Anda di halaman 1dari 106

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT

DEPRESI PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH
SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN 2019

Oleh

SEPTIAN ANGGA SAPUTRA


15.14201.30.40

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2019
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT
DEPRESI PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH
SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN 2019

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA KEPERAWATAN

Oleh :

SEPTIAN ANGGA SAPUTRA


15.14201.30.40

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2019

ii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juli 2019

Septian Angga Saputra

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Chronic


Kidney Disease (CKD) yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit
Islam Siti Khadijah Palembang 2019
(xvii + 84 Halaman + 10 tabel + 2 Skema + 8 lampiran)

Dukungan Keluarga sangat dibutukan dalam proses penyembuhan atau


pemulihan penderita Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi
hemodialisa. Penderita CKD sangat rentan terkena tekanan mental seperti depresi,
yaitu alam perasaan yang sedih, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa
dan tidak berdaya. pada pasien CKD, untuk dapat mempertahankan hidup adalah
terapi hemodialisa yang bertujuan menghasilkan fungsi ginjal sehingga dapat
memperpanjang kelangsungan hidup pada penderita CKD.
Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya hubungan dukungan keluarga
terhadap tingkat depresi pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa.
Menggunakan desain penelitian kuantitatif survey analitik dengan pendekatan desain
Cross Sectional. Analisis hubungan menggunakan uji Chi square. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 65 responden.
Penelitian ini dilakukan tanggal 27 Mei – 30 Juli 2019 di Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang.
Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi depresi ringan (69,2%),
dukungan instrumental baik (70,8%), dukungan informasional baik (69,2%),
dukungan penilaian baik (50,8%), dukungan emosional baik (50,8%). Hasil bivariat
didapatkan dukungan instrumental (p value 0,000), dukungan informasional (p value
0,000), dukungan penilaian (p value 0,000), dan dukungan emosional (p value 0,000).
Sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat
depresi.
Dukungan keluarga baik dukungan instrumental, informasional, penilaian, dan
emosional sangat berpengaruh dengan tingkat depresi pasien CKD yang menjalani
terapi hemodialisa. Diharapkan perawat di ruangan hemodialisa juga dapat berbicara
dari hati ke hati dengan pasien, sehingga mereka dapat mengeluarkan keluh kesahnya
selama menjalani terapi hemodialisa.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Chronic Kidney Disease, Depresi


Daftar Pustaka : 34 (2009-2019)

iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Student Thesis, July 2019

Septian Angga Saputra

Family Support Relationship To The Level Of Depression In Patients Chronic


Kidney Disease (CKD) Who Undergo Hemodialysis Therapy At Islamic Hospital
Of Siti Khadijah Palembang 2019
(xvii + 84 Page + 10 table + 2 Scheme + 8 Attachment)

Family support is very needed in the process of healing or recovery of patients


with Chronic Kidney Disease (CKD) who undergo hemodialysis therapy. Patients
with CKD are very susceptible to mental stress such as depression, That is natural sad
feeling, psychomotor, concentration, fatigue, a sense of despair and helplessness. In
patients CKD to be able to sustain life is hemodialysis therapy aimed at producing
renal function so as to extend the survival of patients with CKD.
This research aims to be aware of the relationship of family support to the
level of depression in CKD patients undergoing hemodialysis therapy. Using
quantitative research design of analytic surveys with Cross Sectional design
approach. Relationship analysis using Chi-square test. Sampling techniques using
purposive sampling with a total of 65 respondents. The research was conducted on 27
May – 30 July 2019 at the Islamic Hospital of Siti Khadijah Palembang.
Based on the results of the research on frequency distribution of mild
depression (69.2%), good instrumental support (70.8%), good information support
(69.2%), good assessment support (50.8%), good emotional support (50.8%).
Sufficient results obtained instrumental support (p value 0.000), informational
support (p value 0.000), assessment support (p value 0.000), and emotional support (p
value 0.000). So there can be inferred there is a relationship between family support
to depression levels.
Family support is both instrumental, informational, appraisal, and emotional
support is very influential with the degree of depression of CKD patients undergoing
hemodialysis therapy. It is expected that the nurse in the hemodialysis room can also
speak from heart to heart with the patient, so that they can remove the sweat during
hemodialysis therapy.

Keywords : Family support, Chronic Kidney Disease, depression


References : 34 (2009-2019)

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT
DEPRESIN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISADI RUMAH
SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN 2019

Oleh :

SEPTIAN ANGGA SAPUTRA


15.14201.30.40

Program Studi Ilmu Keperawatan

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan oleh pembimbing


Program Studi Ilmu Keperawatan

Palembang, Agustus 2019

Pembimbing

Yofa Anggriani Utama, S.Kep., Ners, M.Kes., M.Kep

Mengetahui,
Plt. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan-Ners

Kardewi., S.Kep., Ners., M.Kes

v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG

Palembang, Agustus 2019

Ketua Penguji

Yofa Anggriani Utama., S.Kep., Ners., M.Kes, M.Kep

Penguji I

Hili Aulianah., S.Kep., Ners., M.Kes

Penguji II

Ersita., S.Kep., Ners., M.Kes

vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Septian Angga Saputra


Tempat, tanggal lahir : Banyuasin, 11 September 1997
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Ds. Margomulyo 16 Rt.010 Rw.003 Kec. Muara Sugihan
Kab. Banyuasin
No. Handphone : 081373558707 (Telp) / 087781963111 (WA)
Email : septian.anggas86@gmail.com
Nama orang tua
- Ayah : Kasmono, SKM
- Ibu : Mariyasih
Riwayat pendidikan :
- SDN Margomulyo : 2003-2009
- SMPN 04 Muara Sugihan : 2009-2012
- SMAN 11 Palembang : 2012-2015
- STIK Bina Husada Palembang : 2015-2019
Riwayat Organisasi :
- Anggota Pramuka : 2012-2013
- Pradana Pramuka SMAN 11 Palembang : 2013-2014
- Crew BEM STIK Bina Husada : 2016-2017
- Menteri Infokom BEM STIK Bina Husada : 2017-2018
- Ka. Umum HMJ Keperawatan STIK Bina Husada : 2018-2019

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Bismillahirrohmanirrohim
Dengan Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang

Dengan segenap keikhlasan hati kupersembahkan Skripsiku kepada:


 Kedua Orang Tuaku tercinta, Bapak (Kasmono, SKM) dan Ibu
(Mariyasih) yang tak pernah lelah membesarkanku dengan penuh
kasih sayang, senantiasa memberikan doa, dukungan, motivasi,
perjuangan dan pengorbanan serta kesabaran hingga
mengantarkanku sampai detik ini untuk meraih impian.
 Saudaraku, Mamas (Yuliansyah Addy Saputra, S.Kep., Ners) dan
Adik (Nova Fitriani Putri) yang selalu memberikan doa serta
dukungan selama ini.
 Keluarga besar paman, bibi, sepupu dan keponakan lainnya yang
tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Yang telah membantu
semuanya hingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini.

Motto :
“Tidak Penting Seberapa Lambat Kita Melaju,
Selagi Kita Tidak Berhenti”

viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ”Hubungan dukungan

keluarga terhadap tingkat depresi pada pasien chronic kidney disease (CKD) yang

menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019”

dapat diselesaikan.

Kami telah mengupayakan yang sebaik-baiknya dalam penyusunan skripsi ini,

dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan

ini, kami mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang

telah membantu sehingga dapat mempelancar pembuatan skripsi ini, terutama :

1. Dr. dr. Chairil Zaman, M.Sc. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bina Husada Palembang,

2. Kardewi, S.Kep., Ners., M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIK Bina Husada Palembang,

3. Yofa Anggriani Utama, S.Kep., Ners., M.Kes., M.Kep selaku Dosen

Pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, keluangan waktu dan

kesabaran yang telah diberikan kepada peneliti sejak awal pembuatan skripsi,

4. Hili Aulianah, S.Kep., Ners., M.Kes selaku Penguji I yang bersedia menjadi

pembimbing sidang skripsi,

5. Ersita, S.Kep., Ners., M.Kes selaku penguji II yang bersedia menjadi

pembimbing sidang skripsi, dan

ix
6. Sahabat-sahabatku Putra Suwarda Tama, Yoga Adi Pratama, M. Chaidir Ali

Fasyah, dan Yuli Afriani dalam pengumpulan bahan, penyusunan dan

pembuatan skripsi ini.

7. Semua pihak dan rekan-rekan yang tak lelah memberikan semangat untuk

penyususnan skripsi ini.

Namun, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari

segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu, saran dan masukan

sangat kami harapkan agar kami menjadi lebih baik lagi di kemudian hari.

Palembang, Agustus 2019

Peneliti

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ............................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT ......................................................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN..................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKIPSI .................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................... vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO...................................................................... viii
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 6
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
1.5.1 Bagi Rumah Sakit ................................................................................. 7
1.5.2 Bagi STIK Bina Husada ....................................................................... 7
1.5.3 Bagi Peneliti ......................................................................................... 7
1.6 Ruang Lingkup ..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Keluarga .................................................................................. 9
2.1.1 Pengertian keluarga .............................................................................. 9
2.1.2 Struktur keluarga .................................................................................. 9
2.1.3 Tipe/bentuk keluarga ............................................................................ 10
2.1.4 Fungsi keluarga .................................................................................... 10
2.1.5 Tugas kesehatan keluarga ..................................................................... 12
2.1.6 Dukungan keluarga ............................................................................... 13
2.2 Konsep Depresi .................................................................................... 15

xi
2.2.1 Definisi Depresi .................................................................................... 15
2.2.2 Teori Tentang Depresi .......................................................................... 16
2.2.3 Etiologi Depresi .................................................................................... 18
2.2.4 Gejala – gejala depresi .......................................................................... 19
2.2.5 Macam – macam depresi ...................................................................... 19
2.2.6 Tingkatan Depresi................................................................................. 20
2.2.7 Penatalaksanaan Depresi ...................................................................... 22
2.3 Konsep Gagal Ginjal Kronik ................................................................ 23
2.3.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik ............................................................... 23
2.3.2 Anatomi Fisiologi ................................................................................. 24
2.3.3 Etiologi ................................................................................................. 26
2.3.4 Patofisiologi .......................................................................................... 28
2.3.5 Klasifikasi ............................................................................................. 29
2.3.6 Manifestasi Klinis ................................................................................. 32
2.3.7 Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 34
2.3.8 Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................... 36
2.4 Konsep Dasar Hemodialisa .................................................................. 38
2.4.1 Definisi Hemodialisa ............................................................................ 38
2.4.2 Indikasi dan Kontra indikasi ................................................................. 39
2.4.3 Prinsip Hemodialisa.............................................................................. 40
2.4.4 Prosedur Hemodialisa ........................................................................... 41
2.4.5 Komplikasi ........................................................................................... 42
2.5 Penelitian Terkait .................................................................................. 43
2.6 Kerangka Teori ..................................................................................... 44

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 45
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 45
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................................. 45
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................................. 45
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 45
3.3.1 Populasi Penelitian ............................................................................... 45
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 45
3.3.3 Teknik Sampling Purposive Sampling ................................................. 46
3.4 Kerangka Konsep ................................................................................. 47
3.5 Definisi Operasional ............................................................................. 48
3.6 Hipotesis ............................................................................................... 51
3.7 Pengumpulan Data ................................................................................ 52
3.7.1 Sumber Data ......................................................................................... 52
3.7.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 52
3.8 Pengolahan Data ................................................................................... 54
3.9 Analisa Data ......................................................................................... 55
3.9.1 Analisa Univariat .................................................................................. 55

xii
3.9.2 Analisa Bivariat .................................................................................... 55
3.10 Etika Penelitian ..................................................................................... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 57
4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang ......................... 57
4.1.2 Lokasi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang ........................... 58
4.1.3 Visi, Misi, Dan Motto Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang .. 58
4.1.4 Maksud Dan Tujuan ............................................................................. 59
4.2 Analisa Data ......................................................................................... 59
4.2.1 Analisa Univariat .................................................................................. 59
4.2.2 Analisa Bivariat .................................................................................... 64
4.3 Hasil Pembahasan ................................................................................. 69
4.3.1 Pembahasan Univariat .......................................................................... 69
4.3.2 Pembahasan Bivariat ............................................................................ 75
4.4 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 81
4.4.1 Instrumen penelitian ............................................................................. 81
4.4.2 Metode Pengambilan Data.................................................................... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 83
5.2 Saran ..................................................................................................... 84
5.1.1 Bagi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang .............................. 84
5.1.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang .................................................... 84
5.1.3 Bagi peneliti selanjutnya ...................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA

xiii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Oprasional ............................................................................... 48


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi ................................................... 61
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental ....................................... 61
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional ..................................... 62
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Penilaian............................................. 63
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional .......................................... 64
Tabel 4.6 Hubungan Dukungan Instrumental dengan Tingkat Depresi ................ 65
Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Informasional dengan Tingkat Depresi ............. 66
Tabel 4.8 Hubungan Dukungan Penilaian dengan Tingkat Depresi ..................... 68
Tabel 4.9 Hubungan Dukungan Emosional dengan Tingkat Depresi ................... 69

xiv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori .................................................................................... 44


Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 47

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal .................................................................................. 24

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal dari STIK Bina Husada


2. Surat izin Pengambilan Data Awal dari Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang
3. Surat izin Penelitian dari Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
4. Surat keterangan selesai melakukan penelitian di Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang
5. Surat pernyataan persetujuan menjadi responden
6. Lembar Kuesioner
7. Dokumentasi Penelitian
8. Hasil olah data SPSS

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dukungan Keluarga sangat dibutukan dalam proses penyembuhan atau

pemulihan penderita Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi

hemodialisa, orang yang hidup dalam lingkungan yang supportif dengan adanya

perhatian, kasih sayang, motivasi kondisinya akan jauh lebih baik dari mereka

yang tidak memilikinya. Keluarga menjadi bagian terpenting dalam sistem sosial

kemasyarakatan, bahkan dalam sistem ekonomi. Meski keberadaannya

merupakan bagian terkecil, tetapi keluarga memiliki peran sebagai kunci,

Lukmanulhakim & Lismawati (2017) dan Bakri, M, H, (2017).

Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih, termasuk perubahan pada pola tidur

dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak

berdaya. Mood yang ditandai dengan kemurungan, kesedihan yang mendalam,

dan berkelanjutan sehingga hilangnya gairah hidup (Manurung, N. 2016).

Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah

dengan mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan

cairan dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat

tetap stabil, serta memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam

1
2

mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang

tetap kuat (Kemenkes RI, 2017).

Gagal ginjal terjadi jika ginjal tidak mampu dalam mengangkut sampah

metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya

dielimasi di urin menumpuk di dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi

renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan,

elektrolit, serta asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan

merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan

ginjal (Rendy, M, C. & Margareta, TH. 2014).

Terapi pengganti pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) untuk

dapat mempertahankan hidup adalah hemodialisa (HD), yang bertujuan

menghasilkan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup

pada penderita CKD. Hemodialisa merupakan suatu proses pembuangan zat-zat

sisa metabolisme yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang

mengalami kegagalan secara permanen. Penilitian yang dilakukan di unit

hemodialisa Rumah Sakit Tentara dr. Soejono Magelang pada tahun 2017

menunjukkan nilai yang signifikan sebesar 0,000 (p>0,05) yang artinya adanya

hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien yang menjalani

terapi hemodialisa (Angraeni, et al,. 2017).

Data Global Burden of Disease Tahun 2010 menunjukkan, Penyakit

Ginjal Kronis merupakan penyebab kematian ke-27 di dunia tahun 1990 dan

meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Lebih dari 2 juta penduduk di
3

dunia mendapatkan perawatan dengan dialisis atau transpalantasi ginjal dan

hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan tersebut (Kemenkes

RI, 2018).

Menurut prevalensi Riset Kesehatan Dasar RI >15 tahun menunjukkan,

Penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai 2.0% dan meningkat menjadi

3.8% pada tahun 2018. Daerah yang mengalami angka tertinggi di indonesia

adalah Kalimatan Utara mencapai 2.0% pada tahun 2013 dan mengalami

peningktan menjadi 6.4% pada tahun 2018. Daerah yang mengalami angka

kejadian paling sedikit di Indonesia pada tahun 2013 diantranya adalah Nusa

Tenggara Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Bangka

Belitung, Sumatera Selatan dan Riau mencapai 1.0%. daerah yang mengalami

angka kejadian paling sedikit di indonesia adalah Sulawesi Barat yang mencapai

2.0% pada tahun 2013 dan mengalami penurunan angka kejadian menjadi 1.8%

pada tahun 2018. Di Sumatera Selatan sendiri Pada tahun 2013 mencapai 1.0%

dan mengalami peningkatan menjadi 2.3% pada tahun 2018 (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan studi pendahuluan di ruangaHemodialisa RSI Siti Khadijah

melalui wawancara terhadap 2 pasien yang baru menjalani terapi hemodialisa di

dapatkan pasien mengatakan bahwa saat awal terdiagnosa penyakit gagal ginjal

kronik dirinya merasa sangat terbebani karena dirinya berfikir terapi yang harus

ia jalani akan memerlukan biaya yang tidak sedikit, tetapi dengan adanya

dukungan dari pihak keluarga yang meyakinkan dirinya dan bisa sampai di

kondisi saat ini. Lalu ada juga pasien yang mengatakan bahwa saat pertama
4

terdiagnosa CKD dirinya merasa putus asa dengan keberlangsungan hidupnya

tetapi dengan adanya saran dan support dari keluarga dirinya merasa lebih tenang

walaupun akan menjalani terapi hemodialisa. Kemudian didapatkan data dari

Medical Record Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Kota Palembang bahwa pada

tahun 2016 terdapat 125 pasien yang mengalami penyakit Chronic Kidney

Disease (CKD), pada tahun 2017 terjadi peningkatan pasien gagal ginjal kronik

menjadi 147 pasien. Pada tahun 2018 terdapat peningkatan yang begitu

signifikan menjadi 335 pasien, pada awal januari sampai akhir bulan maret

Tahun 2019 tercatat ada 183 pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

Hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang (Medical Record

RSI Siti Khadijah, 2019).

Menurut hasil penelitian (Angraeni, et al,. 2017) yang berjudul

“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Yang

Menjalani Terapi Hemodialisa Di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Tentara Dr.

Soedjono Magelang” menunjukkan nilai signifikasi sebesar 0,000 (p<0,05) yang

artinya adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien

yang menjalani terapi hemodialisa.

Menurut hasil penelitian (Lukmanulhakim & Lismawati, 2017), yang

berjudul “Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kejadian Depresi pada

Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD

dr. Drajat Prawinegara Serang” menunjukkan bahwa hampir sebagian besar

responden yang memiliki dukungan keluarga positif (47%), sebagian besar


5

responden memiliki kejadian depresi minimal (64%). Hasil analisis bivariat

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga (p=0,010)

dengan kejadian depresi. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam proses

penyembuhan/pemulihan penderita penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani

terapi hemodialisa.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukkan

penelitian tentang hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada

pasien chronic kidney disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di RSI

Siti Khadijah Kota Palembang.

1.2 Rumusan Masalah

Dukungan Keluarga sangat dibutukan dalam proses penyembuhan atau

pemulihan penderita Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjali terapi

hemodialisa. Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih, termasuk perubahan pada pola tidur

dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak

berdaya. Chronic Kidney Disease (CKD) yaitu penyakit ginjal tahap akhir

dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme,

keseimbangan cairan dan elektrolit serta mengarah pada kematian. Terapi

pengganti pada pasien CKD untuk dapat mempertahankan hidup adalah

hemodialisa (HD), yang bertujuan menghasilkan fungsi ginjal sehingga dapat

memperpanjang kelangsungan hidup pada penderita CKD.


6

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada

pasien chronic kidney disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di RSI

Siti Khadijah Kota Palembang.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahui hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada

pasien chronic kidney disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di RSI

Siti Khadijah Kota Palembang.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat depresi, dukungan instrumental,

dukungan informasional, dukungan penilaian dan dukungan emosional pada

pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di RSI

Siti Khadijah Kota Palembang.

2. Diketahuinya hubungan dukungan instrumental/materi terhadap tingkat

depresi pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa

di RSI Siti Khadijah Kota Palembang.

3. Dikeetahuinya hubungan dukungan informasi terhadap tingkat depresi

pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di RSI

Siti Khadijah Kota Palembang.


7

4. Diketahuinya hubungan dukungan penilaian/penghargaan terhadap tingkat

depresi pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa

di RSI Siti Khadijah Kota Palembang.

5. Diketahuinya hubungan dukungan emosional terhadap tingkat depresi pasien

Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di RSI Siti

Khadijah Kota Palembang.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan perawat dalam

memahami tingkat depresi pasien chronic kidney disease (CKD) yang

menjalani terapi hemodialisa, sehingga berguna dalam meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan untuk peningkatan pelayanan keperawatan.

1.5.2 Bagi STIK Bina Husada

Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menjadi tambahan masukan

sumber informasi dalam proses pengembangan belajar dalam teori dan praktik

khususnya dibidang ilmu keperawatan mengenai penyakit gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa.

1.5.3 Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai penerapan ilmu yang didapat selama proses

belajar dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan wawasan keilmuan

khususnya tingkat depresi pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa.
8

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini masuk kedalam area masalah keperawatan medikal bedah.

Penelitian ini dilakukan di RSI Siti Khadijah Palembang pada tanggal 4-11 Juli

2019. Populasi pada penelitian ini adalah pasien chronic kidney disease (CKD)

yang menjalani hemodialisa di RSI Siti Khadijah Kota Palembang. Pengambilan

sampel dengan menggunakan teknik Purposif sampling. Jumlah sampel dalam

penelitian ini yaitu 65 responden. Desain penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan uji Chi-square.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Pengertian keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena

adanya hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka

hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan didalam

peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri,

atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-

masing yang merupakan bagian dari keluarga (Gusti, S, A, 2013).

2.1.2 Struktur keluarga

Menurut Harmoko (2012), menjelaskan struktur keluarga terdiri dari 5

macam, diantaranya adalah:

1) Patrlineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur

ayah.

9
10

2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

3) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

4) Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

saudara suami.

5) Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga dan beberapa sanak.

2.1.3 Tipe/bentuk keluarga

Ada 3 tipe keluarga menurut Leny, R. & Jhonson, R (2010), diantaranya

yakni:

1. inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.

2. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan

anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah

satu atau dua pihak orang tua.

3. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis

keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan

antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.

2.1.4 Fungsi keluarga

Menurut Leny, R. & Jhonson, R. (2010), ada beberapa fungsi keluarga

dalam konsep keluarga adalah sebagai berikut:


11

1) Fungsi biologis:

a. Meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Memelihara dan merawatanggota keluarga

2) Fungsi psikologis:

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan ientitas keluarga

3) Fungsi sosialisasi:

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak

c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4) Fungsi ekonomi:

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga

b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluargauntuk memenuhi

kebutuhan keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa

yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua).


12

5) Fungsi pendidikan:

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya

b. Mempesiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

2.1.5 Tugas kesehatan keluarga

Menurut Leny, R. & Jhonson, R. (2010), tugas kesehatan keluarga

adalah sebagai berikut.

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keliarga.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.


13

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik

fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

2.1.6 Dukungan keluarga

Menurut Nadirawati (2018), dukungan sosial keluarga merujuk pada

dukungan sosial yang dirasakan oleh anggota keluarga ada atau dapat diakses

(dukungan sosial dapat atau tidak digunakan, pendukung siap memberikan

bantuan dan pertolongan jika dibutuhkan). Dukungan sosial keluarga dapat

datang dari dalam dukungan sosial keluarga, seperti dukungan pasangan atau

dukungan sibling atau dari luar dukungan sosial keluarga, yaitu dukungan

sosial berada di luar keluarga nuklir (dalam jaringan sosial keluarga).

Ada 4 jenis dukungan keluarga menurut Hernilawati (2013), yaitu

sebagai berikut:

a. Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit.

b. Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah

kolektor dan disseminator (penyebar informasi).

c. Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah

umpan balik, membimbing dan menengah pemecahan masalah dan

sebagai sumber dan validator identitas keluarga.


14

d. Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi.

Menurut Widyanto & Candra, F. (2014) dukungan merupakan

keterlibatan yang diberikan oleh keluarga dan teman kepada klien untuk

mengatur dan merawat diri sendiri. Menjelaskan bahwa konsep oprasional

dari dukungan social adalah perceived support (dukungan yang disarankan),

yang memiliki dua elemen dasar diantaranya adalah persepsi bahwa ada

sejumblah orang Iain dimana seseorang dapat mengandalkannya saat

dibutuhkan dan derajat keponan terhadap dukungan yang ada. Dukungan

dapat dibagi menjadi 5 bentuk, yaitu:

a. Dukungan instrumental (instrumental support) merupakan bentuk

dukungan langsung dan nyata. Dukungan yang diberikan dapat berupa

penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti

pinjaman uang. barang, makanan serta pelayanan. Dukungan ini dapat

membantu individu mengurangi tekanan karena dapat langsung

digunakan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi.

b. Dukungan informasi (informational support) adalah pemberian informasi

terkait dengan hal yang dibutuhkan individu. Sebagai makhluk sosial

manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan orang lain,

manusia mengikuti sistem komunikasi dan informasi yang ada. Sistem

dukungan informasi mencakup pemberian nasihat, saran serta umpan


15

balik mengenai keadaan individu. Jenis informasi yang dapat diberikan

seperti menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah yang

sedang dihadapi.

c. Dukungan Penghargaan (esteem support) bentuk dukungan penghargaan

dapat diberikan melalui dorongan atau persetujuan terhadap gagasan atau

perasaan individu dalam meningkatkan harga diri, serta membangun

harga diri dan kompetensi.

d. Dukungan emosional (emotional support) dukungan emosional yang

dapat diberikan seperti ekspresi empati dan perhatian terhadap individu.

Dukungan tersebut dapat memberikan rasa nyaman, aman, dan dicintai

agar individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini

sangat penting diberikan pada individu dalam menghadapi keadaan yang

dianggap tidak bisa dikontrol. Sumber terdekat dukungan emosional

adalah keluarga. Dukungan keluarga tersebut memiliki arti yang

signifikan dalam kehidupan seseorang.

2.2 Konsep Depresi

2.2.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih gejala penyertaanya. Termasuk

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrai,

anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta bunuh diri

(Lestari, T. 2015).
16

Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan

yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berprilaku)

seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah

perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi ditandai dengan

perasaan sedih yang psikopatologis, kehilangan minat dan kegembiraan,

berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah

yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas.

Depresi adalah keadaan tertekan dan perasaan semangat menurun dengan

ditandai muram, sedih, loyo, karena tekanan jiwa, keadaan merosotnya hal-hal

yang berkenaan dengan semangat hidup (Manurung, N, 2016).

2.2.2 Teori Tentang Depresi

Menurut Lestari, T. (2015), Ada beberapa teori yang dapatdigunakan

untuk menjelaskan munculnya gangguan depresi, dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Teori biologis

Adanya disregulasi aminobiogenik, pnurunan aktivitas serotigenik, juga

disregulasi asetilkolin.

2. Pandangan psikodinamika

Studi psikologi tentang depresi dimulai oleh freud dan karl Abraham.

Mereka menggambarkan depresi sebagai reaksi yang kompleks terhadap

kehilangan.

3. Prespektif behavioral
17

Perspektif ini menjelaskan bahwa yang mengalami depresi kurang

menerima penghargaan (reward) atau lebih menerima hukuman

(punishment) atau lebih menerima hukuman (punishment) dari pada orang

yang tidak mengalami depresi. Penghargaan yang rendah dan hukuman

yang tinggi tersebut mengakibatkan gangguan depresi melalui tiga cara

yaitu:

a. Sesorang yang kurang menerima penghargaan atau lebih banyak

menerima hukuman secara umum akan mengalami kehidupan kurang

menyenagkan.

b. Jika prilaku seseorang tidak menghasilkan penghargaan atau

hukuman, maka individu tersebut akan mempunyai penghargaan

yang rendah terhadap dirinya dan mengembangkan konsep diri yang

rendah.

c. Jika suatu prilaku tidak diberi penghargaan atau hukuman, maka

kemungkinan akan mengakibatkan penghargaan yang diterima juga

kurang.

4. Perspektif kognitif

Dasar teori ini adalah adanya ide bahwa pengalaman yang sama

mempengaruhi dua orang dengan cara yang berbeda. Perbedaan ini

disebabkan oleh cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa. Dari

perspektif kognitif ini muncul model distorsi dari Beck dia menyatakan

bahwa depresi digambarkan sebagai kognitif triad tentang pikiran


18

berkembang terhadap dirinya sendiri, terhadap situasi, dan terhadap masa

depan.

2.2.3 Etiologi Depresi

Menurut Manurung, N. (2016), faktor penyebab depresi dapat secara

buatan di bagi menjadi faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial.

a. Faktor Biologi

Beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat kelainan pada amin

biogenik, seperti: 5 HIAA (5 Hidrosi indol asetic acid), HVA

(Homovanilic acid), MPGH (5 Methroxy – 0 – hydroksi phenil glikol), di

dalam darah urine dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood.

b. Faktor Genetik

Penelitian genetic dan keluarga menunjukan bahwa angka resiko diantara

anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi

berat (unipolar) diperkirakan 2 – 3 kali dibandingkan dengan populasi

umum.

c. Faktor psikososial

Penyebab defresi salah satunya ialah kehilangan objek yang di cintai. Ada

faktor psikososial salah satunya kehilangan salah satunya hilangnya peran

sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau saudara penurunan

kesehatan, peningkatan isolasi diri.


19

2.2.4 Gejala – gejala depresi

Orang dengan gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama

satu dengan lain. Gejala – gejala depresi antara lain:

a. Perasaan sedih yang menetap,khawatir atau perasaan kosong.

b. Perasaan putus asa dan atau psimisme.

c. Perasaan bersalah, perasaan tidak berharga dan atau putus asa.

d. Cepat marah, tidak dapat istirahat.

e. Insomnia, terjaga dipagi buta, atau tidur yang berlebihan.

f. Pikiran untuk bunuh diri, usaha bunuh diri.

g. Perasaan sakit yang menetap, sakit kepala, kram atau gangguan

pencernaan yang tidak mudah disembuhkan walaupun dengan perawatan

(Manurung, N. 2016).

2.2.5 Macam – macam depresi

Ada beberapa macam dari gangguan depresi, yaitu (Manurung, 2016) :

1. Major Depressive Disorder (gangguan depresi berat)

gangguan ini terdapat beberapa gejala yang mengganggu seseorang untuk

bekerja, tidur, belajar, makan dan menikmati kegiatan yang seharusnya

menyenangkan.

2. Dysthymic Disorder (dysthymia)

Adanya tanda berupa waktu yang lama (dua tahun atau lebih) tidak

terdapat gejala – gejala yang dapat mengganggu kemampuan seseorang


20

tetapi dapat mengganggu fungsinya secara normal seperti perasaan yang

nyaman.

Beberapa bentuk gangguan depresi menunjukan sedikit perbedaan

karakteristik dari gambaran di atas, atau mungkin saja beberapa gangguan

depresi berkembang dalam keadaan yang unik. Tidak semua ilmuansetuju

dalam hal menggolongkan dan mendefinisikan bentuk – bentuk dari

depresi ini:

a. Psycholic depression, terjadi ketika gangguan defresi dibarengi

dengan gangguan psikosis, seperti memungkiri kenyataan, halusinasi

dan delusi.

b. Postpartum depression (depresi postpartum), yang terjadi pada

seseorang ibu yang baru melahirkan.

c. Seasonal affective disorder (SAD), ditandai dengan gangguan depresi

selama musim dingin, musim panas, dimana pada musim tersebuttidak

ada cahaya matahari. Depresi ini secara umum akan menghiang selama

musim gugur dan musim semi. SAD biasanya diberi perlakuan berupa

terapi cahaya.

2.2.6 Tingkatan Depresi

Depresi menurut Lestari (2015), di bagi dalam tiga tingkatan yaitu

ringan, sedang, berat dimana perbedaan antara episode depresif ringan,

sedang, dan berat terletak pada penilaian klinis yang kompleks yng meliputi

jumlah, bentuk dan keparahan gejala yang ditemukan.


21

1. Depresi ringan

a. Sekurang kurangnya harus ada dua dari gejala – gejala utama depesi.

b. Ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala yang lain.

c. Lama seluruh episode berlangsung sekuran – kurangnya sekitar dua

minggu.

d. Tidak boleh ada gejala berat di antaranya.

2. Depresi sedang

a. Sekurang – kurangnya ada dua dari gejala utama dari deresi ringan.

b. Dan sekurang – kurangnya tiga dan sebaik – baiknya ada empat dari

gejala lain.

c. Lama seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu.

d. Mengahadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga.

3. Depresi berat

a. Semua tiga dari tiga gejala depresi harus ada.

b. Ditambah sekurang – kurangnya empat dari gejala lainnya.

c. Bila ada gejala penting yang jelas, maka pasien tidak mau atau tidak

mampu untuk melaporkan banyak gejala.

d. Lamanya sekurang-kurangnya 2 minggu.

e. Sangat tidak mungkin pasien akan mampu melanjutkan kegiatan

sosial.
22

2.2.7 Penatalaksanaan Depresi

Menurut Lestari (2015), Depresi pada pasien dapat lebih efektif di

obati dengan kombinasi dari psikotrapi yaitu, psikoanalitik psikoterapi :

1. Psikotik yang berorientasi insight

Insight merupakan pemahaman pesan terhadap fungsi psikologis dan

kepribadian, pasien mengalami maladaptifnya dengan mengubah

perasaan.

2. Psikotik Suportif

Dukungan oleh figure authority (terapis) dengan bersikap hangat,

bersahabat, membimbng dan memuaskan.

3. Psikotrapi kelompok

Klien membuat sebuah kelompok yang terdiri dari 1 kelompok minimal 3

orang, dan maksimal 8 – 10 orang. Dan pasien belajar adaftasi dengan

kelompok.

4. Latihan relaksasi

Banyak digunakan pada kasus keluhan fisik dengan frekuensi denyut

jantung menurun, tekanan darah menurun, neuromuscular stabil seperti

yoga, hypnosis, realaksasi dengan bimbingan suara.

5. Terapi prilaku

Terapi prilaku ditunjukan untuk mengubah prilaku maladaptife dengan

Jenjang terapi untuk mengatasi depresi dengan menentukan pola tingkah

laku maladaptive.
23

2.3 Konsep Gagal Ginjal Kronik

2.3.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik

Menurut Sibuea, et al (2009), Gagal ginjal kronik (GGK) atau sering

disebut dengan Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kerusakan faal ginjal

yang hampir selalu tak dapat pulih dan dapat disebabkan berbagai hal. Istilah

uremia telah dipakai sebagai nama keadaan ini selama lebih dari satu abad,

walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala gagal ginjal kronik tidak

seluruhnya disebabkan retensi urea di dalam darah. Penyakit Ginjal Kronik

(PGK) yaitu penyakit ginjal tahap akhir dimana kemampuan tubuh gagal

untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit serta

mengarah pada kematian (Padila, 2012).

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)

merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible di mana

kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan

cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen

lain dalam darah). Gagal ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu

mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan

pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat

ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu

beberapa tahun (Haryono, 2013).

Gagal ginjal kronis disebut juga sebagai Chronic Kidney (CKD).

Perbedaan kata kronis disini dibanding dengan akut adalah kronologis waktu
24

dan tingkat fisiologis filtrasi. Dijelaskan bahwa gagal ginjal kronis merupakan

kondisi penyakit pada ginjal yang persisten (keberlangsungan >3 bulan)

dengan kerusakan ginjal, kerusakan Glomerular Rae (GFR) dengan angka

GFR <60 ml/menit/1.73 m2 (Prabowo & Pranata, 2014).

2.3.2 Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal

https://www.google.com/amp/alamipedia.com/anatomi-fisiologi-ginjal-

gambar-menarik/amp/

Menurut Manurung (2018), ada beberapa fungsi ginjal, yaitu:

1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh

akan dieksresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam
25

jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine

yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga

susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.

2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion

yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi

pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam

yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan

meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (misal: Na, K, Cl, Ca dan

posfat).

3. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa

yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak

asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolisme protein.

Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine

bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan

perubahan pH darah.

4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat

toksik, obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing

(pestisida).

5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang

mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin

angiotensin aldesteron) membentuk eritripoiesis mempunyai peranan

penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).


26

Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsiferol

(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorsi ion kalsium di usus.

2.3.3 Etiologi

Menurut Padilla (2012), penyebab gagal ginjal kronik adalah:

1. Diabetus mellitus

2. Glumerulonefritis kronis

3. Pielonefritis

4. Hipertensi tak terkontrol

5. Obstruksi saluran kemih

6. Penyakit ginjal polikistik

7. Gangguan vaskuler

8. Lesi herediter

9. Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)

Menurut Rendy, M, C. & Margareth, TH. (2014), penyebab gagal ginjal

kronik adalah:

1) Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)

2) Penyakit peradangan glumerulonefritis

3) Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)

4) Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites nodusa, sklerosi

sistemik)
27

5) Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis

tubulus ginjal)

6) Penyakit metabolik (DM, gocit, hiperparatiroirisme)

7) Netropati toksik

8) Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)

Menurut Haryono (2013), Penyebab gagal ginjal kronik adalah:

1) Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis).

2) Penyakit peradangan (glomerulonefritis) primer dan sekunder.

Glomerulo-nefritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya timbul

pasca infeksi streptococcus. Untuk glomerulus akut, gangguan fisiologis

utamanya dapat mengakibatkan ekskresi air, natrium dan zat-zat nitrogen

berkurang sehingga timbul edema dan azotemia, peningkatan aldosteron

menyebabkan retensi air dan natrium. Untuk glomerulonefritis kroni,

ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif lambat, akan

tampak ginjal mengkerut, berat lebih kurang dengan permukaan

bergranula. Ini disebabkan jumlah nefron berkurang karena iskemia,

karena tubulus mengalami atropi, fibrosis intestisial dan penebalan

dinding arteri.

3) Penyakit vaskulerhipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis).

Merupakan penyakit primer dan menyebabkan hipertensi melalui

mekanisme. Retensi Na dan H2O, pengaruh vasopresor dari sistem rennin,


28

angiotensin dan defisiensi prostagladin, keadaan ini merupakan salah satu

penyebab utama gagal ginjal kronik, terutama pada populasi bukan orang

kulit putih.

4) Gangguan jaringan penyambung (SLE, Poliarteritis nodusa, sklerosis

sitemik).

5) Penyakit kengenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis

tubulus ginjal). Penyakit ginjal polikistik yang ditandai dengan kista

multiple, bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambat laun

mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat

penekanan. Asidosis tubulus ginjal merupakan gangguan eksresi H+ dari

tubulus ginjal/kehilangan HCO3 dalam kemih walaupun GFR yang

memadai tetap dipertahankan, akibatnya timbul asidosis metsbolik.

6) Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme).

7) Nefropati toksik.

8) Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).

2.3.4 Patofisiologi

Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal

gangguan, keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan zat-zat

sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai

fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal

kronik mugkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih
29

fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan

filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi.

Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang

tersisa menghadapi tugas yang berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut

rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya

berkaitan dengan tuntutan nefron-nefron yang ada untuk meningkatkan

reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron, terjadi

pembentukan jaringan parut dan aliran darah akan berkurang. Pelepasan renin

akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat

menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk kondisi gagal ginjal,

dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi

akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut

sebagai respon dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal

menurun drastis dengan manifestasi penumpukan metabolit-metabolit yang

seharusnya dikeluarkan dari sikulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia

berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap organ tubuh.

(Muttaqin dan Sari, 2014).

2.3.5 Klasifikasi

Gagal ginjal menurut Haryono (2013), dibagi menjadi 3 stadium:

a. Stadium I

Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40%-75%). Tahap inilah

yang paling ringan, faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum
30

merasakan gejala-gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih

dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN

(Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik.

Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan

memberikan beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih yang

lama atau dengan mngadakan test GFR yang teliti.

b. Stadium II

Insufiensi ginjal (faal ginjal antara 20%-50%). Pada tahap ini penderita

dapat melakukan tugas-tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi

ginjal menurun. Pengobatan harus cepat dalam hal mengatasi kekurangan

cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian

obat-obatan yang bersifat mengganggu faal ginjal. Bila langkah-langkah

ini dilakukan secepatnya dengan tepat, dapat mencegah penderita masuk

ke tahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75% jaringan yang

berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas

normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung dari

kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum mulai meningkat

melebihi kadar normal. Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar

pada penyakit yang terutama menyerang tubulus meskipun poliuria

bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan


31

anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25%. Faal ginjal

jelas sangat menurun dan timbul gejala-gejala kekurangan darah, tekanan

darah akan naik, aktivitas penderita mulai terganggu.

c. Stadium III

Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%). Semua gejala sudah

jelas dan penderita masuk dalam keadaan tak dapat melakukan tugas

sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain

mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala,

air kemih berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi

penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar

90% dari masa nefron telah hancur. Nilai GFR-nya 10% dari keadaan

normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10ml/menit atau kurang.

Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan

sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal,

penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak

sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam

tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang

dari 500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit

mula-mula menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan

gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memengaruhi setiap sistem

dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan
32

meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi

ginjal atau dialisis.

2.3.6 Manifestasi Klinis

Menurut Prabowo & Pranata (2014), menunjukkan bahwa tanda dan

gejala klinis pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang bersifat

sistemik. Ginjal sebagian organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki

fungsi yang banyak (organs multifunction), sehingga kerusakan kronis secara

fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan

vasomotor. Berikut ini adalah tanda gejala yang ditunjukkan oleh gagal ginjal

kronis:

1) Ginjal dan gastrointestinal

Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi,mulut kering,

penurunan tugor kulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi

penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala yang hebat. Dampak

dari peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya

otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi

akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling khas adalah

terjadinya penurunan urine output dengan sedimendasi yang tinggi.

2) Kardiovaskuler
33

Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomypati, uremic percarditis,

effusi perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal

jantung, edema periorbital dan edema perifer.

3) Respiratory system

Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi

pleura, crackles, spuntum yang kental, uremic pleuritis, dan uremic lung,

dan sesak nafas.

4) Gastrointestinal

Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa

gastrointestinal karena stomatis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan

kemungkinan juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif

duodenal, lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis.

Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksia, nausea dan

vomiting.

5) Integumen

Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering, dan ada scalp. Selain

itu, biasanya juga menunjukkan adanya purpura ekimosis, petechiae, dan

timbunan urea pada kulit.

6) Neurologis

Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri gatal pada

lengan, dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks

kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat,


34

iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukkan

adanya perubahan metabolik encephalophaty.

7) Endokrin

Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan

siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma,

pemimgkatan sekresi aldosteron, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.

8) Hematopoitiec

Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah trombositopenia

(dampak dari dialisis), dan kerusakan platele. Biasanya masalah yang

serius pada sistem hematologi ditunjukkan dengan adanya perdarahan

(purpora, ekimosis, dan petechiae).

9) Muskuloskeletal

Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur patologis, dan

klasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).

2.3.7 Penatalaksanaan Medis

Menurut Prabowo & Pranata (2014), menunjukkan bahwa fungsi

ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan pengembalian, maka tujuan

dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronis adalah untuk mengoptimalkan

fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan kesimbangan secara maksimal

untuk memperpanjang harapan hidup klien. Sebagai penyakit yang kompleks,

gagal ginjal kronis membutuhkan penatalaksnaan terpadu dan serius, sehingga

akan meminimalisir komplikasi dan meningkatkan harapan hidup klien. Oleh


35

karena itu, Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

penatalaksanaan pada klien gagal ginjal kronik:

1) Perawatan kulit yang baik

Perhatikan hygiene kulit pasien dengan baik melaluipersonal hygiene

(mandi) secara rutin.

2) Jaga kebersihan oral

Lakukan perawat oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu sikat yang

lembut/spon. Kurangi konsumsi gula untuk mengurangi rasa tidak

nyaman di mulut.

3) Beri dukungan nutrisi

Kolaborasi dengan nutrition untuk menyediakan menu makanan favorit

sesuai dengan anjuran diet. Beri dukunan intake tinggi kalori, rendah

natrium dan kalium.

4) Pantau adanya hiperkalemia

Hiperkalemia biasanya ditunjukkan dengan adanya kejang/kram pada

lengan, abdomen, dan diarea.

5) Atasi hiperfosfatemia dan hipokalsemia

Kondisi hiperfosfatemia dan hipokalsemia bisa diatasi dengan pemberian

antasida (kandungan alumunium/kalsium karbonat)

6) Kaji status hidrasi dengan hati-hati

Dilakukan dengan memeriksa ada/tidaknya distensi vena jugularis, dan

crackles pada auskultasi paru.selain itu juga, status hidrasi bisa dilihat
36

dari keringat berlebih pada aksila, lidah yang kering, hipertensi, dan

edema perifer.

7) Kontrol tekanan darah

Tekanan diupayakan dalam kondisi normal. Hipertensi dicegah dengan

mengontrol volume intravaskuler dan obat-obatan antihipertensi.

8) Pantau ada/tidaknya komplikasi pada tulang dan sendi.

9) Latih klien napas dalam dan batuk efektif untuk mencegah terjadinya

kegagalan napas akibat obstruksi.

10) Jaga kondisi septik dan aseptik setiap prosedur perawatan (pada

perawatan luka operasi).

11) Observasi adanya tanda-tanda perdarahan.

12) Pantau kadar hemoglobin dan hematokrit klien. Pemberian heparin

selama klien menjalan dialisis harus disesuaikan dengan kebutuhan.

13) Observasi adanya gejala neurologis.

14) Atasi komplikasi dari penyakit.

15) Laporkan segera jika ditemui tanda-tanda perikarditis (friction rub dan

nyeri dada).

16) Tata laksana dialisis/transplantasi ginjal.

2.3.8 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Padila (2012), menunjukan bahwa pemeriksaan diagnostik

sebagai berikut:

1. Urin
37

 Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)

 Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,

bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan

menunjukkan adanya darah, hb, mioglobin, porfirin.

 Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat

 Osmoalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal

tubular dan rasio urin/serum sering 1:1

 Klirens kreatinin: mungkin agak menurun

 Natrium: lebih besar dari 40mEq/L karena ginjal tidak mampu me-

reabsorbsi natrium

 Protein: derajat tinggi proteinuria secara kuat menunjukkan kerusakan

glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada

2. Darah

 BUN/kreatini: meningkat, kadar kreatinin 10mg/dl diduga tahap akhir

 Hematoksit: menurun pada adanya anemia. Hemoglobin biasanya

kurang dari 7-8 gr/dl

 SDM: menurun, defisiensi eritropoitin

 GDA: asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2

 Natrium serum: rendah

 Kalium: meningkat

 Magnesium: meningkat
38

 Kalsium: menurun

 Protein: menurun

3. Osmolalitas serum: lebih dari 285 msOm/kg

4. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

5. Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,

obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas

6. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar

batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif

7. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi

ekstravaskular, masa

8. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

2.4 Konsep Dasar Hemodialisa

2.4.1 Definisi Hemodialisa

Hemodialisis berasal dari kata hemo=darah, dan dialisis=pemisahan

atau filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan

untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara

akut ataupun secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses

tersebut. Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang di

lengkapi dengan membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan).

Hemdialisa dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera
39

dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan

kematian (Muttaqin & Sari, 2014).

Hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapipengganti

fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu

dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,

kreatin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeable sebagai

pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses

difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Rendy & Margareth, 2014).

Hemodialisa merupakan suatu tindakan yang digunakan pada klien

gagal ginjal untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan cairan dan untuk

memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dengan prinsip osmosis dan difusi

dengan menggunakan sistem dialisa eksternal dan internal. Proses

pembuangan zat-zat sisa metabolisme, zat toksik lainnya melalui membran

semi permeable sebagai pemisah antara darah dan cairan diaksat yang sengaja

dibuat dalam dializir (Wijaya & Putri, 2013).

2.4.2 Indikasi dan Kontra indikasi

Indikasi terapi hemodialisa:

1) Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk

sementara sampai fungsi ginjalnya pulih (laju filtrasi glomerulus <5 ml).

2) Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila

terdapat indikasi:

a. Hiperkalemia (K+ darah > 6 meq/l)


40

b. Asidosis

c. Kegagalan terapi konservatif

d. Kadar ureum / kreatinin tinggi dalam darah (ureum > 200 mg%,

kreatinin serum > 6 mEq/l

e. Kelebihan cairan

f. Mual dan muntah hebat

3) Intoksikasi obat dan zat kimia.

4) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat.

5) Sindrom hepatorenal dengan kriteria.

a. K+ pH darah < 7,10 => asidosis

b. Oliguria / an uria > 5 hr

c. GFR < 5 ml/i pada GGK

d. Ureum darah > 200 mg/dl (Andra & Yessi, 2013).

Kontra indikasi terapi hemodialisa:

1) Hipertensi berat (TD > 200 / 100 mmHg).

2) Hipotesis (TD < 100 mmHg).

3) Adanya pendarahan hebat.

4) Demam tinggi (Andra & Yessie, 2013).

2.4.3 Prinsip Hemodialisa

Pada Muttaqin & Sari (2014), menjelaskan bahwa ada tiga prinsip

yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu: difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi.


41

1) Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan

kadar di dalam darah, makin banyak yang berpindah ke dialisat.

2) Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi

yaitu perbedaan osmolalitas dan dialisat.

3) Proses ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena

perbedaan hidrostatik di dalam darah dan dialisat.

2.4.4 Prosedur Hemodialisa

Menurut Wijaya & Putri (2013), Ada 3 unsur penting untuk sirkuit HD :

a. Sirkuit darah

Dari klien mengalir darah dari jarum/kanul arteri dengan pompa darah

(200/250 ml/mnt) ke kompartemen darah ginjal buatan kemudian

mengembalikan darah melalui vena yang letaknya proksimal) terhadap

jarum arteri.

Sirkuit darah punya 3 monitor: tekanan arteri, tekanan vena dan detektor

gelembung udara.

b. Sirkuit dialisat / cairan dialisat

Cairan yang terdiri dari air, elektrolit

Air bersih, bebas dari elektrolit, mikroorganisme atau bahkan asing lain

perlu diolah dengan berbagai cara.

Konsentrat dialisat berisi komposisi elektrolit :


42

 Na+ : 135 - 145 meq/l

 K+ : 0 – 4,0 meq/l

 Cl- : 90 – 112

 Ca : 2,5 – 3,5 meq/l

 Mg : 0,5 -2,0 meq/l

 Dext 5% : 0 – 250 meq/l

 Acetat/bicarbonat : 33 – 45

2.4.5 Komplikasi

Menurut Rendy & Margareta (2012), menyebutkan bahwa komplikasi

dalam pelasanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi

adalah:

1. Hipotensi

2. Kram otot

3. Mual atau muntah

4. Sakit kepala

5. Sakit dada

6. Gatal-gatal

7. Demam dan menggigil

8. Kejang
43

2.5 Penelitian Terkait

Menurut hasil penelitian Fitrianasari, et al., (2017) yang berjudul

“Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Depresi Pasien Chronic Kidney

Disease Stadium 5D yang Menjalani Hemodialisis di RSD dr. Soebandi Jember”

menunjukkan bahwa 50% pasien menderita depresi ringan dan 50% pasien

mendapatkan dukungan keluarga baik. Hasil uji kolerasi Spearman menunjukkan

nilai signifikansi sebesar 0,010 dan nilai koefisien korelasi sebesar -0,462. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat

depresi pasien CKD yang menjalani hemodialisa. Semakin tinggi dukungan

keluarga yang didapatkan pasien maka semakin rendah tingkat depresi pasien

tersebut.

Menurut hasil penelitian Darsini (2016) yang berjudul “Dukungan

Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani

Hemoialisa” memnunjukkan bahwa mayoritas (90%) pasien dengan gagal ginjal

kronik menjalani hemodialisis mengalami depresi dengan proporsi terbesar adalah

depresi ringan dan depresi sedang (40%). Dilihat dari tidak adanya dukungan

keluarga diketahui bahwa sebagian besar dari 53% mendapatkan dukungan

keluarga. Hasil uji Spearman Test dari hasil analisis diperoleh p=0,020<α=0,05,

sehingga Ha diterima artinya ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

depresi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah

Sakit Gatoel Mojokerto.


44

2.6 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Gagal Ginjal Kronik

Stadium I

Stadium II

Stadium III

Hemodialisa

Dukungan Keluarga Depresi

- Dukungan Instrumental - Ringan


- Dukungan Informasional - Sedang
- Dukungan Penilaian - Berat
- Dukungan Emosional

Haryono (2013), Lestari (2013), Hernilawati (2013)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif survey analitik

dengan pendekatan desain Cross Sectional. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui hubungan antara dukungan keluarga terhadap tingkat defresi pada

pasien Choronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang tahun 2019.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan 4-11 Juli Tahun 2019.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pasien CKD yang

menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti Khadjah Palembang dengan

jumlah penderita CKD dalam 2 bulan terakhir sebanyak 183 pasien.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien chronic kidney

disease (CKD) yang menjalani hemodialisa. Pengambilan sampel di dalam

45
46

penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisa sebanyak 65 pasien

CKD yang menjalani terapi hemodialisa.

3.3.3 Teknik Sampling Purposive Sampling

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

N = Jumlah populasi (183)

n = Jumlah sampel

d = Tingkat kepercayaan atau ketetapan yang diinginkan sebesar 0.1 (10%)

maka berdasarkan rumus diatas jumlah sampel yang akan diteliti adalah :

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2

183
𝑛=
1 + 183 (0,1)2

183
𝑛
1 + 183 (0,01)

183
𝑛
1 + 1.83

183
𝑛=
2.83

𝑛 = 64.6 dibulatkan menjadi 65 orang.

3.3.3.1 Kriteria Inklusi penelitian ini adalah :

a. Usia > 18 tahun

b. Depresi ringan, sedang, berat

c. Pasien yang bersedia menjadi responden


47

3.3.3.2 Kriteria ekslusi penelitian ini adalah :

a. Gangguan kesadaran

b. Pasien dengan penyakit penyerta

3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep

ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar

tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep

ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan dibab

tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan

dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti

(Setiadi, 2013).

Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan variabel terikat.

Untuk lebih jelasnya digambarkan dalam bentuk skema kerangka konsep sebagai

berikut.

Kerangka Konsep 3.1

Independen (Bebas) Dependen (Terikat)


Dukungan Keluarga
Tingkat Depresi pada pasien
 Instrumental
CKD yang menjalani Terapi
 Informasional
 Penilaian hemodialisa
 Emosional
48

3.5 Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel

diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau

“definisi operasional variable”. Definisi operasional ini penting dan di perlukan

juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan

terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen

(alat ukur) (Notoatmodjo, 2010). Adapun definisi operasional dari penelitian

adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Definisi Operasional

Definisi Cara Skala


No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur

1 Tingkat Kondisi Wawan Kuesioner Dinyatakan Ordin

Depresi dimana cara interval dalam al

seseorang skor:

mengalami 1. Ringan jika

gangguan skor 5-8

mood yang di 2. Sedang jika

tandai oleh skor 9-11

hilangnya 3. Berat jika

perasaan skor 12-15


49

kendali dan (Padila,

pengalaman 2013)

subjektif

adanya

penderitaan

berat

2 Dukungan Dukungan Wawan Kusioner 1. Adanya Ordin

instrument berupa bantuan cara dengan dukungan jika al

al financial atau mengguna nilai > nilai

keluarga bantuan dalam kan skala mean (16.92)

mengerjakan likert (Riwidikdo,

tugas-tugas 2012)

tertentu 2. Tidak ada

dukungan nilai

< nilai mean

(16.92)

(Riwidikdo,

2012)

3 Dukungan Dukungan Wawan Kusioner 1. Adanya Ordin

informasio berupa saran, cara dengan dukungan jika al


50

nal pengarahan mengguna nilai > nilai

keluarga dan kan skala mean (16.78)

memberikan likert (Riwidikdo,

informasi 2012)

terkait 2. Tidak ada

penyakit dukungan nilai

< nilai mean

(16.78)

(Riwidikdo,

2012)

4 Dukungan Dukungan Wawan Kusioner 1. Adanya Ordin

Penilaian melibatkan cara dengan dukungan, al

Keluarga ekspresi yang mengguna jika > nilai

berupa kan skala mean (17.03)

pernyataan likert (Riwidikdo,

setuju dan 2012)

penilaian 2. Tidak ada

positif dukungan

terhadap ide- nilai < nilai

ide, perasaan mean (17.03)

dan performa (Riwidikdo,


51

orang lain 2012)

5 Dukungan Dukungan Wawan Kusioner 1. Adanya Ordin

Emosional yang cara dengan dukungan jika al

Keluarga melibatkan mengguna nilai > nilai

ungkapan rasa kan skala mean (17.14)

empati dan likert (Riwidikdo,

perhatian 2012)

terhadap 2. Tidak ada

individu, dukungan nilai

sehingga < nilai mean

individu itu (17.14)

merasa (Riwidikdo,

nyaman, 2012)

dicintai dan

diperhatika

3.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

di mana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan

(Sugiyono, 2017). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:


52

Ada hubungan dukungan instrumental, informasional, penilaian, dan

emosional dengan tingkat depresi pada pasien chronic kidney disease (CKD) yang

menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Sumber Data

a. Data primer

Data primer yang di perlukan penelitian ini adalah dukungan keluarga

pasien Chronic Kidney Disease yang menjalani terapi hemodialisa yang di

peroleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner

yang diberikan kepada responden

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang. Yaitu data jumlah pasien penyakit gagal ginjal yang

tercatat di rekam medik Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang.

3.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan

menggunakan wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang

hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada pasien gagal

ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa.

Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap Persiapan
53

a. Pada tahap ini peneliti mengurus surat perizinan tempat penelitian

dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua

Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang yang

diajukan ke rumah sakit islam siti khadijah .

b. Setalah surat di Acc oleh pihak kampus, peneliti mengajukan surat

pemohonan izin penelitian kepada pihak rumah sakit.

c. Setelah surat atau izin dari rumah sakit, peneliti mendatangi kembali

rumah sakit islam siti khadijah.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan responden terlebih dahulu dengan mengambil

responden sesuai dengan kriteria melalui wawancara dengan petugas

kesehatan rumah sakit maupun melihat data rekam medik pasien CKD

yang menjalani hemodialisa.

b. Melakukan perkenalan identitas dengan responden.

c. Memberikan informasi penelitian dengan sejelas-jelasnya kepada

responden.

d. Melakukan kesepakatan atau informed concent kepada responden dan

melakukan kesepakatan yang akan dilakukan.

e. Melakukan wawancara dan observasi kepada responden.

f. Dengan cara bertanya langsung tentang poin yang kita inginkan.


54

g. Ucapan terima kasih atas kerjasama antara responden dan peneliti.

3.8 Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah

dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam

pengolahan data dibagi menjadi 5 tahap, yaitu (Setiadi, 2013).

1. Editing (Memeriksa)

Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para

pengumpul data.

2. Coding (Memberi Tanda Kode)

Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dan para responden ke dalam

bentuk angka/bilangan. Biasanya klasifikasi di lakukan dengan cara memberi

tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

3. Skoring (Pemrosesan Data)

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data

yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara

meng-entry data dan kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-

macam paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket


55

program yang sudah umum digunakan untuk entry data adalah paket

program SPSS for Window.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum.

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut

dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry data ke computer.

5. Mengeluarkan informasi

Disesuaikan dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

3.9 Analisa Data

3.9.1 Analisa Univariat

Pada analisa ini semua datayang terkumpul di sajikan dalam bentuk

table distribusi frekuensi gunanya untuk mendapatkan gambaran distribusi dari

responden atau variable yang di teliti. (Notoatmodjo, 2012).

3.9.2 Analisa Bivariat

Apabila telah dilakukan analisa univariat tersebut diatas, hasilnya akan

diketahui karakteristik atau destribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan

analisis bivariat. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara

variabel independen adalah dukungan keluarga dan variabel dependen adalah

tingkat depresi. Untuk membuktikan adanya hubungan antara dua variable

tersebut di gunakan uji statistik Chi Squere dengan batasan kemaknaan 0,05 <

Apabila nilai P , 0,05 maka hasil perhitungan statistic bermakna dan apabila nilai
56

P > 0,05 maka hasil perhitungan statistic tidak bermakna. (Notoatmodjo, 2010).

Analisi bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan

Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Depresi pada Pasien CKD yang Menjalani

Terapi Hemodialisa di RSI Siti Khadijah Palembang.

3.10 Etika Penelitian

Dalam peneletian ini peneliti mengajukan permohonan ijin kepada

Rumah Sakit Islma Siti Khadijah Palembang sebagai tempat penelitian melalui

rekomendasi dari institusi pendidikan. Selanjutnya lembar persetujuan

disampaikan kepada responden dengan menekankan pada etika yang meliputi

(Hidayat, 2011):

1. Informed Consent

Subjek yang akan diteliti sebelumnya di beritahu tentang maksud, tujuan,

manfaat dan dampak dari tindakan yang dilakukan.

2. Anonymity

Anonymity merupakan etika penelitian dimana peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality

Kerahasian informasi yang dikumpulkan dari subyek dijamin oleh peneliti,

seluruh informasi akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan hanya

kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang ini mulai operasional

secara definitif pada tanggal 28 Februari 1980 dengan fasilitas rawat jalan:

Poli Umum, Poli Gigi, BKIA dan Rumah Obat. Namun, pada tahun 1983 RS

ini telah mempunyai fasilitas rawat inap dengan 61 tempat tidur, pada tahun

1987 jumlah tempat tidur ditinggkatkan lagi menjadi 120 tempat tidur.

Pada tanggal 15 Juni 2003 oleh Puan Maharani gedung utama

diresmikan, kemudian pada bulan oktober 2007 telah terakreditasi penuh

untuk 5 pelayanan dasar dengan Sertifikat Nomor YM. 01.10/111/1150/07.

Sehingga, pada tahun 2006-2008 jumlah tempat tidur rawat inap

ditinggkatkan menjadi 170 tempat tidur dan pada tahun 2009 ditambah lagi

menjadi 200 tempat tidur. Selanjutnya pembinaan kerohanian yang meliputi

(sholat dzuhur berjamaah dilanjutkan dengan ceramah agama/kultum,

pelajaran baca Al-Qur'an untuk karyawan, pembinaan SDM yang islami,

kunjungan rumah pasien pasca perawatan, mengazankan (Qamat) bayi yang

baru lahir, membimbing dan membantu pasien sholat wajib, mendampingi dan

menuntun pasien sakaratul maut, pemulasaran jenazah seperti memandikan,

57
58

mengkafani, menyolatkan dan menguburkan, bakti sosial dan perayaan hari-

hari besar islam).

4.1.2 Lokasi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang berlokasi di Jl. Demang

Lebar Daun, Pakjo-palembang dengan 0711-356008 atau 0711-311884. Tipe

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang ini Bertipe C dengan kapasitas

200 tempat tidur, dengan luas tanah 81.879m², dengan luas bangunan 5130.53

m², dan luas halamannya sebesar 69.050 m².

4.1.3 Visi, Misi, Dan Motto Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

Adapun visi, misi, motto dan tujuan Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang, sebagai berikut.

4.1.3.1 Visi

Visi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang adalah menjadi

Rumah Sakit Unggulan yang Islami.

4.1.3.2 Misi

Misi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang adalah :

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang islami dan menjangkau

seluruh masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

b. Mengelola Rumah Sakit secara profesional dan terpadu sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

mutakhir.
59

c. Melibatkan partisipasi karyawan dalam meningkatkan mutu dan

pelayanan.

d. Meningkatkan pengahasilan karyawan.

4.1.3.3 Motto
Bekerja sebagai ibadah, ridho dalam pelayanan.

4.1.4 Maksud Dan Tujuan

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang, merupakan sarana

pengabdian untuk melaksanakan maksud dan tujuan Yayasan Islam Siti

Khadijah Palembang, yakni membina, memelihara dan meningkatkan

kesejahteraan umat dibidang kesehatan, merupakan perwujudan iman dan

amal saleh kepada Allah SWT.

4.2 Analisa Data

4.2.1 Analisa Univariat

Analisis univariat yang dibuat berdasarkan distribusi statistik

deskriptif dengan sampel terdiri dari pasien penyakit Chronic Kidney Disease

(CKD) yang menjalani terapi hemodialisa yang berada di Rumah Sakit Islam

Siti Khadijah Palembang Tahun 2019, yang berjumlah 65 orang. Analisis ini

dilakukan terhadap variabel dukungan keluarga dan tingkat depresi pasien

penyakit gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa.

4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi


60

Dari hasil penelitian tentang dukungan keluarga berupa tingkat

depresi terhadap tingkat depresi pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD)

menggambarkan 3 kategori yaitu Ringan, Sedang dan Berat. Distribusi

frekuensi yang didapatkan bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi Pada Responden Di Ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang 2019
No. Tingkat Depresi Frekuensi Presentasi (%)

1. Ringan 45 69,2

2. Sedang 15 23,1

3. Berat 5 7,7

Jumlah 65 100

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi tingkat

depresi sebagian besar tingkat depresi ringan sebanyak 45 orang (69,2%) dari

65 responden.

4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental

Dari hasil penelitian tentang dukungan keluarga berupa dukungan

instrumental terhadap tingkat depresi pada pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) menggambarkan 2 kategori yaitu ada dukungan dan tidak ada

dukungan. Distribusi frekuensi yang didapatkan bisa dilihat pada tabel

berikut:
61

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental Pada Responden Di Ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang 2019
No. Dukungan Instrumental Frekuensi Presentasi (%)

1. Baik 46 70,8

2. Kurang baik 19 29,2

Jumlah 65 100

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dukungan

instrumental sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga berupa

dukungan instrumental sebanyak 46 orang (70,8%) dari 65 responden.

4.2.1.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasi

Dari hasil penelitian tentang dukungan keluarga berupa dukungan

informasional terhadap tingkat depresi pada pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) menggambarkan 2 kategori yaitu ada dukungan dan tidak ada

dukungan. Distribusi frekuensi yang didapatkan bisa dilihat pada tabel

berikut:
62

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional Pada Responden Di Ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang 2019
No. Dukungan Informasional Frekuensi Presentasi (%)

1. Baik 45 69,2

2. Kurang baik 20 30,8

Jumlah 65 100

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dukungan

informasional sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga berupa

dukungan informasional sebanyak 45 orang (69,2%) dari 65 responden.

4.2.1.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Penilaian

Dari hasil penelitian tentang dukungan keluarga berupa dukungan

penilaian terhadap tingkat depresi pada pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) menggambarkan 2 kategori yaitu ada dukungan dan tidak ada

dukungan. Distribusi frekuensi yang didapatkan bisa dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Penilaian Pada Responden Di Ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang 2019
No. Dukungan Penilaian Frekuensi Presentasi (%)
63

1. Baik 33 50,8

2. Kurang baik 32 49,2

Jumlah 65 100

Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dukungan

Penilaian sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga berupa dukungan

Penialaian sebanyak 33 orang (50,8%) dari 65 responden.

4.2.1.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional

Dari hasil penelitian tentang dukungan keluarga berupa dukungan

instrumental terhadap tingkat depresi pada pasien Chronic Kidney Disease

(CKD) menggambarkan 2 kategori yaitu ada dukungan dan tidak ada

dukungan. Distribusi frekuensi yang didapatkan bisa dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional Pada Responden Di Ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang 2019
No. Dukungan Emosional Frekuensi Presentasi (%)

1. Baik 33 50,8

2. Kurang baik 32 49,2

Jumlah 65 100
64

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dukungan emosional

sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga berupa dukungan emosional

sebanyak 33 orang (50,8%) dari 65 responden.

4.2.2 Analisa Bivariat

4.2.2.1 Hubungan Dukungan Instrumental dengan Tingkat Depresi pada Pasien

Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019

Dari hasil bivariat yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-

square didapatkan hasil pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6
Hubungan Dukungan Instrumental dengan Tingkat Depresi
pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa
di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
Tahun 2019
Tingkat Depresi
Dukungan Jumlah p-
No Ringan Sedang Berat
Instrumental value
N % n % N % n %

1 Baik 43 93,5 2 4,3 1 2,2 46 100

2 Kurang baik 2 10,5 13 68,4 4 21,1 19 100 0,000

Jumlah 45 69,2 15 23,1 5 7,7 65 100

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang mendapatkan

dukungan instrumental yang baik terhadap tingkat depresi sebanyak 46 responden,

terdapat 43 responden (93,5%) yang mengalami tingkat depresi ringan, 2 responden


65

(4,3%) yang mengalami tingkat depresi sedang dan 1 responden (2,2%) yang

mengalami tingkat depresi berat. Sedangkan responden yang mendapatkan dukungan

instrumental kurang baik sebanyak 19 responden dimana terdapat 2 responden

(10,5%) mengalami tingkat depresi ringan, 13 responden (68,4%) mengalami tingkat

depresi sedang dan terdapat 4 responden (21,1%) yang mengalami tingkat depresi

berat.

Hasil analisa dengan menggunakan chi-square diperoleh p-value = 0,000.

Dengan demikian p-value lebih kecil dari alpha 5% (0,05) sehingga Ha diterima dan

Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan instrumental

dengan tingkat depresi pada pasien chronic kidney disease (CKD) di Rumah Sakit

Islam Siti Khadijah Palembang.

4.2.2.2 Hubungan Dukungan Informasi dengan Tingkat Depresi pada Pasien

Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019

Dari hasil bivariat yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-

square didapatkan hasil pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.7
Hubungan Dukungan Informasi dengan Tingkat Depresi
pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa
di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
Tahun 2019

Dukungan Tingkat Depresi p-


No Jumlah
Informasi Ringan Sedang Berat value
66

n % n % n % n %

1 Baik 40 88,9 4 8,9 1 2,2 45 100

2 Kurang baik 5 25,0 11 55,0 4 20,0 20 100 0,000

Jumlah 45 69,2 15 23,1 5 7,7 65 100

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang mendapatkan

dukungan informasi yang baik terhadap tingkat depresi sebanyak 45 responden,

terdapat 40 responden (88,9%) yang mengalami tingkat depresi ringan, 4 responden

(8,9%) yang mengalami tingkat depresi sedang dan 1 responden (2,2%) yang

mengalami tingkat depresi berat. Sedangkan responden yang mendapatkan dukungan

informasi kurang baik sebanyak 20 responden dimana terdapat 5 responden (25,0%)

mengalami tingkat depresi ringan, 11 responden (55,0%) mengalami tingkat depresi

sedang dan terdapat 4 responden (20,0%) yang mengalami tingkat depresi berat.

Hasil analisa dengan menggunakan chi-square diperoleh p-value = 0,000.

Dengan demikian p-value lebih kecil dari alpha 5% (0,05) sehingga Ha diterima dan

Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan informasi

dengan tingkat depresi pada pasien chronic kidney disease (CKD) di Rumah Sakit

Islam Siti Khadijah Palembang.

4.2.2.3 Hubungan Dukungan Penilaian dengan Tingkat Depresi pada Pasien

Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019


67

Dari hasil bivariat yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-

square didapatkan hasil pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.8
Hubungan Dukungan Penilaian dengan Tingkat Depresi
pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa
di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
Tahun 2019
Tingkat Depresi
Dukungan Jumlah p-
No Ringan Sedang Berat
Penilaian value
n % n % N % n %

1 Baik 33 100 0 0 0 0 33 100

2 Kurang baik 12 37,5 15 46,9 5 15,6 32 100 0,000

Jumlah 45 69,2 15 23,1 5 7,7 65 100

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang mendapatkan

dukungan penilaian yang baik terhadap tingkat depresi sebanyak 33 responden,

terdapat 33 responden (100%) yang mengalami tingkat depresi ringan, tidak ada

responden (0%) yang mengalami tingkat depresi sedang dan tingkat depresi berat.

Sedangkan responden yang mendapatkan dukungan penilaian kurang baik sebanyak

32 responden dimana terdapat 12 responden (37,5%) mengalami tingkat depresi

ringan, 15 responden (46,9%) mengalami tingkat depresi sedang dan terdapat 5

responden (15,6%) yang mengalami tingkat depresi berat.


68

Hasil analisa dengan menggunakan chi-square diperoleh p-value = 0,000.

Dengan demikian p-value lebih kecil dari alpha 5% (0,05) sehingga Ha diterima dan

Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan penilaian

dengan tingkat depresi pada pasien chronic kidney disease (CKD) di Rumah Sakit

Islam Siti Khadijah Palembang.

4.2.2.4 Hubungan Dukungan Emosional dengan Tingkat Depresi pada Pasien

Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019

Dari hasil bivariat yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-

square didapatkan hasil pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9
Hubungan Dukungan Emosional dengan Tingkat Depresi
pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa
di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
Tahun 2019
Tingkat Depresi
Dukungan Jumlah p-
No Ringan Sedang Berat
Emosional value
n % N % N % n %

1 Baik 32 97,0 1 3,0 0 0,0 33 100

2 Kurang baik 13 40,6 14 43,8 5 15,6 32 100 0,000

Jumlah 45 69,2 15 23,1 5 7,7 65 100

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden yang mendapatkan

dukungan emosional yang baik terhadap tingkat depresi sebanyak 33 responden,


69

terdapat 32 responden (97,0%) yang mengalami tingkat depresi ringan, 1 responden

(3,0%) yang mengalami tingkat depresi sedang dan tidak ada responden (0,0%) yang

mengalami tingkat depresi berat. Sedangkan responden yang mendapatkan dukungan

instrumental kurang baik sebanyak 32 responden dimana terdapat 13 responden

(40,6%) mengalami tingkat depresi ringan, 14 responden (43,8%) mengalami tingkat

depresi sedang dan terdapat 5 responden (15,6%) yang mengalami tingkat depresi

berat.

Hasil analisa dengan menggunakan chi-square diperoleh p-value = 0,000.

Dengan demikian p-value lebih kecil dari alpha 5% (0,05) sehingga Ha diterima dan

Ho ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara dukungan emosional

dengan tingkat depresi pada pasien chronic kidney disease (CKD) di Rumah Sakit

Islam Siti Khadijah Palembang.

4.3 Hasil Pembahasan

4.3.1 Pembahasan Univariat

4.3.1.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Depresi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden yang

mengalami CKD yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang, didapatkan bahwa distribusi frekuensi tingkat depresi sebagian

besar berupa tingkat depresi ringan sebanyak 45 responden (69,2%), depresi tingkat

sedang sebanyak 15 responden (23,1%) dan depresi berat sebanyak 5 responden

(7,7%).
70

Menurut teori Manurung (2016), depresi adalah gangguan mood, kondisi

emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,

berperasaan dan berprilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan

muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi ditandai

dengan perasaan sedih yang psikopatologis, kehilangan minat dan kegembiraan,

berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang

sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi adalah

keadaan tertekan dan perasaan semangat menurun dengan ditandai muram, sedih,

loyo, karena tekanan jiwa, keadaan merosotnya hal-hal yang berkenaan dengan

semangat hidup.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Darsini, (2016)

yang berjudul “Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal

Kronis Yang Menjalani Hemodialisa” menyatakan diketahui dari 30 responden,

sebagian besar tingkat depresi ringan sebanyak 12 (40%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan penelitian terkait peneliti

berpendapat bahwa tingkat depresi pasien penyandang penyakit CKD yang menjalani

terapi hemodialisa sebagian besar ringan dilihat dari semangat pasien ketika saat di

mintai untuk mengisi kuisioner dan mampu menceritakan pengalaman pasien baik

saat melakukan proses hemodialisa ataupun kegiatan saat dirumah.

4.3.1.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden yang

mengalami CKD yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti
71

Khadijah Palembang, didapatkan bahwa distribusi frekuensi dukungan instrumental

sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga baik berupa dukungan instrumental

sebanyak 46 (70,8%) responden lebih banyak di bandingkan dengan yang kurang

baik mendapatkan dukungan instrumental yaitu 19 (29,2%) responden.

Menurut teori Widyanto (2014), dukungan instrumental merupakan bentuk

dukungan langsung dan nyata. Dukungan yang diberikan dapat berupa penyediaan

materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang. barang,

makanan serta pelayanan. Dukungan ini dapat membantu individu mengurangi

tekanan karena dapat langsung digunakan untuk memecahkan masalah yang

berhubungan dengan materi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yusselda &

Wardani, (2016) yang berjudul “Dampak Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas

Hidup Lansia” menyatakan diketahui dari 84 responden, sebagian besar mendapatkan

dukungan instrumental yang baik sebanyak 53 (63,09%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan penelitian terkait peneliti

berasumsi bahwa pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa sudah memiliki

dukungan instrumental yang baik terlihat dari keluarga yang mendukung kesembuhan

pasien dengan mendapingi saat proses hemodialisis berlangsung dan tidak keberatan

untuk membiayai hemodialisi pasien. Kehadiran dan dukungan keluarga berupa

materi mempunyai manfaat bagi pasien.

4.3.1.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasi


72

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden yang

mengalami CKD yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang, didapatkan bahwa distribusi frekuensi dukungan informasi

sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga baik berupa dukungan informasi

sebanyak 45 (69,2%) responden lebih banyak di bandingkan dengan yang kurang

baik mendapatkan dukungan informasi yaitu 20 (30,8%) responden.

Menurut teori Widyanto (2014), dukungan informasi (informational support)

adalah pemberian informasi terkait dengan hal yang dibutuhkan individu. Sebagai

makhluk sosial manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan orang lain,

manusia mengikuti sistem komunikasi dan informasi yang ada. Sistem dukungan

informasi mencakup pemberian nasihat, saran serta umpan balik mengenai keadaan

individu. Jenis informasi yang dapat diberikan seperti menolong individu untuk

mengenali dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rachmawati,

B, S, (2019) yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Diet Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis”

menyatakan diketahui dari 54 responden, sebagian besar mendapatkan dukungan

informasi yang baik sebanyak 30 (55,6%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan penelitian terkait peneliti

berasumsi bahwa pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa sudah memiliki

dukungan informasional yang baik terlihat dari keluarga yang mendukung

kesembuhan pasien dengan mengingatkan tentang kontrol hemodialisis, serta


73

memberi informasi mengenai penyakit. Dukungan informasi yang diberikan keluarga

merupakan salah satu bentuk fungsi perawatan kesehatan terhadap anggota

keluarganya karena keluarga dapat memberikan promosi kesehatan, perawatan

kesehatan preventif, serta berbagi perawatan bagi anggotanya yang sakit.

4.3.1.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Penilaian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden yang

mengalami CKD yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang, didapatkan bahwa distribusi frekuensi dukungan penilaian

sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga baik berupa dukungan penilaian

sebanyak 33 (50,8%) responden lebih banyak di bandingkan dengan yang kurang

baik mendapatkan dukungan penilaian yaitu 32 (49,2%) responden.

Menurut teori Widyanto (2014), dukungan penghargaan/penilaian adalah

bentuk dukungan penghargaan dapat diberikan melalui dorongan atau persetujuan

terhadap gagasan atau perasaan individu dalam meningkatkan harga diri, serta

membangun harga diri dan kompetensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Khulaifah, J,

H, (2014) yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian

Lansia Dalam Pemenuhan Activitie Daily Living Di Dusun Sembayat Timur,

Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik” menyatakan diketahui dari 34 responden,

sebagian besar mendapatkan dukungan penilaian yang baik sebanyak 28 (82,4%)

responden.
74

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan penelitian terkait peneliti

berasumsi bahwa pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa sudah memiliki

dukungan penilaian yang baik terlihat dari adanya penilaian terhadap kondisi pasien.

Berkaitan dengan dukungan social keluarga, maka penilaian yang sangat membantu

adalah penilaian yang positif. Bentuk dukungan keluarga yang dapat diberikan

keluarga penderita CKD berupa memberikan pujian kepada pasien atas usaha

mentaati aturan makanan yang di anjurkan dan yang harus dibatasi serta menerima

penderita apa adanya dengan segala keterbatasannya.

4.3.1.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 65 responden yang

mengalami CKD yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang, didapatkan bahwa distribusi frekuensi dukungan emosional

sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga baik berupa dukungan emosional

sebanyak 33 (50,8%) responden lebih banyak di bandingkan dengan yang kurang

baik mendapatkan dukungan emosional yaitu 32 (49,2%) responden.

Menurut teori Widyanto (2014), Dukungan emosional (emotional support)

dukungan emosional yang dapat diberikan seperti ekspresi empati dan perhatian

terhadap individu. Dukungan tersebut dapat memberikan rasa nyaman, aman, dan

dicintai agar individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat

penting diberikan pada individu dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak bisa

dikontrol. Sumber terdekat dukungan emosional adalah keluarga. Dukungan keluarga

tersebut memiliki arti yang signifikan dalam kehidupan seseorang.


75

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rachmawati,

B, S, (2019) yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Diet Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis”

menyatakan diketahui dari 54 responden, sebagian besar mendapatkan dukungan

emosional yang baik sebanyak 32 (59,3%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan penelitian terkait peneliti

berasumsi bahwa pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa sudah memiliki

dukungan emosional yang baik terlihat dari keluarga yang mendukung kesembuhan

pasien dimana keluarga mendengarkan ketika pasien bercerita tentang penyakitnya

dan mengerti kondisi pasien dengan membantu memenuhi kebutuhan dengan

kesabaran. Adanya dukungan emosional yang diberikan anggota keluarga diharapkan

dapat membantu dan meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri untuk

meningkatkan derajat kesehatannya.

4.3.2 Pembahasan Bivariat

4.3.2.1 Hubungan Dukungan Instrumental dengan Tingkat Depresi pada

Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi

hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

mendapatkan dukungan instrumental yang baik terhadap tingkat depresi sebanyak 46

responden, terdapat 43 responden (93,5%) yang mengalami tingkat depresi ringan, 2

responden (4,3%) yang mengalami tingkat depresi sedang dan 1 responden (2,2%)

yang mengalami tingkat depresi berat. Sedangkan responden yang mendapatkan


76

dukungan instrumental kurang baik sebanyak 19 responden dimana terdapat 2

responden (10,5%) mengalami tingkat depresi ringan, 13 responden (68,4%)

mengalami tingkat depresi sedang dan terdapat 4 responden (21,1%) yang mengalami

tingkat depresi berat dari 65 responden. Dengan menggunakan uji Chi-Square

diperoleh nilai p value=0,000 lebih kecil dari alpha 5% (0,05), maka ada Hubungan

antara dukungan instrumental dengan tingkat depresi pada pasien CKD yang

menjalani terapi hemodialisa.

Menurut teori Widyanto (2014), dukungan instrumental merupakan bentuk

dukungan langsung dan nyata. Dukungan yang diberikan dapat berupa penyediaan

materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang. barang,

makanan serta pelayanan. Dukungan ini dapat membantu individu mengurangi

tekanan karena dapat langsung digunakan untuk memecahkan masalah yang

berhubungan dengan materi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rachmawati,

B, S, (2019) yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Diet Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis”

menyatakan diketahui dari 54 responden, sebagian besar mendapatkan dukungan

informasi yang baik sebanyak 27 (79,4%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan penelitian terkait peneliti

berpendapat bahwa dukungan keluarga berupa instrumental/materi mempengaruhi

tingkat depresi terlihat dari keluarga yang mendukung kesembuhan pasien dengan

mendapingi saat proses hemodialisis berlangsung dan tidak keberatan untuk


77

membiayai hemodialisis pasien sehingga membantu individu mengurangi tekanan

karena dapat langsung digunakan untuk memecahkan masalah yang berhubungan

dengan materi.

4.3.2.2 Hubungan Dukungan Informasional dengan Tingkat Depresi pada

Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi

hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

mendapatkan dukungan informasi yang baik terhadap tingkat depresi sebanyak 45

responden, terdapat 40 responden (88,9%) yang mengalami tingkat depresi ringan, 4

responden (8,9%) yang mengalami tingkat depresi sedang dan 1 responden (2,2%)

yang mengalami tingkat depresi berat. Sedangkan responden yang mendapatkan

dukungan informasi kurang baik sebanyak 20 responden dimana terdapat 5 responden

(25,0%) mengalami tingkat depresi ringan, 11 responden (55,0%) mengalami tingkat

depresi sedang dan terdapat 4 responden (20,0%) yang mengalami tingkat depresi

berat dari 65 responden. Dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p

value=0,000 lebih kecil dari alpha 5% (0,05), maka ada Hubungan antara dukungan

informasi dengan tingkat depresi pada pasien CKD yang menjalani terapi

hemodialisa.

Menurut teori Widyanto (2014), dukungan informasi (informational support)

adalah pemberian informasi terkait dengan hal yang dibutuhkan individu. Sebagai

makhluk sosial manusia tidak bisa menghindar dari berhubungan dengan orang lain,

manusia mengikuti sistem komunikasi dan informasi yang ada. Sistem dukungan
78

informasi mencakup pemberian nasihat, saran serta umpan balik mengenai keadaan

individu. Jenis informasi yang dapat diberikan seperti menolong individu untuk

mengenali dan mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yusselda &

Wardani (2016) yang berjudul “Dampak Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas

Hidup Lansia” menyatakan diketahui dari 84 responden, sebagian besar mendapatkan

dukungan instrumental yang baik sebanyak 47 (55,95%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan penelitian terkait peneliti

berpendapat bahwa dukungan keluarga berupa informasional berfungsi sebagai

kolektor dan desminator informasi melalui usaha keluarga untuk mencari, menyebar,

menjelaskan dan mempertegas informasi yang ditunjukkan melalui pemberian

nasehat, informasi dan saran sehingga meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

pasien untuk mematuhi jadwal pelaksanaan hemodialisa serta menaati aturan

makanan yang harus dibatasi.

4.3.2.3 Hubungan Dukungan Penilaian dengan Tingkat Depresi pada Pasien

Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019Distribusi Frekuensi

Dukungan Emosional

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

mendapatkan dukungan penilaian yang baik terhadap tingkat depresi sebanyak 33

responden, terdapat 33 responden (100%) yang mengalami tingkat depresi ringan,

tidak ada responden (0%) yang mengalami tingkat depresi sedang dan tingkat depresi
79

berat. Sedangkan responden yang mendapatkan dukungan penilaian kurang baik

sebanyak 32 responden dimana terdapat 12 responden (37,5%) mengalami tingkat

depresi ringan, 15 responden (46,9%) mengalami tingkat depresi sedang dan terdapat

5 responden (15,6%) yang mengalami tingkat depresi berat dari 65 responden.

Dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p value=0,000 lebih kecil dari

alpha 5% (0,05), maka ada Hubungan antara dukungan penilaian dengan tingkat

depresi pada pasien CKD yang menjalani terapi hemodialisa.

Menurut teori Widyanto (2014), dukungan penghargaan/penilaian adalah

bentuk dukungan penghargaan dapat diberikan melalui dorongan atau persetujuan

terhadap gagasan atau perasaan individu dalam meningkatkan harga diri, serta

membangun harga diri dan kompetensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rachmawati,

B, S, (2019) yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan

Diet Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis”

menyatakan diketahui dari 54 responden, sebagian besar mendapatkan dukungan

informasi yang baik sebanyak 28 (82,4%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan penelitian terkait peneliti

berpendapat bahwa dukungan keluarga berupa penilaian terjadi bila ada ekspresi

penilaian positif terhadap individu. Dukungan ini dapat berupa memberikan pujian

kepada pasien atas usaha untuk mentaati aturan makanan yang dibatasi dan mentaati

jadwal hemodialisa serta menerima penderita apa adanya dengan segala

keterbatasannya bahwa dihargai dan diterima, dimana harga diri seseorang dapat
80

ditingkatkan dapat berkomunikasi dengannya bahwa ia bernilai dan diterima

gangguan tidak luput dari kesalahan. Dukungan ini mempengaruhi tingkat depresi

karena penghargaan dapat menambah perasaan individu dalam meningkatkan harga

diri individu.

4.3.2.4 Hubungan Dukungan Emosional dengan Tingkat Depresi pada Pasien

Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

mendapatkan dukungan emosional yang baik terhadap tingkat depresi sebanyak 33

responden, terdapat 32 responden (97,0%) yang mengalami tingkat depresi ringan, 1

responden (3,0%) yang mengalami tingkat depresi sedang dan tidak ada responden

(0,0%) yang mengalami tingkat depresi berat. Sedangkan responden yang

mendapatkan dukungan instrumental kurang baik sebanyak 32 responden dimana

terdapat 13 responden (40,6%) mengalami tingkat depresi ringan, 14 responden

(43,8%) mengalami tingkat depresi sedang dan terdapat 5 responden (15,6%) yang

mengalami tingkat depresi berat dari 65 responden. Dengan menggunakan uji Chi-

Square diperoleh nilai p value=0,000 lebih kecil dari alpha 5% (0,05), maka ada

Hubungan antara dukungan emosional dengan tingkat depresi pada pasien CKD yang

menjalani terapi hemodialisa.

Menurut teori Widyanto (2014), Dukungan emosional (emotional support)

dukungan emosional yang dapat diberikan seperti ekspresi empati dan perhatian

terhadap individu. Dukungan tersebut dapat memberikan rasa nyaman, aman, dan
81

dicintai agar individu dapat menghadapi masalah dengan baik. Dukungan ini sangat

penting diberikan pada individu dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak bisa

dikontrol. Sumber terdekat dukungan emosional adalah keluarga. Dukungan keluarga

tersebut memiliki arti yang signifikan dalam kehidupan seseorang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yusselda &

Wardani (2016) yang berjudul “Dampak Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas

Hidup Lansia” menyatakan diketahui dari 84 responden, sebagian besar mendapatkan

dukungan instrumental yang baik sebanyak 59 (70,23%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian, teori pendukung dan penelitian terkait peneliti

berpendapat bahwa dukungan keluarga berupa emosional mempengaruhi tingkat

depresi dalam bentuk rasa nyaman, aman, dan merasa dicintai sehingga individu

dapat menghadapi masalah dengan baik serta patuh terhadap program-program medis

terkhusus batasan makanan yg dikonsumsi dan rutin untuk hemodialisa yang diikuti

karena dukungan emosional yang diberikan dapat membantu dan meningkatkan

motivasi dan rasa percaya diri pasien.

4.4 Keterbatasan Penelitian

4.4.1 Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuisioner yang

di dapatkan dari teori teori yang berhubungan dengan variabel penelitian dalam

bentuk skala dukungan keluarga mengingat peneliti masih dalam proses belajar

sehingga kemungkinan kuisioner yang dibuat tidak sempurna.


82

4.4.2 Metode Pengambilan Data

Selama proses pengambilan data ada beberapa faktor yang mempengaruhi

hasil dari penelitian menurut peneliti yaitu keadaan responden, situasi pada saat

penelitian, waktu yang terbatas, sehingga jawaban yang diberikan cenderung

sekedarnya saja. Hal ini bisa menyebabkan kesalahan informasi.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep, dan hasil penelitian tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh

perawat di Rumah Sakit Dr. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019,

dapat disimpulkan Bahwa:

1. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat depresi, dukungan instrumental,

dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan emosional pada pasien

Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa di RSI Siti Khadijah

Kota Palembang.

2. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan instrumental/materi terhadap

tingkat depresi pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani

hemodialisa di RSI Siti Khadijah Kota Palembang karena p value sebesar 0,000

artinya (p<0,05) atau nilai p < a.

3. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan informasional terhadap tingkat

depresi pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa

di RSI Siti Khadijah Kota Palembang karena p value sebesar 0,000 artinya

(p<0,05) atau nilai p < a.

4. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan penilaian/penghargaan terhadap

tingkat depresi pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani

83
84

hemodialisa di RSI Siti Khadijah Kota Palembang karena p value sebesar 0,000

artinya (p<0,05) atau nilai p < a.

5. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan emosional terhadap tingkat

depresi pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang menjalani hemodialisa

di RSI Siti Khadijah Kota Palembang karena p value sebesar 0,000 artinya

(p<0,05) atau nilai p < a.

5.2 Saran

5.1.1 Bagi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

Diharapkan perawat dapat memberikan informasi yang jelas kepada pasien

mengenai penyakit gagal ginjal kronis dan terapi hemodialisis, baik dari segi manfaat,

proses, dan dampaknya bagi pasien. Selain melakukan kunjungan atau check up

terhadap pasien, perawat juga dapat berbicara dari hati ke hati dengan pasien,

sehingga mereka dapat mengeluarkan keluh kesahnya selama menjalani terapi

hemodialisis.

5.1.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Diharapkan STIK Bina Husada dapat memfasilitasi dan dapat meningkatkan

kualitas penelitian yang bersifat ilmiah dengan memperbanyak kuliah umum tentang

penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif dan hasil penelitian ini dapat dijadikan

salah satu referensi dan manfaat untuk generasi selanjutnya serta diharapkan dapat

menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan serta proses pembelajaran

yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.

5.1.3 Bagi peneliti selanjutnya


85

Diharapkan hasil penelitian ini, peneliti selanjutnya dan dapat mengembangkan

penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada

pasien chronic kidney disease yang menjalani terapi hemodialisa menggunakan

metode yang berbeda seperti metode kualitatif. Misalkan dengan melakukan

wawancara lebih mendalam untuk mengetahui pengalaman pasien yang menderita

chronic kidney disease, sehingga diperoleh gambaran menyeluruh mengenai kondisi

psikologis pasien selama menjalani terapi hemodialisis.


DAFTAR PUSTAKA

Abi. 2017. Anatomi Fisiologi Ginjal [Gambar Menarik]. https://www.google.com/


amp/alamipedia.com/anatomi-fisiologi-ginjal-gambar-menarik/amp/ di akses
23.04.2019, 21:40 WIB

Angraeni, et al,. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada
Pasien Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di Unit Hemodialisa Rumah Sakit
Tentara Dr. Soedjono Magelang. Jurnal Keperawatan Soedirman, (Online)
Vol. 12, No. 2. (http://jks.fikesunsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/692
diakses 25.03.2019 01:13 WIB)

Bakri, M, H. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga, Yogyakarta. Pustaka Mahadirka

Darsini. 2016. Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pasien Gagal Ginjal
Kronis Yang Menjalani Hemoialisa. Jurnal Ilmu Kesehatan, (Online) Vol. 4
No. 2. (http://www.ejurnaladhkdr.com/index.php/jik/article/view/83 diakses
25.03.2019 09:10 WIB)

Fitrianasari, et al., 2017. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Depresi


Pasien Chronic Kidney Disease Stadium 5D yang Menjalani Hemodialisis di
RSD dr. Soebandi Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan, (Online) vol 5, no. 1.
(http://jurnal. unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/5387/4053 diakses
24.03.2019 23:10 WIB)

Gusti, S, A. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta. Cv Trans Info
Media.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Haryono, R. 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan, Yogyakarta.


Andi Offset.

Hernilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:


Pustaka As Salam.

Hidayat, A, A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan Teknik Analisa Data. Jakarta.


Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan.
Indonesia. (Online), (www.depkes.go.id diakses 24.04.2019 22.23 WIB)
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal dengan
Cerdik dan Patuh. (Online), (http://www.depkes.go.id/article/print/1803070000
7/cegah-dan-kendalikan-penyakit-ginjal-dengan-cerdik-dab-patuh.html di akses
18.05.2019 22:05 WIB)

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Riskesdas 2018.
(Online), (www.depkes.go.id diakses 18.05.2019 20:21 WIB)

Khulaifah, et al,. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia


Dalam Pemenuhan Activity Daily Living di Dusun Sembayat Timur, Kecamatan
Manyar, Kabupaten Gresik. (Online) Vol. 2, No. 2. (http://e-
journal.unair.ac.id/IJHN/article/view/11946/0 diakses 26.07.2019 14:10 WIB)

Leny, R. & Jhonson, R. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta. Nuha Medika.

Lestari T. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.


Yogyakarta. Nuha Medika.

Lukmanulhakim & Lismawati. 2017. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan


Kejadian Depresi pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani
Terapi Hemodialisa di RSUD dr. Drajat Prawinegara Serang. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Indonesia. (Online) Vol 1, No 1. (http://jurnal.umt.ac.id/index.
php/jik/ article/download/ diakses 25.03.2019 01:20 WIB)

Manurung N. 2016. Terapi Reminiscence. Jakarta. Cv Trans Info Media.

---------------- 2018. Keperawatan Medikal Bedah Konsep, Mind Mapping Dan Nanda
Nic Noc, Jakarta. Cv. Trans Info Medika.

Muttaqin, A. & Sari, K. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan,


Jakarta. Salemba Medika.

Nadirawati. 2018. Asuhan Keperawatan Keluarga: Teori dan Aplikasi Praktik.


Bandung: Refika aditama.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

---------------- 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Padila. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta. Nuha Medika.


-------- 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Yogyakarta. Nuha Medika
Prabowo, E. & Pranata, A, E. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan,
Yogyakarta. Nuha Medika.

Rachmawati, et al,. 2019. Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet


Asupan Cairan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Dialisis.
(Online) Vol. 6, No. 1. (http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article
/viewFile/7650/3840 diakses 26.07.2019 13:30 WIB)

Rendy, M, C. & Margareth, TH. 2014. Asuhan Keperawatan Medical Bedah Dan
Penyakit Dalam, Yogyakarta. Nuha Medika.

Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan: Belajar Mudah Teknik Analisis Data Dalam
Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS), Yogyakarta. Nuha
Medika.

Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan – Edisi Kedua.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sibuea, et al. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta. Pt Rineka Cipta.

Sugiono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung.


Alfabeta

Widyanto & Candra, F. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan Praktis.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, A, S. & Putri, Y, M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan


Dewasa Teori Dan Contoh Askep, Yogyakarta. Nuha Medika.

Yuselda, M & Wardani, I, Y. 2016. Dampak Dukungan Keluarga Terhadap Kulaitas


Hidup Lansia. (Online) Vol. 8, No. 1. Hal 9-13. (http://journal.stikeskendal.ac.
id/index.php/keperawatan/articledownload/32/20 diakses 26.07.2019 13:40
WIB)

Anda mungkin juga menyukai