Abstrak
Pendahuluan: Eosinofilik otitis media (EOM) merupakan otitis media yang sulit disembuhkan
dengan karakteristik adanya cairan efusi berwarna kuning pada telinga tengah dengan viskositas
tinggi yang mengandung akumulasi eosinofil yang luas. Onset EOM terjadi pada dekade kelima
dengan perbandingan prevalensi eosinofilik otitis media pada wanita dan pria, yaitu sebesar 2 : 1.
Pasien dengan EOM akan menunjukkan penurunan pendengaran yang bertahap atau cepat. Tujuan:
Mengetahui dan memahami EOM. Tinjauan Pustaka: EOM dikaitkan dengan pasien yang menderita
asma bronkial, polip nasal dan pasien dengan intoleransi aspirin dengan ditemukannya peningkatan
jumlah IgE pada mukosa telinga tengah. Pada EOM, eosinofil yang teraktivasi akan melepaskan
protein sitotoksik yang disebut dengan eosinophilic cationic protein (ECP). Eosinofil dapat
bermigrasi dan merusak telinga bagian dalam melalui round window. Kesimpulan: Ditemukannya
eosinofil pada mukosa dan cairan efusi telinga tengah akan menyebabkan degranulasi dan
dilepaskannya ECP. Produksi berlebihan dari IgE pada mukosa telinga tengah berhubungan dengan
kondisi patologis dari EOM sebagai respon tipe lambat yang dimediasi IgE. Kondisi ini dapat
menyebabkan kerusakan telinga bagian dalam dan berujung pada gangguan pendengaran berupa tuli
sensorineural. Kata Kunci: Eosinofilik otitis media, eosinofil, IgE, ECP, tuli sensorineural
Abstract
Introduction: Eosinophilic otitis media (EOM) is an intractable otitis media characterized by the
presence of a highly viscous yellow effusion with extensive accumulation of eosinophils in the middle
ear. The age at the onset of EOM is approximately in the fifties and the female and male ratio is
about 2 : 1. Eosinophilic otitis media patients show gradual or sudden deterioration of hearing.
Objective: Determining and understanding the EOM. Literature Review: EOM associated with
adults with bronchial asthma, nasal polyps and aspirin-intolerance by finding the elevation of IgE
accumulation in the middle ear mucosa. In EOM patient, eosinophil releases cytotoxic protein called
eosinophilic cationic protein (ECP). Eosinophil will migrate and eventually cause inner ear damage
through round window. Conclusion: Most of eosinophils in the middle ear mucosa and middle ear
effusion were activated, resulting in degranulation and release of ECP. Local IgE over production
indicating that the intractable inflammation is closely associated with IgE-mediated late phase
response. This condition will damage inner ears and can cause sensorineural hearing loss.
Keywords: Eosinophilic otitis media, eosinophil, IgE, ECP, sensorineural hearing loss
498
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
499
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
500
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
kebiasaan merokok pada kelompok EOM. keluar dari sel. Namun, lebih banyak
Ditemukan adanya penebalan dinding ditemukan eosinofil pada cairan efusi
saluran nafas pada pemeriksaan high- dibandingkan di mukosa telinga tengah.
resolution computed tomography (HRCT) Hal ini membuktikan bahwa eosinofil
dan secara statistik ditemukan penebalan tidak hanya ditemukan secara lokal pada
dinding bronkus yang signifikan dan mukosa telinga tengah, tetapi bermigrasi
menyebabkan pasien dengan asma segera ke kavitas telinga tengah.7
bronkial rentan terhadap terjadinya Eosinophilic Cationic Protein
EOM.18 Dilaporkan 90% pasien EOM (ECP) adalah protein sitotoksik yang
memiliki asma bronkial.19 Hal ini semakin dilepaskan oleh eosinofil yang teraktivasi.
memperkuat hipotesa “unified airway ECP dilaporkan memiliki berbagai macam
model; one airway, one disease.”18 aktivitas biologis, seperti membunuh
Patogenesis parasit, menyebabkan kerusakan dan
Mekanisme infiltrasi eosinofil ke telinga peningkatan produksi mukus dari epitel
tengah saluran nafas sehingga ECP memainkan
Eosinofil merupakan sel efektor peran penting pada patogenesis inflamasi
yang penting pada patogenesis terjadinya kronis saluran nafas dan merupakan
alergi. Akumulasi dan aktivasi eosinofil indikator inflamasi eosinofil.3,6,21 ECP
pada mukosa saluran nafas merupakan juga berkontribusi terhadap pembentukan
proses penting pencetus inflamasi seperti jaringan granulasi dan papilloma pada
pada pasien asma bronkial, rinitis alergi mukosa telinga tengah.21 Kadar ECP
dan polip nasal. Secara klinis eosinofil ditemukan lebih tinggi pada pasien EOM
berperan penting sebagai penanda dibandingkan pada pasien OME.7
diagnostik dan panduan untuk tatalaksana Konsentrasi ECP berkorelasi
penyakit imunoreaktif.1,20,21 Dalam positif dengan IL-5 yang mengindikasikan
keadaan normal, eosinofil yang merupakan IL-5 memainkan peran penting pada
sel pro-inflamasi akan ditemukan menetap proses regulasi dan akumulasi eosinofil di
di sirkulasi dan keluar dari pembuluh telinga tengah, namun akumulasi eosinofil
darah ke jaringan dengan berbagai susunan di jaringan tergantung pada efek sinergitas
kemoatraktan dan faktor viabilitas yang dengan eotaksin.2,3,9,22 IL-5 berperan
tinggi.14 penting pada proses maturasi, migrasi dan
Mekanisme terjadinya akumulasi keberlangsungan eosinofil.10,19 Secara
eosinofil pada telinga tengah masih dalam imunohistokimia, sel yang imunopositif
penelitian. Namun, ditemukan adanya IL-5 dan ekalektin (kemotaktik dan faktor
inflamasi aktif eosinofil yang terjadi aktivasi eosinofil) meningkat pada
secara lokal di telinga tengah dengan mukosa telinga tengah pasien EOM. Lebih
ditemukannya kemoatraktan yang lanjut, ekspresi eotaksin (regulasi aktivasi,
dilepaskan oleh eosinofil seperti ekspresi normal sel T dan RANTES) dan
interleukin (IL)-5, IL-3, Granulocyte- ekalektin mRNAs terdeteksi dengan
macrophage colony-stimulating factor hibridisasi in situ. Agen kemotaktik dan
(GM-CSF), transforming growth factor faktor aktivasi eosinofil ini tidak hanya
(TGF)- , Regulated upon Activation teraktivasi pada level protein, tetapi juga
Normal T cell Expressed and Secreted pada level mRNAs.2,3 Dilaporkan
(RANTES) dan eotaksin yang akan kemotaksis eosinofil yang diinduksi oleh
menyebabkan inflamasi secara terus- eotaksin dapat diregulasi oleh sitokin dari
menerus termasuk peningkatan fungsi adiposa dan severitas EOM dikaitkan
fibroblas.10,21 Pemeriksaan histologi cairan dengan obesitas. Galektin-9 yang dikenal
efusi telinga tengah menemukan adanya juga dengan ekalektin merupakan
eosinofil yang mengalami degranulasi dan kemoatraktan potensial eosinofil yang
mengalami sitolisis dengan nukleus yang diproduksi oleh sel T yang teraktivasi
501
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
selama respon alergi dan jumlahnya Respon tipe lambat, dimana terjadi antara
meningkat pada mukosa telinga tengah 4-6 jam setelah paparan antigen, akan
pasien EOM.9 Penelitian imunohistokimia memproduksi dan menstimulasi eosinofil,
menemukan adanya inflamasi aktif dengan monosit dan mediator inflamasi seperti IL-
produksi berbagai sitokin dan kemokin 4, -5, -13, ECP dan mieloperoksidase.12,17
yang menginduksi migrasinya eosinofil Iino Y, Nagamine H, Yabe T dan
pada telinga tengah.13,21 Matsutani S melaporkan bahwa terdapat
Pada EOM, eosinofil akan peningkatan jumlah sel IgE positif pada
mengalami sitolisis yang disebut dengan mukosa telinga tengah pasien asma
extracellular trap cell death (ETosis). bronkial dibandingkan kelompok kontrol.
ETosis merepresentasikan kematian sel Pada pasien kontrol ditemukan banyak sel
dengan sendirinya yang melibatkan IgE positif pada permukaan sel pada
degranulasi sel total dan pembentukan mukosa telinga tengah dan pada pasien
struktur kromatin yang sangat pekat yang asma bronkial sel IgE positif ditemukan
disebut extracellular traps (ETs). pada sel mast yang mengindikasikan
Karakteristik eosinofil dan netrofil dari banyak sel yang memproduksi IgE seperti
polimer ETs inilah yang berkontribusi sel plasma pada mukosa telinga tengah.21
terhadap perbedaan viskositas sekresi Ditemukan peningkatan kadar IgE yang
antara EOM dan otitis media kronis pada signifikan (10x lipat) pada cairan efusi
umumnya.9 Ditemukan sekitar 200 dibandingkan dengan dengan kadar serum
granul per sel termasuk ECP yang secara IgE dan ini menguatkan kondisi bahwa
langsung bersifat toksik terhadap patogen IgE diproduksi secara lokal di telinga
dan jaringan itu sendiri dengan merusak tengah.7 Eosinofil merupakan sel kunci
integritas lipid bilayer, bersifat pada reaksi inflamasi tipe lambat pada
neurotoksik, mengaktivasi RNase dan mukosa yang dimediasi oleh Ig E.7,21
berperan dalam pembentukan reactive Fc RI, reseptor IgE yang memiliki afinitis
oxygen spesies (ROS).9,10 tinggi, ditemukan pada eosinofil dan pada
jalur dilepaskannya ECP dan
IgE pada EOM didemonstrasikan sebagai reaksi
Respon alergi merupakan reaksi hipersensitifitas dependen-IgE.
hipersensitifitas tipe 1 yang dimediatori Peningkatan kadar IgE akan
oleh IgE dan didorong oleh respon sitokin mengeksaserbasi inflamasi eosinofil pada
Th2. IgE adalah protein yang diproduksi telinga tengah bersamaan dengan berbagai
oleh sel B dan memainkan peranan penting faktor lain, seperti ROS, sitokin dan
pada alergi tipe 1 dimana terjadi ikatan kemokin yang dilepaskan oleh eosinofil
antara antigen dengan IgE yang (gambar 1).7 Oleh karena itu, akumulasi
menyebabkan aktivasi dari sel mast untuk eosinofil pada mukosa telinga tengah
selanjutnya memproduksi berbagai macam mungkin saja merupakan respon
mediator termasuk sitokin dan kemokin hipersensitifitas tipe lambat pada pasien
yang menyebabkan dan memperburuk asma bronkial.7,21
inflamasi eosinofil.3,6 Produksi IgE Nishizawa H et al melaporkan pada
distimulasi pada paparan pertama antigen kondisi inflamasi eosinofil alergi seperti
pada pasien atopi. IgE akan melekat pada pada pasien dengan asma bronkial, akan
sel mast dan basofil. Paparan berikutnya, dilepaskan banyak molekul diantaranya
terjadi cross-linked antigen yang akan periostin yang dapat mencetuskan fibrosis
memulai pelepasan molekul bioaktif subepitelial.23 Periostin adalah matriks
sebagai hasil dari respon tipe cepat dan protein ekstraseluler yang diisolasi dari sel
tipe lambat. Respon tipe cepat terjadi osteoblas dan disekresikan oleh sel
dalam beberapa menit setelah paparan fibroblas sebagai respon terhadap IL-4
antigen dan dilepaskannya histamin. dan/ IL-13. Selain itu, juga sering
502
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
504
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
Gejala klinis EOM secara garis termasuk dalam kriteria diagnostik. Tidak
besar dibagi menjadi tipe OME dan tipe seperti jaringan granulasi pada otitis media
otitis media kronis. Pada OME, tidak kronis pada umumnya, jaringan granulasi
terjadi perforasi membran timpani yang pada EOM resisten terhadap keseluruhan
ditandai dengan membran timpani yang terapi kecuali steroid dan etiologi
bulging dan sekret efusi berwarna kuning. terbentuknya jaringan granulasi masih
Jika dilakukan miringotomi akan dalam penelitian.23
didapatkan cairan efusi yang kental dan EOM terjadi bilateral pada kedua
sulit diaspirasi dan jika dilakukan telinga walaupun onset masing-masing
pemasangan pipa timpanostomi, lumen telinga dapat berbeda. Gangguan
pada pipa biasanya tersumbat karena pendengaran konduksi nada tinggi yang
cairan efusi yang kental tersebut. berat berhubungan dengan tingginya
Sebaliknya, pada tipe otitis media kronis konsentrasi IgE dan ECP pada cairan efusi
ditemukan adanya perforasi membran dan sering ditemukan terutama pada
timpani yang disebabkan oleh berbagai frekuensi 4000Hz dan 8000Hz
faktor. Tipe ini dibagi dua, yaitu subtipe dibandingkan dengan frekuensi rendah.1–
3,23
perforasi sederhana dimana ditemukan
cairan efusi kental dan berwarna kuning Diagnosis
berasal dari perforasi. Ukuran perforasi Diagnosis EOM masih
membran timpani bervariasi. Jika terjadi kontroversial dan sering terabaikan karena
infeksi bakteri, maka viskositas cairan kurangnya alat diagnostik untuk itu.3,13
efusi menurun. Mukosa mesotimpanum Melalui pemeriksaan sitologi dengan flow
tidak mengalami perubahan atau sedikit cytometry dapat ditemukan eosinofil
edema dan menebal. Subtipe yang kedua secara morfologi.13 Penting untuk
dikarakteristikkan dengan adanya membuktikan adanya infiltrasi eosinofil
pertumbuhan jaringan granulasi yang pada cairan efusi dan telinga tengah untuk
signifikan yang bisa meluas hingga liang menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan
telinga. Subtipe ini merupakan yang paling dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin
intraktabel.3 Penelitian klinis mendapatkan eosinofil yang ditemukan berupa
adanya infeksi bakteri yang berkaitan degranulasi yang mengindikasikan
dengan otorea dan seiring waktu subtipe inflamasi eosinofil yang signifikan
dengan jaringan granulasi akan mengalami (gambar 2 dan 3).3
perburukan pendengaran.26 Sementara itu, Pada tahun 2011, kelompok studi
Iino Y et al pada tahun 2005 mengutip EOM membangun kriteria mayor dan
Derlacki menyimpulkan berbagai macam minor dari EOM. Kriteria mayor, yaitu
karakteristik klinis dari EOM seperti yang OME atau otitis media kronis dengan efusi
tercantum pada tabel 2.14 eosinofil yang dominan dan kriteria minor,
Pada tahun 2008 Iino Y et al yaitu :
kembali melakukan penelitian yang sejalan 1. Cairan efusi telinga tengah dengan
dengan penelitian sebelumnya untuk viskositas yang tinggi
menemukan kriteria diagnostik dari EOM, 2. Resisten dengan terapi konvensional
yaitu adanya cairan kuning dengan otitis media
viskositas tinggi yang mengandung 3. Dikaitkan dengan asma bronkial
eosinofil, dikaitkan dengan asma bronkial 4. Dikaitkan dengan polip nasal
dan karakteristik yang nyata adanya Dari kriteria di atas, didefinisikan positif
gangguan pendengaran sensorineural.3,12 EOM jika terdapat kriteria mayor dengan
Nishizawa H et al melaporkan adanya dua atau lebih kriteria minor.2,10,13,23,28
jaringan granulasi yang ditemukan di Kriteria eksklusi EOM, yaitu CSS dan
mesotimpanum dan merupakan sindroma hipereosinofilia.9,13,26
karakteristik penting EOM meskipun tidak
505
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
Tatalaksana
Tatalaksana EOM dibagi menjadi
terapi konservatif dan pembedahan. Pada
terapi konservatif, pemberian steroid
topikal ataupun sistemik dapat mengontrol
inflamasi eosinofil. Penggunaan heparin
topikal dilaporkan juga dapat menghambat
dan menetralisir efek dari ECP dan protein
lainnya yang berasal dari eosinofil.3,9
Gambar 3. Gambaran histologi mukosa Walaupun secara umum terapi konservatif
telinga tengah pada EOM (pewarnaan ini efektif dalam menekan angka remisi
hematoksilin dan eosin). Ditemukan infiltrasi EOM, namun rekurensi dan kondisi
sel inflamasi termasuk eosinofil (tanda panah) refrakter masih sering terjadi.9,10
pada lapisan submukosa3 Seperti yang telah dilaporkan,
bahwa IL-5 memainkan peran penting
Pemeriksaan Penunjang
dalam memodulasi fungsi eosinofil.
Pemeriksaan radiologi untuk
Pemberian terapi anti IL-5 dapat
membantu penegakkan diagnosis EOM
mengurangi inflamasi pada saluran nafas
cukup sulit, hal ini mungkin dikarenakan
seperti pada pasien asma bronkial dan
temuan lesi yang jarang dan masih
506
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
dengan demikian pemberian terapi anti IL- Eustachius bekerja efektif pada pasien
5 akan memberikan efek yang sama secara EOM.27 Implan koklea perlu
lokal pada kondisi inflamasi eosinofil pada dipertimbangkan pada pasien dengan tuli
telinga tengah. Hal ini dilaporkan oleh derajat berat bilateral.9
Messelink MTD, Wagenaar M, Meij J dan Esu Y et al dan Kanazawa H et al
Brinke AT pada tahun 2019 bahwa mengajukan proposal strategi tatalaksana
didapatkan perbaikan yang sangat EOM yang diklasifikasikan berdasarkan
signifikan terhadap pendengaran, kondisi ketebalan mukosa telinga tengah, yaitu
otitis sekaligus asma bronkial.10 Senada grade 1 (G1), mukosa telinga tengah
dengan itu, Suzaki I et al juga melaporkan normal; grade 2 (G2), penebalan
pemberian terapi anti IL-5 dengan terapi terlokalisir mukosa telinga tengah; grade 3
inhalan asma bronkial memberikan (G3), penebalan atau edema mukosa
perbaikan terhadap asma bronkial, dengan predominan jaringan granulasi
pendengaran dan efusi telinga tengah.8 yang meluas ke liang telinga (gambar
Terapi lain seperti kombinasi pemberian 4).26,29 Dari 68 pasien, mereka melakukan
anti histamin, antagonis reseptor klasifikasi derajat severitas EOM sebelum
leukotrien dan ramatroban (agonis reseptor dan sesudah terapi triamsinolon asetonid
prostaglandin D2/tromboksan A2) sebagai dan menilai respon terapi (gambar 5).
tambahan kortikosteroid topikal EOM G1 memberikan respon baik dengan
bermanfaat dalam mengurangi gejala pemberian triamsinolon asetonid intra
subjektif.9,19 Namun, penelitian lain timpani. EOM G2 membutuhkan
melaporkan bahwa pemberian terapi anti pemberian triamsinolon asetonid secara
IgE dan interferon tidak memberikan hasil regular atau glukokortikoid sistemik.
yang memuaskan pada kasus EOM yang triamsinolon asetonid diberikan sebesar
berat. Sementara itu, dengan 20mg/0,5mL dan direevaluasi selama 1-3
ditemukannya infeksi bakteri pada kasus bulan. Kortikosteroid sistemik seperti
EOM, penggunaan antibiotik dan prednisolon diberikan dengan dosis
kostikosteroid sistemik secara konkomitan 1mg/kgBB/hari dan diturunkan menjadi
secara efektif dapat membunuh bakteri dan 0,25mg/kgBB/hari secara progresif selama
eosinofil.26 7 hari. EOM G3 membutuhkan tindakan
Sementara itu, kondisi patologis bedah untuk membuang jaringan granulasi
telinga tengah pre-operasi pada terapi dan aplikasi gelatin yang mengandung
pembedahan sangat menentukan glukokortikoid dalam anestesi lokal.
prognosis. Timpanoplasti bisa dilakukan Pemasangan pipa timpanostomi dapat
dengan tujuan untuk mengontrol otorea memberikan perbaikan ambang
dan memperbaiki pendengaran pendengaran sementara, mengurangi
dikarenakan perforasi membran timpani tekanan dan bermanfaat untuk pemberian
yang luas dengan syarat kondisi telinga kortikosteroid atau antibiotik lokal, namun
dalam keadaan kering untuk waktu yang berisiko terjadinya perforasi membran
cukup lama dengan steroid topikal atau timpani.26
sistemik.3,9 Pada keadaan post operasi, Namun, hal berbeda dilaporkan
steroid sistemik masih dibutuhkan untuk oleh Chung WJ et al yang menyatakan
mencegah rekurensi inflamasi eosinofil.3 bahwa dengan tindakan pembedahan akan
Selain itu, pemberian kortikosteroid semakin mempermudah akumulasi
sistemik akan menstabilkan kondisi eosinofil dan infiltrasi protein yang
eksaserbasi, mencegah terbentuknya berkaitan dengan kerusakan jaringan pada
jaringan granulasi dan perburukan ambang membran round window. Bahkan,
dengar konduksi pasien.8 Iino Y et al juga timpanoplasti akan memperburuk kondisi
melaporkan pemberian triamsinolon EOM. Walaupun mekanisme pastinya
asetonid pada mesotimpanum dan tuba belum dapat dijelaskan, namun dilaporkan
507
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
508
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
509
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care
510