Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Frozen shoulder adalah suatu keadaan dimana terdapatnya keterbatasan

gerak artikulus glenohumeral dan pada akhirnya sendi tersebut sukar digerakan

karena nyeri. Nyeri dirasakan pada bagian atas humerus dan menjalar ke lengan

atas bagian ventral, scapula, lengan bawah, serta dirasakan terutama jika lengan

atas digerakan dan biasanya kambuh pada malam hari. Pasien datang dengan

keluhan nyeri dan ngilu pada bahu serta gerakan sendi yang terbatas terutama

dengan gerakan abduksi dan elevasi. Sering sebagai problem sekunder atau

bersamaan dengan penyakit bahu tipe lain, DM, dan Osteoarthritis. Penyebabnya

bermacam-macam tetepi yang sering adalah fraktur lengan dan bahu serta kontusio

janringan.

Diagnosis ditegakan dengan gejala klinis, tes rotasi dan pemeriksaan

atrografi akan terlihat kapsulitis. Pengobatan tergantung pada berat ringannya

penyakit, antara lain : OAINS, injeksi lokal kortikosteroid dan silokain, fisioterapi

dengan (pemanasan,ultrasound, dan short wave diatermi).

Secara epidemiologi onset Frozen Shoulder terjadi sekitar usia 40-65 tahun.

Dari 2-5% populasi sekitar 60% dari kasus Frozen Shoulder lebih banyak

mengenai perempuan dibanding laki-laki. Frozen Shoulder juga terjadi pada 10-

20% dari penderita diabetes mellitus yang merupakan salah satu faktor resiko

Frozen Shoulder

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Frozen Shoulder adalah gangguan pada permukaan gelang bahu dimana

jaringan lunak disekitar sendi-sendi yang membentuk gelang bahu terjadi

inflamasi dan kekakuan, semakin lama berkembang menjadi adhesion atau

perlengketan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pembatasan gerak dan

menyebabkan nyeri yang kronis.

B. Epidemiologi

Secara epidemiologi onset Frozen Shoulder terjadi sekitar usia 40-65 tahun.

Dari 2-5% populasi sekitar 60% dari kasus Frozen Shoulder lebih banyak

mengenai perempuan dibanding laki-laki. Frozen Shoulder juga terjadi pada 10-

20% dari penderita diabetes mellitus yang merupakan salah satu faktor resiko

Frozen Shoulder

C. Etiologi

Frozen Shoulder tidak diketahui penyebabnya, diduga penyakit ini

merupakan respon auto immobization terhadap hasilhasil rusaknya jaringan

lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi

Frozen Shoulder, selain dugaan adanya respon auto immobilisasi ada juga faktor

predisposisi lainnya yaitu usia, trauma berulang, diabetes mellitus, kelumpuhan,

pasca operasi payudara dan infark miokardia. Diantara beberapa faktor yang
2
menyebabkan terjadi Frozen Shoulder adalah capsulitis adhesiva. Keadaan ini

disebabkan karena suatu peradangan yang mengenai kapsul sendi dan dapat

menyebabkan perlengketan kapsul sendi dan tulang rawan, ditandai dengan nyeri

bahu yang timbul secara perlahan-lahan, nyeri yang semakin tajam, kekakuan

dan keterbatasan gerak.

D. Anatomi Bahu

Sendi bahu merupakan sendi yang komplek pada tubuh manusia dibentuk

oleh tulang-tulang yaitu : scapula, clavicula, humerus, dan sternum. Daerah

persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi sternoclavicular, sendi

glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat sendi

tersebut bekerjasama secara secara sinkron. Pada sendi glenohumeral sangat luas

lingkup geraknya karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena

fossa glenoidalis dangkal. Dipandang dari sudut klinis praktis gelang bahu dengan

fungsi persendian yang kompleks, yaitu:

1) Sendi Glenohumerale

Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas

glenoidalis scapula yang dangkal dan berbentuk buah per. Permukaan sendi

meliputi oleh rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya

labrum glenoidale.

