Anda di halaman 1dari 30

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TERAPI NEBULIZER & INHELER DOSIS TERUKUR,


FISIOTERAPI DADA & POSTURAL DRAINAIGE

DOSEN PENGAMPU
Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB

KELOMPOK 7
Kamlia Ramadhani R011191061
Rahmiyanti Afifah R011191113
Nerlan Putri R011191049
Rostika Salenda Paseleng R011191149

KELAS REGULER A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
Terapi Nebulizer

A. Pengertian Terapi Nebulizer


Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat yang berbentuk cairan menjadi uap yang dihirup.
Terapi Nebulizer merupakan suatu tindakan atau terapi untuk pembersihan atau
pemeliharaan sistem pernafasan.
B. Tujuan Terapi Nebulizer
 Pemberian obat secara langsung pada saluran pernafasan untuk pengobatan
penyakit, seperti : bronkospasme akut, produksi sekret yang berlebihan, dan batuk
yang disertai dengan sesak nafas
 Merelaksasikan jalan nafas
 Mengencerkan dan mempermudah mobilisasi sekret.
C. Indikasi
 Penyakit Asma
 Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
 Pneumonia
 Bronkiektasis
 Sinusitis
 Fibrosis Kistik
D. Kontraindikasi
 Hipertensi
 Takikardia
 Riwayat alergi
 Trakeostomi
 Fraktur di daerah hidung, maxilla, palatum oris.
E. Jenis-Jenis Nebulizer
 Disposible Nebulizer
Jenis nebulizer ini sangat ideal apabila digunakan dalam situasi kegawatdaruratan
di rumah sakit dengan perawatan jangka pendek.
 Re-usable Nebulizer
Jenis nebulizer ini dapat digunakan lebih lama sampai kurang lebih 6 bulan.
F. Alat Dan Bahan
 Main unit
 Air hose (selang)
 Nebulizer kit (masker atau mouthpiece, cup)
 Obat-obatan

Main Unit Air Hose (Selang) Nebulizer Cup

Masker Mouthpiece Obat


G. Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Nebulizer

No Prosedur Rasional Tindakan


1 Persiapan alat : Prosedur tindakan lebih sistematis
- Main unit
- Air hose (selang)
- Nebulizer kit (masker atau mouthpiece, cup)
- Obat-obatan
2 Persiapan pasien : Menerapkan etika keperwatan,
- Memberi salam terapeutik memberikan rasa nyaman kepada
- Menanyakan keadaan pasien pasien, mengurangi kecemasan pasien,
- Meminta pasien untuk berkumur terlebih dahulu dan agar klien memahami tujuan serta
- Mempersilahkan pasien untuk duduk, setengah prosedur tindakan yang akan
duduk atau berbaring (menggunakan bantal), dilakukan
posisi senyaman mungkin
- Meminta pasien untuk rilex dan menjelaskan
cara penggunaan masker
- Menjelaskan kepada pasien agar pada saat
tindakan dilakukan maka pasien harus
menghirup uap yang keluar secara perlahan-
lahan
- Melatih pasien dalam penggunaan masker atau
mouthpiece
- Memastikan pasien mengerti dan berikan
kesempatan untuk bertanya

3 Tahap kerja :
- Mencuci tangan Mencegah transmisi mikroorganisme
- Menghubungkan nebulizer dengan sumber
tegangan
- Menghubungkan selang, nebulizer dan
masker/mouthpiece pada main kit
- Membuka tutup cup, masukkan cairan obat ke
dalam alat penguap sesuai dosis yang telah
ditentukan

- Gunakan mouthpiece atau masker sesuai


kondisi pasien
- Mengaktifkan nebulizer dengan menekan
tombol ON pada main kit. Perhatikan jenis alat,
pada nebulizer tertentu, pengeluaran uap harus
menekan tombol pengeluaran obat pada
nebulizer kit
- Mengingatkan pasien, jika memakai masker
atau mouthpiece, uap yang keluar dihirup
perlahan-lahan dan dalam secara berulang
hingga obat habis (kurang lebih 10-15 menit)

Menggunakan masker Menggunakan mouthpiece

- Tekan tombol OFF pada main kit, melepas


masker/mouthpiece, nebulizer kit, dan air hose
- Menjelaskan kepada pasien bahwa pemakaian
nebulizer telah selesai

4 Tahap akhir:
- Mengevaluasi pasien apakah tindakan yang - Untuk mengetahui perasaan
dilakukan memberikan perbaikan atau dan kondisi pasien setelah
mengurangi keluhan dilakukan tindakan
- Membersihkan peralatan yang telah digunakan - Menjaga kebersihan dan
dan mencuci tangan mencegah transmisi
- Mendokumentasi hasil yang diperoleh dari mikroorganisme
tindakan yang dilakukan - Memudahkan jika nanti data
diperlukan

H. Evidence Based

Berdasarkan penelitian bahwa penggunaan terapi nebulizer ini sangat luas di bidang respirologi.
Nebulizer yaitu suatu alat yang dapat mengubah obat cair menjadi aerosol. Alat ini dapat
digunakan untuk terapi inhalasi saluran respiratori atas dan bawah. Terapi nebulizer merupakan
suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan pengobatan bagi pasien yang terserang
gangguan saluran pernapasan dengan memanfaatkan cairan uap yang sudah tercampur dengan
obat. Perkembangan pesat pada teknologi terapi inhalasi telah memberikan manfaat yang besar
bagi pasien yang menderita penyakit saluran pernapasan. Keuntungan utama pada terapi inhalasi
bahwa obat di hantarkan langsung ke dalam saluran pernapasan langsung masuk ke paru-paru,
kemudian menghasilkan konsentrasi lokal yang lebih tinggi dengan resiko yang jauh lebih
rendah terhadap efek samping sistemik yang timbul.

Spektrum partikel obat-obatan yang biasanya digunakan dalam pengobatan terletak dalam
diameter yang berkisar antara 0.5-10 mikro (berbentuk asap). Partikel uap air atau obat-obatan
dibentuk oleh suatu alat yang disebut nebulizer atau aerosol generator. Aerosol yang terbentuk
akan dihirup pasien melalui mouth piece atau sungkup dan masuk ke paru-paru untuk
mengencerkan sekret, untuk melihat efektifitasnya terapi dilakukan dengan membandingkan
Respiration Rate (RR) sebelum dan sesudah terapi (Meriyani et al., 2016).
Terapi inhalasi nebulizer ini dipilih karena pemberian terapi ini memberikan efek bronkodilatasi
atau melebarkan lumen bronkus, dahak menjadi encer sehingga mempermudah dikeluarkan,
menurunkan hiperaktifitas bronkus dan dapat menggatasi infeksi (Wahyuni, 2014). Alat
nebulizer sangat cocok untuk anak-anak dan lansia yang mengalami gangguan pada pernapasan
terutama adanya mukus yang berlebih, batuk ataupun sesak napas. Pada klien yang batuk dan
mengeluarkan lendir di paru-paru sehingga mampu mengencerkan dahak. Pada pasien anak-
anak pilek dan hidung tersumbat sehingga mampu melancarkan saluran pernapasan, penggunaan
sama dengan obat biasa 3 kali sehari atau sesuai anjuran dokter, campuran obat menjadi uap
biasanya juga obat-obatan yang memang melancarkan napas. Penggobatan nebulizer lebih efektif
dari obat-obatan diminum karena langsung dihirup masuk ke paru-paru, dosis yang dibutuhkan
lebih kecil, sehingga lebih aman (Bonita, 2016).

Link video : https://youtu.be/ANOK4GCvUYY

REFERENSI

Amanati, S., Najizah, F., & Istifada, J. (2020). Pengaruh Nebulizer, Infrared, Dan Chest
Physiotherapy Pada Asma Bronchiale. Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi, 4(2), 99–105.
https://doi.org/10.33660/jfrwhs.v4i2.125

Astuti, W. T., Marhamah, E., & Diniyah, N. (2019). Penerapan Terapi Inhalasi Nebulizer Untuk
Mengatasi Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Brokopneumonia. Jurnal Keperawatan Karya
Bhakti, 5(2), 7–13.

Adrian, Kevin. 2019. Nebulizer: Mengenal fungsi dan Cara Pakainya,


https://www.alodokter.com/nebulizer-mengenal-fungsi-dan-cara-pakainya, diakses
pada 12 Oktober 2020 pukul 21:13.

Joseph, Novita. 2020. Nebulizer: Fungsi, Efek Samping, Cara Pemakaian, Dan

Perawatannya, https://hellosehat.com/pernapasan/sesak-napas/nebulizer/#gref,

diakses pada 12 Oktober 2020 pukul 21:19.


TERAPI INHALER

Pengertian

Inhaler merupakan alat yang digunakan untuk pemberian obat secara inhalasi. Sistem
pengiriman inhaler merupakan bentuk penting dari perangkat pemberian obat dalam pengobatan
gangguan pernafasan (seperti: asma, bronkitis kronis, emfisema, dll), karena memiliki
keuntungan pemberian obat langsung ke sistem pernapasan dan efek samping yang lebih sedikit.
Inhaler dirancang untuk meningkatkan kemudahan penggunaan, namun banyak pasien
menunjukkan cara penggunaan yang salah pada semua desain inhaler yang digunakan saat ini.
Teknik inhaler yang tidak tepat mengurangi pemberian obat pada saluran udara sehingga
menurunkan efektivitas dari obat inhaler. Selain itu biaya pengobatan menjadi lebih mahal,
sehingga menjadi penyebab utama perawatan tidak optimal, baik karena kebutuhan akan
penambahan obat, pengobatan akibat perburukan gejala, bahkan pengobatan untuk mengatasi
efek samping karena salah pemakaian.

Penelitian penggunaan inhaler pada pasien menunjukkan bahwa tidak adanya instruksi yang
memadai mengenai penggunaan inhaler dapat menyebabkan teknik penggunaan yang tidak tepat.
Dalam suatu studi klinik, sebanyak 90% dari pasien menunjukkan teknik yang salah dalam
penggunaan metered-dose inhaler (MDI) dan dry-powder inhaler (DPI) seperti Diskus dan
Turbuhaler. Oleh karena itu, pemahaman cara penggunaan inhaler perlu mendapatkan perhatian
cukup penting dalam mencapai efek obat yang optimal.

Metered Dose Inhaler (MDI). Penggunaan MDI pertama kali memakai obat beta 2 agonis
non selektif seperti isoprenalin dan adrenalin, kemudian digantikan obat beta 2 selektif ex:
salbutamol, terbutalin, fenoterol dan formeterol. Ukuran kecil, mudah dibawa, nyaman, obat
langsung mencapai ketarget serangan dapat diatasi dgn cepat dan relatif tidak mahal. Kesulitan
biasanya antara koordinasi tangan dan saat menarik napas hingga obat lebih banyak yang
tertinggal di orofaring dan hanya sedikit yang mencapai saluran napas bawah. Propelan (zat
pembawa) yang bertekanan tinggi menjadi penggerak, menggunakan tabung aluminium
(kanister). Partikel yang dihasilkan oleh MDI adalah partikel berukuran <5μm. Surfaktan juga
digunakan utk memberi rasa yang bisa diterima pemakai seperti lecithin, lecitsorbitol trioleate
atau oleic acid.Yang terpenting pada MDI adalah katup terukur (metered valve ) yang secara
akurat melepaskan partikel obat dengan dosis tertentu.

Tujuan

untuk mengatasi bronkospasme, mengencerkan sputum, menurut hipereaktivi bronkus, serta


mengatasi infeksi.

Keuntungan dan Keterbatasan Pengobatan dengan Rute Inhalasi

Pengobatan gangguan pernafasan dapat diberikan melalui berbagai cara yaitu: inhalasi,
oral dan parenteral (subkutan, intramuskular, intravena). Kelebihan pemberian medikasi
langsung ke jalan napas (inhalasi) adalah :

1. Efek langsung ke target pengobatan di saluran pernafasan


2. Lebih efektif untuk dapat mencapai konsentrasi tinggi di jalan napas
3. Efek sistemik minimal atau dihindarkan (tidak ada nyeri akibat injeksi)
4. Beberapa obat hanya dapat diberikan melalui inhalasi, karena tidak terabsorpsi pada
pemberian oral (antikolinergik dan kromolin)
5. Waktu kerja bronkodilator lebih cepat bila diberikan inhalasi daripada oral
6. Relatif kecil, ringan, dan mudah dibawa dalam tas, saku, atau koper
7. Relatif mudah digunakan dengan petunjuk yang benar

Namun terapi dengan inhaler juga memiliki beberapa keterbatasan seperti:

1. Sulit bagi beberapa orang untuk berkoordinasi, terutama anak kecil, cacat mental, dan
orang usia tua (lansia).
2. Ukuran relatif kecil, mudah dibawa, dan relatif mudah hilang. Oleh karena itu terkadang
sulit untuk ditemukan pada saat dibutuhkan secara mendadak (misal: saat terjadi
perburukan serangan asma).
3. Membutuhkan aliran inspirasi tertentu untuk menggerakkan obat-obatan, membuat
kurang ideal pada saat perburukan gejala (seperti pada asma atau PPOK).
Kriteria Inhaler Ideal

Kriteria aerosol yang ideal akan bervariasi tergantung pada obat-obatan yang akan
diberikan dan situasi klinis. Perangkat yang dipilih untuk memaksimalkan keuntungan dari obat
inhalasi memiliki karakeristik sebagai berikut:

a. Mudah digunakan, dibawa, mengandung dosis ganda, melindungi obat dari kelembaban
dan memiliki indicator dosis
b. Memiliki pengiriman dosis yang akurat dan seragam dalam berbagai laju inspirasi
c. Pengiriman dosis konsisten selama inhaler digunakan dan konsistensi dosis yang baik
bila dibandingkan dengan inhaler serupa lainnya
d. Ukuran partikel yang optimal untuk pengiriman obat ke dalam paru-paru
e. Kesesuaian untuk berbagai obat-obatan (kombinasi) dan dosis
f. Interaksi minimum antara formulasi obat dan perangkat
g. Stabilitas produk dalam inhaler
h. Efektivitas biaya

Indikasi

 Penyakit asma
 Penyakit paru obstruktif ( PPOK)
 Pneumonia
 Bronklektasis
 Sinusitis
 Fibrosis kistik

Kontra Indikasi

 Hipertensi
 Takikardi
 Riwayat alergi
 Trakeostomi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI INHALER DOSIS TERUKUR

( MDI )

1. PERSIAPAN TINDAKAN
a. Bahan dan Alat :
1. Inhaler dosis terukur ( Metered Dose Inhaler/MDI )
2. Spacer ( khusus untuk MDI )
3. Tisu sesuai kebutuhan
4. Baskom cuci dengan air hangat
5. Catatan pengobatan

b. Pasien :
1. Periksa kelengkapan order pengobatan
2. Periksa pola nafas pasien ( sebagai data dasar )
3. Periksa kemampuan klien untuk memegang, memanipulasi dan menekan tabung
4. Kaji kemampuan pasien untuk belajar
2. Prosedur Tindakan
A. Fase Prainteraksi
a. Melakukan ventilasi program pengobatan klien
 Rasional : ventilasi yang baik akan membuat udara yang masuk
keruangan menjadi lebih banyak, sehingga pasien merasa lebih leluasa
untuk bernapas, segar dan nyaman.
b. Mencuci tangan
 Rasional : mencegah dan memimalisir terjadinya penyebaran
mikroorganisme.
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
 Rasional : agar alat mudah dijangkau oleh perawat
B. Fase orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
 Rasional : membina hubungan baik, saling percaya, dan
memastikan benar tidaknya pasien yang akan diberi Tindakan.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
 Rasional : agar pasien mampu memahami mengenai Tindakan
yang dilakukan
c. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan di lakukan
 Rasional : untuk memastikan apakah pasien siap atau tidak untuk
diberi Tindakan terapi inhaler dosis terukur.
C. Fase kerja
1. Berikan pasien kesempatan untuk memanipulasi inhaler dan tempatnya. Jelaskan
dan peragakan cara memasang tempat inhaler.
 Rasional : agar pasien dapat melakukan sendiri bila dirumah
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dosis terukur dan ingatkan pasien tentang
kelebihan penggunaan inhaler termasuk efek samping obat tersebut.

 Rasional : agar pasien tau apa saja kelebihan dan efek samping bila
melakukan Tindakan

3. Jelaskan langkah-langkah penggunaan dosis obat inhaler (peragakan tahap-


tahapannya bila mungkin)

 Rasional : agar pasien tidak salah bila melakukan Tindakan misalnya


dirumah

4. Jelaskan langkah yang digunakan untuk memberikan dosis obat yang dihirup
(demonstrasikan langkah tindakan, jika memungkinkan).
 Rasional : memastikan bahwa pasien memahami dengan baik Tindakan
yang dilakukan

a. Lepas tutup dan pegang inhaler dalam posisi tegak dengan ibu jari dan dua
jari pertama.
b. Kocok inhaler
c. Tekuk kepala sedikit ke belakang dan hembuskan napas
d. Atur posisi inhaler dengan salah satu cara berikut:
- Buka mulut dengan inhaler berjarak 0,5 sampai 1 cm dari
mulut
- sambungkan pengatur jarak (spacer) ke bagian mulut
inhaler
- Tempatkan bagian mulut inhaler atau spacer di dalam
mulut.
e. Tekan inhaler ke bawah mulut untuk melepaskan obat (satu tekanan)
sambil menghirupnya dengan perlahan.
f. Bernapas perlahan selama dua sampai tiga detik
g. Tahan nafas selama sekitar 10 detik
h. Ulangi tekanan sesuai program, tunggu satu menit diantara tekanan,
i. Bila diresepkan dua obat inhaler, tunggu 5 – 10 detik antara inhalasi
j. Jelaskan bahwa mungkin pasien merasa ada sensasi tersedak pada
tenggorokan yang disebabkan oleh droplet obat pada faring lidah
k. Perintahkan pasien untuk membuang tempat obat inhaler dan
membersihkan inhaler dengan air hangat
l. Tanyakan apakah pasien ingin mengajukan pertanyaan
m. Instruksikan pasien untuk mengulangi inhalasi sebelum jadwal dosis
berikutnya
D. Fase terminasi
a. Membersihkan dan mensterilkan peralatan, membuang limbah ke dalam
tempat yang sudah disediakan.
 Rasional : mencegah dan memimalisir terjadinya penyebaran
mikroorganisme.
b. Membersihkan dan memcuci tangan dengan 6 langkah atau menggunakan
Handsanitizer.
 Rasional : mencegah dan memimalisir terjadinya penyebaran
mikroorganisme.
c. Melakukan pendomenkasian terkait Tindakan terapi obat terukur yang
dilakukan
 Rasional : sebagai bukti bahwa Tindakan tersebut sudah benar
dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.
E. Evidence based

Menurut penilitian Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam
saluran napas melalui penghisapan. Terapi pemberian ini, saat ini makin berkembang luas dan
banyak dipakai pada pengobatan penyakit-penyakit saluran napas. Berbagai macam obat seperti
antibiotik, mukolitik, anti inflamasi dan bronkodilator sering digunakan pada terapi inhalasi.
Obat asma inhalasi yang memungkinkan penghantaran obat langsung ke paru-paru, dimana saja
dan kapan saja akan memudahkan pasien mengatasi keluhan sesak napas. Untuk mencapai
sasaran di paru-paru, partikel obat asma inhalasi harus berukuran sangat kecil (2-5 mikron) (
sukamto 2006).

Pilihan terapi pada anak dengan bronkopneumonia terdiri dari terapi utama dan terapi
tambahan. Terapi utama meliputi terapi antibiotik dan terapi tambahan merupakan terapi
simtomatis seperti terapi analgetik, antipiretik, terapi inhalasi bronkodilator dan mukolitik
(Meriyani et al., 2016). Namun pemberian terapi inhalasi lebih efektif diberikan pada anak
dengan bronkopneumonia karena pemberian terapi inhalasi bertujuan untuk memberikan efek
bronkodilatasi atau melebarkan lumen bronkus, dahak menjadi encer sehingga mempermudah
dikeluarkan, menurunkan hiperaktifitas bronkus dan dapat mengatasi infeksi (Wahyuni, 2014).

Terapi inhalasi adalah pemberian obatsecara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran


respiratori (Rahajoe et al., 2010). Pemberian terapi inhalasi yaitu tehnik yang dilakukan dengan
pemberian uap dengan menggunakan obat Ventolin 1 ampul dan Flexotide 1 ampul. Obat
Ventolin adalah obat yang digunakan untuk membantu mengencerkan sekret yang diberikan
dengan cara diuap dan Flexotide digunakan untuk mengencerkan sekret yang terdapat dalam
bronkus (Sutiyo dan Nurlaila, 2017). Dapat juga diberikan obat Bisolvon cair sebagai inhalasi
berfungsi untuk mengencerkan dahak dan batuk lebih cepat dari cairan abnormal di cabang
tengorokan (Yuliana dan Agustina, 2016).

F. Link video
https://youtu.be/ANOK4GCvUYY
https://youtu.be/DD9cchgD6GQ
REFERENSI
TERAPI INHALASI http://paru.fk.unand.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/Terapi-
Inhalasi.pdf

1. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI; 2013.

2. Odili VU, Okoribe CO. Assessment of Pharmacists’ knowledge on correct inhaler

technique. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences.

2010;1(3):768-772.

3. National Asthma Council Australia (NACA). Inhaler Technique in Adults with Asthma

or COPD; 2016. https://www.nationalasthma.org.au/

4. Lalani NS. A study of knowledge assessment and competence in asthma and inhaler

technique of nurses employed at university teaching hospital. theHealth 2012;3(1):1618.

5.Lee SM, Chang YS, Kim CW, et al. Skills in Handling Turbuhaler, Diskus and

Pressurized Metered Dose Inhaler in Korean Asthmatic Patients. 2011;3(1):46-52.


TERAPI FISIOTERAPI DADA

A. Pengertian
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi
penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada
dalam hal ini merupakan teknik untuk mengeluarkan sekret yang berlebihan atau material
yang teraspirasi dari dalam saluran respiratori. Material atau benda-benda yang masuk ke
saluran respiratori dapat mengancam dan menyebabkan kerusakan pada saluran
respiratori. Hal tersebut terjadi akibat meningkatnya resistensi saluran respiratori dan
usaha bernapas sehingga pada akhirnya dapat terjadi hiperinflasi dan atelektasis.
Mikroorganisme dan respon inflamasi yang terjadi akan merangsang pengeluaran
proteolitik sehingga dapat menghancurkan dinding saluran respiratori. Selain itu,
akumulasi sekret intrabronkial dapat menginisasi timbulnya infeksi sehingga dalam hal
ini fisioterapi dada tidak hanya mencegah obstruksi tetapi juga mencegah obstruksi tetapi
juga mencegah rusaknya saluran respiratori. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian:
postural drainage, perkusi, dan vibrasi, (Rahayu, 2019)

a. Postural Drainase
Postural drainage adalah suatu bentuk pengaturan posisi pasien untuk membantu
pengaliran mucus sehingga mucus akan berpindah dari segmen kecil ke segmen besar
dengan bantuan gravitasi dan akan memudahkan mucus di ekspectorasikan dengan
bantuan batuk. Dalam pelaksanaannya postural drainageini selalu disertai dengan
tapotement atau tepukan dengan tujuan untuk melepaskan mucus dari dinding saluran
napas dan untuk merangsang timbulnya reflek batuk, sehinggga dengan reflek batuk
mucus akan lebih mudah dikeluarkan. Jika saluran napas bersih maka pernapasan akan
menjadi normal dan ventilasi menjadi lebih baik. Jika saluran napas bersih dan ventilasi
baik maka frekuensi batuk akan menurun (Dhaenkpedro,2010).
Ada beberapa posisi-posisi yang digunakan saat melakukan postural drainage :
a. Bronkus apikal lobus anterior kanan dan kiri atas dengan klien duduk, bersandar pada
bantal
Gambar Bronkhus apikal anterior lobus atas

b. Bronkus apikal lobus posterior kanan kiri atas dengan klien duduk, menyandar ke depan
pada bantal atau meja

Gambar Bronkhus apikal posterior lobus atas

c. Bronkus lobus anterior kanan kiri atas dengan klien berbaring datar pada bantal kecil di
bawah lutut

Gambar Bronkhus lobus atas anterior


d. Bronkus lobus lingual kiri atas dengan klien berbaring miring ke kanan dan lengan di atas
kepala pada posisi trendelenberg, dengan kaki tempat tidur tinggikan 30cm. Letakan
bantal di belakang punggung dan klien digulingkan seperempat putaran ke atas bantal

Gambar Bronkhus lingual lobus atas kiri

e. Bronkus lobus kanan tengah klien berbaring ke kiri dan tinggikan kaki tempat tidur
30cm. Letakan bantal di belakang punggung dan klien digulingkan seperempat putaran ke
atas bantal

Gambar Bronkhus lobus tengah kanan

f. Bronkus lobus anterior kanan dan kiri bawah klien berbaring teerlentang dengan posisi
trendelenberg, kaki tempat tidur ditinggikan 45-50cm. Biarkan lutut menekuk di atas
bantal
Gambar Bronkhus lobus bawah anterior

g. Bronkus lobus lateral kanan bawah klien berbaring miring ke kiri pada posisi
trendelenberg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45-50.

Gambar Bronkhus lateral lobus bawah kanan

h. Brinkus lobus superior kanan dan kiri bawah klien berbaring tengkurep dengan di bawah
lambung

Gambar Bronkhus lateral lobus bawah kiri dan Bronkhus superior lobus bawah
i. Bronkus basalais posterior kanan dan kiri klien berbaring tengkurap dalam posisi
trendelenberg dengan kaki tempat tidur ditinggikan 45-50 cm

Gambar Bronkhus basal posterior

b. Clapping/Perkusi
Teknik pemukulan ritmik (perkusi) dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada
dinding dada atau punggung (Rasmaliah, 2004). Tujuannya untuk melepaskan lendir atau
sekret-sekret yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke
tenggorok. (Yanwar, 2016)

c. Vibrating
Vibrasi secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural drainase
terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan
sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar
sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada
waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan
vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi.
Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada
kemudian dengan dorongan bergetar, (Lasar, 2019)
B. Tujuan Fisioterapi Dada
1. memfasilitasi pengeluaran sekret, mengencerkan sekret
2. menjaga kepatenan jalan napas
3. mencegah obstruksi pada pasien dengan peningkatan sputum
4. mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernapasan,
5. membantu membersihkan sekret dari bronkus,
6. mencegah penumpukan sekret, serta memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
Penggunaan bronkodilator yang sesuai akan membantu pengeluaran sekret dari
paru-paru.
C. Indikasi Fisioterapi dada
a. Pasien yang mengalami penumpukan secret
b. Pasien yang memakai ventilasi
c. Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
d. Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau
bronkiektasis
e. Pasien dengan batuk yang tidak efektif
D. Kontrakindikasi
Menurut (Rasmaliah, 2004) kontra indikasi pada fisioterapi dada antara lain:
pneumothoraks tension , haemoptisis, gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipertensi,
infark miokard akutrd infark, dan aritmia, edema paru, efusi pleura, dan fraktur sternum.
E. Pengkajian
Pengkajian harus berfokus pada :
- Bunyi napas bilateral

- Frekuensi dan karakter pernapasan

- Program medik mengenai pembatasan aktivitas/posisi

- Toleransi terhadap fisioterapi sebelumnya - Radiografi dada saat ini


F. Kriteria Hasil :
Klien akan :
Berventilasi dengan jalan napas bersih, yang dibuktikan dengan frekuensi pernapasan
klien dalam batas normal dan bunyi napas pada semua lobus bersih.
G. Persiapan Alat
Bantal 2 buah

Kerts tissue

Handuk

Perlak/alas

stetoskop

Sputum pot berisi desinfektan/ bengkok

Handscoon
Buku catatan untuk pendokumentasian

H. Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Prainteraksi
a. Mengecek program terapi dan membaca catatan keperawatan atau cacatan medis
Rasional :
b. Menyiapkan alat dan Dekatkan alat didekat pasien
Rasional : agar alat mudah dijangkau oleh perawat
c. Mencuci tangan 6 langkah
Rasional : mencegah dan memimalisir terjadinya penyebaran mikroorganisme.
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam kepada pasien Mengidentifikasi pasien dengan bertanya
nama,dan umur pasien serta mengecek gelang identitas pasien
Rasional : membina hubungan baik, saling percaya, dan memastikan benar
tidaknya pasien yang akan diberi Tindakan.
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada pasien/keluarga pasien
Rasional : agar pasien mampu memahami mengenai tindakan yang akan
dilakukan
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan klien
Rasional : untuk memastikan pasien siap atau tidak untuk menerima tindakan
fisioterapi dada
3. Tahap kerja
a. Menjaga privacy klien/pasien (menutup tirai) dan kenyamanan pasien
Rasional : menghargai privacy pasien dan menjaga kenyamana pasien pada saat
tindakan dilakukan
b. Melakukan pemeriksaan paru yaitu auskultasi paru untuk mengetahui letak secret
Rasional : untuk mengetahui letak secret yang ada pada paru-paru pasien, karena
setiap posisi tertentu bertujuan untuk mengalirkan secret di arean tertentu.
c. Selanjutnya, Melakukan postural drainase
1) Pilih area tersumbat yang akan didrainase berdasarkan pada pengkajian
semua bidang paru, data klinis dan gambaran foto dada. Agar efektif,
tindakan harus dibuat individual untuk mengatasi spesifik dari paru yang
tersumbat.
2) Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase area yang tersumbat.
Bantu klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan. Ajarkan klien untuk
mengatur postur, posisi lengan dan kaki yang tepat. Letakkan bantal
sebagai penyangga dan kenyamanan. Posisi khusus dipilih untuk
mendrainase setiap area yang tersumbat.
3) Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit. Pada orang
dewasa, pengaliran setiap area memerlukan waktu. Anak-anak, prosedur
ini cukup 3-5 menit.
4) Selama 10-15 menit drainase pada posisi ini, lakukan perkusi dan vibrasi
dada atau gerakan iga di atas area yang didrainase.Memberikan dorongan
mekanik yang bertujuan memobilisasi sekresi pada jalan napas.
5) Setelah drainase pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk.
Tampung sekresi yang dikeluarkan dalam sputum pot. Jika klien tidak bisa
batuk, harus dilakukan pengisapan. Setiap sekresi yang dimobilisasi ke
dalam jalan napas harus dikeluarkan melalui batuk atau pengisapan sebelu
klien dibaringkan pada posisi drainase selanjutnya.Batuk akan sangat
efektif bila klien duduk dan membungkuk ke depan.
6) Minta klien istirahat sebentar, bila perlu. Periode istirahat sebentar di
antara drainase postural dapat mencegah kelelahan dan membantu klien
menoleransi terapi dengan lebih baik.
7) Minta klien minum sedikit air. Menjaga mulut tetap basah sehingga
membantu ekspetorasi sekresi.
8) Ulangi langkah 3 hingga 8 sampai semua area tersumbat yang dipilih telah
terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit. Drainase
postural digunakan hanya untuk mengalirkan area yang tersumbat dan
berdasarkan pada pengkajian individual.
9) Ulangi pengkajian dada pada setiap bidang paru. Memungkinkan anda
mengkaji kebutuhan drainase selanjutnya atau mengganti program
drainase.
d. Selanjutnya, melakukan clapping/perkusi dengan cara tangan perawat menepuk
punggung pasien secara bergantian
1. Tutup area yang akan di perkusi dengan handuk
2. Anjurkan pasien untuk tarik nafas yang panjang dan lambat
3. Rapatkan jari dan ibu jari bersamaan dan fleksikan sedikit, buat mangkuk
dangkal pada telapak tangan.
4. Tepuk area target dengan menggunakan mangkuk telapak, tahan
pergelangan tangan dengan kuat, dan kedua tangan saling bergantian
(harus menghasilkan bunyi gaung)
5. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1-2 menit.
6. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah
cederah seperti mamae, sternum, kolumna spinalis dan ginjal
d. Selanjutnya,melakukan teknik vibrasi :
1. Tempatkan tangan anda di atas area target, telapak tangan menghadap ke
bawah di area target, satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari
menempel bersama dan ekstensi.
2. Instruksikan klien untuk bernapas dalam
3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dengan lengan serta
siku lalu getarkan, kearah bawah.
4. Perhatikan agar gerakkan dihasilkan dari otot-otot bahu. Hentinkan
getaran jika pasien inspirasi
5. Ulangi prosedur vibrasi selama 3-5 kali
e. Meminta pasien menarik nafas, menahan nafas, dan membatukan dengan kuat
f. Menampung lender dalam sputum pot
g. Bantu pasien membersihkan mulut
h. Melakukan auskultasi paru
i. Bantu pasien untuk menempatkan diri pada posisi yang nyaman dengan dada ditinggikan
45 derajat atau lebih.
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
Rasional : untuk mengetahui keadaan pasien setelah dilakukan tindakan
fisioterapi dada
b. Membereskan alat dan mensterilkan alat
Rasional : mencegah dan memimalisir terjadinya penyebaran mikroorganisme
c. Mencuci tangan
Rasional : mencegah dan memimalisir terjadinya penyebaran mikroorganisme
d. Mencatat atau mendokumentasikan kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Rasional : sebagai bukti bahwa Tindakan tersebut sudah benar dilakukan sesuai
ketentuan yang berlaku.
I. Evidance Based
Hasil penelitian membuktikan bahwa fisioterapi dada berpengaruh terhadap bersihan
jalan nafas antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Fisioterapi dada mencakup
3 teknik yaitu postural drainage, perkusi dada dan vibrasi (Asih dan Efendy, 2004).
Metode ini dapat digunakan secara berurutan pada posisi drainage yang berbeda dan
harus diawali dengan bronchodilator (jika diprogramkan), dan dilanjutkan dengan nafas
dalam dan batuk (Smeltzer & Bare, 2002). Fisioterapi dada sangat berguna bagi penderita
penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada adalah salah
satu fisioterapi yang menggunakan teknik postural drainage, perkusi dada dan vibrasi.
Secara fisiologis Perkusi pada permukaan dinding akan mengirimkan gelombang
berbagai amplitude dan frekuensi sehingga dapat mengubah konsistensi dan lokasi sekret
(Potter & Perry, 2005). Menurut Smeltzer & Bare (2002) vibrasi yang dilakukan setelah
perkusi meningkatkan turbulensi udara ekspirasi sehingga dapat melepaskan mukus
kental yang melekat pada bronkhus dan bronkiolus, sehingga postural drainage
merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dai berbagai segmen paru –
paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Postural drainage menggunakan
posisi khusus yang meningkatkan gaya gravitasi membantu mengeluarkan sekresi
bronchial, (Hidayatin, 2019)
Penelitian yang dilakukan oleh Almuddattir tahun 2013 dengan analisa bivariat
menggunakan dependent samples t-test menunjukkan pengaruh yang signifikan, latihan
fisioterapi dada, batuk efektif dan napas dalam terhadap pengeluaran sekret pada pasien
TB di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Didapat hasil statistik (p value
0,000). Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh fisioterapi dada, latihan batuk
efektif dan napas dalam terhadap pengeluaran sekret pada pasien TB dengan gangguan
bersihan jalan nafas
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Purnomo tahun 2010 meneliti tentang
Management Pengeluaran Dahak di Keluarga Tn M khususnya An A di desa karang
malang Demak. Dari hasil penelitian bahwa keluarga belum mengetahui cara merawat
anak dengan bersihan jalan nafas tidak efektif, setelah diberikan tindakan fisioterapi
dada, jalan nafas menjadi efektif. Artinya terdapat pengaruh antara Fisioterapi dada
dengan ketidakefektifan jalan nafas. Bersihan jalan nafas yaitu suatu keadaan dimana
jalan nafas bersih dari penumpukan sekret dan sputum, pola nafas efektif kembali dan
kebutuhan oksigen terpenuhi, (Sandra,, 2014)

J. Link video :
https://www.youtube.com/watch?v=Ibvx7USmV1k&t=86s

https://www.youtube.com/watch?v=Ibvx7USmV1k
REFERENSI
Hidayatin, T. (2019, April). PENGARUH PEMBERIAN FISIOTERAPI DADA DAN PURSED
LIPS BREATHING (TIUPAN LIDAH) TERHADAP BERSIHAN JALAN NAFAS
PADA ANAK BALITA DENGAN PNEUMONIA. 1(1), 18-19.

Lasar, A. M. (2019). PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NY. C. L YANG


MENDERITA TUMOR PARU DI RUANGAN TERATAI RSUD PROF. DR. W. Z
JOHANNES KUPANG MEI 2019. KARYA TULIS ILMIAH(1), 28-29.

Rahayu, I. (2019). PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP SATURASI OKSIGEN


PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI RSU
KALIWATES JEMBER. DIGITAL REPOSITORY UNIVERSITAS JEMBER(1), 26-29.

Sandra,, K. (2014). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pasien Dengan
Tuberkulosis Paru Di Ruang Rawat Inap Paru RSUD DR. Achmad Mochtar BukitTtinngi
Tahun 2014. Penelitian Keperawatan Medikal Bedah(1), 87-88.

Yanwar, N. (2016). GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG FISIOTERAPI


DADA DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016. SKRIPSI(1), 30-32.

DINA, P. A. (2018). EFEKTIFITAS NEBULIZER-POSTURAL DRAINAGE DAN NEBULIZER-


BATUK EFEKTIF DALAM PENGELUARAN SPUTUM PADA PASIEN ASMA DI RSUD
CARUBAN (Doctoral dissertation, STIKES Bhakti Husada Mulia).

Anda mungkin juga menyukai