Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pitiriasis rosea adalah erupsi kulit akut yang sembuh sendiri, dimulai

dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Morfologi khas

berupa makula eritematosa lonjong dengan diameter terpanjang sesuai dengan

lipatan kulit serta ditutupi oleh skuama halus. Kemudian disusul oleh lesi yang

lebih kecil dibadan lengan dan tungkai atas tersusun sesuai dengan lipatan kulit

dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. Pitiriasis Rosea berasal dari

kata pityriasis yang berari skuama halus dan rosea yang berarti berwarna merah

muda.2

Pitiriasis Rosea adalah erupsi kulit yang dapat sembuh sendiri, berupa plak

berbentuk oval, soliter dan berskuama pada trunkus ( herald patch ) dan umumnya

asimptomatik.3 Menurut Andrew ( 2006 ), Pitiriasis Rosea adalah peradangan

kulit berupa eksantema yang ditandai dengan lesi makula-papula berwarna

kemerahan ( salmon colored ) berbentuk oval, circinate tertutup skuama

collarette, soliter dan lama kelamaan menjadi konfluen.2 Ketika lesi digosok

menurut aksis panjangnya, skuama cenderung terlipat melewati garis gosokan (

hanging curtain sign ).2

3
2.2 Epidemiologi

Pitiriasis Rosea terjadi pada seluruh ras yang ada di dunia. Prevalensi

Pitiriasis Rosea adalah 0,13% pada laki-laki dan 0,14% pada wanita per total

penduduk dunia dengan usia antara 10-34 tahun. Penyakit ini lebih banyak terjadi

pada anak-anak dan usia dewasa muda dengan rentang usia antara 15-40 tahun.

Jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut usia.2

2.3 Etiologi

Watanabe et al melakukan penelitian dan mempercayai bahwa Pitiriasis

Rosea disebabkan oleh virus. Mereka melakukan replikasi aktif dari Herpes Virus

( HHV )-6 dan -7 pada sel mononuklear dari kulit yang mengandung lesi,

kemudian mengidentifikasi virus pada sampel serum penderita.3 Jadi, Pitiriasis

Rosea ini merupakan reaksi sekunder dari reaktivasi virus yang didapatkan pada

masa lampau dan menetap pada fase laten sebagai sel mononuklear.1 Pitiriasis

Rosea juga dapat disebabkan oleh obat-obatan atau logam, misalnya arsenik,

bismut, emas, methopromazine, metronidazole, barbiturat, klonidin, kaptopril dan

ketotifen.1,3 Hipotesis lain menyebutkan peranan autoimun, atopi dan predisposisi

genetik dalam kejadian Pitiriasis Rosea.7

2.4 Gambaran Histopatologik

Gambaran histopatologik dari Pitiriasis Rosea tidak spesifik sehingga

penderita dengan Pitiriasis Rosea tidak perlu dilakukan biopsi lesi untuk

menengakkan diagnosis. Pemeriksaan histopatologi dapat membantu dalam

4
menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea dengan gejala atipikal. Pada lapisan

epidermis ditemukan adanya parakeratosis fokal, hiperplasia, spongiosis fokal,

eksositosis limfosit, akantosis ringan dan menghilang atau menipisnya lapisan

granuler. Sedangkan pada dermis ditemukan adanya ekstravasasi eritrosit serta

beberapa monosit.

Akantosis

Spongiosis Infiltrat
limfohistiosit

Gambar 1. Histologik non spesifik tipikal dari Pitiriasis Rosea,


menunjukkan parakeratosis, hilangnya lapisan granular, akantosis ringan,
spongiosis, dan infiltrat limfohistiosit pada dermis superficial2

2.5. Gambaran Klinis

Tempat predileksi Pitiriasis Rosea adalah badan, lengan atas bagian

proksimal dan paha atas sehingga membentuk seperti gambaran pakaian renang.2

Sinar matahari mempengaruhi distribusi lesi sekunder, lesi dapat terjadi pada

daerah yang terkena sinar matahari, tetapi pada beberapa kasus, sinar matahari

melindungi kulit dari Pitiriasis Rosea. Pada 75% penderita biasanya timbul gatal

didaerah lesi dan gatal berat pada 25% penderita.1

5
1. Gejala klasik

Gejala klasik dari Pitiriasis Rosea mudah untuk dikenali. Penyakit

dimulai dengan lesi pertama berupa makula eritematosa yang berbentuk

oval atau anular dengan ukuran yang bervariasi antara 2-4 cm, soliter,

bagian tengah ditutupi oleh skuama halus dan bagian tepi mempunyai

batas tegas yang ditutupi oleh skuama tipis yang berasal dari keratin yang

terlepas yang juga melekat pada kulit normal ( skuama collarette ). Lesi ini

dikenal dengan nama herald patch.1

Herald Patch

Gambar 2. herald patch3

skuama

Gambar 3. plak primer tipikal ( herald patch )


menunjukkan bentuk lonjong dengan skuama halus di tepi bagian dalam plak.

6
Pada lebih dari 69% penderita ditemui adanya gejala prodromal

berupa malaise, mual, hilang nafsu makan, demam, nyeri sendi, dan

pembengkakan kelenjar limfe.4 Setelah timbul lesi primer, 1-2 minggu

kemudian akan timbul lesi sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan

ditemukan 2 tipe lesi. Lesi terdiri dari lesi dengan bentuk yang sama

dengan lesi primer dengan ukuran lebih kecil ( diameter 0,5 1,5 cm )

dengan aksis panjangnya sejajar dengan garis kulit dan sejajar dengan

kosta sehingga memberikan gambaran Christmas tree. Lesi lain berupa

paul-papul kecil berwarna merah yang tidak berdistribusi sejajar dengan

garis kulit dan jumlah bertambah sesuai dengan derajat inflamasi dan

tersebar perifer. Kedua lesi ini timbul secara bersamaan.2

Gambar 4. Gambaran menyerupai pine tree

7
2. Gejala atipikal

Terjadi pada 20% penderita Pitiriasis Rosea. Ditemukannya lesi

yang tidak sesuai dengan lesi pada Pitiriasis Rosea pada umunya. Berupa

tidak ditemukannya herald patch atau berjumlah 2 atau multipel. Bentuk

lesi lebih bervariasi berupa urtika, eritema multiformis, purpura, pustul

dan vesikuler.3 Distribusi lesi biasanya menyebar ke daerah aksila,

inguinal, wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Adanya gejala atipikal

membuat diagnosis dari Pitiriasis Rosea menjadi lebih sulit untuk

ditegakkan sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan.

Gambar 5. Diagram skematik plak primer ( herald patch ) dan distribusi tipikal
plak sekunder sepanjang garis kulit pada trunkus dalam susunan Christmas tree3

8
2.6 Klaifikasi Pitiriasis Rosea

Pitiriasis rosea inversa


o Lesi kulit banyak terdapat di wajah dan distal ekstremitas, daerah
fleksor seperti aksila dan sela paha, hanya sedikit yang terdapat di
tubuh.
o Umumnya terjadi pada anak-anak.4

Gambar 6. Pitiriasis Rosea Inversa

Pitiriasis rosea unilateralis


o Lesinya tidak melewati garis median tubuh.4

Gambar 7. Pitiriasis Rosea Unilateralis

9
Pitiriasis rosea giganta
o Ditemukan papul-papul atau plak yang besar.4
Pitiriasis circinata et marginata of Vidal
o Bila plak-plak yang besar bergabung menjadi satu.4
Pitiriasis rosea irritata
o Varian dengan lesi berupa makula dengan predileksi tempat yang
tidak khas (pergelangan tangan dan kaki), yang makin lama
mengalami perubahan dermatologi akibat iritasi berat atau keringat
yang berlebih.
o Dapat menyerupai psoriasis gutata.4
Papular pitiriasis rosea
o Umum ditemukan pada anak usia dibawah 5 tahun (toddler).3,4
o Terutama pada anak berkulit gelap keturunan Afrika dan wanita
hamil.3,4,9
o Warna makula bisa terlihat lebih gelap dibanding kulit sekitarnya.4
o Predileksi tempatnya sama seperti bentuk umumnya atau dapat
juga pada daerah lipatan.3

Gambar 8. Papular Pitiriasis Rosea

10
Vesicular pitiriasis rosea
o Lebih sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda.
o Menyerupai infeksi varisela.4

Gambar 9. Vesicular Pitiriasis Rosea

Purpuric pitiriasis rosea


o Hanya ada 10 kasus yang dilaporkan, anak-anak dan dewasa sama
banyak.
o Secara histopatologi terdapat perbedaan pada ekstravasasi eritrosit
ke stratum papilare dermis tanpa adanya bukti vaskulitis.4
o Manifestasi klinisnya berupa petechie, dan ekimosis sepanjang
Langer line pada leher, tubuh dan ekstremitas proksimal.3
o Lesinya mungkin dengan skuama yang lebih sedikit atau
didominasi oleh pustule atau purpura.
o Cenderung meninggalkan tanda hipo atau hiperpigmentasi
postinflamasi setelah sembuh, terutama pada orang-orang yang
memiliki banyak pigmen.4

11
Gambar 10 . Purpuric Pitiriasis Rosea

Urticarial pitiriasis rosea


o Varian yang jarang ditemukan.
o Menyerupai urtikaria akut.4

2.7 Diagnosis Banding

a. Sifilis sekunder

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum,

merupakan lanjutan dari sifilis primer yang timbul setelah 6 bulan

timbulnya chancre. Gejala klinisnya berupa lesi kulit dan lesi mukosa.

Lesi kulitnya non purpura, makula, papul, pustul atau kombinasi,

walaupun umumnya makulopapular lebih sering muncul disebut makula

sifilitika.2 Perbedaannya dengan Pitiriasis Rosea adalah sifilis memiliki

riwayat primary chancre ( makula eritem yang berkembang menjadi

papul dan pecah sehingga mengalami ulserasi di tengah ) berupa tidak ada

herald patch, limfadenopati, lesi melibatkan telapak tangan dan telapak

kaki, dari tes laboratorium VDRL (+).10

12
b. Tinea korporis

Adalah lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofit Trichophyton

rubrum pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala

klinisnya adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan pinggir

berskuama dan penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan dengan

Pitiriasis Rosea adalah pada Tinea korporis, skuama berada di tepi, plak

tidak berbentuk oval, dari pemeriksaan penunjang didapatkan hifa panjang

pada pemeriksaan KOH 10%.10

c. Dermatitis numuler

Adalah dermatitis yang umumnya terjadi pada dewasa yang

ditandai dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin ( numuler ) dan

dapat ditutupi oleh krusta. Kulit sekitarnya normal. Predileksinya di

ekstensor. Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Dermatitis

Numuler, lesi berbentuk bulat, tidak oval, papul berukuran milier dan

didominasi vesikel serta tidak berskuama.2

d. Psoriasis gutata

Adalah jenis psoriasis yang ditandai dengan eupsi papul di trunkus

bagian superior dan ekstremitas bagian proksimal. Perbedaan dengan

Pitiriasis Rosea adalah pada Psoriasis gutata, aksis panjang lesi tidak

sejajar dengan garis kulit, skuama tebal.2

13
2.8 Pemeriksaan Penunjang

Umumnya untuk menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea tidak dibutuhkan

pemeriksaan penunjang. Namun dalan hal diagnosis susah ditegakkan, kita

membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding

lain. Dapat dilakukan RPR ( Rapid Plasma Reagin ) dan FTA-Abs( Fluoresent

Treponemal Antibody Absorbed ) untuk skrining sifilis.8

2.9 Penatalaksanaan

1. Umum

Walaupun Pitiriasis Rosea bersifat self limited disease ( dapat sembuh

sendiri ), bukan tidak mungkin penderita merasa terganggu dengan lesi

yang muncul. Untuk itu diperlukan penjelasan kepada pasien tentang :

- Pitiriasis Rosea akan sembuh dalam waktu yang lama

- Lesi kedua rata-rata berlangsung selama 2 minggu, kemudian menetap

selama sekitar 2 minggu, selanjutnya berangsur hilang sekitar 2

minggu. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa Pitiriasis Rosea

berlangsung hingga 3-4 bulan

- Penatalaksanaan yang penting pada Pitiriasis Rosea adalah dengan

mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang

mengandung wol, air, sabun, dan keringat dapat menyebabkan lesi

menjadi bertambah berat.

14
2. Khusus

- Topikal

Untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink oksida, kalamin

losion atau 0,25% mentol. Pada kasus yang lebih berat dengan lesi

yang luas dan gatal yang hebat dapat diberikan glukokortikoid topikal

kerja menengah ( bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali

sehari ).2,9

- Sistemik

Pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa

gatal.4 Untuk gejala yang berat dengan serangan akut dapat diberikan

kortikosteroid sistemik atau pemberian triamsinolon diasetat atau

asetonid 20-40 mg yang diberikan secara intramuskuler.

Penggunaan eritromisin masih menjadi kontroversial. eritromisin oral

pernah dilaporkan cukup berhasil pada penderita Pitiriasis Rosea yang

diberikan selama 2 minggu3. Dari suatu penelitian menyebutkan bahwa

73% dari 90 penderita pitiriasis rosea yang mendapat eritromisin oral

mengalami kemajuan dalam perbaikan lesi. Eritomisin diduga

mempunyai efek sebagai anti inflamasi5,6. Namun dari penelitian di

Tehran, Iran yang dilakukan oleh Abbas Rasi et al menunjukkan tidak

ada perbedaan perbaikan lesi pada pasien yang menggunakan

eritromisin oral dengan pemberian plasebo.7

Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Dosis

yang dapat diberikan 5x800mg selama 1 minggu.2 Pemakaian sinar

15
radiasi ultraviolet B atau sinar matahari alami dapat mengurangi rasa

gatal dan menguranngu lesi.2 Penggunaan sinar B lebih ditujukan pada

penderita dengan lesi yang luas, karena radiasi sinar ultraviolet B (

UVB ) dapat menimbulkan hiperpigmentasi post inflamasi.2

2.10. Prognosis

Prognosis pada penderita Pitiriasis Rosea adalah baik karena penyakit ini

bersifat self limited disease sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8

minggu.

16

Anda mungkin juga menyukai