3
Gambar 1.

Anatomi Glenohumeral Joint Ligament yang memperkuat antara lain:

a) ligamentumcoraco humerale, yang membentang dari procesus coracoideus

sampai tuberculum humeri.

b) ligament coracoacromiale, yang membentang dari procesus coracoideus

sampai acromion.

c) ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis ke

colum anatobicum, dan ada 3 buah yaitu: (1) ligament glenohumerale superior,

yang melewati articulatio sebelah cranial, (2) Ligament glenohumeralis medius,

yang melewati articulatio sebelah ventral, dan (3) Ligamentum gleno humeralis

inferius, yang melewati articulation sebelah inferius. Gerakan arthrokinematika

pada sendi gleno humeral yaitu : (1) gerakan fleksi terjadi rolling caput humeri ke

anterior, sliding ke posterior (2) gerakan abduksi terjadi rolling caput humeri ke

cranio posterior, sliding ke caudo ventral (3) gerakan eksternal rotasi terjadi

rolling caput humeri ke dorso lateral, sliding ke ventro medial (4) gerakan

internal rotasi terjadi rolling caput humeri ke ventro medial dan sliding ke dorso

lateral

4
2) Sendi Sterno claviculare

Dibentuk oleh extremitas glenoidalis clavikula, dengan incisura clavicularis

sterni. Menurut bentuknya termasuk articulation sellaris, tetapi fungsionalnya

glubiodea. Diantar kedua facies articularis nya ada suatu discus articularis

sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies articularis nya dan sebagai cavum

srticulare. Capsula articularis luas,sehingga kemungkinan gerakan luas.

Ligamentum yang memperkuat:

a) ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial extremitas

sternalis, lewat sebelah cranial jugularis sterni.

b) ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama

sampai permukaan bawah clavicula.

c) ligamentum sterno claviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal

incisura clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis claviculare.

3) Sendi Acromioclaviculare

Dibentuk oleh extremitas acromialis clavicula dengan tepi medial dari

acromion scapulae. Facies articularis nya kecil dan rata dan dilapisi oleh fibro

cartilago. Diantara facies articularis ada discus artucularis. Secara morfologis

termasuk ariculatio ellipsoidea, karena facies articularisnya sempit, dengan

ligamentum yang longgar. Ligamentum yang memperkuatnya:

a) ligament acromio claiculare, yamg membentang antara acromion dataran

ventral sampai dataran caudal clavicula.

b) ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu: (1) Ligamentum

conoideum, yang membentang antara dataran medial procecus coracoideus

sampai dataran caudal claviculare, (2) Ligamentum trapezoideus, yang

5
membentang dari dataran lateral procecus coraoideus sampai dataran bawah

clavicuare.

4) Sendi Scapulo thoracic

Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa

pergerakan scapula terhadap dinding thorax. Gerak osteokinematika sendi ini

meliputi gerakan kerah medial lateral yang dalam klinis disebut down ward-up

wardrotasi juga gerak kerah cranial-caudal yang dikenal dengan gerak elevasi-

depresi. Join play movement adalah istilah yang digunakan pada Manipulative

therapy untuk menggambarkan apa yang terjadi didalam sendi ketika dilakukan

gerakan translasi, gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara pasif oleh terapis

pada saat pemeriksaan maupun terapi.

E. Patofisiologi

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan

dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan

sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan

membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, sinovium tidak meluas

melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan

secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi

permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak

berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan

sinovium juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.

Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi

peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi

dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat

6
diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement

yang terlalu lama. Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk

diidentifikasi satu persatu bagian secara detail. Guna memahami penyebab dan

patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat dikelompokkan menjadi:

a) Faktor Penyebab: 1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan

aktifitas gerak dan struktur anatomi, 2) Faktor penyebab secara neurogenik

yang berkaitan dengan keluhan neurologik yang menyertai baik secara

langsung maupun tidak langsung yang berupa nyeri rujukan.

b) Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu

: kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler dan kelompok tidak spesifik

sebagai kelompok yang bukan mengikuti pola kapsuler.

Gambar 2.

Immobilisasi yang lama pada lengan karena nyeri merupakan awal

terjadinya frozen shoulder. Lengan yang immobilisasi lama akan menyebabkan

statis vena dan kongesti sekunder bersama dengan vasospastik, ini akan

menimbulkan reaksi timbunan protein, oedema, eksudat dan akhirnya terjadi

fibrous sehingga kapsul sendi akan kontraktur serta hilangnya lipatan inferior

7
sendi, fibrosis kapsul sendi meningkat sehingga mudah robek saat humeri

bergerak abduksi dan rotasi. Capsulitis adhesiva (FS) merupakan kelanjutan dari

lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke

sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous.

Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan

dalam posisi impingement yang terlalu lama.

F. Tanda Dan Gejala

a) Nyeri

Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali

ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur

bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena.

Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi sementara itu kekakuan semakin

terjadi, berlanjut terus selama 6 -12 bulan setelah nyeri menghilang. Secara

perlahan pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal.

b) Keterbatasan Lingkup gerak sendi

Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi

glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu

gambaran klinis yang dapat menyertai tendinitis, infark myokard, diabetes

melitus, fraktur immobilisasi berkepanjangan atau redikulitis cervicalis. Keadaan

ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 4560 tahun dan lebih sering

pada wanita.

c) Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam

mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri

8
dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering

menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran penderita

dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukan

dengan mengangkat bahunya. Juga dapat dijumpai adanya atropi bahu (dalam

berbagai tingkatan). Sedangkan pemeriksaan neurologik biasanya dalam batas

normal.

d) Gangguan aktifitas fungsional

Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada

penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri,

keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara langsung

akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas fungsional yang dijalaninya. Frozen

shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :

1) Pain (Freezing) : di tandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat

istirahat, gerak sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut

ini berakhir ampai 10- 36 minggu.

2) Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan

atau perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di

ikuti oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.

3) Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri

dan tidak ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan

yang nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.

9
G. Klaisfikasi

1) Primer / idiopatik frozen shoulder yaitu frozen shoulder yang tidak diketahui

penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada wanita dari pada

pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada

lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-

orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan

berulang.

2) Sekunder frozen shoulder yaitu frozen shoulder yang diikuti trauma yang

berarati pada bahu. Contohnya fraktur, dislokasi, luka bakar yang berat,

meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

H. Diagnosis

1. Anamnesa

Pada penderita didapatkan keluhan nyeri hebat dan keterbatasan lingkup

gerak sendi (LGS). Penderita tidak bisa menyisir rambut, memakai baju,

menggosok punggung waktu mandi, atau mengambil sesuatu dari saku

belakang. Keluhan lainnya pada dasarnya berupa gerakan abduksi-eksternal

rotasi, abduksi-internal rotasi, maupun keluhan keterbatasan gerak lainnya.

2. Pemeriksaan Fisik

Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas dan punggung. Gerakan pasif dan

aktif terbatas, pertama-tama pada gerakan elevasi dan rotasi interna lengan,

tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu. Pasien diminta untuk

menggaruk daerah angulus medialis scapula dengan tangan kiri kontralateral

melewati belakang kepala. Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang

geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak aktif maka kemungkinan

10
kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan. Nyeri akan bertambah

pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus. Bila

gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena mendatar atau

kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff

lainnya.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan radiologi (x-ray untuk

menyingkirkan DD arthritis, tumor, dan deposit kalsium) dan pemeriksaan

MRI atau arthrogram (dilakukan bila tidak ada perbaikan dalam waktu 6-12

minggu).

I. Diangnosa Banding

Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat, kekakuan

dapat bertahan beberapa bulan. Pada mulanya kekurangan ini maksimal dan

secara berangsur-angsur berkurang, berbeda dengan pola bahu beku. Kondisi

pembanding dari kondisi Frozen shoulder yang diakibatkan capsulitis adhesiva

antara lain:

1) Bursitis subacromial,

2) Tendinitis bicipitalis

3) Lesi rotator cuff

4) Arthritis

5) Tumor

11
J. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Untuk mengurangi rasa nyeri diberikan analgesik dan obat anti

inflamasi nonsteroid. Pemberian relaksan otot bertujuan untuk mengurangi

kekakuan dan nyeri dengan menghilangkan spasme otot. Penyuntikan

diberikan 2 kali dalam 1 tahun untuk mengurangi edema atau inflamasi saraf.

2. Terapi dingin

Terapi ini digunakan untuk mengurangi spasme otot dan spastisitas,

mengurangi maupun membebaskan rasa nyeri, mengurangi edema dan

aktivitas enzim destruktif (kolagenase) pada radang sendi.

Cara : Masukan potongan-potongan es kedalam kantong yg tidak tembus air

lalu kompreskan pada bagian yg nyeri, selama 20 menit dapat diulang dengan

jarak waktu 10 menit

3. Terapi Panas

Panas akan meningkatkan viskoelastik jaringan kolagen dan

mengurangi kekakuan sendi. Panas mengurangi rasa nyeri dengan jalan

meningkatkan nilai ambang nyeri serabut-serabut saraf. Dapat memperbaiki

spasme otot, meningkatkan aliran darah, juga membantu resolusi infiltrat

radang, edema dan eksudasi. Pada terapi ini panas diproduksi secara konversi

dari energi listrik atau suara ke energi panas didalam jaringan tubuh. Panas

yang terjadi masuk ke jaringan tubuh kita yang lebih dalam, tidak hanya

sampai jaringan dibawah kulit (subkutan). Golongan ini yang sering disebut

diatermi, terdiri dari :

Diatermi gelombang pendek (short wave diathermy = SWD)

Diatermi gelombang mikro (mikrowave diathermy = MWD)

12
Diatermi ultrasound (ultrasound diathermy = USD)

Pada kasus ini yang sering digunakan adalah ultrasound diathermy

merupakam gelombang suara dengan frekuensi diatas 17.000 Hz dengan daya

tembus yang paling dalam diantara diatermi yg lain. Dosis terapi 0,5-4

watt/cm2. Lama pemberiann 5-10 menit diberikan setiap hari atau 2 kali

sehari. Efek pemberian untuk meningkatkan aliran darah, meningkatkan

metabolisme jaringan, mengurangi spasme otot, mengurangi perlengketan

jaringan, dan meningkatkan ekstensibilitas jaringan. Micro Wave Diathermy

juga sering digunakan untuk pengobatan dengan menggunakan stressor

berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus listrik bolak balik

frekuensi 27, 12 MHz, dengan panjang gelombang 11m. Tujuan terapi panas

yang dihasilkan pada pemberian MWD ini adalah untuk mengurangi nyeri

dan memberikan relaksasi otot- otot spasme.

K. Komplikasi

Pada kondisi frozen shoulder yang berat dan tidak dapat mendapatkan

penanganan yang tepat dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul

komplikasi yang lebih berat antara lain :

(1) Kekakuan sendi bahu

(2) Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu

(3) Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu

(4) Atropi otot-otot sekitar sendi bahu

(5) Adanya gangguan aktifitas keseharian (AKS).

13
BAB III

KESIMPULAN

1. Frozen Shoulder adalah gangguan pada permukaan gelang bahu, dapat

menyebabkan terjadinya pembatasan gerak dan menyebabkan nyeri.

2. Frozen Shoulder tidak diketahui penyebabnya, diduga penyakit ini merupakan

respon auto immobization terhadap hasilhasil rusaknya jaringan lokal.

3. Disebabkan karena suatu peradangan yang mengenai kapsul sendi dan dapat

menyebabkan perlengketan kapsul sendi dan tulang rawan, ditandai dengan nyeri

bahu yang timbul secara perlahan-lahan, nyeri yang semakin tajam, kekakuan dan

keterbatasan gerak.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Scribd , Rizki Dwiryanti, Frozen Shoulder.

2. Eko setiawan, Naskahpublikasi Ilmiah Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Lansia


Dengan Frozen Shoulder Sinistra (Kiri) Di Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta,
2014.

3. Lestaria Aryanti . Penelitian Pendahuluan Frozen Shoulder Membandingkan Hasil


Terapi Fisik. http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/.

4. Djauzi. S. Editor Alwi I dkk. HIV/AIDS di Indonesia dalam penyakit tropis ilmu
penyakit dalam jilid I. Edisi ke-4. Jakarta: Balai penerbit fakultas kedokteran
indonesia; 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai

  • PSORIASIS
    PSORIASIS
    Dokumen29 halaman
    PSORIASIS
    Pradnyanita Mustika
    83% (6)
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen13 halaman
    Bab Ii
    Citra Cahyati
    0% (1)
  • Bab. 1,2,3
    Bab. 1,2,3
    Dokumen20 halaman
    Bab. 1,2,3
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Psoriasis Vulgaris
    Psoriasis Vulgaris
    Dokumen17 halaman
    Psoriasis Vulgaris
    Iqe Chan
    100% (1)
  • Klasifikasi Asa
    Klasifikasi Asa
    Dokumen4 halaman
    Klasifikasi Asa
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii. 123
    Bab Ii. 123
    Dokumen1 halaman
    Bab Ii. 123
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Bab. 1,2,3
    Bab. 1,2,3
    Dokumen20 halaman
    Bab. 1,2,3
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • RJPO
    RJPO
    Dokumen15 halaman
    RJPO
    juzmericar
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Pitiriasis Rosea
    Pitiriasis Rosea
    Dokumen9 halaman
    Pitiriasis Rosea
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Bab I, 2,3, Dapus
    Bab I, 2,3, Dapus
    Dokumen23 halaman
    Bab I, 2,3, Dapus
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • BAB II Dermatitis Seboroik
    BAB II Dermatitis Seboroik
    Dokumen12 halaman
    BAB II Dermatitis Seboroik
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Si
    Daftar Si
    Dokumen1 halaman
    Daftar Si
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Psoriasis Vulgaris
    Psoriasis Vulgaris
    Dokumen17 halaman
    Psoriasis Vulgaris
    Iqe Chan
    100% (1)
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Riindhu Screamo
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pitiriasis Rosea
    Tinjauan Pitiriasis Rosea
    Dokumen14 halaman
    Tinjauan Pitiriasis Rosea
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • UNTUK PUSTAKA PSOARIASIS
    UNTUK PUSTAKA PSOARIASIS
    Dokumen19 halaman
    UNTUK PUSTAKA PSOARIASIS
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Bab II
    Bab II
    Dokumen19 halaman
    Bab II
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • BAB II Dermatitis Seboroik
    BAB II Dermatitis Seboroik
    Dokumen12 halaman
    BAB II Dermatitis Seboroik
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Psoriasis
    Jurnal Psoriasis
    Dokumen6 halaman
    Jurnal Psoriasis
    septyne
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Riindhu Screamo
    Belum ada peringkat
  • Appendices
    Appendices
    Dokumen8 halaman
    Appendices
    ronaldbasten07
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Seboroik
    Dermatitis Seboroik
    Dokumen25 halaman
    Dermatitis Seboroik
    Citra Cahyati
    Belum ada peringkat
  • Psoriasis
    Psoriasis
    Dokumen26 halaman
    Psoriasis
    Fitriani Fitriani
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Penyakit Mata Rev
    Ilmu Penyakit Mata Rev
    Dokumen77 halaman
    Ilmu Penyakit Mata Rev
    sri mulyani
    Belum ada peringkat