Anda di halaman 1dari 51

Clinical Science Session

VARIASI LAYANAN
KEDOKTERAN
FORENSIK DI DUNIA
Eriza Amalia Zain 2040312048
Muhammad Zikra 1610312051

Preseptor : dr. Noverika Windasari, Sp.F.M


01
Pendahuluan
Latar Belakang
● Ilmu kedokteran forensik  ilmu kedokteran yang memanfaatkan
ilmu kedokteran untuk membantu penegakan hukum dan
pemecahan masalah-masalah di bidang hukum.
● Ada 3 sistem hukum yang ada di dunia yaitu:
○ sistem coroner,
○ sistem kontinential (Civil law system), dan
○ sistem anglo saxon (common low/medical examiner).
Latar Belakang (lanjutan...)

● Ruang lingkup ilmu kedokteran forensik berkembang dari waktu ke


waktu.

● Jenis perkaranya pun meluas


Latar Belakang (lanjutan...)
● Kedokteran forensik dipraktikkan dalam struktur yang sangat beragam,
baik antar negara maupun antar daerah di Indonesia.
● Di beberapa negara dokter forensik melakukan praktik patologi forensik
maupun forensik klinik.
● Inggris sebagai negara yang paling awal memiliki sistem pelayanan
kedokteran forensik, memisahkan secara tegas antara bidang patologi
forensik dengan forensik klinik.
● Di Amerika Serikat, College of American Pathologists menyatukan fungsi
patologi forensik dengan forensik klinik.
● Di Indonesia banyak area yang saling tumpeng tindih, sebagian
menerapkan kewajiban bagi dokter forensik untuk terlibat langsung dalam
forensik klinik, sebagian lagi tidak.
● Berbeda dengan Malaysia,
Batasan Masalah
membahas tentang definisi ilmu kedokteran forensik, sistem
investigasi kematian di Indonesia dan beberapa negara di dunia,
peranan dokter umum ataupun dokter spesialis forensik dalam
pelayanan forensik, dan kriteria idealnya layanan kedokteran
forensik.

Tujuan Penulisan
mengetahui dan memahami tentang definisi ilmu kedokteran
forensik, sistem investigasi kematian di Indonesia dan beberapa
negara di dunia, peranan dokter umum ataupun dokter spesialis
forensik dalam pelayanan forensik, dan kriteria idealnya
layanan kedokteran forensik.
Metode Penulisan
Penulisan makalah ini disusun berdasarkan studi kepustakaan yang
merujuk pada berbagai sumber dan literatur.
02
Tinjauan Pustaka
Kedokteran Forensik
● Forensik (berasal dari bahasa Latin forensis yang berarti "dari luar", dan
serumpun dengan kata forum yang berarti "tempat umum") adalah
bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses
penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains.
● Selain kedokteran forensik juga dikenal ilmu-ilmu forensic lainnya antara
lain ilmu fisika forensik, ilmu kimia forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu
toksikologi forensik, komputer forensik, ilmu balistik forensik, ilmu
metalurgi forensik dan sebagainya.
Kedokteran Forensik (lanjutan...)
● Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik ilmu
kedokteran yang memanfaatkan ilmu kedokteran untuk membantu
penegakan hukum dan pemecahan masalah-masalah di bidang hukum.
● Ada 3 sistem hukum yang ada di dunia yaitu:
○ sistem coroner,
○ sistem kontinential (Civil law system), dan
○ sistem anglo saxon (common low/medical examiner).
● Ruang lingkup ilmu kedokteran forensik berkembang dari waktu ke waktu..
● Jenis perkaranya pun meluas
Sistem
Investigasi
Kematian
Sistem Investigasi Kematian
● Secara umum cara kematian dibagi menjadi dua,
○ wajar dan
○ tidak wajar.
● Surat keterangan penyebab kematian yang diterbitkan dokter dapat digunakan
sebagai salah satu petunjuk untuk memperkirakan cara kematian korban.

● Berdasarkan pedoman WHO penyebab kematian dibagi menjadi penyebab


langsung, penyebab antara, dan penyebab dasar yang saling berkaitan satu sama
lain.
Sistem Investigasi Kematian (lanjutan)
● Menurut World Health Organization (WHO), kematian mendadak adalah kematian yang
terjadi 24 jam sejak gejala-gejala timbul
● Kematian mendadak adalah kematian yang dapat disebabkan oleh penyakit atau bukan
penyakit. Kematian mendadak yang disebabkan oleh bukan penyakit, dapat menimbulkan
kecurigaan bagi keluarga, penyidik, maupun masyarakat umum
● Data WHO menunjukan dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008,
sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular.
Kebanyakan kasus kematian mendadak diakibatkan oleh gangguan sistem kardiovaskular.
Proporsi penyebab kematian penyakit tidak menular pada orang-orang berusia kurang dari
70 tahun, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar atau sebanyak 39%.
● Penelitian lainnya oleh Wulan dan Yulianti di Rumah Sakit Sanglah pada tahun 2010–2011
didapatkan sebanyak 289 kasus kematian wisatawan dan 66 orangnya termasuk dari
kematian yang tidak wajar. Korban meninggal akibat tenggelam 56,1%, 30,3%akibat
kecelakaan lalu lintas, 3,03% akibat tersengat listrik, dan 6,06% meninggal akibat bunuh
diri.
Sistem Investigasi Kematian (lanjutan)
● Pada penelitian yang dilakukan di bagian Ilmu kedokteran forensik RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung Periode Tahun 2014-2016 karakteristik kematian mendadak
berdasarkan jenis pemeriksaan yang terdapat pada SPV yaitu 62 kasus (66%) diminta
untuk melakukan pemeriksaan luar saja.
● Lalu, karakteristik tindak lanjut berdasarkan permintaan pemeriksaan luar pada SPV
didapatkan39 kasus (63%) melakukan pemeriksaan luar sesuai SPV sedangkan 23 kasus
(37%) dilakukan otopsi, disebabkan dalam 2x24 jam keluarga tidak ada yang mengambil.
● Selain itu, karakteristik tindak lanjut berdasarkan permintaan otopsi pada SPV
didapatkan 19 kasus(59%) dilakukan otopsi sesuai SPV sedangkan 13 kasus (41%) tidak
dilakukan otopsi atau hanya dilakukan pemeriksaan luar saja. Ada beberapa faktor yang
mepengaruhi seperti keluarga tidak setuju dan tidak adanya dana dan karakteristik
kematian mendadak berdasarkan sebab kematian terdapat 12 kasus (31%) kematian
disebabkan gangguan pada sistem kardiovaskular.
Sistem Investigasi Kematian (lanjutan)
● Otopsi verbal
○ heteroanamnesis terhadap pihak yang mengetahui riwayat kesehatan
almarhum/ah sehari-hari
○ 5W+1H (Who, Where, When, Why, What, How) juga perlu diajukan.
● Autopsi telah menjadi salah satu ilmu kedokteran sangat penting yang bertujuan untuk
mengetahui dan mempelajari anatomi manusia, cara mendiagnosa penyakit,
menentukan terapi dan hasil autopsi dapat dijadikan alat bukti di pengadilan untuk
mengungkap sebab musabab kematian manusia
● Umumnya, autopsi dilakukan hanya bertujuan untuk kepentingan manusia yang masih
hidup namun autopsi dilakukan tidak memperhatikan kepentingan si mati yang sudah
tidak bernyawa.
Sistem Investigasi Kematian (lanjutan)
● Istilah autopsi berasal dari bahasa latin autopsia yang bermakna pembedahan mayat.
● Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah autopsy yang berarti pemeriksaan terhadap
jasad orang yang telah mati untuk mencari penyebab kematian.
● Istilah autopsi dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti pemeriksaan tubuh manusia yang
tidak bernyawa melalui pembedahan untuk mengetahui penyebab kematian.
● Namun dalam terminologi ilmu kedokteran, autopsi ialah suatu penyelidikan atau
pemeriksaan tubuh mayat, termasuk alat-alat atau organ tubuh dan susunannya pada
bagian dalam setelah dilakukan pembedahan atau pelukaan, dengan tujuan mengetahui
penyebab kematian seseorang, baik untuk keperluan ilmu kedokteran maupun keperluan
penegak hukum sebagai pengungkap misteri suatu tindak pidana.
Sistem Investigasi Kematian (lanjutan)
● Autopsi pertama kali dilakukan pada abad ke-3 Sebelum Masehi (SM) oleh seorang pakar
autopsi dari Yunani yang bernama Erasistratus dan Herophilus.
● Namun, pada tahun 150 SM, Raja Roma membuat instrumen tentang batasan dalam
melakukan autopsi dengan berbagai kepentingan.
● Pada abad ke 13, Raja Frederik II (Jerman) memperkenalkan autopsi untuk kepentingan
perkembangan pendidikan ilmu kedokteran.
● Namun, autopsi guna keperluan penegak hukum (medicolegal autopsy) diperkenalkan
Bartholomeo Devarignanapada tahun 1320 di Bologna, Italia.
● Barulah, pada abad ke 13 dan 14, autopsi dijadikan sebagai suatu disiplin ilmu yang wajib
dipelajari oleh setiap mahasiswa Fakultas Kedokteran diseluruh dunia.
● Pengembangan ilmu anatomi melalui teknik autopsi dilakukan oleh Giovanni Morgagni
pada tahun 1682-1771
Sistem Investigasi Kematian (lanjutan)
● Pada abad ke 17, pakar hukum di negara-negara Eropa mulai berpikir bahwa ilmu autopsi
sangat dibutuhkan untuk membuktikan penyebab hilangnya nyawa korban.
● Pemikiran tersebut ditindak lanjuti oleh dokter dengan mengembangkangkan ilmu
kedokteran untuk membuktikan kesalahan pelaku kejahatan melalui ilmu autopsi.
● Hasil pemeriksaan dokter tersebut akan dijadikan alat bukti melalui pemberian
keterangan saksi ahli di sidang pengadilan.
● Penggunaan autopsi di pengadilan disebut dengan istilah Official Medicine, State
Medicine, Medical Police dan Medical Jurisprudence. Dalam dunia praktisi hukum, ilmu
kedokteran yang digunakan untuk keperluan penegak hukum di pengadilan disebut
Medicolegal Science.
Di Indonesia
● Dalam Pasal 134 KUHAP menentukan bahwa:
● 1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian
autopsi tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan
terlebih dahulu kepada keluarga korban;
● 2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tersebut;
● 3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga
atau pihak yang perlu diberitahu diketemukan, penyidik segera
melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3)
undang-undang ini
Di Indonesia (lanjutan...)
● Pelaksanaan autopsi forensik di Indonesia telah diatur dalam beberapa
ketentuan perundang-undangan. Dalam Pasal 133 KUHAP

● Pasal 133 menjadi dasar bagi penyidik untuk mendapatkan keterangan


ahli dari dokter untuk menangani perkara pidana yang berhubungan
dengan tubuh korban misalnya peristiwa kecelakaan lalu-lintas, tindak
pidana penganiayaan dan pembunuhan.

● Korban yang ditemukan dalam keadaan luka ringan, luka berat, atau
korban yang sudah tidak bernyawa
Di Indonesia (lanjutan...)
● Setelah dilakukannya autopsi, dokter mempunyai kewajiban memberikan
keterangan sesuai dengan temuan pada si mayat di pengadilan.
● Pasal 179 KUHAP menentukan bahwa:
○ 1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan
keterangan ahli demi keadilan;
○ 2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi
mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa
mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan
keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut
pengetahuan bidang keahliannya.
Di Indonesia (lanjutan...)
● Di Indonesia telah dilakukan Bedah Mayat (Otopsi) untuk penyebab atau
tujuan tertentu.
● Berdasarkan tujuannya, otopsi terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Autopsi anatomi

2. Autopsi Klinis

3. Autopsi Forensik
Di Jepang
● Di Jepang, investigasi kematian terutama dilakukan oleh polisi.
● Saat kematian dari non-alami penyebab dilaporkan ke polisi, petugas
memeriksa mereka secara eksternal.
● Hanya mereka yang diduga dibunuh diotopsi oleh departemen
kedokteran forensik di universitas kedokteran, dan untuk kematian yang
tidak dianggap terkait dengan kejahatan, seorang dokter umum
menyiapkan sertifikat kematian tanpa melakukan pemeriksaan kesehatan
seperti autopsi.
● Otopsi untuk kesehatan masyarakat hanya dilakukan untuk beberapa
jenazah di beberapa daerah
Di Arab Saudi
● Konsep otopsi biasanya ditolak oleh sebagian besar kerabat yang sudah
meninggal.
● Jaksa mencoba hindari otopsi dalam keadaan tertentu,
● Namun secara hukum, jaksa di KSA memiliki kewenangan untuk itu
lanjutkan dengan melakukan otopsi tanpa perlu persetujuan jika ada
unsur kecurigaan yang tinggi akan kematian yang tidak wajar atau jika
informasi dalam bagan medis tidak lengkap.
● Izin otopsi dikeluarkan dari gubernur administratif provinsi atau miliknya
petugas yang berwenang dan dokter forensik harus berusaha
mengembalikan tubuh ke penampilan pra otopsi sesuai dengan
kapasitasnya.
Di Mesir
● Di Mesir pemeriksa medis forensik melakukan semua aspek kematian
investigasi yang meliputi kunjungan dan pemeriksaan TKP mayat baik
secara eksternal maupun internal.
● Administrasi Kedokteran Forensik terdiri dari 4 departemen.
○ kantor pemeriksa medis forensik
○ kedokteran forensik laboratorium,
○ unit kimia forensik
○ counterfeiting and forgery units
Di Inggris
● Ahli patologi forensik di Inggris memiliki pelatihan dasar dalam
histopatologi dan kemudian menjalani pelatihan khusus di bidang
Forensik patologi..
● Ahli patologi rumah sakit bergilir dalam melakukan yang diperlukan tugas
melakukan otopsi dan mengambil jaringan yang diperlukan untuk
pemeriksaan mikroskopis. Ahli patologi kemudian akan menulis laporan
ke Pemeriksa menjelaskan temuannya dan merumuskan penyebab
