Anda di halaman 1dari 15

RESUME E-LEARNING

NEBULIZER & SUCTION

DIBUAT OLEH :
GRANDIS DWI KARDIANSYAH
B17/ AJ2 (131411123037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

A.NEBULIZER
Nebulizer adalah metode pemberian obat dengan menyemprotkan ke dalam saluran
pernapasan pasien. Obat dapat diberikan dengan atau tanpa oksigen untuk membantu
membawanya ke paru-paru.
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk mengubah obat dari bentuk cair ke bentuk
partikel aerosol. Bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan pada
organ paru. Efek dari pengobatan ini adalah untuk mengembalikan kondisi spasme bronkus.
Nebulizing adalah tindakan memberikan obat dengan cara mengubah bentuk cair
menjadi partikel aerosol pada pasien dengan menggunakan nebulizer. Nebulisasi dapat
meningkatkan bersihan paru dan jalan nafas dari sekret melalui perubahan mukosa tracheobronchial (dengan cara melembabkan mukosa
Tujuan Tindakan Nebulizer adalah :
1. Memberikan obat melalui nafas spontan klien
2. Mengencerkan dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan
3. Melonggarkan jalan nafas
Jenis Nebulizer :
1. Disposible

nebulizer,

sangat

ideal

apabila

digunakan

dalam

situasi

kegawatdaruratan/ ruang gawat darurat atau di rumah sakit dengan perawatan jangka
pendek.
2. Re-usable nebulizer , dapat digunakan lebih lama sampai kurang lebih 6 bulan.
digunakan untuk terapi setiap hari di rumah
3. Nebulizer compressors : adalah Nebulizer dengan penekan udara yang dapat
memberikan tekanan udara dari pipa ke tutup ( cup ) yang berisi obat cair. Kekuatan
dari tekanan udara akan memecah cairan ke dalam bentuk partikel- partikel uap kecil
yang dapat dihirup secara dalam ke saluran pernafasan.
4. Nebulizer ultrasonik (ultrasonic nebulizer): menggunakan gelombang ultrasound,
untuk secara perlahan merubah dari bentuk obat cair ( catatan: pulmicort tidak dapat
digunakan pada sebagian nebulizer ultrasonic) ke bentuk uap/ aerosol basah.
5. Nebulizer generasi baru (A new generation of nebulizer): digunakan tanpa
menggunakan tekanan udara maupun ultrasound. Alat ini sangat kecil, dioperasikan
dengan menggunakan baterai, dan tidak berisik

Persiapan Sebelum Tindakan Nebuliser :


1. Tinjau pasien apakah sudah sesuai dengan advis dokter, sesuaikan setiap indikasi,
kontradiksi, atau efek samping potensial terapi yang diberikan dokter
2. Periksa keadaan umum pasien
3. Komunikasikan kepada pasien atau keluarga tentang tindakan serta tujuan dan
prosedur yang akan dilakukan
4. Pasien atau keluarga mengisi form Inform Concent
5. Atur posisi pasien sesuai letak sekret
6. Persiapan lingkungan
7. Jauhkan pasien dari sumber polusi
8. Jaga kenyamanan pasien
9. Jaga privasi klien dengan memasang sketsel
Persiapan Alat :
1. alat penghisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfentan (regulator vacum
set)
2. kateter penghisap lendir sesuai umur
3. Sarung tangan steril
4. Aquades
5. Masker
6. Alkohol spray
7. kassa steril
8. Tissue
9. Stetoskop
10. handuk
11. bengkok
Indikasi Tindakan Nebulizer :
1. Bronkospasme: Nebulizing dilakukan dengan memasukkan partikel air, udara dan
obat bronkodilator untuk melebarkan jalan napas.
2. Sesak napas:

Nebulizer membuat obat menjadi aerosol yg dapat meringankan

kejang saluran pernapasan.

