Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Tumor Retrobulbar


Tumor retrobulbar merupakan salah satu tumor orbital yang berlokasi di belakang bola mata. Patologi
Klasifikasi
Tumor retrobulbar dapat dibagi menjadi intrakonal dan ekstrakonal tergantung letaknya di dalam
atau di luar konus otot. Intrakonal: glioma, meningioma, haemangioma cavernous dan kapiler,
haemangiopericytoma, lymphangioma and neurofibroma. Extraconal: tumour glandula lacrimal
(pleomorphic adenoma, adenoid cystic cancer), dermoid, lymphoma, pseudotumour, rhabdomyosarkoma
dan metastasis. (medcyclopedia)

1. Hemangioma cavernous, Merupakan tumor jinak intraorbita yang tersering pada orang dewasa.
Biasanya tumor terletak dalam konus otot-otot retrobulbar. Sehingga bermanifestasi sebagai
proptosis unilateral yang lambat pada dekade kedua sampai keeempat. Kadangkala dapat menekan
nervus optikus tanpa proptosis.
2. Glioma, merupakan tumor jinak yang berkembang dari astrosit. Biasanya muncul pada dekade
pertama kehidupan. Dapat hadir sebagai tumor yang soliter atau sebagai bagian dari von
recklinghausens neurofibromatosis. Gambaran klinis ditandai dengan hilangnya penglihatan,
ditandai dengan axial proptosis unilateral yang bertahap dan tidak disertai nyeri. Pemeriksaan fundus

dapat memperlihatkan adanya atropi dan edema papil saraf optik dan pembesaran vena. Perluasan
intracranial dari glioma melalui canalis optik jarang terjadi.
3. Limphangioma adalah tumor yang jarang terjadi terlihat sebagai proptosis dengan progresifitas yang
lambat pada remaja muda. Terkadang membesar sebagai akibat perdarahan spontan di dalam ruang
vaskular, yang kemudian membentuk kista coklat yang dapat sembuh spontan.
4. Meningioma adalah tumor invasif yang berasal dari villi arrachnoidal. Meningioma menginvasi
orbita terdapat dua tipe : primer dan sekunder
a. Meningioma intaorbital primer. Dikenal juga sebagai meningioma yang berasal dari pembungkus
nervus saraf optik. Mengakibatkan kehilangan penglihatan yang cepat disertai keterbatasan
pergerakan bola mata atropi atau edema diskus optikus dan proptosis yang terjadi secara
perlahan-lahan. Selama fase intadural, secara klinis sulit dibedakan dari glioma nervus optik.
Adanya opticocilliary shunt merupakan tanda patognomonik dari meningioma pembungkus
nervus saraf optik.
b. Meningioma sekunder. Meningioma intracranial yang secara sekunder menginvasi orbita. Invasi
orbita dapat timbul melalui dasar fossa cranii anterior
5. Rhabdomyosarcoma adalah Tumor ganas dari orbita yang berasal dari otot extraokular. Merupakan
tumor orbita tersering pada anak-anak, biasanya timbul dibawah usia 15 tahun. Terdapat proptosis
yang progresif dan tiba-tiba onsetnya. Proptosis yang paling berat karena rhabdomyosarcoma yang
terletak di kuadran superonasal. Gambaran klinis mirip dengan proses inflamasi. Tumor biasanya
terdapat pada kuadran superionasal tetapi dapat juga menginvasi bagian-bagian lain dari orbita.
(comphrehensive opthm)
6. Tumor juga bisa berasal dari metastasis Ca. mammae, karsinoma bronkhial, neuroblastoma pada
anak-anak, sarkoma Ewing, leukemia, tumor testikuler.
Gejala klinis
Penonjolan bola mata merupakan manifestasi klinis yang paling penting dan paling awal muncul
pada tumor retrobulbar. Penonjolan bola mata ini dikenal dengan proptosis atau exopthalmus. Karena
letak lesi di dalam orbita, bola mata terdorong ke depan dan pergerakan bola mata terbatas pada arah yang
homolateral. Bola mata juga dapat terdorong ke arah superior, inferior, medial atau lateral tergantung dari
posisi lesi dalam orbita. Derajat exopthalmus bergantung dari derajat tumor.
Terdapat juga faktor sekunder yang juga dapat mempengaruhi derajat exopthalmus. Faktor
sekunder tersebut antara lain kongesti orbita akibat penekanan tumor pada vena-vena atau akibat proses
inflamasi yang disebabkan oleh nekrosis tumor. Penekanan tumor pada sclera juga dapat menyebabkan
terjadinya hipermetropi dan mungkin juga dapat terjadi astigmatisme. Jika tumor menekan nervus optikus
(Nervus II) dapat terjadi kehilangan penglihatan. Nyeri dan diplopia juga dapat menjadi manifestasi klinis
awal pada tumor retrobulbar.

Hipertelorisme, exorbitisme, proptosis, lesi atau edema pada kelopak mata, chemosis, edema pembuluh
darah konjungtiva merupakan beberapa tanda-tanda lesi periorbital. Blepharoptosis, lagophtalmus adalah
tanda-tanda yang harus dipertimbangkan selama pemeriksaan.

Diagnosis
Diagnosis tumor retrobulbar berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang.
CT scan merupakan pemeriksaan radiologis utama dalam diagnosis tumor orbita. CT scan dapat
memperlihatkan potongan aksial dan koronal dari jaringan lunak dan struktur-struktur tulang. Penggunaan
kontras dapat meperlihatkan adanya proses-proses inflamasi, tumor vascular dan edema pembuluh darah.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat memperlihatkan gambaran 3 dimensi dapat
meperlihatkan gambarran massa orbita dan jaringan-jaringan lunak. MRI dapat memperlihatkan resolusi
jaringan lunak yang baik, tetapi CT Scan merupakan pemeriksaan yang lebih baik dalam memperlihatkan
struktur-struktur tulang orbita.
Ultrasonografi ocular dapat digunakan untuk meperlihatkan lesi orbita di bagian anterior dan tengah.
Ultrasonografi Doppler dapat digunakan untuk mengervaluasi pembuluh darah dan aliran darah orbita.
Pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosis lesi orbita adalah biopsi Fine Needle Aspiration.
Biopsi FNA dapat membedakan lesi benigna dan maligna dengan akurasi sebesar 95%. Biopsy FNA
beserta dengan penemuan klinis dan radiologis dapat mendiagnosis 80% kasus dengan tepat.
Open biopsy dari tumor orbita merupakan metode yang umum digunakan dalam memperoleh
jaringan dari lesi orbita. Metode ini penting dilakukan jika biopsy FNA tidak dapat memperoleh jaringan
yang cukup untuk pemeriksaan histopatologi.
Penatalaksanaan
Tumor jinak: memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan merupakan hasil yang tak
dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif.
Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi baik dengan
khemoterapi. Terkadang

lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi

radikal.

Pendekatan operatif:

Transkranial-frontal: untuk tumor dengan perluasan

intrakranial atau terletak posterior dan

medial dari saraf optik.


Lateral: untuk tumor yang terletak superior, lateral, atau inferior dari saraf optik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Burnside, John W et al. 1991. Diagnosis Fisik. Jakarta;EGC


2. Bartley et al. The incidence of graves ophtalmopathy in Olmsted County, minessota.

Am J. opthalmol. Oct.1995;120 (4):511-7


3. Vaughan dan Asbury.2012. Oftalmologi Umum Vaughan dan Asbury, Jakarta EGC
4. Lumbantobing, S.M. 2012. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental
5. Yanoof & Duker. 2008. Ophthalmology, 3 rd Ed. USA: Mosby Elsevier.
6. Dorland , W.A. Newman,2002,Kamus Kedokteran Dorland, Jakarta ; EGC.
7. Henderson JW. Orbital tumor 3 rd .New York: Raven Press; 1994\
8. Tellez M, cooper et al. Graves opthalmopathy in relation to cigarrate smoking and
ethnic origin. Clin endocrinol (oxf). Mar 1992;36(3):291-4
9. Hranilovic-Jasna Talan et al. Orbital Tumors and Pseudotumors. Acta Clin Croat,
Vol.43. No2.2004 di unduh 12/18/2014
10. Karcioglu , Zeynel A.2004. Orbital Tumors Diagnosis and Treatment.USA;Springer
11. Katzung, Betram G,1997, Farmakologi Dasar dan Klinik. Didalam H, Azwar Agoes (ed), basic and
ClinicalPharmacology, Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai