Asuhan Kegawatdaruratan
Disusun Oleh:
Mengetahui,
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan apapun. Laporan yang
berjudul “Laporan Praktik Klinik Kegawatdaruratan” ini disusun untuk memenuhi tugas
praktik semester V tahun akademik 2018/2019.
Laporan ini merupakan laporan kasus kelompok selama melakukan praktik di Gedung
A LT 2 Zona A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 29 Oktober 2018 s.d. 18
November 2018 Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Shentya Fitriana, SST, M.Keb, Selaku Ketua Program Studi DIV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta III;
2. Aticeh, SST, M.Keb, Selaku Pembimbing Institusi Poltekkes Jakarta III
3. Dr. Indra Supradewi, SKM, MKM. Selaku Pembimbing Institusi Poltekkes
Kemenkes Jakarta III;
4. Ns. Suyanti, S.Kep, Selaku Pembimbing Lahan Praktik di Gedung A LT 2 Zona
A beserta para kakak perawat, staff dan jajarannya.
5. Serta rekan-rekan mahasiswi DIV Kebidanan Angkatan 3 Poltekkes Kemenkes
Jakarta III.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB III
TINJAUAN KASUS .......................................................................................... 28
BAB IV
PEMBAHASAN ................................................................................................ 45
BAB V
PENUTUP .......................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 49
LEMBAR PENILAIAN................................................................................... 50
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker serviks adalah kanker yang terdapat pada serviks atau leher rahim, yaitu area
bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina (Emilia, 2010). Pada tahun
2003 WHO, menyatakan bahwa kanker merupakan problem kesehatan yang sangat serius
karena jumlah penderitanya meningkat sekitar 20% per tahun. Kanker payudara merupakan
jenis kanker kedua di Indonesia yang menyerang kaum wanita setelah kanker serviks (mulut
rahim). Dengan kata lain, kanker serviks adalah urutan pertama terbanyak yang menyerang
kaum wanita di Indonesia.(Azamris, 2006).
Di seluruh dunia, kasus kanker serviks ini sudah dialami oleh 2,8 juta wanita. Data yang
didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) diketahui terdapat 493.243 jiwa per-tahun
penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak 273.505 jiwa per-tahun.
(Emilia, 2010). Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan
di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks
yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status
sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya,keterbatasan sarana dan prasarana,
jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari
penderita. (Rasjidi, 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah penyakit kanker di Indonesia antara lain
hampir 70% penderita penyakit ini ditemukan dalam keadaan stadium yang sudah lanjut.
Prevalensi tumor tertinggi berdasarkan provinsi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar
9,66% dan terendah adalah Maluku Utara 1,95%. Sedangkan urutan jenis kanker atau tumor
5
tertinggi di Indonesia adalah kanker ovarium dan servik uteri. (Oemiati, 2011).
Berdasarkan latar belakang di atas maka sangat penting bagi seorang bidan untuk
memberikan asuhan pada pasien sedini mungkin, mulai pada deteksi dini, cara penanganan
serta cara pencegahan sebagai upaya deteksi adanya penyakit yang memerlukan tindakan
segera serta perlunya rujukan agar mencapai derajat kesehatan yang tinggi pada pasien dengan
penyakit tersebut sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. H dengan kasus Penyakit
b. Tujuan Khusus
pendokumentasian tata laksana pada Ny. H dengan kasus Kanker Serviks dan Hidronefrosis.
C. RUANG LINGKUP
6
D. MANFAAT
a. Bagi masyarakat
penyakit yang terjadi pada sistem reproduksi wanita, khususnya kanker serviks dan
hidronefrosis.
c. Bagi Mahasiswa
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Kanker serviks
1) Definisi Kanker Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. (Diananda,
Rama, 2009). Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan
maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55
tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal
yang menuju ke dalam rahim. (Sarjadi, 2001).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli penulis dapat menyimpulkan
bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada organ
reproduksi wanita yaitu serviks atau bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina.
Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi Human Papilloma Virus (HPV) yang
merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangan kemajuan di bidang
biologi molekuler dan epidemiologi tentang HPV, kanker serviks disebabkan oleh virus HPV.
Banyak penelitian dengan studi kasus kontrol dan kohort didapatkan Risiko Relatif (RR)
hubungan antara infeksi HPV dan kanker serviks antara 20 sampai 70. Infeksi HPV merupakan
penyakit menular seksual yang utama pada populasi, dan estimasi terjangkit berkisar 14 - 20%
pada negara-negara di Eropa sampai 70% di Amerika Serikat, atau 95% di populasi di Afrika.
Lebih dari 70% kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV tipe 16 dan 18. Infeksi HPV
mempunyai prevalensi yang tinggi pada kelompok usia muda, sementara kanker serviks baru
timbul pada usia tiga puluh tahunan atau lebih.
8
2) Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
d. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
9
akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
e. Sosial ekonomi
10
3) Patofisiologis
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit
membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan (biasa terdapat pada terapi eksternal
radiasi). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan daya tahan tubuh berkurang
dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas
akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos di masyarakat bahwa
kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Price, syivia Anderson,
2005)
11
4) Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang kemungkinan terjadi pada pasien dengan kanker serviks adalah
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
12
5) Diagnosa
Tes Pap pada saat ini merupakan alat skrining yang diandalkan. Lima puluh persen
pasien baru kanker serviks tidak pernah melakukan tes Pap. Tes Pap direkomendasikan pada
saat mulai melakukan aktivitas seksual atau setelah menikah. Setelah tiga kali pemeriksaan tes
Pap tiap tahun, interval pemeriksaan dapat lebih lama (tiap 3 tahun sekali). Bagi kelompok
perempuan yang berisiko tinggi (infeksi HPV, HIV, kehidupan seksual yang berisiko)
dianjurkan pemeriksaan tes Pap setiap tahun.
6) Klasifikasi
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma in-situ.
Pada karsinoma in-situ perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma in-situ yang tumbuh didaerah ektoserviks,
peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
13
d. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk
sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul di area bibir posterior atau anterior serviks dan
meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri.
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik , biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progresif
meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus.
14
7) Stadium
Stadium kanker serviks ditetapkan secara klinis. Stadium klinis menurut FIGO
membutuhkan pemeriksaan pelvik, jaringan serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan
biopsi jaringan serviks untuk stadium klinik lainnya), foto paru-paru, pielografi intravena
(dapat pula digantikan dengan foto CT-scan). Untuk kasus-kasus stadium lebih lanjut
diperlukan pemeriksaan sistoskopi, proktoskopi, dan barium enema.
15
8) Pemeriksaan Diagnostik
a. Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaou (tes PAP) sangat bermanfaat
untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan
dengan baik. Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak sehat dan tanpa
gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologi.
b. Kolonoskopi
Kolonoskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya
gangguan atau kelainan pada usus besar (kolon) dan rektrum yang sering menimbulkan
gejala berupa sakit perut, darah pada tinja, diare kronis, gangguan buang air besar atau
gambaran abnormal di usus pada pemeriksaan foto rontgen dan CT scan. Pemeriksaan
ini juga dikenal sebagai teropong usus. Disarankan melakukan pemeriksaan ini setiap
10 tahun setelah memasuki usia tersebut guna mendeteksi kemungkinan kanker usus
besar.
c. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat) terlihat seluruhnya
dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian
kelainan di dalam kanalis servis kalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil
secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsi harus tajam
sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin.
d. Sistoskopi
Sistoskopi adalah suatu prosedur medis yang bertujuan untuk memeriksa saluran kemih.
Prosedur ini dilakukan dengan sistoskop, yaitu sebuah alat bebentuk seperti selang yang
memiliki kamera pada ujungnya untuk pengamatan visual. Melalui pemeriksaan
sistoskopi, dokter mengamati kondisi saluran setelah kandung kemih (uretra) dna
kandung kemih dalam bentuk gambar yang dapat diperbesar jika diperlukan. Terdapat
dua jenis sistoskopi yang dapat digunakan untuk prosedur sistoskopi, yaitu sistoskopi
fleksibel dan sistoskopi kaku. Sistoskopi kaku merupakan sistoskopi yang tidak dapat
melengkung mengikuti lekukan saluran kemih seperti sistoskopi fleksibel, prosedur ini
biasanya diberikan anastesi umum (bius total). Sistoskopi kaku digunakan jika pasien
memerlukan tindakan pengobatan di bagian dalam saluran kemih. Sedangkan
sistoskopi fleksibel digunakan untuk mengamati kondisi saluran kemih pasien.
16
9) Nefrostomi
Nefrostomi adalah prosedur yang dilakukan untuk mengalirkan urine dari ginjal
melalui kateter. Tindakan ini dilakukan bila terdapat hambatan pada ureter (misalnya
karena infeksi saluran kemih, batu ginjal, tumor, adanya kebocoran atau kerusakan pada
organ yang menyalurkan urine umumnya karena kelainan anatomis bawaan, cedera
fisik, peradangan, dan kanker, atau terkait kehamilan), yang semestinya berfungsi
mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih. Selain itu, nefrostomi bisa
dipergunakan juga sebagai jalur untuk membantu prosedur medis lainnya, baik untuk
tujuan diagnostik maupun terapi.
17
9) Jenis tindakan operasi
Tingkat Penatalaksanaan
IB, IIA Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe
paraaorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi pasca pembedahan)
10) Pengobatan
a. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker serviks sampai stadium IIA dan
dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan tetapi mempunyai keunggulan dapat
meninggalkan ovarium pada pasien usia pramenopause. Kanker serviks dengan diameter lebih
dari 4 cm menurut beberapa peneliti lebih baik diobati dengan kemoradiasi daripada operasi.
Histerektomi radikal mempunyai mortalitas kurang dari 1%. Morbiditas termasuk kejadian
fistel (1% sampai 2%), kehilangan darah, atonia kandung kemih yang membutuhkan
kateterisasi intermiten, antikolinergik, atau alfa antagonis.
18
invasi limfo-vaskuler atau invasi stroma yang dalam). Radiasi pascabedah dapat
mengurangi residif sampai 50%.
b. Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium, terutama mulai stadium II B sampai
IV atau bagi pasien pada stadium yang lebih kecil tetapi tidak merupakan kandidat
untuk pembedahan. Penambahan Cisplatin selama radioterapi whole pubic dapat
memperbaiki kesintasan hidup 30% sampai 50%.
Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi gastrointestinal seperti
proktitis, kolitis, dan traktus urinarius seperti sistitis dan stenosis vagina.
Teleterapi dengan radioterapi to hole pubic diberikan dengan fraksi 180 - 200 cGy per
hari selama 5 minggu (sesuai dengan dosis total 4500 - 5000 cGy) sebagai awal
pengobatan. Tujuannya memberikan radiasi seluruh rongga panggul, parametrium,
kelenjar getah bening iliaka, dan para-aorta.
Teleterapi kemudian dilanjutkan dengan brakiterapi dengan menginsersi tandem dan
ovoid (dengan dosis total ke titik A 8500 cGy dan 6500 cGy ke titik B) melalui 2
aplikasi. Tujuan brakiterapi untuk memberikan radiasi dosis tinggi ke uterus, serviks,
vagina, dan parametrium.
Titik A adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 2 cm lateral dari garis
tengah uterus. Titik ini berada di parametrium.
Titik B adalah titik 2 cm superior dari ostium uteri eksterna dan 5 cm lateral dari garis
tengah uterus. Titik ini berada di dinding pelvis.
Radioterapi adjuvan dapat diberikan pada pasien pasca bedah dengan resiko tinggi.
c. Kemoterapi
untuk timbulnya residif termasuk ploidi DNA tumor dan ekspresi onkogen khusus
19
(HER2/neu).
Rute penyebaran
Perluasan kanker serviks dapat secara langsung, melalui aliran getah bening sehingga
bermetastasis ke kelenjar getah bening ilika interna/eksterna, obturator, para aorta,
ductus thoracicus, sampai ke skalen kiri; penyebaran ke kelenjar getah bening inguinal
melalui ligamentum rotundum. Penyebarannya juga melalui pembuluh
darah/hematogen.
Pengamatan lanjut
Sebagian besar residif terjadi dalam waktu 2 tahun setelah diagnosis. Dalam 2
tahun pertama, pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 3 bulan. Pada tahun
ketiga sampai tahun kelima, pemeriksaan dianjurkan setiap 6 bulan, dan selanjutnya
setiap 1 tahun.
Daerah organ terjadinya residif (pasien yang tidak diradiasi) adalah puncak
vagina (25%), pelvis (25%), daerah di luar pelvis (50%). Bila terjadi residif sentral
(tidak ada metastasis jauh), dipertimbangkan eksenterasi pelvik dengan mortalitas
operasi 20% dan morbiditas jangka panjang lebih dari 50%. Bila residif didapati jauh
di luar pelvis, dipertimbangkan untuk kemoterapi dengan response rate 20%.
12) Pengkajian
1. Data dasar Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
2. Data pasien : Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama,
alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
3. Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai
keputihan menyerupai air.
4. Riwayat penyakit sekarang : Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan
keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan
20
seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
5. Riwayat penyakit sebelumnya : Data yang perlu dikaji seperti, riwayat abortus,
infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor, dan
riwayat keluarga yang menderita kanker.
7. Data khusus:
7. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual atau
muntah.
21
II. HIDRONEFROSIS
1) Definisi Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran
keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteri yang menekan ureter sehingga pelvis
membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine
mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra
atau kandung kemih, tekanan baik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu
ginjal saja yang rusak (Smeltzer & Brenda, 2001).
2) Etiologi
1. Jaringan fibrosa
3. Tumor
7. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya
8. Sumbatan yang menghalangi air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
pembesaran prostat, peradangan atau kanker
9. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cidera
10. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter.
3) Patofisiologis
Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik sehingga
tekanan ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya
batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di
piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh
tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat obses atau inflamasi dekat ureter
dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di
pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah yang menyebabkan ureter kaku.
Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih
akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran
23
uterus.
24
5) Manifestasi Klinis
e. Beberapa penderita tidak menunjukan gejala Menurut smeltzer & Brenda, 2001
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat
menimbulkan rasa sakit di panggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria, menggigil,
demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.
Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala
gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
6) Pemeriksaan Penunjang
1) Urinalisis :
25
d. Sedimen urine : Eritrosit, leukosit, silinder, kristal, pus & bakteri
2) Blood Study :
e. Uric acid : meningkat pada kerusakan fungsi renal, kerusakan absorbsi tubuler.
g. Kreatinin serum
7) Pemeriksaan diagnosis
a. CT scan renal & MRI (Magnetic Resonance Imaging) : teknik non invasif untuk
memberikan gambaran penampang ginjal & saluran kemih yang sangat jelas
b. IVP (intravenous Pyelogram) : visualisasi ginjal, ureter dan vesika urinaria dengan
memasukan media kontras radiopaque melalui intravena kemudian dilakukan foto rontgent.
c. Voiding Cystourethrogram :
b) Dilakukan pada pasien infeksi saluran kemih, striktur uretra /katup, BPH,
vesikoureteral refluk
8) Penatalaksanaan
a. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul di atas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum
yang dimasukkan melalui kulit).
b. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
2. Hidronefrosis kronis
Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter
yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali.
b. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
BAB III
27
TINJAUAN KASUS
A. Subjektif
1) Identitas
Nama Nama : Tn. M
Ibu : Ny. H Suami (ALM)
Umur : 58 th Umur :-
Agama : Budha Agama : Budha
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
:
Pekerjaan : IRT Pekerjaan Wiraswasta
Alamat : Jl.Sunter Jaya RT 01/02 No. 24A
No Tlp : 081322345548
2. Alasan Datang
Pendarahan Pervaginan sejak 3 hari sebelum masuk RS
3. Keluhan
Ibu merasakan nyeri perut yang hebat
- Skala nyeri 4
4. Riwayat menstruasi
- Menarche : 15 tahun - Banyak : 3 kali ganti per hari
- Siklus : teratur, 28 hari - Menopause : sekitar 10 tahun lalu
(2008)
Lamanya : 7 hari Dishminore : Tidak Ada
28
5. Riwayat pernikahan
- Menikah : 1 kali
- Usia menikah : 21 tahun
- Lama : 28 tahun
6. Riwayat Obstetri
No.Tahun Lahir JK Jenis PersalinanBB/PB UK ASI Komplikasi Kontrasepsi
7. Riwayat Kontrasepsi
Bulan Tindakan
Mei 2017 Dilakukan Radiasi luar 25 kali dan radiasi dalam 3 kali
29
11. Riwayat kesehatan ibu sekarang
Ibu tidak haid selama 10 tahun yang lalu, dan sekitar tahun 2015 ibu mengeluh
keluar flek yang tidak disertai rasa sakit jadi ibu tidak control. Setelah itu, ibu mulai
merasa khawatir ketika tanggal 17 April 2017 keluar flek seperti haid dan ibu
disarankan oleh temannya untuk periksa ke bidan, kemudian ibu dirujuk ke RS
Persahabatan. Setelah dilakukan biopsi dengan hasil kanker serviks stadium III A pada
April 2017, dan dilakukan radiasi dalam dan luar di RSCM pada Mei 2017. Setelah itu,
ibu mengeluh keluar BAB dari vagina sekitar bulan Juni 2017, dan 4 bulan lalu
dipasang kolostomi. Lalu, 2 bulan kemudian dipasang nefrostomi di ginjal kanan dan
kiri.
Ibu mengatakan keluarga dari ibu tidak pernah/sedang menderita penyakit menular
(Hepatitis, TBC, HIV/AIDS), menurun (DM, Asma, Hipertensi), menahun (Jantung,
Ginjal), pre-eklampsia, eklampsia. Dari keluarga tidak pernah ada yang menderita
kanker serviks.
30
15. Kebiasaan Sehari
- Eliminasi
31
B. Objektif
1) Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Sedang
- Kesadaran : Delirium
- Tanda-tanda Vital
o TD : 91/60 mmHg
o N : 100 x/m
o S : 36 ℃
o P : 18 x/m
- Antropometri
o BB : 45 Kg
o TB : 156 cm
2) Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Simetris, tidak ada luka, rambut bersih
- Wajah : Pucat, oedema
- Mata : Konjungtiva anemis, sklera ikterik
- Mulut : Bersih, tidak stomatitis
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
getah bening
- Dada dan punggung : Simetris, adanya bunyi saat bernafas
(Wheezing)
- Abdomen : Terpasang selang Nefrostomi dan
kolostomi, adanya nyeri tekan pada
abdomen.
- Ekstremitas : Simetris, oedema, refleks patella +/+
anggota gerak aktif.
- Genitalia : Vulva vagina berbau, tampak perdarahan
pada vagina
32
3) Riwayat Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan 29/10/2018 31/11/2018 Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 5,2 10,5 g/dL 12.0 – 14.0
Hematokrit 15,9 30.0 % 37.0 – 43.0
Eritrosit 1,83 3,64 10^6
/μL 4.00 – 5.00
MCV/VER 86,9 82,4 fL 82.0 – 92.0
MCH/HER 28,4 28,8 pg 27.0- 31.0
MCHC/KHER 32,7 35,0 g/dL 32.0 – 36.0
Jumlah Trombosit 382 307 10^3
/μL 140 – 400
33
4) Pemeriksaan USG
Dari hasil pemeriksaan USG Di Poliklinik Kebidanan RSCM Ny. H di diagnosa oleh
dokter dengan Penyakit Kanker Serviks Stadium IVA dengan Hidronefrosis
5) Pemeriksaan Biopsi
Non Keratinizing cell carcinoma, moderately differentiated a.r cervix
6) Hasil Pemeriksaan thorax foto
Tanggal 28-10-2018
Susp Bronchopneumonia
7) Terapi
-Transamin 3 x 500 mg IV
-Sotatic 3 x 10 mg IV
-Rantin 2 x 50 mg IV
-Asam mefenamat 3x 500 mg PO
C. Analisa
Diagnosa : Ny. H P2A0 usia 58 tahun Kanker Serviks Stadium IVA dan
Hidronefrosis
Masalah : Perdarahan masih keluar dan gelisah
Kebutuhan :
34
Kebutuhan
- Pemeriksaan laboraturium
- Pemberian nutrisi
- Monitoring perdarahan
- Monitoring nyeri
D.Penatalaksanaan
35
6. 14.00 Menjelaskan efek samping Ibu Mengerti Perawat
apa saja yang biasa terjadi
pada jika tranfusi darah
seperti mual, pusing
7. 14.15 Menyiapkan darah dengan Darah sudah Perawat
Golongan darah O 550 ml terpasang dengan
cairan NaCl 0,9 %
100 ml
8. 17.00 Melakukan Pemeriksaan TD: 100/70 Mahasiswa
TTV
N: 109
P:18
S: 36.
Saturasi 96 %
9. 19.00 Memberikan terapi obat Obat sudah Perawat
untuk mencegah diberikan
antidispepsia, analgesik
10. 21.00 Memberikan amprah Sudah diberikan Perawat
kantung kedua darah
11. 23.00 Memantau cairan darah yang Tetesan darah Mahasiswa
menetes menetes dengan
lancar
36
Penatalaksanaan dalam asuhan kebidanan
1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam keadaan baik. Ibu mengerti.
2. Memberikan support fisik dan psikologis pada ibu, dengan cara memotivasi, memberi
dukungan, dan semangat agar ibu bisa menerima dengan ikhlas penyakitnya.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara rileks dan mengatur pernafasan.
4. Melibatkan keluarga untuk membantu memberi support dan tetap mendampingi ibu.
5. Membuat suasana tenang dan nyaman dengan cara mendengar keluh kesah ibu.
6. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menjaga personal hygiene.
7. Mengajarkan ibu mobilisasi dengan cara miring kanan-kiri.
A. Data Subjektif
1. Keluhan sekarang : Ibu mengatakan mengeluh nyeri dengan skala vas 4
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Pernafasan : 28 x/menit
Suhu : 36,6°C
Saturasi : 98%
C. Analisa
37
Kebutuhan
- Pemberian Oksigen kepada Ibu sebanyak 3 liter/menit
- Mengajarkan Ibu teknik relaksasai untuk mengurangi sesak nafas pada ibu
- Pemberian Nutrisi
- Monitoring perdarahan ibu
D. Penatalaksanaan
38
6. 14.00 Mempertahankan suasana Pasien tampak tenang Mahasiswa
yang nyaman dengan dan sesak berkurang
menutup tirai, memakaikan
ibu selimut dan
menyarankan ibu untuk
menggunakan
aromatherapy.
7 15.00 Menyiapkan darah PRC Tranfusi darah Perawat
dengan Golongan darah O terpasang 20 tpm
sebanyak 550 ml
10. 20.30 Mengganti cairan infus NaCl Infus terpasang dan obat Perawat dan
0,9% dan memberikan injeksi sudah diberikan mahasiswa
injeksi intravena
Transmin 3x1
Sotatic 3x10
Rantin 2x50
11. 21.00 Menyiapkan darah PRC Tranfusi darah Perawat
dengan Golongan darah O terpasang 20 tpm
sebanyak 550 ml
12. 22.00 Menyarankan ibu untuk Ibu tidur dengan posisi Mahasiswa
beristirahat setelah makan, kepala lebih tinggi
dengan posisi kepala lebih daripada kaki.
tinggi daripada kaki.
13. 23.00 Memantau cairan infus Tetesan infus lancar Perawat dan
mahasiswa
39
14. 23.00 Observasi tanda-tanda vital TD: 90/60 mmHg, Perawat dan
mahasiswa
N: 100 x/menit,
S: 35,6 ℃,
P : 22 x/menit
Saturasi : 96 %
A. Data Subjektif
40
B.Data Objektif
3.Tanda-tanda vital :
C. Analisa
Masalah :-
Kebutuhan
Evaluasi Perdarahan
Pemberian Nutrisi
D. Penatalaksanaan
41
8.30 Menganjurkan Ibu untuk Sudah diberikan Perawat dan
personal hygiene dan mahasiswa
mobilisasi
10.00 Melakukan pengambilan Sudah dilakukan Perawat dan
sampel darah mahasiswa
13.00 Mengajarkan Ibu untuk Sudah dilakukan Perawat dan
mobilisasi mahasiswa
13.20 Mengajarkan ibu teknik Ibu mengerti dan dapat Mahasiswa
relaksasi dengan menarik melakukannya
napas dalam untuk sesak nafas
ibu
14.00 Mempertahankan suasana Sudah dilakukan dan ibu Mahasiswa
yang nyaman dengan menutup mengerti dan dapat
tirai, memakaikan ibu selimut melakukannya
dan membantu mengantikan
pempers Ibu
21.30 Memberikan terapi obat ivfd Obat sudah diberikan Perawat dan
0,9 per 12 jam mahasiswa
Transmin 3x1
Sotatic 3x10
Rantin 2x50
22.00 Menyarankan ibu untuk Ibu tidur dengan posisi Mahasiswa
beristirahat setelah makan, kepala lebih tinggi dari
dengan posisi kepala lebih pada kaki.
tinggi dari pada kaki.
42
23.00 Memantau cairan infus Tetesan infus lancar Perawat dan
mahasiswa
23.00 Observasi tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, Perawat dan
mahasiswa
N: 88 x/menit,
S: 36,0 ℃,
P : 25 x/menit
Saturasi : 97%
43
Penatalaksanaan dalam asuhan kebidanan
1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan dalam keadaan baik. Ibu mengerti.
2. Memberikan support fisik dan psikologis pada ibu, dengan cara memotivasi, memberi
dukungan, dan semangat agar ibu bisa menerima dengan ikhlas penyakitnya.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara rileks dan mengatur pernafasan.
4. Melibatkan keluarga untuk membantu memberi support dan tetap mendampingi ibu.
5. Membuat suasana tenang dan nyaman dengan cara mendengar keluh kesah ibu.
6. Memberitahu ibu dan keluarga untuk menjaga personal hygiene.
7. Mengajarkan ibu mobilisasi dengan cara miring kanan-kiri dan belajar berdiri dari
tempat tidur
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Kanker leher rahim atau lebih dikenal dengan istilah kanker serviks adalah kanker yang
terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu
masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang sanggama (vagina).
Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan
wanita berumur 20-30 tahun dapat terserang kanker serviks (Diananda, 2009).
Pengumpulan data diperoleh berdasarkan Anamnesa pada Ny. H. Ny. H masuk ke ruang
221 F pada tanggal 28 Oktober 2018 dengan diagnosis kanker serviks dan hidronefrosis dan
mengalami perdarahan.
Penegakan diagnosa dalam kasus ini melalui anamnesa, pemeriksaan penunjang cek
darah lengkap dan USG. Berdasarkan data yang telah di dapatkan Ny. H P 2A0 usia 58 tahun
diagnosis kanker serviks dan hidronefrosis dan mengalami perdarahan.
Pada kasus Ny.H dengan kanker serviks semua tindakan yang direncanakan sudah
dilakukan seluruhnya dengan baik seperti radiasi dan kemoterapi, tetapi dalam pengkajian yang
kami lakukan Ny. H mengaku belum pernah melakukan kemoterapi. Dari hasil yang kami kaji,
didapat:
45
Untuk mengurangi perdarahan pada Ny H sudah dipasang tampon oleh dokter dan
memberikan obat anti-perdarahan, karena perdarahan aktif menyebabkan Ny.H mengalami
kekurangan darah yang mengharuskan Ny. H untuk transfusi darah, karena setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium hasil Hb Ny. H menunjukkan angka dibawah 10 yaitu 7.
Ny. H diberikan tranfusi darah sebanyak 3 kantong dan setelah itu dilakukan kembali
pengecekan lab yang didapat hasil kadar hemoglobin dalam darah Ny H mengalami
peningkatan, dan setelah itu,maka kami menyarankan pasien untuk memakan makanannya,
sehingga nafsu makan tetap terjaga. Selain itu Ny H mengalami sesak nafas, lalu kami
mengajarkan Ny H teknik relaksasi dan memberikan oksigen. Untuk mengatasi rasa gelisah,
kami juga memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan memberikan afirmasi positif dan
hal-hal apa saja yang menganggu pikirannya dan membantu mengatasi hal tersebut.
Meningkatkan rasa nyaman pasien juga membantu mengurangi rasa cemas pasien. Serta
memberikan dorongan psikologis dengan memberikan afirmasi positif kepada pasien. Serta
mengajurkan keluarga untuk senantiasa memberikan dukungan kepada pasien, sehingga pasien
merasa diperhatikan dan tidak sendirian. Evaluasi jangka pendek pada kasus Ny.H dengan
kanker serviks stadium IVA dengan Hidronefrosis yaitu dilakukan selama 4 hari. Hasil
menunjukan bahwa keadaan umum mulai membaik, perdarahan berkurang, dan ibu merasa
lebih sehat, nafsu makan bertambah. ibu sudah bisa berdiri dari kasurnya lalu duduk dan makan
sendiri. Kami menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygienenya, dan menganjurkan
ibu untuk meminum obatnya secara terat
46
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan yang dapat diberikan untuk Mencegah Kanker Serviks, antara lain:
Pap Smear merupakan salah satu cara terbaik sebagai lini pertahanan pertama untuk
mencegah kanker serviks. Metode screening satu ini berfungsi untuk mendeteksi sel-sel dalam
leher rahim yang berpotensi menjadi kanker nantinya.
Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan pap smear secara rutin setiap tiga tahun
sekali (tanpa disertai tes HPV), bagi Anda yang berusia 21-30 tahun. Sedangkan bagi Anda
yang berusia lebih dari 30 tahun, Anda disarankan untuk melakukan pap smear (disertai dengan
tes HPV) setiap lima tahun sekali. Lakukan pemeriksaan pap smear segera rutin untuk
47
mengurangi risiko kanker serviks. Jangan lupa, konsultasikan terlebih dahulu ke dokter
sebelum Anda memutuskan melakukan pemeriksaan ini.
Cara lain yang tidak kalah penting untuk mencegah kanker serviks adalah melakukan
vaksinasi HPV. Jika Anda wanita dan laki-laki berusia antara 9 sampai 26 tahun, Anda
disarankan untuk mendapatkan vaksin ini.
Pada dasarnya vaksin HPV paling ideal diberikan pada mereka yang memang belum
aktif secara seksual. Tapi, semua orang dewasa yang aktif secara seksual dan belum pernah
mendapatkan vaksin ini sebelumnya, sebaiknya segera melakukan vaksinasi.
Wanita yang sudah aktif secara seksual harus melakukan pemeriksaan pap smear
terlebih dahulu sebelum mendapatkan vaksin HPV. Jika hasil pap smear normal, anda boleh
48
langsung mendapatkan vaksin HPV. Namun, jika pemeriksaan pap smear tidak normal, dokter
akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk melakukan diagnosis lebih lanjut.
Meski vaksin HPV bisa mengurangi risiko kanker serviks, tapi vaksin ini tidak menjamin Anda
terlindung sepenuhnya dari penyakit kanker serviks. Anda tetap disarankan menjalani pola
hidup sehat dan pap smear secara rutin meski sudah mendapatkan vaksinasi HPV.
3. Hindari merokok
Anda bisa mengurangi kemungkinan terkena kanker serviks dengan tidak merokok.
Tidak merokok adalah cara penting lainnya untuk mengurangi risiko kanker serviks. Pasalnya,
racun rokok bersifat oksidatif sehingga bisa memicu sel kanker muncul dan bertambah ganas.
Lebih dari 90 persen kanker serviks disebabkan karena terinfeksi virus HPV.
Penyebaran virus ini terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, maka gunakan kondom
ketika berhubungan seksual untuk mengurangi risiko tertular HPV.
Selain itu, risiko tertular HPV juga meningkat apabila sering bergonta-ganti pasangan seksual.
Wanita yang hanya memiliki satu pasangan pun bisa terinfeksi virus ini jika pasangannya
memiliki banyak pasangan seksual lain.
Selain melakukan pap smear untuk mencegah kanker serviks, Anda juga harus menjaga
kebersihan vagina, terutama saat menstruasi dan keputihan. Menggunakan cairan antiseptik
kewanitaan yang mengandung povidone iodine mungkin bisa Anda lakukan untuk menjaga
kebersihan vagina Anda, terutama ketika masa “red day” atau menstruasi.
49
A. Saran
● Bagi tenaga kesehatan
Sebaiknya dapat mendeteksi secara dini penyakit yang ada pada pasien sebelum dipulangkan
sehingga dapat dilakukan pengobatan yang tepat secara cepat.
● Bagi pasien
Sebaiknya setiap pasien yang melakukan pemeriksaan memberikan hasil pemeriksaan apa saja
yang telah dilakukan sehingga dapat diberikan tindakan yang sesuai dengan apa yang
di derita.
● Bagi mahasiswa
Sebaiknya mahasiswa banyak membaca dan banyak belajar tentang penyakit-penyakit yang
dapat timbul dari kelainan yang dialami ibu baik itu pada masa kehamilan, persalinan,
maupun nifas.
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjidi, Dr. dr. Imam SpOG (K) Onk. 2002. Deteksi Dini & Pencegahan Kanker
pada Wanita. Jakarta :Sagung Seto
4. Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.
5. Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
6. Gloria M.B, dkk. 2013. Nursing Outcome Classification. Five ed. Newyork: Mosby
51
LEMBAR PENILAIAN
NIP.
52