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 78x/m
S: 36,5C
Rr: 21x/m
- Pasien mengkonsumsi obat amlodiphine
10mg 1x1
Analisis:

91
Masalah nyeri teratasi sebagian
Perenc
anaan:
Lanjutkan intervensi
2 Intoleransi Observasi Subje
. Aktivitas b.d - Identifikasi gangguan fungsi ctie:
kelemahan b.d tubuh yang mengakibatkan - Pasien mengatakan setelah
tekanan darah kelelahan beraktivitas kepalanya tidak lagi
berubah dari - Monitor kelelahan fisik dan pusing
kondisi istirahat emosional - Pasien mengatakan setelah
Teraupetik beraktivitas masih mudah lelah
- Berikan aktivitas distraksi yang - Pasien mengatakan saat turun atau
menenangkan naik tangga sudah tidak terlalu
merasa lelah
Edukasi - Pasien mengatakan melakukan
- Anjurkan tirah baring kegiatan secara bertahap
- Anjurkan melakukan aktivitas - Pasien mengatakan jika merasa
fisik secara bertahap lelah ia langsung istirahat

Objective:
- Menganjurkan pasien untuk
melakukan tirah baring
- Menganjurkan pasien untuk
melakukan aktivitas fisik secara
bertahap saat senam dengan cara
beristirahat jika lelah, naik turun
tangga dengan perlahan sembari
menarik nafas dalam agar kerja

92
jantung tidak terlalu berat
- Pasien tampak kooperatif apa yang
telah disampaikan oleh perawat

Analisis
Masalah belum teratasi

Perencanaan
Lanjutkan Intervensi
3 Gangguan Pola Dukungan tidur Subjct
. Tidur b.d Observasi ive :
hambatan - Identifikasi pola aktivitas dan - Pasien mengatakan sulit tidur
lingkungan tidur karena banyak hal yang dipikirkan
- Identifikasi faktor pengganggu - Pasien mengatakan ia mencoba
tidur tidur menggunakan kipas tangan
jika gerah
Teraupetik - Pasien mengatakan ia tidur pukul 11
- Modifikasi lingkungan malam
- Tetapkan ajdwal tidur rutin - Pasien mengatakan paham yang
diajarkan perawat relaksasi tarik
Edukasi nafas dalam
- Anjurkan menepati kebiasaan - Pasien mengatakan setelah
waktu tidur menjalani terapi musik ia menjadi
- Ajarkan relaksasi otot (tarik nafas lebih senang
dalam) Objective
- Menerapkan terapi non
farmakologis terapi musik - Menetapkan anjuran kebiasaan
waktu tidur
- Memodifikasi lingkungan dengan

93
menggunakan kipas tangan
- Pasien tampak lebih rileks
- Pasien tampak kooperatif apa yang
telah disampaikan oleh perawat
- Pasien tampak menikmati terapi
musik yang sedang dilakukan.
Analisa
Masalah bteratasi sebagian
Perencanaan
Lanjutkan Intervensi

94
95
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan ini penulis memberikan intervensi dan melakukan


implementasi keperawatan pada klien hipertensi untuk menurunkan tekanan darah,
rasa nyeri, intoleransi aktivitas dan pola tidur yang tidak teratur yang dirasakan oleh
klien dengan salah satu cara terapi nonfarmakologi yaitu Infused Water Mentimun.
Asuhan keperawatan ini dilakukan mulai dari tanggal 16 Mei 2022 sampai dengan 18
Mei 2022. Hasil yang didapat setelah dilakukan terapi Infused Watermentimun terjadi
penurunan secara bertahap pada tekanan darah pasien, keluhan skala nyeri yang klien
rasakan, intoleransi aktivitas dan pola tidur tidak teratur yang dialami oleh pasien.

A. Pengkajian
Hipertensi merupakan terjadinya peningkatan tekanan darah persisten,
dimana tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih tinggi dari 90 mmHg (Lippicott & Wilkins, 2010). Pasien dengan
peningkatan tekanan darah memiliki tanda dan gejala medis yang dapat
diidentifikasi dan bervariasi pada masing-masing invididu penderita. Seseorang
akan mengetahui ia terkena penyakit hipertensi jika dilakukan pemeriksaan
tekanan darah dan skrinning kesehatan di pelayanan kesehatan secara rutin.
Gejala yang dirasakan oleh para penderita hipertensi adalah sakit kepala atau rasa
berat di tengkuk, pusing, jantung berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan
kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Lippicott & Wilkins, 2010).
Hasil pengkajian data ditemukan bahwa tanda dan gejala yang dialami oleh
pasien merupakan manifestasi klinis dari penderita hipertensi, yaitu riwayat
hipertensi, pusing kepala, nyeri pada area tengkuk. Saat dilakukan pemeriksaan
fisik juga ditemukan peningkatan tekanan darah 150/100 mmHg.
Menurut Munson, C & Traister. R (2015) dalam (Novitasari et al., 2018),
kondisi hipertensi mengakibatkan nyeri kepala karena karena peningkatan

96
tekanan intra kranial. Lokasi nyeri kepala yang paling dikeluhkan adalah pada
area oksipital. Pusing (Dizziness, confusion) juga sering dikeluhkan, hal ini
disebabkan karena vasokontriksi pembuluh darah sehingga terjadi penurunan
perfusi jaringan serebral yang juga menyebabkan iskemia sehingga terjadinya
nyeri pada tengkuk. Iskemia adalah kekurangan aliran darah ke jaringan atau
organ tubuh akibat gangguan di pembuluh darah .Nyeri yang tidak segera diatasi
akan berakibat penurunan kualitas tidur atau insomnia, sehingga dapat berefek
pada penurunan daya konsentrasi dan juga penurunan kemampuan pemenuhan
activity daily living atau pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Novitasari et al.,
2018) .
Selain itu dari hasil pengkajian didapatkan data pasien merasakan cepat
lelah
saat melakukan aktivitas sehari-hari, mudah lelah saat naik turun tangga, dan saat
mengikuti kegiatan senam setiap pagi oleh karena itu terjadinya intoleransi
aktivitas. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang ingin dilakukan oleh pasien (PPNI, 2017). Intoleransi
aktivitas pada pasien hipertensi disebabkan oleh kerusakan vaskuler pembuluh
darah yang mengakibatkan pembuluh darah tersumbat sehingga terjadi
vasokontriksi dan membuat tubuh menjadi cepat lelah akibat aliran darah yang
lambat (Putri & Anggreini, 2021).
Pada hasil pengkajian juga didapatkan bahwa pasien memiliki kesulitan
saat tidur, mengalami waktu tidur yang pendek. Gangguan pola tidur adalah
gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur yang dialami oleh seseorang akibat
faktor eksternal (PPNI, 2017). Menurut Carpenito (2007) dalam (Madeira et al.,
2019) gangguan pola tidur merupakan keadaan ketika individu mengalami suatu
perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan
rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkannya. Nugroho
(2008), mengemukakan bahwa gangguan pola tidur dapat mengubah hormon
stres kortisol dan sistem saraf simpatik, sehingga terjadi peningkatan tekanan

97
darah yang mengakibatkan pasien mengalami hipertensi. Menurut Javaheri
(2008), seseorang yang mengalami kekurangan tidur dapat menyebabkan
gangguan metabolisme dan endokrin yang berkontribusi menyebabkan gangguan
kardiovaskular sehingga terjadinya hipertensi (Madeira et al., 2019).
Hal diatas sesuai dengan apa yang dijelaskan dipengkajian teoritis, dimana
selama proses pengkajian Tn.T, penulis menemukan masalah-masalah
keperawatan sehingga penulis dapat membuat rencana asuhan keperawatan
sesuai dengan masalah yang ditemukan selama pengkajian. Selama proses
pengkajian penulis tidak menemukan kendala atau penghambat untuk
menegakkan diagnosa serta rencana asuhan keperawatan.
B. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia dari individu ataupun kelompok dimana perawat secara akunbilitas
dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan, menurunkan, mencegah dan merubah (Nursalam, 2015). Berdasarkan
hasil pengkajian kemudian dilakukan proses analisa dan pengelompokkan data,
penulis merumuskan tiga diagnosa yang sesuai dengan teoritis (Putri &
Anggreini, 2021). Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. T adalah Nyeri
akut, Intoleransi Aktivitas dan Gangguan Pola Tidur.
Masalah keperawatan utama adalah nyeri akut dirasakan sangat
mengganggu Tn.T dengan karakteristik nyeri sebagai berikut :
P : Nyeri dibagian tengkuk
Q : Nyeri seperti di tertimpa beban berat dan kaku
R : Nyeri dirasakan pada tengkuk
S : Skala Nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul (saat beraktivitas dan menggerakkan kepalanya)
Nyeri yang dirasakan oleh pasien disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan
darah dan ketegangan otot bagian tengkuk (Putri & Anggreini, 2021). Nyeri yang

98
dirasakan oleh Tn.T disebabkan oleh tekanan darah sistoliknya > 150 mmHg dan
diastoliknya > 100 mmHg.
Masalah keperawatan kedua adalah intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang ingin dilakukan oleh pasien (PPNI, 2017).
Intoleransi aktivitas pada pasien hipertensi disebabkan oleh kerusakan vaskuler
pembuluh darah yang mengakibatkan pembuluh darah tersumbat sehingga terjadi
vasokontriksi dan membuat tubuh menjadi cepat lelah akibat aliran darah yang
lambat (Putri & Anggreini, 2021).
Masalah keperawatan ketiga adalah gangguan pola tidur berhubungan
dengan hambatan lingkungan. Gangguan tidur pada lansia diketahui dari
kesulitan memulai tidur, kesulitan untuk mempertahankan tidur nyenyak dan
bangun terlalu pagi sehingga tidak tercukupi kebutuhan tidur selama 6 jam, hal
tersebut menyebabkan lansia mudah mengalami kelelahan dan stres sehingga
bisa meningkatkan tekanan darah. Menurut Potter & Perry (2006), Lingkungan
tempat seseorang tidur berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk tidur
dan tetap tidur. Lingkungan yang tidak mendukung seperti terpapar banyak suara
menyebabkan seseorang kesulitan untuk memulai tidur. Lingkungan yang tidak
nyaman seperti lembab juga dapat mempengaruhi tidur (Ananda Rahmasari,
2021). Pola tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat
mengakibatkan gangguan fisiologis dan psikologis diri seseorang. Durasi tidur
pendek dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan hipertensi karena
peningkatan tekanan darah, denyut jantung, peningkatan sistem saraf simpatik,
dan peningkatan retensi garam. Faktor yang mempengaruhi poal tidur, yaitu
stress, lingkungan fisik, diet, obat-obatan, latihan fisik, penyakit dan gaya hidup
(Ananda Rahmasari, 2021).
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan sesuai dengan asuhan keperawatan yang diberikan,
yang meliputi prioritas masalah, perumusan masalah, tujuan dan kriteria hasil

99
serta penetapan perencanaan tindakan yang dibutuhkan untuk mengatasi
masalah-masalah klien yang muncul dan disertai rasional (PPNI, 2017). Pada
kasus ini penulis melakukan berbagai langkah untuk menentukan prioritas
diagnosa, tujuan dan hasil yang diharapkan, intervensi yang diterapkan pada
klien berdasarkan evidence based nursing practice untuk mengatasi hipertensi
dengan berbegai tanda dan gejala yang dialami klien. Rencana keperawatan yang
digunakan untuk Tn.T dari tujuan dan kriteria hasil mengacu pada SIKI, SLKI
dan SDKI yang menjadi dasar dalam proses keperawatan.
Tindakan keperawatan dilakukan selama 3x24 jam, adapun rencana
keperawatan pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut diantaranya, Identifikasi
lokasi, karakteristik, kualitas dan intensitas nyeri, identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah di berikan, anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, jelaskan
penyebab dan pemicu nyeri dan kolaborasi pemberian analgetik.
Perencanaan keperawatan pada diagnosa kedua intoleransi aktivitas
meliputi identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
monitor kelelahan fisik dan emosional, berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan, anjurkan tirah baring dan anjurkan melakukan aktivitas fisik
secara bertahap.
Adapun perencanaan keperawatan pada diagnosa ketiga gangguan pola
tidur yaitu identifikasi pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu
tidur, modifikasi lingkungan, tetapkan ajdwal tidur rutin, anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur, ajarkan relaksasi otot (tarik nafas dalam), menerapkan
terapi non farmakologis terapi musik.
Penulis ingin mengembangkan ilmu di luar dari keperawatan yaitu
menerapkan terapi komplementer non farmakologis Infused WaterMentimun
Kepada Tn. T di Wisma Merak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1
Ciracas Jakarta Timur.
D. Implementasi Keperawatan

100
Implementasi diagnosa keperawatan nyeri akut, dihari pertama sampai hari
ketiga dilakukan sesuai dengan rencana tindakan. Tujuan tindakan adalah
mengurangi nyeri yang dirasakan, implementasi yang dilaksanakan seperti
mengkaji nyeri secara komprehensif dan memberikan terapi non farmakologi
untuk mengurangi nyeri yaitu memberikan Infused Watermentimun kepada Tn.T.
Dalam hal ini penulis sebagai pemberi pelayanan keperawatan memberikan
tindakan atau intervensi sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat,
manajemen nyeri yang diterapkan kepada klien selama 3 hari dengan hasil yang
signifikan terhadap keluhan nyeri yang dirasakan, dan klien juga tidak
mengkonsumsi obat pereda nyeri (analgetik) selama implementasi keperawatan,
tetapi klien mengkonsumsi obat antihipertensi (amlodipine 10 mg) setiap pagi.
Setelah penulis melakukan pemberian Infused WaterMentimun secara rutin
selama 3 hari kepada Tn.T, terdapat hasil perubahan yang signifikan terhadap
tekanan darah Tn.T yaitu 20 mmHg pada tekanan darah sistolik dan 10 mmHg
pada tekanan darah diastolik.
Berdasarkan teori dan fakta terdapat pengaruh pada pemberian Infused
Watermentimun terhadap penurunan tekanan darah dengan nilai rata-rata
penurunan 20 mmHg. Pemberian Infused Watermentimun menghasilkan
penurunan diakibatkan karena adanya vasodilatasi pada pembuluh darah
sehingga tekanan darah dapat turun (Katimenta et al., 2018). Hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh (Katimenta et al., 2018) terjadi penurunan tekanan
darah terhadap 20 responden yang diberikan Infused Water Mentimun selama 14
hari dengan rata-rata penurunan 20mmHg pada sistolik dan diastolik (Katimenta
et al., 2018).
Hal ini dicapai melalui Pemberian Infused Water Mentimun karena salah
satu tumbuhan yang digunakan sebagai terapi komplementer. Kandungan kalium
ada di dalam mentimun berguna dalam menurunkan kadar angiotensin II yang
menyebabkan penurunan kadar ADH (Anti Diuretik Hormone), ketika kadar
ADH menurun ginjal akan meningkatkan sekresi urine lebih banyak, untuk

101
memekatkan urine volume cairan intraselular akan menarik cairan ekstra selular
(natrium), karena adanya penarikan cairan ekstra selular keluar akan menurunkan
konsentrasi natrium dalam darah dan akan mengakibatkan penurunan tekanan
darah (Katimenta et al., 2018)
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan, penulis
menilai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai dalam pemberian asuhan
keperawatan dengan membandingkan hasil dari asuhan keperawatan dengan
kriteria hasil yang telah disusun sebelumnya. Evaluasi dilakukan dengan menilai
perkembangan serta keefektifan tindakan keperawatan selama menjalani program
asuhan keperawatan.
Masalah atau diagnosa keperawatan nyeri pada Ny. I teratasi pada hari
ketiga hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya keluhan nyeri yang dirasakan
pada Ny. I. Klien mengatakan nyeri pada kepala dan tengkuk, skala nyeri yang
dirasakan awalnya 5 turun menjadi skala 3, klien juga tidak tampak meringgis,
diikuti dengan penurunan tekanan darah setelah dilakukan intervensi infused
water mentimun. Pertemuan pada hari pertama tekanan darah dari 150/100
mmHg menjadi 140/90 mmHg. Pertemuan pada hari kedua tekanan darah dari
140/90 mmHg menjadi 130/90 mmHg. Pertemuan pada hari terakhir setelah
dilakukan intervensi infused water mentimun juga menunjukkan penurunan
tekanan darah dari 130/90 mmHg menjadi 120/80 mmHg.
Sejalan dengan penelitian Indriani et. all (2018), efektivitas pemberian
infused water mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi
didapat tekanan darah responden sebelum diberikan infused water mentimun
dengan hasil tekanan darah yaitu hipertensi grade 2 : ≤ 160 / ≤ 100 mmHg
berjumlah 1 responden, hipertensi grade 1 : 140-159 / 90-99 mmHg berjumlah 25
respomden, dan hipertensi : 120-139 / 80-89 mmHg berjumlah 4 responden. Dan
tekanan darah responden sesudah di berikan infused water mentimun yaitu
hipertensi grade 1 : 140-159 / 90-99 mmHg berjumlah 5 responden, prehipertensi

102
: 120-139 / 80-89 mmHg berjumlah 15 responden dan tekanan darah normal :
100-120 / 60-80 mmHg berjumlah 10 responden. Dari hasil penelitian didapatkan
berdasarkan hasil tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan infused water
mentimun didapat ada penurunan tekanan darah yaitu Ha diterima menunjukan
pemberian infused water mentimun efektif terhadap penurunan tekanan darah
(Putri & Anggreini, 2021).

103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn. T yang mengalami
hipertensi pada saat dikaji Tn.T mengatakan nyeri pada bagian kepala dan
tengkuk, klien mengatakan badann. Tnya terasa cepat lelah saat melakukan
aktivitas dan klien mengatakan sulit tidur. Pada analisis ini yang dilakukan oleh
penulis didapat data subyektif dan obyektif yang mengarah pada masalah
keperawatan yaitu nyeri akut, intoleransi aktivitas dan gangguan pola tidur. Dari
ketiga masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus diatas memiliki
prioritas masalah yang berbeda-beda. Masalah keperawatan diurutkan dalam
bentuk prioritas tinggi, sedang dan rendah.
Berdasarkan hasil analisis kasus klien yang mengalami peningkatan
tekanan darah dan riwayat penyakit hipertensi terjadi penurunan tekanan darah.
Sebelum diberikan intervensi pada hari ke 1 TD klien 150/100 mmHg, pada hari
ke 2 TD klien 140/90 mmHg, pada hari ke 3 TD klien 130/90 mmHg dan setelah
diberikan intervensi pada hari ke 1 TD klien 140/90 mmHg, pada hari ke 2 TD
klien 130/90 mmHg, pada hari ke 3 TD klien 120/80 mmHg.
B. Saran
1. Bagi Klien
Penulis berharap dalam penulisan ini dapat dijadikan dasar bagi Tn. T untuk
dapat meningkatkan pengetahuan dan derajat kesehatan klien yang
menderita hipertensi dengan penerapan terapi komplementer non
farmakologi infused water mentimun.
2. Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan masukan dan informasi
tentang pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan
hipertensi, sehingga pada mahasiswa yang akan melakukan praktek klinik

104
keperawatan dapat mengetahui gambaran dan informasi mengenai asuhan
keperawatan keluarga pada pasien dengan hipertensi.
3. Bagi Pembaca dan masyarakat
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk menambah referensi
pembelajaran, sebagai informasi berbasis bukti dan diterapkan seperti
memberikan informasi terkait hasil penelitian pada masyarakat. Hasil
penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan bagi responden maupun
masyarakat dalam memilih pengobatan alternatif atau pelengkap dalam
pengobatan yang tepat secara mandiri, yang telah diuji dan praktis dalam
menurunkan tekanan darahdengan memberikan jus mentimun yang sangat
murah dan mudah didapat bahkan dapat dijadikan tanaman obat keluarga
dirumah..

105
DAFTAR PUSTAKA
Abrass, I. B. (1990). The biology and physiology of aging. Western Journal of
Medicine, 153(6), 641–645.
Akbar, F., Nur, H., Humaerah, U. I., Keperawatan, A., Wonomulyo, Y., & Gatot
Subroto, J. (2020). Karakteristik Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Desa Buku
(Characteristics of Hypertension in the Elderly). Jwk, 5(2), 2548–4702.
Akbar, F., Syamsidar, & Widya Nengsih. (2020). Karakteristik Lanjut Usia Dengan
Hipertensi Di Desa Banua Baru. Bina Generasi : Jurnal Kesehatan, 11(2), 6–8.
https://doi.org/10.35907/bgjk.v11i2.141
Ananda Rahmasari. (2021). UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Poliklinik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota,
1(3), 82–91.
Anggia, V., Wiyati, T., & Wulandari, N. (2019). Pembuatan Nutrisi dan Penyuluhan
Penyakit Hipertensi pada Anggota PKK Delima Jakarta Timur. Jurnal SOLMA,
8(1), 1. https://doi.org/10.29405/solma.v8i1.3059
Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia Tahun 2021. 316.
BPS. (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2018. 3–4.
Effect, T. H. E., Cucumber, O. F., Toward, J., Pressure, B., The, F. O. R., & People,
E. (2014). DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI POSYANDU di
KABUPATEN DEMAK THE EFFECT OF CUCUMBER JUICE TOWARD
BLOOD PRESSURE FOR THE ELDERLY PEOPLE. 76–81.
Fandizal, M., Sani, D. N., & Astuti, Y. (2020). Pengaruh Air Infus Lemon ,
Semangka , dan Mentimun Untuk Menurunkan Tekanan Darah. 10, 172–177.
Hardianti, F. (2018). Efektivitas Antara Pemberian Jus Mentimun dan Rebusan
Seledri terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Puskesmas
Perumnas II Kecamatan Pontianak Barat. Jurnal Universitas Tanjungpura
Pontianak, 38(1), 1–8.
Harifah, I., Mustofa, A., & Suhartatik, N. (2017). Aktivitas Antioksidan Infused
Water Dengan Variasi Jenis Jeruk (Nipis, Lemon, Dan Baby) Dan Buah
Tambahan (Stroberi, Anggur Hitam, Dan Kiwi). Jurnal Teknologi Dan Industri
Pangan, 1(1), 54–58.
Indrasworo, B. T. (2019). Karya Ilmiah akhir ners. Repo.Stikesperintis.Ac.Id.
Iqbal, A. ., & Jamal, S. . (2022). Essential Hypertension. NCBI Bookshelf, 22.
https://doi.org/10.1136/bmj.1.5282.945

106
ISTVÁN, B. (2019). Hypertension in the elderly. Lege Artis Medicinae, 29(11), 531–
536. https://doi.org/10.33616/LAM.29.050
Katimenta, K. Y., Sianipar, S. S., & Indriani, N. (2018a). Efektivitas Pemberian
Infused Water MentimunTerhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi Di Kecamatan Pahandut Kota. Dinamika Kesehatan, 9(2).
Katimenta, K. Y., Sianipar, S. S., & Indriani, N. (2018b). Efektivitas Pemberian
Infused Water MentimunTerhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi Di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya. Dinamika Kesehatan,
9(2).
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
Lippicott, & Wilkins, W. &. (2010). Brunner & suddarth’s Textbook of Medical-
Surgical Nursing (H. Surrena (Ed.); 12th ed.). Wolters Kluwer Health.
Madeira, A., Wiyono, J., & Ariani, N. L. (2019). Hubungan Gangguan Pola Tidur
Dengan Hipertensi Pada Lansia. Nursing News, 4(1), 29–39.
Novitasari, D., Wirakhmi, I. N., Harapan, U., Purwokerto, B., Harapan, U., &
Purwokerto, B. (2018). PENURUNAN NYERI KEPALA PADA LANSIA
DENGAN HIPERTENSI DECREASED HEADACHE ON THE ELDERLY WITH
HYPERTENSION USING. 7(2), 104–113.
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. J Majority, 4(5), 10–19.
Nuraisyah, F., & Kusumo, R. (2021). Edukasi Pencegahan dan Penanganan
Hipertensi untuk Meningkatkan Kualitas Hidup pada Lansia. Pengabdian
Masyarakat, 1(2), 35–38.
Nurfatimah, R., Sri, M. R. ’i S., & Jubaedah, Y. (2017). Perancangan Program
Pendampingan Lanjut Usia Berbasis Home Care Di Posbindu Kelurahan Geger
Kalong. FamilyEdu, III(Vol 3, No 2 (2017)).
Oparil, S., Acelajado, M. C., Bakris, G. L., Berlowitz, D. R., Cífková, R.,
Dominiczak, A. F., Grassi, G., Jordan, J., Poulter, N. R., Rodgers, A., &
Whelton, P. K. (2019). HHS Public Access. Hypertension. Nature Reviews
Disease Primers, 22(4), 1–48.
https://doi.org/10.1038/nrdp.2018.14.Hypertension
Panggohong, C. E., Rmpas, S. S. J., & Ismanto, A. Y. (2015). PENGARUH
PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAPTEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSIDI DESA TOLOMBUKAN KEC. PASAN KAB.
MINAHASA TENGGARA. Ejournal Keperawatan (e-Kep), 3(2).
https://doi.org/10.1016/j.earlhumdev.2006.05.022

107
PPNI. (2017). SDKI : Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Purwanto, Y. A., Oshita, S., Makino, Y., & Kawagoe, Y. (2012). Indikasi Kerusakan
Dingin pada Mentimun Jepang (Cucumis Sativus L.) Berdasarkan Perubahan Ion
Leakage dan PH. Jurnal Keteknikan Pertanian, 26(1), 33–37.
Putri, S. B., & Anggreini, Y. D. (2021). STUDI KASUS PEMBERIAN INFUSED
WATER MENTIMUN PADA KLIEN HIPERTENSI YANG MENGALAMI
NYERI AKUT DENGAN DI WILAYAH TANJUNG HULU PONTIANAK
TIMUR. JUrnal Mahasiswa Keperawatan.
Rajca, A., Kasprzyk, P., Zieleniewicz, P., Undrunas, A., Wyszomirski, A., Nagórka,
A., Ostrowski, M., Rzyman, W., & Zdrojewski, T. (2018). Prevalence of
hypertension among chronic smokers: findings from the early lung cancer
detection programme MOLTEST BIS. Arterial Hypertension (Poland), 22(2),
74–80. https://doi.org/10.5603/AH.a2018.0006
Ratnawati, E. (2018). Asuhan Keperawatan Gerontik (1st ed.). Pustaka Baru Press.
Travis, D. H., Stephen, B., & Erica, C. (2021). Physiology, Pulse Pressure. NCBI
Bookshelf.
Waruwu, Y. A. S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami
Hipertensi Dengan Ansietas Dalam Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif
di Rumah Sakit Umum Dr ….
Weny, K., Tiranda, Y., & Sukron. (2021). TERAPI KOMPLEMENTER YANG
BERPENGARUH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PASIEN
HIPERTENSI DI INDONESIA: LITERATURE REVIEW. Jurnal Keperawatan
Merdeka, 1.
World health Organization. (2021). Guideline for the pharmacological treatment of
hypertension in adults. In American Family Physician. (Vol. 103, Issue 12).
Yahya. (2015). Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum Tuberosum
Dan Doucus Carota. Jurnal Biology Education, 4(1), 196–206.

108
LAMPIRAN

109
Lampiran
LEMBAR KEGIATAN BIMBINGAN TUGAS AKHIR
Tanggal Kegiatan Paraf Catatan Kegiatan
bimbingan Pembimbing
12 Mei 2022 Pengajuan judul ACC judul
tugas akhir
27 Mei 2022 Konsul Revisi
BAB I s/d BAB III BAB I dan BAB
III
30 Mei 2022 - Konsul Revisi
BAB I dan BAB BAB I dan BAB
III III
- Konsul jadwal Jadwal siding
sidang diundur

1 Juni 2022 Konsul Revisi


BAB I s/d BAB III BAB I s/d BAB III
3 Juni 2022 Revisi ACC BAB I s/d
BAB I s/d BAB III BAB V
Konsul
BAB IV dan BAB
V
7 Juni 2022 Pengajuan Sidang ACC sidang TA
TA pada tanggal 13
Juni 2022

110
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Tema : Pemberian Infused Water Mentimun
Sasaran : Pasien kelolaan Tn. T
Hari/Tanggal : Senin, 16 Mei s/d Rabu, 18 Mei 2022
Waktu :11.00 WIB s/d 11.30 WIB
Tempat : Wisma Merak, PSTW Budi Mulia 1 Ciracas

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


PEMBUATAN INFUSED WATER MENTIMUN

Air mineral yang di campur dengan buah mentimun kemudian


Pengertian didiamkan atau difermentasikan selama beberapa jam hingga
bercampur dan sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

1. Untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Hipertensi)


Tujuan
2. Untuk menjaga kesehatan tubuh

Prosedur Uraian

I. Alat dan Bahan :


1. Pisau
2. Gelas
3. Mentimun dengan irisan 0,7 cm (10 irisan)
4. Air Minum 250 ml

111
II. Cara Pembuatan
1. Tuangkan air minum ke dalam gelas sebanyak 250ml.
2. Masukkan 10 irisan mentimun ke dalam gelas yang sudah
berisi air minum sebanyak 250ml.
3. Diamkan campuran air minum dengan mentimun maksimal
6 jam supaya sari – sari buah mentimun nantinya akan
bercampur dengan air minum secara maksimal.
4. Simpan dengan suhu ruangan.
5. Infused Water siap disajikan.
Diberikan kepada responden sehari satu kali

PROSES PELAKSANAAN

No. Tahapan dan Waktu Kegiatan Penyaji Kegiatan Audien


1. Hari pertama
16 Mei 2022

a. Tahap orientasi - Memberi salam dan - Menjawab salam


memperkenalkan diri - Mendengarkan dan
- Menjelaskan tujuan dan memperhatikan
materi yang akan
disampaikan
- Menyimak penjelasan
b. Fase kerja - Menjelaskan yang diberikan
pengertian, tujuan dari - Pasien bertanya
pemberian air Infused - Pasien meminum air
Water Mentimun Infused Water
- Memberikan Mentimun yang
kesempatan pasien diberikan
untuk bertanya
- Memberikan air
Infused Water
Mentimun kepada
pasien untuk diminum
pada hari pertama - Menjawab pertanyaan
c. Fase Terminasi
- Pasien menyetujui
- Melakukan evaluasi
kontak program
- Melakukan kontrak selanjutnya
kegiatan selanjutnya - Menjawab salam
- Mengucapkan salam
2. Hari kedua

112
17 Mei 2022

a. Tahap - Memberi salam dan - Menjawab salam


orientasi bertanya kabar - Menjelaskan keadaan
pasien saat ini
- Pasien meminum air
Infused Water
- Memberikan air Mentimun yang
Infused Water diberikan
b. Fase kerja Mentimun kepada
pasien untuk diminum
pada hari pertama

- Melakukan evaluasi - Pasien menyetujui


- Melakukan kontrak kontak program
c. Fase Terminasi kegiatan selanjutnya selanjutnya
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
3. Hari ketiga
18 Mei 2022

a. Tahap - Memberi salam dan - Menjawab salam


orientasi bertanya kabar - Menjelaskan keadaan
- Memberikan air pasien saat ini
Infused Water - Pasien meminum air
Mentimun kepada Infused Water
pasien untuk diminum Mentimun yang
pada hari pertama diberikan

- Melakukan evaluasi - Menjawab pertanyaan


b. Fase kerja
- Pasien menyetujui
- Melakukan kontrak kontak program
c. Fase Terminasi kegiatan selanjutnya selanjutnya
- Mengucapkan salam - Menjawab salam

113

Anda mungkin juga menyukai