kematian. Ahli forensik patologi di Inggris tidak terlibat dengan forensik
klinis kedokteran.
Di Amerika Serikat
● Sistem Pemeriksa medis pertama atau Medical examiner (ME)
memberikan wewenang untuk menyelidiki kematian yang terjadi dari
kekerasan kriminal, korban, atau bunuh diri. ME diberikan kewenangan
untuk membuat keputusan tentang perlunya otopsi dan mendirikan
laboratorium untuk digunakan.
● Kantor New York itu mungkin kantor ME pertama di AS. Kantor ME adalah
lembaga independen yang memiliki ahli patologi forensik mereka sendiri
dan banyak yang mempekerjakan staf paruh waktu. ahli patologi di ME
dapat mengirimkan spesimen patologis yang sulit atau slide ke ahli
patologi di rumah sakit lain untuk konsultasi.
● Ahli patologi forensik di AS, mirip dengan Inggris, tidak terlibat dengan
forensik klinis.
Spesialis
Forensik di
Indonesia
Spesialis Forensik di Indonesia
● Ruang lingkup ilmu kedokteran forensik di Indonesia secara garis besar
dapat digolongkan sebagai berikut
○ Forensik Patologi
○ Forensik Klinik,
○ Forensik Laboratorium
● Seorang ahli kedokteran forensik di Indonesia harus menguasai ketiga
bidang dalam ruang lingkupnya.
Spesialis
Forensik di
Luar Negeri
Spesialis Forensik di Luar Negeri
● Secara umum, sistem yang berbeda dapat diklasifikasikan menjadi dua
kategori utama layanan medis forensik.
● Layanan terintegrasi
● Layanan terbagi
Spesialis Forensik di Luar Negeri (lanjutan
...)
● Kedokteran forensik, seperti yang dipraktikkan dengan berbagai cara,
adalah disiplin multidisiplin, mengandalkan prinsip-prinsip yang diambil
dari berbagai disiplin ilmu inti dan tambahan, termasuk kedokteran, dan
khususnya patologi, farmakologi, dan toksikologi.
● Dalam kasus tertentu, praktik dari disiplin ilmu yang lebih tepat dianggap
sebagai bagian dari ilmu forensik daripada kedokteran forensik digunakan
atau diandalkan, termasuk serologi, genetika, daktilografi (analisis sidik
jari), antropologi forensik, dan odontologi forensik.
Perbandingan Spesialis Forensik di Indonesia dan
Malaysia

● Berdasarkan pendapat ahli forensik, di Indonesia semua dokter


umum cukup kompeten untuk melakukan praktik kedokteran
forensik klinis
● Praktik kedokteran forensik klinis di negara ini mengikuti rezim
kontinental.
Perbandingan Spesialis Forensik di Indonesia dan
Malaysia

● Di Malaysia, situasinya dualistik. Praktek ini biasanya dilakukan


oleh ahli patologi forensik dimana tanpa adanya ahli patologi
forensik maka petugas medis di RS pemerintah berkompeten
untuk melakukan praktek ini.
Perbandingan Spesialis Forensik di Indonesia dan
Malaysia

● Menurut pendapat ahli forensik di Malaysia, tidak ada standardisasi di


seluruh dunia.
● Kekurangan dalam jumlah ahli forensik yang terlibat dalam bidang
kedokteran forensik klinis
● kurangnya kepentingan dan prioritas yang diberikan untuk forensic klinis
Layanan Kedokteran Forensik
● Cakupan praktik kedokteran forensik dari dapat berbeda antar negara sesuai
kemajuan sistem di negara masing-masing, sehingga ada baiknya kita bercermin
pada sejarah panjang praktik yang dilaksanakan di negara maju.

