Anda di halaman 1dari 36

Asuhan

Keperawatan
Gout
Kelompok 6 RB

Dosen Pengampu: Syahrul Ningrat,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.MB


Rati Mardatillah R011191050
Rizka Nur Amalia R011191084
Brigita Sri Jane R011191100

Kelompok Destasya Mallua R011191134


Ummul Tazkiyatun Nafs R011191044

6 Annida Rifai Nur R011191124


Jamila R011191146
Sakina Hardiyanti R011191140
Fajar Husodo R011191020
CONTENT
01 Defenisi
06 Penatalaksanaan

02 07

NTENT
Etiologi Patofisiologi

03 Tingkat
Keparahan 08 Pathway

04 Manifestasi
Klinik 09 Asuhan
Keperawatan

05 Pemeriksaan
Penunjang
DEFENISI
Defenisi
Gout Arthritis atau asam urat
merupakan salah satu penyakit
inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan
penumpukan Kristal Monosodium
Urat di dalam ataupun di sekitar
persendian. Monosodium Urat ini
berasal dari metabolisme Purin.
Hal penting yang mempengaruhi
penumpukan Kristal Urat adalah
Hiperurisemia dan supersaturasi
jaringan tubuh terhadap Asam (Gambar Anatomi Asam Urat)
Urat.
KADAR ASAM URAT PERSENDIHAN ASAM URAT

Penyakit asam urat merupakan kondisi yang bisa


menyebabkan gejala nyeri yang tak tertahankan,
Asam urat yang beredar dalam darah
pembengkakan, serta adanya rasa panas di area
tidak akan menimbulkan penyakit jika persendian. Semua sendi di tubuh berisiko terkena
kadarnya berada pada batas normal asam urat, tetapi sendi yang paling sering terserang
adalah jari tangan, lutut, pergelangan kaki, dan jari
(Misnadiarly, 2007)
kaki.

Jenis Kelamin Kadar Normal


(mg/dl))
laki-laki dewasa 3,4-7,0 mg/dL
perempuan 2,4-6,0 mg/dL
dewasa

(Gambar sendi yang beresiko


terkena asam urat)
ETIOLOGI
Gout Arthritis disebabkan oleh faktor primer dan 2 FAKTOR RESIKO
faktor sekunder, faktor primer 99% nya belum
diketahui (Idiopatik). Namun, diduga berkaitan dengan
Faktor risiko yang menyebabkan orang
kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang terserang penyakit asam urat adalah usia,
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat asupan senyawa purin berlebihan,
mengakibatkan peningkatan produksi Asam Urat atau konsumsi alkohol berlebih, kegemukan
(obesitas), kurangnya aktivitas fisik,
bisa juga disebabkan oleh kurangnya pengeluaran
hipertensi dan penyakit jantung, obat-
Asam Urat dari tubuh. obatan tertentu (terutama diuretika) dan
Faktor sekunder, meliputi peningkatan gangguan fungsi ginjal.
produksi Asam Urat, terganggunya proses
Peningkatan kadar asam urat dalam darah,
pembuangan Asam Urat dan kombinasi kedua
selain menyebabkan gout, menurut suatu
penyebab tersebut. Umumnya yang terserang Gout penelitian merupakan salah prediktor kuat
Artritis adalah pria, sedangkan perempuan terhadap kematian karena kerusakan
persentasenya kecil dan baru muncul setelah kardiovaskuler
Menopause. Gout Artritis lebih umum terjadi pada
laki-laki, terutama yang berusia 40-50 tahun (Susanto,
2013).