3. Hipersekresi mukosa : Nebulisasi meningkatkan bersihan jalan napas dan


mengeluarkan sekret dari jalan napas melalui perubahan mukosa trakeobronkial
dengan melembabkan mukosa.
4. Obstruksi jalan napas: Nebulisasi melembabkan mukosa jalan napas.
5. Pneumonia: Nebulisasi antibiotik memberikan konsentrasi jaringan paru tinggi dan
pembunuhan bakteri cepat.
6. Atelektasis: Bronkodilator nebulisasi melembabkan mukosa untuk memudahkan
pengeluaran sumbatan.
7. Asma : Prinsip nebulisasi adalah dilatasi otot polos, menghidari spasme.
Kontraindikasi Nebuliser :
1.

Pasien dengan penurunan kesadaran

2.

Pasien dengan kekurangan cairan cerebrospina,pulmonary oedem,pasien dengan


stidor.

3.

Pasien dengan post pneumonectomy.

4.

Pasien dengan tekanan darah yang tidak stabil dan meningkat

5.

Pasien dengan iritabilitas jantung (mungkin akan menimbulkan disritmia)

6.

Pasien dengan peningkatan nadi

7.

Pasien tidak sadar (inhalasi dapat dilakukan melalui masker tetapi efek terapeutik
tidak diperoleh signifikan)

Prosedur tindakan Nebulizer :


1. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pengobatan khususnya pada klien yang
menggunakan bronkodilator.
2. Jelaskan prosedur pada klien.
3. Atur posisi klien senyaman mungkin paling sering dalam posisi semifowler, jaga
privasi.
4. Petugas mencuci tangan.
5. Nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan cairan normal salin 4-6cc.
6. Hidupkan nebulizer kemudian hubungkan nebulizer dan selangnya ke flow meter
oksigen dan set aliran pada 4-5 liter/menit, atau ke kompresor udara.
7. rasional : partikel-partikel aerosol memungkinkan penetrasi yang dalam ke cabangcabang trakeobronkial

8. Amati pengembangan dada untuk memastikan pasien menarik napas dalam


9. rasional : hal ini akan memastikan obat masuk sampai melebihi ke dalam orofaring
10. Instruksikan pasie untuk bernapas perlahan dan dalam sampai semua obatnya habis
dinebulisasi.
11. Rasional : obat-obatan biasanya akan dinebulisasi dalam 15 menit
12. Setelah selesai terapi, anjurkan klien untuk batuk setelah beberapa tarikan napas
dalam.
13. Rasional : obat-obatan tadi akan melebarkan jalan napas sehingga memudahkan
pengeluaran secret.
14. Amati pasien apakah ada efek samping akibat terapi atau tidak
15. rasional : pasien dapat mengalami bronkospasmekarena inhalasi aerosol. cairan yang
digunakan dapat pula menyebabkan sekret menjadi kering dan tertahan di saluran
napas sehingga menyempitkan jalan napas
16. Catat obat-obata yang digunakan dan jelaskan sekret yang dikeluarkan (warna,
jumlah, konsistensi, materi yang menyertai secret)
17. Cuci tangan
18. Setelah melakukan nebulizing, pasien disarankan batuk efektif.
19. Oleh sebab itu, pada pasien sadar dan pasien yang kooperatif perlu diajarkan terlebih
dahulu tentang mekanisme batuk efektif.

Pembahasan tentang tindakan Nebulizer


1. Nebulisasi pada pasien dengan Trakheostomi
Nebulisasi dapat meningkatkan bersihan paru dan jalan nafas dari sekret
melalui perubahan mukosa tracheo-bronchial (dengan cara melembabkan mukosa).
Ada tindakan nebulisasi pada pasien dengan trakeostomi, indikasinya sama seperti
indikasi nebulisasi pada pasien bukan trakeostomi, hanya saja pada pasien dengan
trakeostomi jalur oro-naso-faring tidak akan dilewati oleh aerosol, tetapi melalui
laring sampai paru-paru.
Pada pasien trakeostomi dapat menggunakan nebulizer yang bervolume besar
yang dapat menghasilkan kabut panas atau dingin seperti Nebulizer Ultrasonik.
Nebulizer ini digunakan untuk terapi jangka panjang. Nebulizer ultrasonik
memberikan 100 persen kelembapan dan dapat memberikan partikel yang cukup kecil
untuk diinhalasi hingga mencapai saluran pernapasan yang dalam

