Anda di halaman 1dari 4

ABSES LEHER DALAM

Definisi: Suatu peradangan disertai pembentukan pus pada daerah retrofaring.


Keadaan ini merupakan salah satu infeksi pada leher bagian dalam (deep neck
infection ). Termasuk didalam deep-neck infection ialah abses tiroid,
peritonsil, abses parafaring, abses retrofaring, angina ludovici (ludwigs
angina) atau abses mandibula. Abses tiroid sebenarnya jarang terjadi karena
kelenjar tiroid relatif lebih resisten terhadap infeksi karena kaya akan pasokan
darah dan tingginya kadar iodin.
Etiologi: Paling sering: S. aureus dan Streptococci pneumonia
Patofisiologi: Pada umumnya sumber infeksi pada ruang retrofaring berasal
dari proses infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus paranasal, yang
menyebar ke kelenjar limfe retrofaring
Klasifikasi:

1. Akut.

Sering terjadi pada anak-anak berumur dibawah 4 5 tahun. Keadaan ini


terjadi akibat infeksi pada saluran nafas atas seperti pada adenoid, nasofaring,
rongga hidung, sinus paranasal dan tonsil yang meluas ke kelenjar limfe
retrofaring ( limfadenitis ) sehingga menyebabkan supurasi pada daerah
tersebut.

Sedangkan pada orang dewasa terjadi akibat infeksi langsung oleh karena
trauma akibat penggunaan instrumen ( intubasi endotrakea, endoskopi,
sewaktu adenoidektomi ) atau benda asing.

2. Kronis.
Biasanya terjadi pada orang dewasa atau anak-anak yang lebih tua. Keadaan
ini terjadi akibat infeksi tuberkulosis ( TBC ) pada vertebra servikalis dimana
pus secara langsung menyebar melalui ligamentum longitudinal anterior.
Selain itu abses dapat terjadi akibat infeksi TBC pada kelenjar limfe
retrofaring yang menyebar dari kelenjar limfe servikal.

Faktor Predisposisi: infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus


paranasal
Gejala Klinis:
1. Demam
2. Sulit dan nyeri menelan
3. Nyeri pada daerah leher (neck pain)
4. Keterbatasan gerak leher
5. Dispneu
6. Suara sengau
7. Drooling
8. Gejala obstruksi: mengorok, stridor, dispneu

Dasar Diagnosis:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Klinis
3. Laboratorium:
a) Darah rutin: leukositosis
b) Hasil kultur spesimen aspirasi
4. Radiologis
a) Foto jaringan lunak leher lateral
Penebalan jaringan lunak retrofaring
b) CT-Scan
c) MRI
Pemeriksaan Fisik:
1. Dinding posterior faring membengkak (bulging), hiperemis
2. Palpasi: teraba masa lunak, berfluktuasi, nyeri tekan
3. Pembesaran KGB Leher (biasanya unilateral)
4. Kekakuan otot leher (neck stiffness) nyeri saat digerakkan
Terapi
1. Non-medikamentosa: Mempertahankan jalan nafas adekuat:
a) Posisikan pada pasien supinasi, leher ekstensi
b) Pemberian 02
c) Intubasi endotrakea
d) Trakeostomi/krikotirotomi
2. Medikamentosa:
a) Antibiotik. Sambil menunggu hasil kultur, berikan broad spectrum.
Yang dianjurkan: kombinasi penisilin G dan Metronidazol
b) Simptomatik: NSAID
c) Terapi cairan untuk dehidrasi dan koreksi elektrolit
d) Apabila ada infeksi tuberkulosis berikan OAT
3. Opertif:
a) Aspirasi pus
b) Insisi dan drainase
Komplikasi:
1. Akibat massa itu sendiri obstruksi jalan nafas
2. Ruptur abses asfiksi, pneumonia aspirasi, abses paru
3. Penyebaran infeksi ke daerah sekitar
Inferior: edem laring, mediastinitis, pleuritis, empiema, abses
mediastinum
Lateral: trombosis vena jugularis, ruptur arteri karotis, abses
parafaring
4. Infeksi itu sendiri: necrotizing fascitis, sepsis dan kematian.
Prognosis
Baik apabila didiagnosis dini dan telah dilakukan tindakan insisi dan
pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat makan akan terjadi penyembuhan
yang sempurna.
Apabila terjadi mediastinitis angka mortalitas mencapai 40-50%
Apabila sudah terjadi trombosis vena jugularis: mortalitas sampai 60%.

ADENOIDITIS
Definisi: Peradangan pada jaringan adenoid
Etiologi: Paling sering: S. aureus dan Streptococci pneumonia
Patofisiologi: Post nasal drip sekret kavum nasi jatuh ke belakang
Sekret berasal dari : sinus maksilaris & ethmoid
Klasifikasi:

1. Akut

Radang akut dari adenoid pada bayi-anak <12 tahun

2. Kronis

Radang kronis dari adenoid. Biasanya pada anak lebih dari 12 tahun.

Faktor Predisposisi: infeksi di hidung, adenoid, nasofaring dan sinus


paranasal

Gejala Klinis:

1. Rinolalalia oklusa (bindeng) karena koana tertutup


2. Adenoid face
3. Demam hingga konvulsi
4. Cephalgia
5. Batuk, pilek (hidung buntu)
6. Oklusi tuba pendengaran berkurung
7. Tidur ngorok
8. Nafsu makan menurun
Dasar Diagnosis:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Klinis
3. Laboratorium:
c) Darah rutin: leukositosis
4. Radiologis
d) Foto jaringan lunak leher lateral
e) CT-Scan
f) MRI
Pemeriksaan Fisik:
1. Akut:
Rinoskopi Anterior: adenoid oedem, hiperemi, sekret (+),
fenomena pallatum mole (-)
Rinoskopi Posterior: Adenoid hiperemi
2. Kronis:
Rinoskopi Anterior: Adenoid membesar, pallatum mole (-)
Rinoskopi Posterior: Adenoid membesar dan tidak hiperemi.
Terapi
4. Non-medikamentosa: Operatif
a) Adenoidektomi (ADE)
b) Adenotonsilektomi (ATE)
5. Medikamentosa:
e) Antibiotik: Ampisilin, amoxicilin, amoxiclav
f) Simptomatik: NSAID / Antipiretik
Komplikasi:
1. Melalui tuba eustachius kavum timpani OMA
2. Kebawah laring trakealitis, bronkitis,
bronkopneumoni
3. Sinusitis akut
Prognosis
Baik

Anda mungkin juga menyukai