Indikasi Otopsi
Praktek Forensik
Klinik
● Kurangnya taksonomi dan sistem yang seragam dalam forensik
kedokteran menciptakan kesulitan dalam menilai perkembangan
dan kinerja kedokteran forensik
● praktik saat ini dalam kedokteran forensik cenderung berbasis
pengalaman, diturunkan dari generasi ke generasi praktisi medis
forensik di fasilitas individu.
● Saat ini, tidak ada pedoman yang diterima secara universal atau
internasional untuk menulis laporan medis forensik.
Layanan Kedokteran Forensik di Indonesia

● Indonesia adalah negara yang sangat luas dengan jumlah


penduduk yang sangat banyak, tersebar secara tidak merata,
dalam situasi dan kondisi lokal yang sangat beragam
● Negara memiliki kewajiban untuk memenuhi hak masyarakat
hingga ke pelosok untuk mendapatkan pelayanan di bidang
kedokteran forensik, baik untuk manfaat langsung, maupun tidak
langsung
Peran dari dokter yang sering terkait dengan pelayanan
forensik

•Peran dokter dalam memeriksa korban tindak pidana hidup


•.Peran dokter dalam pemeriksaan kasus kejahatan seksual.
•Peran dokter dalam pemeriksaan jenazah.
•Peran dokter dalam menangani kasus DOA.
•Tatacara pengeluaran surat keterangan kematian.
•Peran dokter sebagai saksi ahli.
Layanan Forensik di Tingkat Primer
Forensik Patologi : (pemeriksaan kematian)
● Kematian seseorang di luar fasilitas kesehatan harus diseleksi
apakah ada indikasi tindak kriminal atau tidak, misalnya pada mati
mendadak atau medically unexplained death.
● Jika dokter di tingkat primer yakin tidak ada indikasi tindak kriminal
maka dapat dikeluarkan surat kematian, jika tidak yakin maka
dapat digunakan sistem rujukan fasilitas kesehatan yang sesuai
untuk diperiksa spesialis forensik atau spesialis patologi.
Layanan Forensik di Tingkat Primer
Forensik Patologi : (Otopsi)
● Namun demikian perlu dipetakan daerah-daerah yang secara
demografis sulit untuk dicapai, dan sulit untuk melakukan rujukan,
tentu memberikan kompetensi khusus ini kepada dokter di tingkat
primer yang akan bertugas di tempat tersebut juga dapat
dipertimbangkan
Layanan Forensik di Tingkat Primer
Forensik Klinik : (Pemeriksaan Trauma)
● Penatalaksanaan kasus trauma juga merupakan tugas fasilitas
kesehatan primer.
● Sebagian kasus akan selesai ditangani, sebagian lagi akan dirujuk.
● Rekam medik terkait luka di tingkat primer bisa jadi sangat penting
untuk visum et repertum, meskipun kasus penanganan pasiennya
kemudian di rujuk ke tingkat sekunder.
Layanan Forensik di Tingkat Primer
Forensik Klinik : (Pemeriksaan Kasus Kekerasan terhadap
Wanita dan Anak)
● fasilitas kesehatan primer harus memiliki kemampuan untuk
melakukan deteksi awal, menjaga integritas barang bukti, merujuk
dengan tepat, mendapat rujuk balik untuk penanganan lanjut
korban dan keluarga (rehabilitatif), dan mengupayakan
pencegahan terjadinya kasus yang sama di lingkungan
masyarakat.
Layanan Forensik di Tingkat Primer
Forensik Klinik : (Pemeriksaan Kesehatan)
● Membuat surat-surat yang lengkap yang memiliki manfaat
penting bagi kepentingan hokum dan administrasi
KESIMPULAN

● Pelayanan Kedokteran forensik adalah pelayanan kesehatan yang


meliputi korban hidup dan korban mati yang berhubungan
dengan tindak pidana.
● Kedokteran forensik dipraktikkan dalam struktur yang sangat
beragam, baik antar negara maupun antar daerah di Indonesia.
● Dengan berbagai variasi layanan kedokteran forensik di dunia,
perlu adanya persamaan persepsi tentang bagaimana idealnya
cakupan praktik kedokteran forensik diterapkan untuk menjadi
dasar keberadaan pelayanan kedokteran forensik dalam sistem
kesehatan yang dapat diterima secara universal.
THANKS!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
yourwebsite.com
+34 654 321 987

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai