Anda di halaman 1dari 25

Universitas Kristen Krida Wacana

Fakultas Kedokteran

Laporan Kunjungan Rumah Pasien

di Puskesmas Kedoya Utara Jakarta Barat

Oleh:
Kartika Dewi (112017264)

Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Krida Wacana

Jakarta, Oktober 2019


Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan dijumpai khusus
pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit degeneratif. Osteoarthritis merupakan
penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai di dunia.Berdasarkan survey
World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, penderita osteoarthritis di dunia
mencapai angka 151 juta dan 24 juta jiwa pada kawasan Asia Tenggara. Sedangkan National
Centers for Health Statistics, memperkirakan terdapat 15,8 juta (12%) orang dewasa antara
rentang usia 25-74 tahun memiliki keluhan osteoarthritis. Angka kejadian osteoartritis di
Indonesia yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan sejak tahun 1990 hingga 2010 telah
mengalami peningkatan sebanyak 44,2% yang diukur dengan DALY (Disability Adjust Lost
Years). Berdasarkan hitungan DALY kualitas hidup pada penderita OA mengalami
kemunduran yaitu per 100.000 pada laki - laki hanya 907,7 tahun dan pada tahun 2013,
perhitungan OA berdasarkan DALY per 100.000 perempuan mencapai puncak pada 1.327,4
tahun . Prevalensi OA berdasarkan usia di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia 40
tahun, 30% pada usia 40 - 60 tahun, dan 65% pada usia tua (lansia) lebih dari 61 tahun.2
Berdasarkan data dari RISKESDAS 2018, prevalensi penyakit sendi di Indonesia tercatat
sekitar 7,3% dan osteoarthritis (OA) atau radang sendi merupakan penyakit sendi yang
umum terjadi. Meski sering dikaitkan dengan pertambahan usia, atau dikenal sebagai
penyakit degeneratif, penyakit sendi telah terjadi pada masyarakat di rentang usia 15 – 24
tahun (angka prevalensi sekitar 1,3%), angka prevalensi terus meningkat pada rentang usia
24 – 35 tahun (3,1%) dan rentang usia 35 – 44 tahun (6,3%).3

1.2 Tujuan
Dengan melakukan kunjungan ke rumah salah seorang pasien, diharapkan kita dapat
melakukan analisa kasus Osteoatritis dengan pendekatan keluarga, yakni:
- Meningkatkan kesadaran pasien dan keluarganya mengenai pentingnya kesehatan.
- Memantau perkembangan penyakit pasien serta kepatuhan pasien menjalani terapi.
- Memberikan penjelasan mengenai pentingnya kepatuhan minum obat
- Menciptakan komunitas masyarakat yang sehat dan bebas dari penyakit.
1.3 Sasaran
Pasien beserta anggota keluarganya.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Osteoarthritis
Osteoatritis (OA) merupakan suatu penyakit degeneratif akibat kegagalan sendi yang
bersifat kronis dan menyerang persendian, terutama kartilago sendi. Predileksi sendi terkena
ialah weight-bearing joint : sendi leher, vertebra lumbosacral,panggul, lutut, pergelangan
kaki, dan sendi metatarsal fakangeal pertama, serta sendi tangan CMC, PIP, dan
DIP.Osteoatritis termasuk masalah kesehatan dengan angka morbiditas dan disabilitas yang
tinggi, terutama pada pasien usia lanjut.4

2.1.1 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, penderita osteoarthritis di dunia

mencapai angka 151 juta dan 24 juta jiwa pada kawasan Asia Tenggara. Sedangkan

National Centers for Health Statistics, memperkirakan terdapat 15,8 juta (12%) orang

dewasa antara rentang usia 25-74 tahun memiliki keluhan osteoarthritis.Prevalensi OA

berdasarkan usia di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia 40 tahun, 30% pada usia 40

- 60 tahun, dan 65% pada usia tua (lansia) lebih dari 61 tahun.2

2.1.2 Etiopatofisiologi
Osteoatritis timbul akibat gangguan metabolism kartilago dan kerusakan proteoglikan
dengan etiologi beragam, salah satunya jejas mekanis dan kimiawi pada synovial sendi.
Ketika sendi mengalami jejas, akan terjadi replikasi kondrosit dan produksi matriks baru.
Kondrosit akan mensintesis DNA dan kolagen serta proteoglikan. Akan tetapi, terjadi
ketidakseimbangan antara sintesis dengan degradasi kolagen dan protein tersebut.
Peningkatan produk hasil degradasi matriks kartilago akan berkumpul disendi sehingga
mengakibatkan inflamasi. Pada kartilago penderita OA ditemukan pula peningkatan
aktivitas fibrinogen dan penurunan aktivitas fibrinolitik.Akibatnya terjadi akumulasi
thrombus dan lipid di pembuluh darah subkondral sehingga terjadi iskemia dan nekrosis
jaringan. Adanya proses inflamasi mengakibatkan pengeluaran mediator kimiawi sehingga
timbul rasa nyeri.4
2.1.3Faktor Risiko Osteoartritis4

a. Faktor intrinsik yaitu : usia ( lebih sering pada usia >70 tahun) usia yang semakin
menua fungsi kondrosit menurun dengan bertambahnya usia, jenis kelamin (perempuan
lebih sering terkena OA lutut, laki-laki lebih sering terkena OA panggul), genetik.

b. Faktor ekstrinsik yaitu : Obesitas, faktor pekerjaan, aktivitas fisik, dan olahraga yang
sering dilakukan.

2.1.4 Gejala klinis4


 Nyeri sendi yang bertambah saat beraktivitas dan berkurang dengan istirahat
 Gangguan ROM akibat nyeri
 Kekakuan sendi pada pagihari umunya setelah imobilisasi yang cukup lama (
biasanya <30 menit)
 Krepitasi dapat ditemukan pada sendi yang nyeri.
 Deformitas sendi yang permanen
 Perubahan gaya berjalan dan gangguan fungsi sendi
 Pembengkakan sendi yang asimetris akibat adanya efusi dan osteofit
 Tanda inflamasi akut sendi: peningkatan suhu, nyeri tekan, gangguan gerak,
kemerahan.

2.1.5 Diagnosis
Diagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan radiologis, serta klinis dan

laboratoris (JH Klippel, 2001) :4,5

a. Klinis:
Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi < 30 menit
3. krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang sendi lutut
6. tidak teraba hangat pada sendi
Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%.
b. Klinis, dan radiologis:
Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. umur > 50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. krepitus disertai osteofit
Catatan: Sensitivitas 91% dan spesifisitas 86%.
c. Klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi ditambah adanya 5 dari kriteria di bawah ini:
1. usia >50 tahun
2. kaku sendi <30 menit
3. Krepitus
4. nyeri tekan tepi tulang
5. pembesaran tulang
6. tidak teraba hangat pada sendi terkena
7. LED<40 mm/jam
8. RF <1:40
9. analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Catatan: Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%.

2.1.6 Differential Diagnosis4


a. Reumatoid Artritis (RA)
Suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial
yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim–enzim dalam sendi
untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial dan
akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi
yang akan mengganggu gerak sendi.
Reumatoid artritis kira-kira 2½ kali lebih sering menyerang perempuan dari
pada laki-laki. Insidens meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada
perempuan, insidens puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun.
Gejala yang ditimbulkan :
1. Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak 1 jam)
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid dalam serum
7. Perubahan-perubahan radiologic (erosi atau dekalsifikasi tulang)
8. Pada RA juga bisa disertai dengan demam, lemah, dan nafsu makan berkurang

b. Artritis Pirai (Gout)


Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya artritis, tofi, dan batu ginjal
yang disebabkan karena terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Tofi
seringkali terbentuk pada daerah telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo
Achilles pada metatasofalangeal digiti I, dan sebagainya. Serangan seringkali terjadi
pada malam hari. Daerah khas yang paling sering mendapat serangan adalah pangkal
ibu jari kaki sebelah dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak,
kemerahan, dan nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari
sampai satu minggu namun kemudian menghilang. Sendi lutut sendiri juga
merupakan predileksi kedua untuk serangan ini.
Manifestasi klinik selanjutnya adalah tofi, tofi merupakan penimbunan asam
urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia, tulang rawan, bursa, dan jaringan
lunak. Tofi itu sendiri tidak sakit tapi dapat merusak tulang. Sering timbul di tulang
rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout
yang timbul 5-10 tahun setelah serangan arthritis pertama. Tofi sering pecah dan agak
sulit disembuhkan dengan obat sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder.
2.1.7 Penatalaksanaan4
1. Terapi Medikamentosa
 Analgesik oral non opiat
 Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
 Analgesik topical
 Agen kondroprotektid
2. Terapi Non Medikamentosa
 Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyakit
 Fisioterapi dan rehabilitasi untuk melatih persendian dan mengurangi rasa
sakit.
 Menghindari terjadinya obesitas dengan menjaga berat badan maupun
menurunkan berat badan hingga berat ideal.
 Mengurangi aktivitas yang merangsang sendi secara berlebihan karena
dapat menyebabkan timbulnya nyeri

2.1.8 Pencegahan
 Saat berjalan atau beraktivitas, pakai sepatu yang nyaman. Gunakan sepatu lari atau
sepatu yang solnya tebal. Sepatu jenis ini dapat mengurangi impact nyeri sendi yang
menyiksa.
 Jaga berat badan dengan mengatur pola makan yang benar. Disebutkan para ahli, orang
yang gemuk lebih rentan menderita osteoarthritis. Postur tubuhnya sulit menyanggah
bagian punggung akibat kelebihan lemak.
 Kurangi makanan yang merangsang inflamasi, terutama di bagian punggung. Jangan
terlalu berlebihan makan kacang-kacangan, jeroan, dan makanan dengan bumbu MSG.
 Hindari minuman berkafein karena dapat menghambat elektrolit yang dibutuhkan
tubuh. Seseorang yang terlalu banyak minum kopi dan teh juga sulit menyerap kalsium
secara alami. Akibatnya, tulang, sendi dan otot rentan mengalami kelemahan.
 Pilih olahraga yang tepat. Hindari olahraga yang menciptakan tekanan, seperti lari.
Lebih baik jalan kaki, bersepada atau berenang untuk mendukung kekuatan otot
panggul.4

2.1.9 Prognosis
Pasien dengan osteoartritis (OA) dapat dibagi dalam dua kategori. Mayoritas dari
mereka (70-90%) akan mengalami perkembangan penyakit ringan / sedang, menyebar
lebih dari 10 tahun. Di sisi lain, sisa pasien OA (10-30%) akan mengembangkan penyakit
yang agresif, merusak artikulasi mereka hanya dalam beberapa tahun.4
2.1.10 Komplikasi
Osteonekrosis spontan sendi lutut, bursitis, artropi mikrokristal(sendi lutut dan tangan).4

2.1.11Upaya Kesehatan Puskesmas


Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas, yakni terwujudnya
Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat, puskesmas bertanggung jawab
menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama.6

2.1.12Upaya Kesehatan Wajib 7

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan
wajib tersebut adalah:7
1. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan
untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien dilakukan
oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama
anamnesis dan pemeriksaan.
2. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan
untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan
penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).
3. Pelayanan KIA dan KB yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas
yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur) untuk
ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan balita.
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan tidak menular yaitu program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular penyakit
menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta).
5. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar,
pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk pengendalian pencemaran
lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat.
6. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan, perbaikan
gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan gizi,
penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan
Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.

2.2 Dokter Keluarga8

Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani pasien
menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.Kompetensi dokter keluarga tercermin dalam
profile the five stars doctor.
Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi:
komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu (dalam proses
dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan keputusan untuk
kepentingan pasien, berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan cara mengikuti
seminar/pendidikan kedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah peribadi/perorangan
seutuhnya (bio-psiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya) serta harus dipandang
sebagai satu kesatuandengan keluarganya dalam segala aspek (keturunan, ideology, politik,
ekonomi, social, budaya,agama, keamanan dan lingkungannya). Pelayanan dokter keluarga
menunjang setiap orang sadar,mau dan mampu hidup sehat dalam arti sejahtera jasmani, rohani
dan sosial yang memungkinkan setiap orang bekerja produktif secara sosial dan ekonomi (UU
no. 23/92 tentang kesehatan). Seorang dokter berkompetensi dengan profil yang
direkomendasikan WHO yaitu ‘five starsdoctor’ yang dijabarkan sebagai berikut:
 Health provider: Memberikan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan pasien
sebagaimanusia yang utuh (holistic) baik individu, maupun sebagai bagian integral keluarga
danmasyarakat, layanan berkualitas, menyeluruh, berkesinambungan dan layanan
secara perseorangan jangka panjang dan hubungan saling percaya.
 Decision maker: Mampu membuat keputusan secara ilmiah berkaitan dengan
pemeriksaan, pengobatan, dan penggunaan teknologi tepat guna sesuai dengan harapan
pasien, etis, pertimbangan cost effective dan adanya kemungkinan layanan yang terbaik.
 Communicator: Mampu menjelaskan dan memberikan nasehat untuk berperilaku sehat
dengan cara yang efektif sehingga kelompok atau individu dapat meningkatkan dan
melindungi kesehatan mereka.
 Community leader: Sebagai orang yang dipercaya oleh masyarakat ditempat bekerjanya,
dan dapat mempersatukan kebutuhan-kebutuhan akan kesehatan baik pada perseorangan
maupun kelompok, melakukan sesuatu dengan mengatasnamakan masyarakat.
 Manager: Dapat bekerja sacara harmonis dengan individu dan organisasi baik di dalam
maupun diluar system kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan pasien secara individu
dan masyarakat, menggunakan data-data kesehatan secara tepat. Prinsip pokok dari dokter
keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh. Oleh
karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi tanggungannya.
Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan adanya kunjungan
rumah (home visit). Manfaat yang didapatkan dari kunjungan ke rumah pasien antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien.
2. Meningkatkan hubungan dokter pasien.
3. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasienManfaat kunjungan
ke puskesmas dan bertemu sendiri dengan pasien adalah agar mahasiswadapat
menerapkan atau mengaplikasikan sendiri praktek pendekatan kedokteran keluarga.

2.3 Kriteria Rumah Sehat8

a.Menurut Winslow dan APHA

Permukiman sehat dirumuskan sebagai suatu tempat untuk tinggal secara permanen.
Berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berekreasi (bersantai) dan sebagai
tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang memenuhi persyaratan fisiologis,
psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.
Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association (APHA), syarat
rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah, yaitu
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.

b.Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


829/Menkes/SK/VII/1999
Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal adalah sebagai berikut:
a. Bahan bahan bangunan Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan, antara lain:
 Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;
 Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;
 Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
 Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme
patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan
 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
 Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah
dibersihkan;
 Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
 Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
 Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya; Dapur harus memiliki sarana
pembuangan asap.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh
ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d. Kualitas udara
 Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;
 Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;
 Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
 Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
 Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
e. Ventilasi Luas
Lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
f. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g. Penyediaan air
 Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang setiap
hari;
 Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
h. Pembuangan Limbah
 Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan
bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
 Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari
permukaan tanah dan air tanah.
i. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang tidur
Bab III
Hasil dan Laporan Kunjungan Rumah

Puskesmas : Kedoya Utara Jakarta Barat


Alamat : Jl.Daan Mogot No.1 Kedoya Utara, Jakarta barat
Tanggal kunjungan : 27 September 2019

I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 60 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Pensiun
e. Pendidikan : S1
f. Alamat : Pesing Koneng

II. Riwayat Biologis Keluarga


a. Keadaan kesehatan sekarang : Baik
b. Kebersihan perorangan : Baik
c. Penyakit yang sering diderita : Tidak ada
d. Penyakit keturunan : Tidak ada
e. Penyakit kronis/menular : Tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
g. Pola makan : Sedang
h. Pola istirahat : Baik
i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang

III. Psikologis Keluarga


a. Kebiasaan buruk : Kurang Olahraga
b. Pengambilan keputusan : Kepala keluarga
c. Ketergantungan obat : Tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : RS dan Puskesmas
e. Pola rekreasi : Baik
IV. Keadaan Rumah / Lingkungan
a. Jenis bangunan : Permanen
b. Lantai rumah : Keramik

c. Luas rumah : 140 m2


d. Penerangan : Baik
e. Kebersihan : Baik
f. Ventilasi : Sedang
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Ada
i. Sumber air minum : Air sumur
j. Sumber pencemaran air : Jamban, limbah rumah tangga

k. Pemanfaatan pekarangan : Ada tanaman bunga di pekarangan


rumah
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m. Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Baik

V. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

VI Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan : S1
b. Hubungan antar anggota keluarga: Baik
c. Hubungan dengan orang lain: Baik
d. Kegiatan organisasi social : Kurang
e. Keadaan ekonomi: Cukup

VII. Kultural Keluarga


a. Adat yang berpengaruh : Jawa
b. Lain-lain: Tidak ada
VIII. Daftar Anggota Keluarga

No Nama Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan Agama Keadaan Status


dengan KK Kesehatan Gizi
1. Tn. A Kepala 70 S1 Pensiun Islam Baik Lebih
Keluarga tahun

2. Ny. M Istri (Pasien) 60 S1 Pensiun Islam Baik Lebih


tahun

3. Tn. R Anak 41 S1 Karyawan Islam Baik Normal


tahun

Ny. A Anak 38 S1
4.
tahun Karyawan Islam Baik

IX. Anamnesis

a) Keluhan Utama
Nyeri lutut kanan dan kiri sejak 1 minggu yang lalu.

b) Keluhan Tambahan : kaku pada kedua lutut

c) Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara dengan keluhan nyeri
pada lutut kedua lutut sejak 1 minggu yang lalu. nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk.
Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri biasanya timbul pada saat naik turun tangga,
saat perpindahan posisi dari duduk lalu berdiri ataupun sebaliknya, dan saat olahraga.
Nyeri hilang jika istirahat beberapa saat. Keluhan nyeri ini sudah dirasakan pasien
selama + 1 tahun ini. Selain nyeri pasien mengeluh kaku pada lutut, biasanya sehabis
bangun tidur. Dan kadang pasien merasa terasa ada bunyi dari lututnya. Nyeri
dirasakan tidak menjalar dan terasa panas pada lutut kirinya. Keluhan nyeri pada
sendi lain disangkal oleh pasien
d) Riwayat Penyakit Dahulu : riwayat trauma disangkal, riwayat Hipertensi dan DM
disangkal, riwayat terkena penyakit kronis lain seperti penyakit jantung, paru-paru
disangkal.
e) Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu pasien juga menderita OA.
f) Riwayat Pengobatan : Pasien mengobati keluhan nya sebelumnya dengan
counterpain, tetapi tidak membaik.
g) Riwayat Alergi : Pasien menyangkal memiliki riwayat alergi terhadap
makanan minuman, udara, cuaca, debu, maupun obat obatan
h) Riwayat Psikososial : Pasien jarang berolahraga, pasien tidak merokok, tidak
mengkonsumsi alkohol, pasien menopause 14 tahun yang lalu

X. Pemeriksaan Fisik
• Status Generalis :
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos mentis
- Nadi : 78 kali / menit
- Pernapasan : 18 kali / menit

- Suhu : 36,3o C
- Berat badan : 70 kg
- Tinggi badan : 150 cm
• Status Gizi
- IMT : 31. 1kg/m2 (Normal: 18–24 kg/m2)
- Status gizi : Lebih ( Obesitas II )
• Keadaan Regional
- Kepala : normocephali, rambut hitam, merata, tidak mudah dicabut
- Kulit : ikterik (-), sianosis (-).
- Mata : kelopak mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik, refleks cahaya langsung dan tidak langsung +/+,
pupil bulat, isokor, air mata +/+.
- Telinga : bentuk simetris dan tidak ada kelainan, serumen -/-, membran
timpani sulit di nilai.
- Hidung : bentuk normal, deviasi septum (-), mukosa tidak hiperemis,
sekret (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-).
- Mulut : bibir tidak pucat, sianosis (-), mukosa bibir basah, lidah tidak
kotor, tremor (-)

- Tenggorokan : faring tidak hiperemis, uvula di tengah, tonsil T1-T1


tenang.tidak terdapat bercak putih.
- Leher : tidak teraba kelenjar getah bening.
- Thorax
Paru
▪ Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis
▪ Palpasi : tidak teraba massa
▪ Perkusi : tidak dilakukan
▪ Auskultasi : suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
▪ Inspeksi : pulsasi iktus cordis tidak terlihat
▪ Palpasi : iktus cordis teraba pada ICS IV linea midclavicula
sinistra, tidak kuat angkat.
▪ Perkusi : tidak dilakukan
▪ Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-).

-Abdomen
▪ Inspeksi : membuncit
▪ Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-),
turgor baik.
▪ Perkusi : timpani
▪ Auskultasi: normoperistaltik
- -- Ekstremitas: akral hangat, udem (-), sianosis (-), ROM terbatas pada kedua lutut
–Anus : Tidak dilakukan.

XI. Diagnosis Penyakit


 Bio : Osteoarthritis
 Psiko : -
 Sosial : -

XII.Diagnosis Keluarga
Tidak ada penyakit dalam keluarga

XIII. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit


o Health Promotion: kegiatan penjelasan mengenai penyakit osteoarthritis, faktor
risiko, cara pencegahan dan gaya hidup yang baik.
o Specific Protection: menghindari berbagai hal yang dapat menjadi faktor risiko
osteoarthritis, dengan cara:
a.Mengatur pola makan yang baik, agar tidak obesitas
b.Olahraga
o Early diagnosis and Prompt Treatment:
 Pergi ke puskesmas secara teratur untuk memeriksakan diri
 Segera berobat ke puskesmas jika mengalami gejala OA
 Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
 Edukasi kapan harus kembali (jika keadaan memburuk / belum ada perbaikan)
o Disability Limitation: Keterbatasan aktivitas akibat nyeri, sehingga pencegahan
terhadap faktor risiko perlu ditingkatkan.

o Rehabilitation: Fisioterapi.

XIV. Prognosis
• Penyakit : Bonam
• Keluarga : Bonam
• Masyarakat : Bonam
Bab IV

Analisa Kasus

4.1 Analisa Kasus


Ny. M 60tahun, nyeri kedua lutut sejak 1 minggu ini, keluhan ini sudah sering dirasakan
+ 1 tahun ini. Nyeri kedua lutut terutama saat pasien beraktivitas, dan membaik ketika
pasien beristirahat. Pasien mengobati keluhan nya sebelumnya dengan counterpain
tetapitidak membaik. Pemeriksaan fisik didapatkan ROM kedua lutut terbatas.

4.2 Riwayat Keluarga

Ibu pasien menderita penyakit osteoarthritis.

4.3 Analisa Kunjungan Rumah

4.3.1 Kondisi pasien


Kondisi pasien baik tetapi pasien merasa nyeri kedua lutut.
4.3.2 Pendidikan
Pendidikan pasien terakhir adalah S1
4.3.3 Keadaan rumah
• Lokasi: Rumah pasien terdapat dalam gang, sudah rumah permanen dan
mengunakan air sumur.
• Kondisi: Jenis bangunan rumah pasien adalah permanen. Rumah tersebut
lantainya terbuat dari keramik, beratap genteng. Rumah tampak bersih.

4.3.4 Ventilasi
Sirkulasi udara bagus.
4.3.5 Pencahayaan
Pencahayaan didalam rumah baik.
4.3.6 Kebersihan
Kebersihan dalam rumah baik.
4.3.7 Sanitasi dasar
Sumber air berasal dari air sumur.
4.4 Analisa Fungsi Keluarga

4.4.1 Keadaan Biologis


Keadaan biologis pasien cukup baik.
4.4.2 Keadaan Psikologis
Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik.
4.4.3 Keadaan Sosiologis
Pasien dan keluarga jarang mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar.
4.4.4 Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
4.4.5 Keadaan religius
Semua anggota keluarganya menjalankan ibadah mereka dengan baik.Keluarga
pasien tetap mengikuti kegiatan keagamaan.
Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan
Osteoatritis (OA) merupakan suatu penyakit degeneratif akibat kegagalan sendi yang
bersifat kronis dan menyerang persendian, terutama kartilago sendi.Penyakit
osteoarthritis dapat dicegah dengan menghindari faktor risiko.
5.2 Saran
a) Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
terutama dalam hal pencegahan penyakit Osteoartritis terutama pada lansia.
b) Pasien
 Berusaha untuk lebih memahami penyakitnya dan tetap menjaga kesehatan
melalui pola hidup sehat dan minum obat secara teratur.

 Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke puskesmas secara rutin.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kaur et al. Prevalence of knee osteoarthritis and its determinants in 30-60 years old
women of Gurdaspur, Punjab. Vol.7 (1). International Journal of Medical Science
and Public Health :2018
2. Global burden of disease study. Osteoarthritis in Indonesia: statistic on overall
impact and specific effect on demographic groups. Available from: http://global-
diseaseburden.healthgrove.com/1/76301/Osteoa rthritis-in-Indonesia 27 Agustus
2019.
3. Medcom.Osteoarthritis kerap melanda usia produktif. Diunduh
dari:https://www.medcom.id/rona/kesehatan/nbwQXA5K-osteoarthritis-termasuk-
kategori-penyakit-yang-menghambat-aktivitas-bekerja 27 Agustus 2019.
4. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Ed ke VI. Jakarta : Interna publishing.
5. Daniel,et al. Radiographic Assessment of Osteoarthritis. Vol 64(2)
AmericanFamilyPhysician.2015
6. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat keputusan
menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/sk/II/2004. Jakarta: Bakti
Husada;2004.h.5-31.
7. Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health; 1994, 47:4–5.
8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal,
Jakarta: Departemen Kesehatan: 1999.
LAMPIRAN

Gambar 1. Depan rumah pasien

Gambar 2. Ruang tamu


Gambar 3.Foto pasien

Anda mungkin juga menyukai