1 FAKTOR PENYEBAB
TINGKAT
KEPARAHAN
TAHAP 1 TAHAP 2 TAHAP 3 TAHAP 4
Gout Artritis Akut Gout Interkritikal Gout Artritis Akut Intermiten Gout Artritis Kronik Tofaceous
Setelah melewati masa Gout Tahap ini terjadi bila penderita
Serangan pertama biasanya terjadi Pada tahap ini penderita dalam
Interkritikal selama bertahun- telah menderita sakit selama 10
antara umur 40-60 tahun pada keadaan sehat selama rentang
tahun tanpa gejala, maka tahun atau lebih. Pada tahap ini
laki-laki, dan setelah 60 tahun pada waktu tertentu. Rentang waktu
penderita akan memasuki akan terbentuk benjolan-
perempuan. Onset sebelum 25 setiap penderita berbeda-
tahap yang ditandai dengan benjolan disekitar sendi yang
tahun merupakan bentuk tidak beda. Dari rentang waktu 1-10
serangan arthritis yang khas sering meradang yang disebut
lazim arthritis gout, yang mungkin tahun. Namun rata-rata
seperti diatas. Selanjutnya sebagai Thopi. Thopi ini berupa
merupakan manifestasi adanya rentang waktunya antara 1-2
penderita akan sering benjolan keras yang berisi serbuk
gangguan enzimatik spesifik, tahun. Panjangnya rentang
mendapat serangan (kambuh) seperti kapur yang merupakan
penyakit ginjal atau penggunaan waktu pada tahap ini
yang jarak antara serangan deposit dari kristal monosodium
siklosporin. Pada 85% - 90% kasus, menyebabkan seseorang lupa
yang satu dengan serangan urat. Thopi ini akan
serangan berupa arthritis bahwa dirinya pernah
berikutnya makin lama makin mengakibatkan kerusakan pada
monoartikuler dengan predileksi menderita serangan gout
rapat dan lama serangan makin sendi dan tulang disekitarnya.
MTP-1 yang biasa disebut podagra arthritis akut. Atau menyangka
lama makin panjang, dan Bila ukuran thopi semakin besar
serangan pertama kali yang
jumlah sendi yang terserang dan banyak akan mengakibatkan
dialami tidak ada hubungannya
semakin banyak. penderita tidak dapat
dengan penyakit gout arthritis.
menggunakan sepatu lagI
MANIFESTASI
KLINIK
Tingkat penyakit Gambar Tanda & Gejala
Gout Arthritis Akut 1. Radang sendi akut yang timbul secaran mendadak
durasi singkat
2. Bangun tidur terasa sakit, hingga tidak dapat berjalan
3. Adanya nyeri, edema, eritema, dan terasa hangat
4. Adanya keluhan sistemik: demam, menggigil dan
Malaise
5. Disertai Lekositosis dan peningkatan endap darah

Gout Interkritikal 1. Tidak terdapat radang

Gout Arthritis Akut 1. Radang sendi sering muncul dengan durasi yang lebih
Intermiten lama
2. Jumlah sendi yang terserang semakin banyak

Gout Arthritis Kronik 1. Terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang


Tofaceous sering meradang (Thopi)
2. Thopi merupakan benjolan keras yang berisi serbuk
seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal
monosodium urat
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang (1)

Radiografi Konvensional (CR) CT konvensional (CCT)

USG (AS)
CT Energi Ganda (DECT)
Terdiri atas: Cairan
synovial, Proliferasi
sinovial dan
hipervaskularisasi .
. .
& Erosi tulang
Pemeriksaan Penunjang (2)
MRI Pemeriksaan sampel darah & Urin

Skintigrafi Nuklir
Tomografi Emisi Positron (PET)

. . .
PENATALAKSANAAN
Farmakologi Non Farmakologi
• Pengobatan serangan akut dengan • Akupunktur
Colchine 0.6 mg PO, Colchine 1,0-
3,0 mg (dalam Nacl/IV), • Kompres panas dan dingin
Phenylbutazon, Indomethacin.
• Diet, diet tinggi purin, obesitas,
• Analgetik dan antipiretik
• Colchines ( oral/IV) konsumsi alkohol, dan penggunaan
• Nostreoid, obat-obatan anti beberapa obat seperti tiazid dan
inflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan
inflamasi. diuretik kuat akan menghambat
• Allopurinol ekskresi asam urat di ginjal, serta
• Uricosuric aspirin dosis rendah <3 g
• Terapi pencegahan: probenezid 0,5
memperburuk hiperurismia (Helmi,
g/hrai atau sulfinpyrazone (
anturane ) pada pasien yang tidak 2013)
tahan terhadap benemid atau
menurunkan pembentukan asam
urat dengan Allopurinol 100 mg
2x/hari.
• Kosrtikosteroid
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi (1)

Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan
pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl
dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Peningkatan kadar asam urat serum dapat
disebabkan oleh pembentukan berlebihan atau penurunan ekskresi asam urat, ataupun keduanya. Asam
urat adalah produk akhir metabolisme purin. Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan
dikeluarkan melalui urin. Pada penyakit gout terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme
(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut:
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
2. Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang meningkatkan cellular turnover)
atau peningkatan sintesis purin (karena defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang
berperan).
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.
Patofisiologi (2)
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatan
Great times.
kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang
kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal.
Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal
monosodium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui.
Adanya kristal monosodium urat ini akan menyebabkan inflamasi.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan
terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di
tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut endapan akan memicu
reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf
(kristal) dikelilingi oleh makrofag, lomfosit, fibroblast, dan sel raksasa benda
asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis sinovium,
erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat
berbentuk di tempat lain (misalnya tendon, bursa, jaringan lunak).
Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan
penyumbutan dan nefropati gout
PATHWAY
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN (1)
Anamnesa Pemeriksaan Diagnostik

• Informasi identitas Gold standard dalam menegakkan gout artritis adalah menggunakan mikroskop
terpolarisasi, yaitu dengan ditemukannya kristal urat MSU (Monosodium Urat) di cairan sendi
• Keluhan Utama atau tofus. Untuk memudahkan diagnosis gout artritis akut, dapat digunakan kriteria dari
• Riwayat kesehatan sekarang ARA (American Rheumatism Association) tahun 1997 sebagai berikut :
1. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi, atau
• Riwayat kesehatan terdahulu 2. Adanya tofus yang berisi Kristal urat, atau
• Riwayat kesehatan keluarga 3. Terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :
a. Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut
• Riwayat psikososial b. Inflamasi maksimal terjadi pada hari pertama gejala atau serangan datang
c. Artritis monoartikuler (hanya terjadi di satu sisi persendian)
d. Kemerahan pada sendi yang terserang
e. Bengkak dan nyeri pada sendi MTP-1 (ibu jari kaki)
f. Artritis unilateral yang melibatkan MTP-1 (di salah satu sisi)
g. Artritis unilateral yang melibatkan sendi tarsal
h. Adanya tofus di artilago articular dan kapula sendi
i. Terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah ( > 7.5mg/dL)
j. Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)
k. Kista subkortikal tanpa erosi (radiologis)
l. Kultur mikroorganisme cairan sendi menunjukkan hasil negatif Yang harus dicatat
adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan meskipun kadar asam urat normal
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2018)
PENGKAJIAN (2)
Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing) 4. B4 (Blader) : produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada
• Inspeksi : bila tidak melibatkan sistem keluhan pada sistem perkemihan, kecuali penyakit gout sudah
pernapasan, biasanya ditemukan mengalami komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat,
kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak dan GGK yang akan menimbulkan perubahan fungsi pada sistem ini.
napas, tidak ada penggunaan otot bantu 5. B5 (Bowel) : kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada
pernapasan. gangguan, tetapi perlu dikaji frekuensi, konsistensi,warna, serta bau
• Palpasi : taktil fremitus seimbang kiri dan feses. Selain itu perlu di kaji frekiensi, konstitensi, warna, bau, dan
kanan jumlah urine. Klien biasanya mual, mengalami nyeri lambung, dan
tidak ada nafsu makan, terutama klien yang memakai obat analgesik
• Perkusi : Suara resona pada seluruh lapang dan anti hiperurisemia.
paru 6. B6 (Bone) : pada pengkajian ini ditemukan
• Auskultasi :Suara napas hilang/melemah Look : keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang
pada sisi yang sakit, biasanya di dapat suara mendorong klien mencari pertolongan (meskipun sebelumnya
ronki atau mengi. sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasaya
2. B2 (Blood) : pengisian kapiler kurang dari 1 detik, bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan
sering ditemukan keringat dingin,dan pusing istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri
karena nyeri. yang lebih dibandingkan dengan gerakan yag lain. Deformitas
3. B3 (Brain) : sendi (temuan tofus) terjadi dengan temuan salah satu
• kesadaran biasanya kompos mentis pergelangan sendi secara perlahan membesar.
Feel : ada nyeri tekan pada sendi yang membengkak
• kepala dan wajah : ada sianosis Move : hambatan gerahan sendi biasanya semakin memberat.
• mata : sclera biasanya tidak ikterik
• leher : biasanya JVP dalam batas normal
Diagnosa Keperawatan

1 Nyeri akut b.d. peradangan pada sendi, 6 Kerusakan Integritas Kulit b.d
penimbunan kristal pada membran sinofa eritema, pembengkakan, dan nyeri.

2 Nyeri kronis bd.. peradangan pada sendi,


penimbunan kristal pada membran sinofa

3 Gangguan pola tidur b.d. nyeri

Hambatan mobilitas fisik b.d. penurunan


4 rentang gerak fisik

Gangguan citra tubuh b.d. perubahan


5 bentuk kaki, terbentuknya tofus

Creative team
Diagnosa Keperawatan (1) Outcome Intervensi

Nyeri Akut b.d. peradangan sendi, Tingkat Nyeri (NOC 2102) Manajemen Nyeri: Akut (NIC 1410)
penimbunan kristal pada membrane sinova Setelah dilakukan intervensi selama 1 X 24 Aktivitas-aktivitas
(Nanda Domain 12 Kelas 1. jam diharapkan Nyeri Kronis Observasi:
00132) dapat teratasi dengan Outcome, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Definisi : Pengalaman sensori dan diharapkan Kriteria hasil : komprehensif termasuk lokasi,
emosional yang tidak menyenangkan • Nyeri yang dilaporkan berkurang karakteristik, onset/durasi, frekuensi dan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang • Panjangnya episode nyeri berkurang kualitas, intensitas serta apa yang
aktual atau potensial atau digambarkan • Ekspresi nyeri wajah berkurang mengurangi nyeri dan faktor pemicunya
dalam hal kerusakan sedemikian rupa • Dapat beristirahat 2. Identifikasi intensitas nyeri selama
(International Association for the study of • Fokus menyempit berkurang pergerakkan misalnya aktivitas yang
Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dan diperlukan untuk pemulihan
intensitas ringan hingga berat dengan akhir 3. Monitor nyeri menggunakan alat
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan pengukur yang valid dan rearible sesui
berlangsung <6 bulan. usia dan kemampuan berkomunikasi
Batasan Karakteristik : 4. Observasi adanya petunjuk non-verbal
1. Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, mengenai ketidaknyamanan
merengek, menangis) Teraupetik:
2. Ekspresi wajah nyeri 1. Lakukan intervensi nonfarmakologi untuk
3. Sikap melindungi area nyeri penyebab nyeri dan apa yang dinginkan
4. Fokus menyempit (mis, gangguan pasien, dengan tepat
persepsi nyeri, hambatan proses berfikir, 2. Memodifikasi pengukuran kontrol nyeri
penurunan interaksi dengan orang dan berdasarkan respon pasien terhadap
lingkungan) penanganan
5. Indikasi nyeri yang dapat diamati Edukasi:
6. Sikap tubuh melindungi 1. Sediakan informasi yang akurat pada
7. Dilatasi pupil keluarga dan pasien mengenai
8. Melaporkan nyeri secara verbal pengalaman nyeri pasien
9. Gangguan tidur Kolaborasi:
1. Berikan anaIgetik untuk mengurangi nyeri
Diagnosa Keperawatan (2) Outcome Intervensi

Nyeri Kronis b.d peradangan pada Tingkat Nyeri (NOC 2102) Manajemen Nyeri: Kronik (NIC 1415)
sendi, penimbunan kristal pada Setelah dilakukan intervensi selama 3X24 Aktivitas-Aktivitas
membran sinofa (Nanda Domain 12 jam diharapkan Nyeri Kronis Observasi:
Kelas 1. 00133) dapat teratasi dengan Outcome, • Lakukan pengkajian komprehensif dari
Definisi: diharapkan Kriteria hasil : nyeri yang meliputi lokasi, kapan pertama
Pengalaman sensorik dan emosional • Nyeri yang dilaporkan berkurang kali dirasakan, frekuensi, intenstas nyeri,
tidak menyenangkan dengan kerusakan • Panjangnya episode nyeri berkurang juga faktor yang meringankan dan
jaringan actual atau potensial atau • Ekspresi nyeri wajah berkurang memicu nyeri
digambarkan sebagai suatu kerusakan • Dapat beristirahat • Gunakan alat pengkajian nyeri kronik
(International Association for the study of Pain); • Fokus pada hal disekelilingnya (Misalnya: Brief Pain Inventory-Short
awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan Form, McGill Pain Questionaire-Short
intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan Kontrol Nyeri (NOC 1605) From, Fibromyaglia Impact Questionnaire)
atau berulang yang berakhirnya tidak dapat Setelah dilakukan tindakan • Eksplorasi pengetahuan dan keyakiann
diantisipasi atau diprediksi, dan berlangsung keperaatan selama 3x24 jam diharapkan pasien terkait dengan nyeri meliputi
lebih dari 3 bulan masalah nyeri akut dapat pengaruh budaya
Batasan Karakteristik: teratasi dengan kriteria hasil: • Tentukan dampak dari pengalaman nyeri
1. Hambatan kemampuan melakukan aktivitas Kriteria Hasil : dalam kualitas hidup (misalnya: tidur,
sebelumnya • Mampu mengontrol nyeri (tahu aktivitas, kognisi dsb)
2. Perubahan pola tidur penyebab nyeri, mampu menggunakan Teraupetik:
3. Bukti nyeri dengan menggunakan standar tehnik nonfarmakologi untuk • Kontrol faktor lingkungan yang mungkin
daftar periksa nyeri untuk pasien yang mengurangi nyeri, mencari bantuan) mempengaruhi pengalaman nyeri pasien
tidak dapat menggunakannya • Melaporkan bahwa nyeri berkurang • Yakinkan bahwaa pasien menerima
4. Ekspresi wajah nyeri dengan menggunakan manajemen nyeri perawatan analgesik yang tepat sebelum
5. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan • Mampu mengenali nyeri (skala, nyeri menjadi sangat berat atau sebelum
aktivitas intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) aktivitas yang memicu nyeri
6. Keluhan tentang intensitas menggunakan • Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
standar skala nyeri berkurang
7. Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan
menggunakan stadar instrument nyeri
Diagnosa Keperawatan (2) Lanjutan Outcome Intervensi

• Pilih implementas pilihan intervensi yang


sesui dengan resiko pasien baik
keuntungan da apa yang disukai (misalnya
farmakologi, non farmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi
pengurangan nyeri dengan tepat
• Dukung pasien untuk memonitor nyerinya
sendiri dan untuk menggunakan
pendekatan manajemen diri
• Dukung penggunaan teknik farmkologi
(biofeedback, TENS, hyposis, relaksasi,
guided imagery, terapi musik, terapi
bermain, terapi aktivitas, akupressure,
aplikasi panas dan dingin, dan pijat) dan
pilihan farmakologi seperti melakukan
kontrol nyeri
• Cegah atau kelolah efek samping obat
yang diberikan
• Awasi tanda-tanda depresi (misalnya tidak
dapat tidur, dsb)
Edukasi:
Intruksikan pasien dan keluarga mengenai
prinsip dari manajemen nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat,
dan professional kesehatan lainnya untuk
memilih dan mengimplementasikan tindakan
mengontrol nyeri
Diagnosa Keperawatan (2) Lanjutan Outcome Intervensi

Pemberian Analgesic (NIC 2210)


Aktivitas-aktivitas
Observasi:
• Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien
• Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuensi obat analgesic yang
diresepkan
• Cek adanya riwayat alergi obat
Terapeutik:
• Berikan kebutuhan kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi penurunan
nyeri
• Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
melakukan pengkajian ketidaknyamanan
pasien dan mengimplementasikan rencana
monitor
• Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping
Edukasi:
• Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
• Ajarkan penggunan teknik non
farmakologi
Kolaborasi:
• Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan lainnya untuk
penurunan nyeri
Diagnosa Keperawatan (3) Outcome Intervensi

Gangguan pola tidur b.d Status Kenyamanan (SLKI Terapi Relaksasi (SIKI 1.09326)
(SDKI D.0055) L.08064) Aktivtas-aktivitas:
Definisi: Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 Observasi:
Gangguan kualitas dan diharapkan masalah gangguan pola tidur 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
kuantitas waktu tidur akibat faktor dapat teratasi ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
eksternal Kriteria hasil: gejala lain yang mengganggu
Gejala: • Kesejahteraan fisik meningkat kemampuan kognitif
1. Mengeluh sulit tidur • Keluhan sulit tidur meningkat 2. Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah
• Pola tidur meningkat efektif digunakan
Teraupetik:
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkann
2. Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi:
1. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
2. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
3. Anjurkan sering mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih
Diagnosa Keperawatan (4) Outcome Intervensi

Hambatan Mobilitas Fisik b.d Pergerakan (NOC 0280) Terapi Latihan: Mobilitas Sendi (NIC 0224)
penurunan rentang gerak fisik (Nanda Setelah dilakukan intervensi selama 5 X Aktivitas-Aktivitas
Domain 4 Kelas 2. 00085) 24 jam diharapkan Hambatan Observasi:
Definisi: mobilitas fisik dapat teratasi dengan 1. Tentukan Batasan pergerakan sendi dan
Keterbatasan dalam Gerakan fisik atau Kriteria hasil : efeknya terhadap fungsi sendi
satu atau lebih ekstremitas secara • Keseimbangan tidak terganggu 2. Tentukan level motivasi pasien untuk
mandiri dan terarah. • Koordinasi tidak terganggu meningkatkan atau memelihara pergerakan
Batasan Karakteristik: • Cara berjalan tidak terganggu sendi
1. Gangguan sikap berjalan • Gerakan sendi tidak terganggu 3. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya
2. Penurunan keterampilan motorik kasar • Berjalan tidak ada gangguan nyeri dan ketidaknyamanan selama
3. Penurunan rentang gerak • Bergerak dengan mudah tidak ada pergerakan/aktivitas
4. Ketidaknyamanan gangguan Teraupetik:
1. Lindungi pasien dari trauma selama latihan
2. Dukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang
teratur dan terencana
3. Lakukan latihan ROM pasif atau ROM dengan
bantuan, sesuai indikasi
4. Bantu untuk melakukan pergerakan sendi
yang ritmis dan teratur sesuai kadar nyeri
yang bisa ditoleransi, ketahanan, dan
pergerakan sendi
Edukasi:
1. Jelaskan kepada pasien atau keluarga manfaat
dan tujuan melakukan Latihan sendi
Kolaborasi:
1. Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik dalam
mengembangkan dan menerapkan sebuah
program latihan
Diagnosa Keperawatan (5) Outcome Intervensi

Gangguan Citra Tubuh b.d perubahan Citra Tubuh (NOC 1200) Peningkatan Citra Tubuh (NIC 5220)
bentuk kaki, terbentuknya tofus (Nanda Setelah dilakukan intervensi selama 3 X 24 Aktivitas-Aktivitas
Domain 6 Kelas 3. 00118) jam diharapkan Gangguan Citra Tubuh dapat Observasi:
Defenisi: teratasi dengan 1. Monitor frekuensi dari pernyataan
Konfusi dalam gambaran mental Kriteria hasil : mengkritisi diri
tentang diri fisik individu. • Kepuasan dengan penampilan tubuh 2. Monitor apakah pasien bisa melihat
Batasan karakteristik: • Kepuasan dengan fungsi tubuh bagian tubuh mengenai ukuran dan berat
1. Perubahan fungsi tubuh • Penyesuaian terhadap penampilan fisik badan
2. Perubahan gaya hidup • Penyesuaian terhadap perubahan fungsi 3. Tentukan perubahan fisik saat ini apakah
3. Berfokus pada penampilan masa lalu tubuh berkontribusi pada citra diri pasien
4. Berfokus pada fungsi masa lalu • Penyesuaian terhadap status kesehatan Teraupetik:
5. Perasaan negative tentang tubuh 1. Bantu pasien untuk mendiskusikan
6. Preokupasi pada perubahan perubahan-perubahan [bagian tubuh]
Kondisi Terkait: disebabkan adanya penyakit atau
1. Perubahan fungsi tubuh pembedahan, dengan cara yang tepat
2. Penyakit 2. Bantu pasien menentukan keberlanjutan
dari perubahan-perubahan [bagian
tubuh] disebabkan adanya penyakit atau
pembedahan dengan cara yang tepat
Kolaborasi:
1. Fasilitasi kontak dengan individu yang
mengalami perubahan yang sama dalam
hal citra tubuh
Diagnosa Keperawatan (6) Outcome Intervensi

Kerusakan Integritas Kulit b.d Integritas jaringan: Kulit & Pengecekan Kulit (NIC 3590)
eritema, pembengkakan, dan nyeri. Membran Mukosa (NOC 1101) Aktivitas – aktivitas
(Nanda Domain 11 Kelas 2. 00046) Setelah dilakukan perawatan selama 3x 24 Observasi:
Definisi : jam masalah keperawatan kerusakan 1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait
Kerusakan pada epidermis dan/ atau dermis integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria dengan adanya kemerahan, kehangatan
Batasan Karakteristik : hasil: ekstrim, edema, atau drainase
1. Nyeri akut • Suhu kulit normal 2. Monitor infeksi, terutama dari daerah
2. Gangguan integritas kulit • Tekstur normal eritema
3. Area panas local • Integritas kulit normal Teraupetik:
4. Kemerahan • Lesi pada kulit tidak ada 1. Lakukan langkah – langkah untuk
Faktor yang Berhubungan: • Eritema tidak ada mencegah kerusakan lebih lanjut (misalnya,
1. Tekanan pada tonjolan tulang melapisi kasur, menjadwalkan reposisi)
Edukasi:
1. Ajarkan anggota keluarga/pemberi asuhan
mengenai tanda-tanda kerusakan kulit,
dengan tepat

Pemberian Obat: Kulit (NIC 2316)


Aktivitas – aktivitas
Observasi:
1. Monitor adanya efek samping lokal dan
sistemik dari pngobatan
2. Tentukan pengetahuan pasien mengenai
medikasi dan pemahaman pasien
mengenai metode pemberian obat
3. Tentukan kondisi kulit pasien dimana obat
akan diberikan
Diagnosa Keperawatan (7) Lanjutan Outcome Intervensi

Teraupetik:
1. Ikuti prinsip 8 benar pemberian obat
2. Bersihakn kulit pasien
3. Ukur banyaknya obat topikal dengan
benar menggunakan alat pengukur
terstandarisasi
4. Berikan agen topikal sesuai yang
diresepkan
5. Sebarkan obat di atas kulit sesuai
kebutuhan
Edukasi:
1. Ajarkan dan monitor teknik pemberian
mandiri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat topikal
Daftar Pustaka
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., & Dochterman, J. M. (2016). Nursing interventions classification (NIC)
(7 ed.). Singapore: Elsevier.
Herdman, T. H. dan S. K. (2018). Nanda International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2018-2020 (Edisi 11). Jakarta: EGC.

Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-surgical nursing :
assessment and management of clinical problems (9th ed.). Elsevier Inc.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson. (2016). Nursing outcomes classification (NOC) (6
ed.). Singapore: Elsevier
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.
Ragab G, Elshahaly M, Bardin T. (2017). Gout: An old disease in new perspective – A review. J Adv Res
;8(5):495-511. doi:10.1016/j.jare.2017.04.008
Thank You
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai