Anda di halaman 1dari 5

Program Profesi Keperawatan Anak

Ruang Perawatan Anak L4AB


RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar

CRITICAL INCIDENCE REPORT

NEBULIZER PADA By. Ny.V

Oleh:
SAKINA
R014191049

Preceptor Lahan Preceptor Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
CRITICAL INCIDENCE REPORT

NEBULIZER

1. Pendahuluan
a. Tindakan Keperawatan
Pemberian terapi nebulisasi / inhalasi
b. Definisi Tindakan
Proses memencarkan obat cair menjadi partikel-partikel mikroskopik (aerosol)

dan memasukkannya ke dalam paru-paru ketika pasien melakukan inspirasi (Jacob,

Rekha & Tarachnand (2014)

c. Rasional
1) Untuk memberikan obat secara langsung ke saluran pernapasan untuk

mengeluarkan sputum
2) Mengurangi kesulitan mengeluarkan sekret pernapasan yang kental dan lengket
3) Meningkatkan kapasitas vital
4) Meringankan sesak napas

d. Prosedur:
Presedur dalam melakukan terapi nebulisasi menurut Jacob, Rekha & Tarachnand

(2014) yaitu :

No Tindakan Keperawatan Rasionalisasi


1 Identifikasi pasien dan periksa instruktur Memastikan prosedur yang benar

dokter dan rencana asuhan keperawatan dilakukan pada pasien yang tepat
2 Pantau denyut jantung sebelum dan sesudah Bronkodilator dapat menyebabkan

terapi pada pasien yang memakai obat-obat takikardia, palpitasi, pusing, mual

bronkodilator atau gugup


3 Jelaskan prosedurnya pada pasien. Terapi ini Penjelasan prosedur secara benar

bergantung pada usaha pasien akan mendapatkan kerjasama pasien

dan efektivitas terapi


4 Posisikan pasien pada posisi duduk yang Gerakan berulang diafragma dan

nyaman atau posisi semi fowler pengembangan paru-paru lebih

besar pada posisi ini. Hal ini


memastikan distribusi dan

penumpukan partikel-partikel

aerosol secara maksimal ke dasar

paru
5 Tambahkan obat dan NaCl atau air steril Partikel-partikel aerosol

sesuai dosis yang diresepkan ke dalam memungkinkan penetrasi dalam ke

nebuliser. Sambungkan selang ke kompresor. dalam cabang-cabang

Akan terlihat uap halus keluar dari alat. trakeobronkial


6 Pasang sungkup pada wajah pasien untuk Hal ini menyebabkan pemencaran

menutupi mulut dan hidungnya serta obat yang optimal

instruksikan pasien untuk menarik napas

dalam dan perlahan lewat mulut, tahan napas

kemudian hembuskan napas beberapa kali.


7 Amati pengembangan dada untuk Hal ini akan memastikan obat

memastikan pasien menarik napas dalam. masuk sampai melebihi kedalaman

orofaring
8 Instruksikan pasien untuk bernapas perlahan Obat-obatan biasanya akan

dan dalam sampai semua obatnya habis dinebulisasi dalam 15 menit

dinebulisasi.
9 Setelah selesai terapi, anjurkan pasien untuk Obat-obatan tadi akan melebarkan

batuk setelah beberapa tarikan napas dalam. jalan napas sehingga memudahkan

pengeluaran sekret
10 Amati pasien apakah ada efek samping akibat Pasien dapat mengalami

terapi tadi atau tidak. bronkospasme karena inhalasi

aerosol. Cairan yang digunakan

dapat pula menyebabkan sekret

menjadi kering dan tertahan di

saluran napas sehingga


menyempitkan jalan napas.
11 Catat obat-obat yang digunakan dan jelaskan

sekret yang dikeluarkan.


12 Bongkar dan bersihkan nebuliser setiap Pembersihan, sterilisasi, dan

selesai digunakan. Simpan alat di kamar penyimpanan alat yang benar akan

pasien. Selang diganti setiap 24 jam. mencegah mikro-organisme

memasuki paru-paru
13 Cuci tangan

2. Kesenjangan antara Teori dan Praktek


a. Dalam teori dijelaskan bahwa dalam melakukan nebulisasi, posisi pasien

direkomendasikan agar posisinya semi fowler atau fowler. Namun, pada

kenyataannya masih terdapat pasien yang posisi supinasi melakukan nebulisasi

sehingga pengembangan paru-parunya tidak maksimal. Kasus ini didapatkan pada

tindakan nebulizer yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga pasien


b. Dalam teori dijelaskan bahwa sebelum dan sesudah melakukan terapi nebulisasi

yang memakai obat-obat bronkodilator seharusnya melakukan pemantauan denyut

jantung Namun, pada kenyataanya tidak melakukan pemantauan denyut jantung.


c. Dalam teori dijelaskan juga bahwa perawat seharusnya menemani klien selama

dilakukan terapi nebulizer. Hal ini tidak dilakukan karena permintaan dari

keluarga yang ingin melakukan nebulizer secara mandiri

3. Analisa Berdasarkan Evidence Based Practice


a. Doyley, et al. (2014) menjelaskan bahwa ketika melakukan terapi nebulisasi

pasien diposisikan duduk di kursi atau di tempat tidur lebih dari 45 derajat karena

dengan posisi tersebut ekspansi dada akan maksimal dan mengatakan bahwa

pemantauan denyut nadi selama terapi nebulisasi dilakukan terutama jika

menggunakan obat bronkodilator karena obat tersebut memiliki efek samping ke

jantung. Sedangkan menurut National Health Service (NHS) (2013) pada saat
melakukan nebulisasi seharusnya perawat menemani pasien agar dapat memantau

respon klien selama dilakukan terapi.


b. Rekomendasi: memperhatikan posisi pasien sebelum dilakukan nebulisasi,

melakukan pemeriksaan TTV sebelum dan sesudah melakukan terapi nebulisasi,

dan perawat menemani pasien selama nebulisasi sedang berlangsung. Selain itu,

memberikan edukasi kepada keluarga klien terkait pelaksanaan nebulizer yang

tepat.

4. Daftar Pustaka
Brun et.al. (2014). The cleaning and disinfection of nebulizers used at home and in a
cystic fibrosis centre. Diambil dari
https://www.researchgate.net/publication/237352447
Doyley, et al. (2014). Clinical procedure s for safer patient care. Canada: B.C. Open
Textbook Project
Jacob, A., Rekha, R., Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing
Procedure. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara
National Heath Service. (2013). Standard Operating Procedure: Administration of
Nebulised Medication in a Community Setting

Anda mungkin juga menyukai