2. Kriteria Tindakan Nebuliser dikatakan Efektif, jika :


Pasien memperlihatkan perbaikan setelah terapi dengan evaluasi sesak napasnya
sedikit berkurang
Aliran udara lewat paru-paru membaik
Suara mengi berkurang dan aliran maksimal membaik
Untuk mengevaluasi efektifitas terapi, lakukan auskultasi suara napas dan ukurlah
aliran maksimal sebelum dan sesudah terapi dengan obat-obat yang diberikan lewat
nebulizer
Adanya kemampuan untuk mempertahankan jalan nafas secara efektif
Adanya kemampuan untuk mempertahankan pola nafas secara efektif
Adanya kemampuan untuk mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang
ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk bernafas, tidak ditemukan dispnea
pada usaha bernafas, inspirasi dan ekspirasi dengan normal, saturasi dengan pco2
dengan batas normal
Adanya peningkatan perfusi jaringan yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan
pengisian kapiler,frekuenai, irama, kekuatan nadi dengan batas normal,. dan status
hidrasi normal

3. Penggunaan Mouthpiece lebih efektif digunakan daripada Facemask


Mouthpiece adalah metode yang digunakan tindakan nebulizer ke paru-paru,
yang dapat meningkatkan aerosol hingga 85%. Facemask memungkinkan lebih
banyak kontak obat dengan kulit wajah, yang berpotensi menyebabkan reaksi alergi.
Namun untuk metode facemask kemungkinan menjadi satu-satunya sarana
penyampaian obat nebulizer untuk bayi. Wajah anak harus dicuci setelah kontak
dengan obat steroid nebulizer.
Pasien yang menggunakan mouthpiece secara signifikan lebih baik daripada
facemask dengan ditunjukkan dengan peningkatan persen volume ekspirasi paksa
dalam 1 detik sedangkan jika memakai masker wajah, peningkatan volume ekspirasi
ditempuh dalam waktu 30 menit setelah terhirup.

4. Terapi Nebulizer lebih efektif dilakukan bila dibandingkan dengan Terapi obat-obatan
per Oral pada kasus pernafasan

Pemberian nebulizer adalah suatu tindakan untuk memobilisasi sekresi paruparu dengan cara humidifikasi. Humidifikasi ini meningkatkan hidrasi membran
mukosa melalui transudasi. Tindakan ini memberi penguapan pada saluran
pernapasan sehingga lendir encer dan mudah dihisap atau dikeluarkan.
Kemudian untuk pemberian obat pada kasus pernapasan, lebih efektif melalui
uap (nebulizer). Daya efektivitas menggunakan nebulizer lebih tinggi dibandingkan
melalui mulut / oral, karena nebulizer mengubah partikel menjadi uap yang di hirup
sehingga langsung menuju paru-paru dan mampu menghancurkan dahak / slem /
plegm. Dengan melalui nebulizer, obat juga tidak mengendap dalam darah, karena
berbentuk uap, sehingga efek samping obat sangat kecil. Selain itu pengobatan
melalui uap dan inhalasi secara luas merupakan cara pemberian obat yang paling
nyaman dan praktis. Cara ini juga cara yang terbaik dalam pengobatan obstruksi jalan
napas

5. Prosedur Pemberian Terapi Nebulizer pada pasien anak dengan Asthma Bronchiale
Pemberian obat terapi nebulizer pada asthma bronchiale secara umum :
a. Ventolin, harus dicampur dengan NaCl 4cc saat melakukan nebulizer.
b. Dexamethasone, dosis 1 x 0,5 mg/kg/BB. Misalnya, kalau anak 10kg, berikan
0,5 x 10mg = 5mf. Dalam 1 ampul dexamethasone ada 1cc (5mg). Lanjut
selama 3 hari (1 kali sehari), atau 5 hari kalau anak masih sesak napas. Setelah
anak bisa makan dan minum, dan tidak ada muntah boleh memberikan
prednison dosis 2 x 1mg/kg. Misalnya, kalau anak 10kg, berikan 1 mg x 10kg =
10mg. Masing-masing tablet prednison 5mg, lalu dosis 2 x 2 tablet (2 x 10mg
Pasien dengan asthma ringan atau sedang :
a. Memberikan nebuliser ventolin 2,5mg (1 ampul) kalau anak kurang dari 5
tahun, dan 5mg (2 ampul) kalau anak lebih dari 1 tahun, selama 10 menit.
b. Boleh diberikan nebuliser ketika anak perlu (kalau anak mulai sesak napas lagi)
setiap 2-4 jam (kalau anak perlu nebuliser lebih sering setiap jam, ini sudah
kategori asthma berat), dan mengurangi keseringan ketika anak mulai membaik
(setiap 6 jam, 8 jam, 12 jam).
c. Juga ada tablet salbutamol. Ini sangat kurang effectif dari pada nebuliser. Dosis
untuk anak 4 X 1mg kalau anak usia 1-5 tahun, dan 4 X 2mg kalau anak lebih
dari 5 tahun. Ada tablet 2mg dan tablet 4mg. Lanjut obat ventolin/salbutamol
sampai anak sembuh

Pasien dengan asthma berat :


a. Ber pasien Oxygen -2l/menit
b. Berikan terapi nebulizer ventolin (salbutamol), dosis 2.5mg (1 ampul) kalau
usia kurang dari 5 tahun, dosis 5mg (2 ampul) kalau usia lebih dari 5 tahun,
selama 10 menit.
c. Ulang nebulizer ventolin dosis sama kalau anak masih sesak napas
d. Ulangi nebulizer ventolin dosis sama kalau anak masih sesak napas
e. Kalau setelah 3 nebuliser belum ada perubahan, ini kategori asthma berat.
Mulai aminophylline (loading dose dan setelah ini, infus)
f. Berikan dexamethasone iv
g. Kalau ada kemungkinan juga ada infeksi saluran napas, berikan antibiotika
(lihat protocol pneumonia)
h. Lanjut memberikan ventolin melalui nebulizer setiap 30 menit-1 jam sampai
sesak berkurang

B. SUCTION

Tujuan Terapi Suctioning :


1. Untuk meningkatkan suara napas
2. Untuk menurunkan Peak Inspiratory Pressure, menurunkan ketegangan saluran
pernapasan, meningkatkan dinamik campliance paru, dan meningkatkan tidal
volume.
3. Meningkatkan dari nilai arterial blood gas, atau saturasi oksigen yang bisa
dipantau dengan pulse oxymeter.

4. Menghilangkan sekresi pulmonal

Prosedur Tindakan Suctioning :


1.

Cuci tangan

2.

Jelaskan tindakan yang dilakukan (pada keluarga atau pasien)

3.

Gunakan sarung tangan

4.

Atur posisi anak dengan cara menempatkan di pangkuan,posisi semifowler


dengan kepala miring ke salah satu sisi untuk penghisapan oral,dan baringkan ke
posisi fowler dengan leher exstensi untuk penghisapan nasal

5.

Ukur slang penghisap dengan menempatkan ujung kateter ke daun telinga sampai
ujung hidung dan beri tanda

6.

Sambungkan kateter penghisap dengan mesin penghisap

7.

Basahi ujung kateter dengan larutan steril Nacl 0,9 %

8.

Lakukan penghisapan dengan cara memasukkan kateter melalui oropharing atau


nasopharing dalam keadaan tidak menghisap

9.

Lakukan penghisapan secara perlahan dengan merotasi kateter saat ditarik dan
satu periode penghisapan tidak boleh lebih dari 5 detik

10. Bilas kateter dengan larutan steril dengan memasukkan ke dalam larutan dan
lakukan penghisapan
11. Lakukan berulang kali penghisapan sampai bersih dan beri jeda 20-30 antar
penghisapan
12. Tenangkan anak dan pastikan benar benar tindakan ini diperlukan untuk membuat
kondisi anak lebih baik
13. Buka sarung tangan
14. Catat konsistensi warna dan bau sekret serta reaksi selama prosedur tindakan
15. Cuci tangan

Kontraindikasi Tindakan Suction


1. Pasien dengan penurunan kesadaran
2. Pasien dengan kekurangan cairan cerebrospina,pulmonary oedem,pasien dengan
stidor.
3. Pasien dengan post pneumonectomy.
4. Pasien dengan tekanan darah yang tidak stabil dan meningkat

5. Pasien dengan iritabilitas jantung (mungkin akan menimbulkan disritmia)


6. Pasien dengan peningkatan nadi
7. Pasien tidak sadar (inhalasi dapat dilakukan melalui masker tetapi efek terapeutik
tidak diperoleh signifikan)

Pembahasan Tindakan Suction


1.

Tekanan Normal Suction


Dewasa: suction dinding (100-140 mmHg), suction portable (10-15 mmHg)
Anak-anak: Suction dinding (95-100 mmHg), Suction portable (5-10 mmHg)
Bayi: Suction dinding ( 50- 95 mmHg), suction portable (2-5 mmHg)

2.

Ukuran Canul pada Suction


Neonatus-6 bulan: 6-8 fr
6 bulan-1 tahun: 8-10 fr
1-2 tahun: 10 fr
2-4 tahun: 10-12 fr
4-7 tahun: 12 fr
7-10 tahun: 12-14 fr
10-12 tahun: 14 fr
Dewasa: 12-16 fr

3.

Komplikasi yang bisa terjadi pada tindakan Suction


Hipoksemia
Trauma jalan napas
Infeksi Nasokomial
Respiratory arrest
Bronkospasme
Perdarahan pulmonal
Disritmia jantung
Hipertensi/hipotensi
Nyeri
Kecemasan
Trauma mukosa yang dapat menimbulkan perdarahan ketika tindakan
penghisapan dilakukan melukai mukosa saluran pernapasan

4.

Jeda waktu pertama dan kedua pada tindakan Suction


Pengisapan antara satu dengan yang kedua atau seterusnya diberi jeda istirahat
20-30 detik.

5.

Dokumentasi keperawatan setelah melakukan Tindakan Suctioning


Mengkaji kembali kebersihan jalan nafas klien
Mengobservasi adanya komplikasi perdarahan
Observasi jumlah, konsistensi dan warna dari sekret
Obvservasi SaO2 dan hasil BGA (bila perlu)
Catat tindakan dan berbagai temua yang ada
Bunyi napas setelah prosedur penghisapan
Karakteristik pernapasan
Warna, jumlah, dan konsistensi sekret
Jenis prosedur penghisapan yang dilakukan
Toleransi pasien terhadap prosedur
Penggunaan kembali oksigen
Kondisi mulut dan membran mukosa oral

6.

Suction menggunakan metode Closed Suction System


Close Suction merupakan kanul dengan sistem tertutup yang selalu terhubung
dengan sirkuit ventilator dan penggunaanya tidak perlu membuka konektor sehingga
aliran udara yang masuk tidak terinterupsi.
Penggunaan CSS digunakan pada pasien yang terpasang endotracheal atau
ventilator, terutama dalam pencegahan hipoxemia dan infeksi nosokomial VAP.
Closed Suction System digunakan untuk mencegah kontaminasi udara luar,
kontaminasi pada petugas dan pasien, mencegah kehilangan suplai udara paru,
mencegah terjadinya hipoksemia, mencegah penurunan saturasi oksigen selama dan
sesudah melakukan suction, menjaga tekanan positive pressure ventilasi dan PEEP,
terutama pasien yang sensitif bila lepas dari ventilator seperti pasien apneu atau
pasien yang butuh PEEP tinggi.
Closed Suction System merupakan salah satu penggunaan ventilasi mekanik
yang menimbulkan efek samping dan komplikasi, salah satunya adalah infeksi jalan
nafas. Infeksi jalan nafas yang berhubungan dengan pemakaian ventilator dikenal

dengan Ventilator Assisted Pneumonia. Hal ini diakibatkan salah satunya karena
tindakan suction yang dilakukan untuk mempertahankan efektifnya jalan nafas,
merangsang batuk, membersihkan sekret pada pasien yang terpasang endotracheal
tub.
Namun dengan menggunakan CSS, pasien dapat mempertahanakan volume
tidal, konsentrasi oksigen, dan Positive End Expiratory Pressure (PEEP)
disampaikan oleh ventilator saat dilakukan suction. Pada akhirnya, hal ini akan
mengurangi terjadinya hipoksemia pada induced suction.

Keuntungan lain dalam penggunaan CSS adalah dapat menurunkan resiko


infeksi, bahkan ketika selang suction yang sama digunakan berkali-kali. Hal ini
disebabkan karena selang suction berada dalam kantong plastik / catheter sleeve.
Sehingga perawat tidak perlu menyentuh selang suction dan sirkuit ventilator dapat
tertutup

7.

Prosedur Suction metode Closed Suction System


Ensure the correct closed suction system is attached. The correct sized catheter
should be no greater than 50% of the inner diameter of the tracheostomy. Only
use a tracheostomy closed suction system (approximately 30 cms in length)
Unlock thumb control valve (in accordance with manufacturers instructions)
Stabilize tracheostomy tube and closed suction unit
Without depressing the thumb control wave (this ensures that suction is not
applied on insertion of use catheter) gently but quickly introduce the catheter into
the tracheostomy tube to approximately 1/3 of its length until the patient coughs,
or approximately 0,5-1.0 cm beyond the tip of tracheostomy
Withdraw the tip of the catheter approximately 0,5 cm then apply suction by
depressing the thumb control (suction is now applied) and withdraw the catheter
with continuous suction until out of the tracheostomy tube, suction should no
longer than 10 seconds
Remove catheter until black ring is visible inside sleeve
Release thumb control valve (suction off)
Open cap on irrigation port and attach sterile saline suction pod
Apply suction via thumb control valve

While suction is being applied introduce sterile saline into port by squeezing the
pod
Continue to irrigate until catheter is clear
Remove sterile saline suction pod discard
Lock thumb control valve (in accordance with manufacturers instructions)

8.

Sebelum tindakan Suctioning perawat harus meningkatkan tingkat oksigenasi pada


pasien
Tujuan

dari

hyperoksiginasi

adalah

menghindari

hipoksemi

akibat

penghisapan lendir.Cara pemberiannya bisa dilakukan dengan menggunakan


kantong resusitasi manual atau melalui ventilator dengan meningkatkan oksigen
100% sebelum penghisapan dan ketika jeda antara setiap penghisapan

9.

Saturasi oksigen pada pasien yang akan dilakukan terapi Suctioning


Dalam persiapan untuk suctioning kita berikan tingkat saturasi dengan
konsentrasi aliran oksigen 100% yang bertujuan untuk menghindari hipoksemi
akibat penghisapan lendidan. Peningkatan 10 % dari baseline pada neonatus selama
30-60 detik sebelum Suctioning dilakukan.
Idealnya mengoptimalkan saturasi oksigen > 95 %, sebelum dan antara proses
suctioning . Saturasi oksigen yang optimal untuk pasien COPD harus antara 92-88
%.

10. Evaluasi yang diharapkan pada pasien setelah dilakukan Suctioning


Meningkatnya suara napas
Menurunnya Peak Inspiratory Pressure, menurunnya ketegangan saluran
pernapasan, meningkatnya dinamik campliance paru, meningkatnya tidal volume.
Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau saturasi oksigen yang bisa
dipantau dengan pulse oxymeter.
Hilangnya sekresi pulmonal

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2008. Praktikum ketrampilan dasar praktik klinik. Jakarta: Salemba Medika
Asmadi. 2009. Teknik Prosedural keperawatan konsep dan aplikasi Kebutuhan dasar klien.

Jakarta: salemba medika.


Berman,dll. 2008. Kozier & Erbs Fundamental of Nursing. Australia : Pearson Education
Lewis, et all.2011. Medical Surgical Nursing. Missouri: Elsevier
Rubenstein, David. 2007. Lecture Notes on Medical Medicine. Blackwell Science Ltd
Staf pengajar farmakologi FK UNSRI. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta :
EGC.
Suparmi, 2008. Panduan praktek keperawatan.Jakarta : Citra Aji Parama.
Syarifudin, arif.2008.Buku Ajar Respiratory.jakarta :Media Pustaka
Timby, Barbara Kuhn. 2009. Fundamental Nursing Skills and Concepts. Philadelphia
:Wolters Kluwer)
Wahyono. (2010). Hubungan antara pengetahuan perawat tentang prosedur suction dengan
pelaksanaan dalam melakukan tindakan suction. Journal EBSCO. Diperoleh 10 Juni 2012
dari jtptunimus-gdlwiyotog2a2-5560-bab I pdf.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan NANDA, NIC, NOC. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai