Anda di halaman 1dari 8

PERIKARDITIS

1. Definisi
Perikarditis merupakan suatu kondisi inflamasi pada perikardium atau selaput yang
melingkupi jantung untuk memberikan perlindungan dan melumasi. Ciri khas dari perikarditis
adalah nyeri dada, ​pericardial friction rub atau friksi rubperikardial dan perubahan pada EKG
khususnya pada segmen ST dan interval PR, dan juga dengan akumulasi cairan.​1-2 Perikarditis
dapat diklasifikasi berdasarkan kronologi sebagai perikarditis akut, perikarditis (konstriktif)
kronis (perikarditis yang sudah berjalan lebih dari 6 bulan) dan berulang. Perikarditis kronis
merupakan manifestasi yang sangat buruk dikarenakan penebalan atau perikardium terkalsifikasi
atau keduanya.​3 Seseorang dapat didiagnosa dengan perikarditis berulang/relapse bila ia episode
kedua muncul setelah interval bebas gejala selama 4 sampai 6 minggu.​1-4

2. Epidemiologi
Secara global pada 2009, dilaporkan bahwa ada 27.7 kasus per 100,000 populasi setiap
tahun, dan pada 2011 dilaporkan bahwa <10% keluhan nyeri dada adalah karena perikarditis.
Namun, figur tersebut tidak terlalu jelas dan spesifik karena perikarditis memiliki berbagai faktor
etiologi dan juga dapat menjadi salah komplikasi atau manifestasi dari penyakit yang lain,
kebanyakan pada umumnya penyakit ginjal, tuberkulosis, neoplasma, diseksi aorta, dan infark
miokard.​2-4
Perikarditis lebih sering terjadi pada pria daripada pada wanita dan untuk orang usia 25
tahun keatas. Meskipun begitu, stat tersebut tidak terlalu jelas dan benar, karena demikian
didasarkan pada tingkat kejadian, serta tidak ada penjelasan mengenai hubungan antara
epidemiologi, etiologi dan perjalan klinis pasien dengan usia dan jenis kelamin, dari perikarditis
yang umum dan tidak umum.​3-4
3. Etiologi
Ada berbagai spektrum kondisi yang mempengaruhi perikardium, seperti yang
disebutkan sebelumnya, nama pada dasarnya perikarditis digolongkan sebagai sebabnya, yaitu
infeksi (lebih umum) atau non-infeksi.​1-3,5,6
Perikarditis terhasil dari infeksi dapat disebabkan oleh virus (umumnya: Influenza A dan
B; Adenovirus; Epstein-Barr Virus; dan Enterovirus), bakteria (umumnya; ​Streptococcus
pneumoniae; Streptococcus spp; Staphylococcus spp; Escherichia coli; Pseudomonas;
Mycobacterium tuberculosi; dan Haemophilus influenzae​), jamur (umumnya: histoplasmosis,
coccidiodosis; aspergillosis; blastomycosis; dan kandidiasis), parasit (umumnya: ​Entamoeba;
Echinococcus; dan Toxoplasma)​ .​2,3
Daftar penyebab perikarditis non-infeksi sangat luas jika dibandingkan dengan
perikarditis infeksi, serta daftar berikut merupakan faktor etiologi yang paling umum. Gangguan
autoimun (demam rematik, lupus, dll.), neoplasma, miokarditis, infark miokard akut, penyakit
ginjal (cedera pada dada, riwayat bedah toraks, riwayat bedah jantung, dan riwayat berat
radioterapi.​2,3

​4. Faktor Risiko


Seperti yang disebutkan sebelumnya, perikarditis dapat terjadi pada segala usia, namun
laki-laki berisiko lebih tinggi, begitu juga untuk orang tua. Namun, pemahaman saat ini selain
usia dan jenis kelamin, demam, aritmia dan peningkatan segmen ST pada pemeriksaan EKG
dapat meningkatkan risiko perikarditis.​1-6

5. Patofisiologi
Pada perikarditis, pemeriksaan mikroskopik spesimen perikard yang diperoleh pada
operasi atau otopsi menunjukkan tanda-tanda peradangan akut yang ditimbulkan oleh patogen
yang menginfeksi perikardium dengan meningkatnya jumlah leukosit polimorfonuklear,
peningkatan vaskularisasi dan deposisi fibrin. Jika peradangan berlangsung lama, perikardium
dapat menjadi fibrotik dan bekas luka, dengan pengendapan kalsium. Perikardium akan sedikit
menebal juga karena aktivitas dari leukosit, serta akan menimbulkan edema. Kehadiran dari
neutrofil dan mediator kimia lainnya akan mengubah permeabilitis perikardium. Ini akan
“memperkuat” peradangan tetapi juga menyebabkan edema, yang megarah pada pembatasan
gerak jantung dan nyeri saat bernafas.​2,5

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari perikarditis dapat sedikit berbeda sesuai dengan penyebabnya,
namun gejala yang paling umum untuk ditemukan (>90% pada kasus perikarditis) adalah nyeri
dada pleuroperikardial yang bersifat tajam dan menusuk. Demikian diperparah oleh batuk dan
pada saat inspirasi.​2,3 Nyeri dada tersebut dapat menyebar ke lengan, leher dan bahu, maka pasien
yang datang dengan keluhan tersebut sering dicurigai infark miokard atau sindrom koroner akut,
oleh karena itu diferensiasi klinis mungkin sulit jika hanya dari anamnesis.​1-3 Gejala yang lain
termasuk demam (umumnya <38.0ºC), dispnea, takikardi, disfagia. Pasien perikarditis juga
sering mengeluh ketidaknyamanan dada saat duduk, bersandar ke depan dan terutama saat
berbaring (posisi supine).​1-3,6
Pasien yang datang dengan keluhan atau indikasi perikarditis harus segera diperiksa dan
diobati, jika tidak maka bisa berkembang menjadi efusi pada perikardium serta dispnea,
hipotensi, kompromi hemodinamik dan gagal jantung. Manifestasi terburuk dari perikarditis
sangat bahaya maka dibutuhkan bantuan dan perhatian medis segera. Demam >38.0ºC
mengindikasikan bahwa pasien bisa jadi mempunyai perikarditis purulen (umumnya karena
infeksi bakteri yang parah atau infeksi bakteri yang tidak diobati dengan benar).​1-6

7. Diagnosis
Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, perikarditis dapat
memanifestasikan dirinya menjadi berbagai jenis yang bersifat infeksi atau non-infeksi.
Meskipun beragam dan bervariasi, perikarditis memiliki fitur-fitur kardinal yang dapat
ditemukan di semua tipe dan subtipe perikarditis. Ada empat kriteria khusus dan spesifik untuk
perikarditis, namun diagnosis atau indikasi kuat perikarditis dapat dibuat hanya dengan dua dari
empat kriteria berikut: nyeri dada; friksi rubperikardial; peningkatan ST atau depresi/penurunan
PR; dan efusi pada perikardium yang baru atau memburuk.​2-4,6,7
Nyeri dada dapat ditemukan pada anamnesis dan palpasi saat pemeriksaan fisik, dan
friksi rubperikardial (kontak antara parietal perikardium dan viseral perikardium) saat auskultasi
toraks. Bunyi tersebut mempunyai nada yang tinggi yang mirip dengan suara goresan atau suara
mencicit, dan paling baik didengar pada batas inferior sternum sinistra. Karakteristik bunyi ini
terdiri dari satu bunyi sistol dan dua bunyi diastol. Bunyi ini paling baik didengar saat pasien
berinspirasi.​2-4,6,7
Pemeriksaan hematologi untuk periksa/evaluasi ​markers atau penanda inflamasi seperti
tes C-reaktif protein. Tes tersebut dilakukan agar penunjang dapat memperkuat
pencurigaan/diagnosa perikarditis, dan dapat ditambahkan dengan bukti imaging yang sangat
membantu dan krusial. Skan CT dengan ​contrast dan CMR (​cardiac magnetic resonance​) adalah
standar pemeriksaan. CT memeriksa apakah perikardium telah terangsang dan CMR memeriksa
kehadirannya edema dan/atau fibrosis.​3,4,6,7

8. Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk perikarditis atau kondisi dimana perikardium mengalami
peradangan ditambahkan dengan presentasi klinis hanya sekia apapun penyebabnya. Diagnosis
banding yang paling umum adalah ​acute coronary syndrome ​atau ACS karena demikian dan
perikarditis mempunyai fitur krusial yaitu peningkatan segmen ST dalam EKG. Ada beberapa
lagi diagnosis banding kardiovaskular seperti infark miokard, ​acute aortic syndrome dan angina
(stabil dan tidak stabil). Pneumotoraks dan emboli paru juga harus dicurigakan, terutama jika
pasien mengeluh nyeri dada/toraks. Gangguan pernapasan terutama pneumonia, bronkitis dan
asma juga harus curiga, namun ketiga diagnosis banding dapat disingkirkan dengan anamnesis
dan pemeriksaan fisik.​1-3,6-7

9. Terapi

Farmakologi:
Prinsip terapi dan pengelolaan perikarditis adalah untuk menargetkan atau berpusat di
sekitar faktor etiologinya atau yang paling memungkinkan. Namun, banyak sekali kasus
perikarditis tidak dapat ditentukan apa yang dapat menyebabkannya (disebut sebagai idiopatik).
Oleh karena itu, analgesik non-narkotik menjadi ​first line therapy yang dikonsumsi selama 1
sampai 3 minggu. Pasien diberikan NSAID non-narkotik seperti ibuprofen dalam bentuk tablet
berdosis 200 mg atau 400 mg atau paracetamol dalam bentuk tablet berdosis 500 mg. Kedua obat
dikonsumsi sampai habis atau sampai nyeri sudah mereda hingga pergi.​1-4,6,7
Meskipun jarang, colchicine juga bisa diberikan dengan dosis 0.6 mg 2 kali sehari
sertenak bersama salah satu analgesik tersebut untuk mengurangi kemungkinan kambuh
perikarditis dan nyeri dada. Sekian telah didefinisikan sebagai terapi farmako ​gold standard di
beberapa negeri. Bila pasien tetap mengalami nyeri dada, kortikosteroid seperti prednisolon
dengan dosis 0.2-0.5 mg/kg/hari) dapat dipertimbangkan untuk diberikan antara bersama
analgesik atau secara eksklusif. Bila pasien mengalami efusi perkardium (pericarditis akut
berkembang menjadi cardiac tamponade) maka pericardiocentesis akan dilakukan untuk
menghilangkan cairan dalam perikardium.​2,-4,6,7
Jika perikarditis tersebut disebabkan oleh faktor etiologi yang spesifik, maka rencana
terapinya akan sedikit berbeda dengan yang umum/idiopatik, terutama untuk perikarditis et causa
tuberkulosis. Jika perikarditis disebabkan oleh tuberkulosis, maka pasien akan diberikan obat
anti TB (OAT): rifampicin; isoniazid; pyrazinamide; dan ethambutol selama 3-6 minggu
berdasarkan berat badan. Perikarditis purulen menambahkan ​drainage atau pembuangan cairan
dalam perikardium. Perikarditis yang didampingi/disebabkan oleh gagal ginjal harus segera
mulai hemodialisis, dan perikarditis et causa neoplastik harus melakukan terapi setelah
melakukan konsultasi dengan spesialis onkologi (disarankan sub-spesialis onkologi toraks dari
spesialis paru). Jika terapi perikarditis (apapun penyebabnya) gagal, maka pilihan terapi adalah
untuk melakukan operasi pengangkatan perikardium.​4,6,7
Semua obat yang diberikan harus berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan pasien,
untuk menghindari kontraindikasi, efek samping dan provokasi penyakit.​1-3

Non-farmakologi & Edukasi:


Restriksi/pengurangan aktivitas fisik sampai gejala dan komplikasi dari penyakit sudah
pergi dan setelah follow-up pemeriksaan CRP, EKG dan radiologi adalah prosedur standar untuk
pasien perikarditis. Mempunyai gaya hidup yang baik dan sehat tentu akan membantu
mengurangi risiko relaps dan kena penyakit yang lain.​6

10. Komplikasi
Dari kasus perikarditis, ada tiga komplikasi umum yang sudah teridentifikasikan.
Komplikasi pertama masih tergolong minor, sedangkan kedua dan ketiga tergolong sebagai
darurat medis.​1 Perikarditis berulang merupakan komplikasi yang minor, yaitu perulangan dari
kasus perikarditis yang pertama diawali oleh pasien dengan gejala-gejala yang mirip.​1-3 Namun
untuk komplikasi dianggap perikarditis berulang hanya kalau pasien sudah melewati periode
tanpa-gejala/isu selama 4 sampai 6 minggu setelah keluar dari rumah sakit atau setelah selesai
terapi.​4,6,7
Komplikasi pertama yang merupakan darurat medis adalah tamponade jantung, ketika
ada akumulasi material yang sangat berlebihan dalam ruang perikardium. Ada beberapa material
yang dapat menyebabkan hal ini, tetapi dalam konteks perikarditis, penyebab paling umum
adalah cairan, nanah atau gumpalan darah. Jika ini terjadi, ada risiko tinggi bahwa jantung pasien
akan dikompresi serta kegagalan hemodinamik. Komplikasi terakhir adalah perikarditis
konstriktif. Sama seperti tamponade jantung, ini merupakan darurat medis dan kondisi di mana
jantung akan dikompresi karena tekanan perikardial. Bedanya adalah, tekanan tersebut
disebabkan oleh perikardium yang meradang kronis, menjadi sangat tebal secara patologi, atau
perikardium yang ​calcified​.2​ Ini dapat menyebabkan masalah seperti ketidakmampuan untuk
mengisi jantung dengan darah atau memompa darah keluar dari jantung, dan gagal jantung.​1-3

11. Pencegahan
Perikarditis bukanlah penyakit yang dapat dicegah secara total, hanya pencegahan
kekambuhan penyakit perikarditis atau komplikasi dari perikarditis. Namun, bagaimana belum
dipahami bagaimana risiko kekambuhan dapat dikurangi. Salah satu penjelasan adalah untuk
mengurangi konsumsi kortikosteroid dan NSAID. Perawatan lain, terutama terapi imunosupresif,
masih belum dievaluasi kegunaannya dan hubugannya dengan pencegahan
perikarditis.Perikardektomi bisa dilakukan untuk mencegah komplikasi, namun itu hanya
disarankan oleh pemeriksa jika kasus dan mortalitas pasien sangat tinggi.​7

12. Prognosis
Secara umum perikarditis akut dan periarditis kronis mempunyai prognosis yang cukup
baik dengan tingkat sanam/bonam yang cukup tinggi. Ini dikarenakan perikarditis (infeksi dan
non-infeksi) mempunyai sifat ​self-limiting​, yaitu penyakit tersebut dapat sembuh sendiri, namun
konsumsi ibuprofen atau paracetamol akan membantu pemulihan dari perikarditis, namun tetap
ada kemungkinan relaps meskipun jarang ditemukan. Perikarditis bakteri/neoplastik/autoimum
terkait dengan peningkatan risiko perkembangan komplikasi selama tidak melakukan ​follow up​.
Komplikasi terburuk dari perikarditis setelah pemulihan adalah perkembangan perikarditis
konstriktif (penyakit di mana perikardium hilang elastisitasnya, menjadi keras dan kaku, melalui
penebalan dan pengapuran serta mengganggu fisiologi jantung secara besar), tetapi kemungkinan
untuk demikian perkembang sangat rendah dan hanya ada di kasus yang sudah buruk dari awal
(contoh: perikarditis purulen), atau kasus yang tidak diobati dengan benar dan tidak melakukan
prosedur follow up.

13. Kesimpulan
Perikarditis adalah peradangan pada perikardium dengan karakteristik klinis nyeri dada,
friksi rubperikardial dan perubahan segmen ST dan interval PR pada EKG. Penyakit ini
umumnya disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, merupakan 10% keluhan nyeri dada dan
juga mampu bersifat fatal jika pasien perikarditis tidak dirawat dengan cepat. Perikarditis juga
mempunyai risiko bermanifestasi ke penyakit yang lain, dan prognosisnya cukup baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Capucci A, editor. Clinical Cases in Cardiology: A Guide to Learning and Practice.


Cham: Springer International PU; 2015.
2. Murphy JG, Lloyd MA, editors. Mayo Clinic Cardiology: Concise Textbook. 4th ed.
New York, NY: Mayo Clinic Scientific Press / Oxford University Press; 2013.
3. Imazio M. Myopericardial Diseases: Diagnosis and Management. Cham: Springer
International PU; 2016
4. Rampengan SH. Buku Praktis Kardiologi. Tjahyono CT, editor. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014
5. Lilly LS, editor. Pathophysiology of Heart Diseases: A Collaborative Project of Medical
Students and Faculty. 6th ed. Philadelphia, PA: Wolters Kluwer; 2016.
6. Xanthopoulos A, Skoularigis J. Diagnosis of acute pericarditis. E-Journal of Cardiology
Practice [Internet]. 2017 Sep 6 [cited 2020 Apr 8];15(15). Available from:
https://www.escardio.org/Journals/E-Journal-of-Cardiology-Practice/Volume-15/Diagnos
is-of-acute-pericarditis
7. Daskalov IR, Valova-Ilieva T. Management of acute pericarditis: treatment and
follow-up. E-Journal of Cardiology Practice [Internet]. 2017 Sep 13 [cited 2020 Apr
8];15(16). Available from:
https://www.escardio.org/Journals/E-Journal-of-Cardiology-Practice/Volume-15/Manage
ment-of-acute-pericarditis-treatment-and-follow-up

Anda mungkin juga menyukai