Anda di halaman 1dari 13

e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.

2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

EOSINOFILIK OTITIS MEDIA

Putri Sari Ivanny1), Effy Huriyati2) , Yan Edward3)


1
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang
email: putri.ivanny@gmail.com
2
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang
email: effyhuriyati1@gmail.com
3
Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang
email: dr.yanedward@gmail.com

Submitted : 05-03-2020, Reviewer:05-03-2020, Accepted: 09-03-2020

Abstrak
Pendahuluan: Eosinofilik otitis media (EOM) merupakan otitis media yang sulit disembuhkan
dengan karakteristik adanya cairan efusi berwarna kuning pada telinga tengah dengan viskositas
tinggi yang mengandung akumulasi eosinofil yang luas. Onset EOM terjadi pada dekade kelima
dengan perbandingan prevalensi eosinofilik otitis media pada wanita dan pria, yaitu sebesar 2 : 1.
Pasien dengan EOM akan menunjukkan penurunan pendengaran yang bertahap atau cepat. Tujuan:
Mengetahui dan memahami EOM. Tinjauan Pustaka: EOM dikaitkan dengan pasien yang menderita
asma bronkial, polip nasal dan pasien dengan intoleransi aspirin dengan ditemukannya peningkatan
jumlah IgE pada mukosa telinga tengah. Pada EOM, eosinofil yang teraktivasi akan melepaskan
protein sitotoksik yang disebut dengan eosinophilic cationic protein (ECP). Eosinofil dapat
bermigrasi dan merusak telinga bagian dalam melalui round window. Kesimpulan: Ditemukannya
eosinofil pada mukosa dan cairan efusi telinga tengah akan menyebabkan degranulasi dan
dilepaskannya ECP. Produksi berlebihan dari IgE pada mukosa telinga tengah berhubungan dengan
kondisi patologis dari EOM sebagai respon tipe lambat yang dimediasi IgE. Kondisi ini dapat
menyebabkan kerusakan telinga bagian dalam dan berujung pada gangguan pendengaran berupa tuli
sensorineural. Kata Kunci: Eosinofilik otitis media, eosinofil, IgE, ECP, tuli sensorineural

Abstract
Introduction: Eosinophilic otitis media (EOM) is an intractable otitis media characterized by the
presence of a highly viscous yellow effusion with extensive accumulation of eosinophils in the middle
ear. The age at the onset of EOM is approximately in the fifties and the female and male ratio is
about 2 : 1. Eosinophilic otitis media patients show gradual or sudden deterioration of hearing.
Objective: Determining and understanding the EOM. Literature Review: EOM associated with
adults with bronchial asthma, nasal polyps and aspirin-intolerance by finding the elevation of IgE
accumulation in the middle ear mucosa. In EOM patient, eosinophil releases cytotoxic protein called
eosinophilic cationic protein (ECP). Eosinophil will migrate and eventually cause inner ear damage
through round window. Conclusion: Most of eosinophils in the middle ear mucosa and middle ear
effusion were activated, resulting in degranulation and release of ECP. Local IgE over production
indicating that the intractable inflammation is closely associated with IgE-mediated late phase
response. This condition will damage inner ears and can cause sensorineural hearing loss.
Keywords: Eosinophilic otitis media, eosinophil, IgE, ECP, sensorineural hearing loss

498
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

PENDAHULUAN dikarenakan adanya infeksi bakteri


Eosinofil merupakan sel efektor sehingga membutuhkan antibiotik topikal
pada patogenesis alergi. Koch pertama kali ataupun sistemik.5
melaporkan kasus otitis media kronis yang
memperlihatkan sekresi yang kaya akan EOSINOFILIK OTITIS MEDIA
eosinofil.1 Eosinofilik Otitis Media (EOM) Definisi
pertama kali dikenali dan dilaporkan Eosinofilik otitis media (EOM)
sebagai penyakit pada telinga tengah oleh merupakan otitis media yang sulit
Tomioka et al pada tahun 1994.2 EOM disembuhkan dengan karakteristik adanya
secara klinis didefinisikan sebagai kondisi cairan efusi berwarna kuning dengan
ditemukannya cairan berwarna kuning viskositas tinggi disertai akumulasi
dengan viskositas tinggi disertai akumulasi eosinofil yang luas (disebut “eosinophilic
eosinofil yang luas dan mukosa edema mucin”) dan mukosa edema yang
yang berwarna merah muda.1,3 Dilaporkan berwarna merah muda dan sering
insiden alergi nasal yang tinggi menyertai dikaitkan dengan asma bronkial dan polip
EOM selain asma bronkial.1,4 Disamping nasal.1,3,8,9 EOM dapat bermanifestasi
itu, EOM terutama terjadi pada pasien sebagai otitis media efusi (OME) jika tidak
dengan asma bronkial dan resisten dengan terdapat perforasi membran timpani dan
pengobatan konvensional otitis media.1,3,5 sebagai otitis media kronis jika terdapat
Karakteristik nyata dari EOM, yaitu perforasi persisten membran timpani.1,3
tingginya insiden tuli sensorineural yang Akumulasi eosinofil dapat ditemukan baik
tidak tergantung umur.6,7 Surveilans klinis pada cairan efusi ataupun pada mukosa
di Jepang mendapatkan diantara 190 telinga tengah.9,10
pasien EOM, sekitar setengahnya Terdapat beberapa bentuk EOM
mengalami penurunan ambang dengar kronis yang memperlihatkan karakteristik
konduksi dan 6% menjadi tuli.1 klinis yang berbeda dari otitis media efusi
Konsep dari EOM itu sendiri dan otitis media kronis pada umumnya dan
belum dapat diterangkan secara membutuhkan penanganan spesifik agar
menyeluruh, sehingga EOM sering pasien tidak mengalami otorea persisten
terabaikan. Meskipun secara klinis dan kehilangan fungsi pendengaran yang
karakteristik EOM telah dilaporkan, progresif yang berujung pada penurunan
namun belum didapatkan diagnosis kualitas hidup (tabel 1).1,9 Diantara
definitif EOM. Untuk itu, penting beberapa bentuk EOM, yaitu otitis media
mengenali faktor risiko dan menemukan tuberkulosa, granuloma kolesterol, anti-
kriteria diagnostik EOM. Ketika diagnosis neutrophil cytoplasmic autoantibody
EOM dapat ditegakkan, maka dapat (ANCA) terkait sindroma vaskulitis seperti
dilakukan intervensi dini dengan granulomatosis Wagener dan Churg-
tatalaksana yang adekuat sehingga dapat Strauss Syndrome (CSS) dan EOM.1
mencegah penurunan pendengaran dan
otorea persisten sehingga dapat Epidemiologi
meningkatkan kualitas hidup pasien EOM dikaitkan dengan usia dewasa yang
dengan EOM.1 Sebagian besar pasien menderita asma bronkial dan menunjukkan
EOM akan stabil dengan tatalaksana perbaikan dengan terapi optimal asma.
steroid topikal ataupun sistemik. Namun, EOM predominan diderita oleh wanita
beberapa pasien mengalami rekurensi dekade kelima.3,5,11,12

Tabel 1. Gambaran Klinis EOM dan Otitis Media Kronis9


EOM Otitis Media Kronis
Usia Dewasa Semua usia
Gejala Utama Gangguan pendengaran Gangguan pendengaran

499
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

Otorea Glue-like, viskositas tinggi Mukopurulen


Sel Inflamasi Utama Eosinofil Netrofil
Tatalaksana Farmakologi Kortikosteroid Antibiotik
Rekurensi Sering Jarang
Komorbiditas Asma, rhinosinusitis kronis
eosinofilik
Dilaporkan sebagian besar EOM terintegrasi dan berhubungan dengan
ditemukan pada onset usia dewasa pada mekanisme fisiologi dan patofisiologi.11,15–
17
pasien non-atopi ataupun atopi asma Diawali dengan observasi komorbiditas
bronkial, polip nasal termasuk pasien penyakit saluran nafas atas dan bawah
dengan intoleransi aspirin.1,13 Hal ini terhadap mediator inflamasi antara rinintis
dikarenakan ditemukannya intoleransi alergi, asma, rinosinusitis dengan asma,
aspirin pada pasien asma dewasa sebesar didapatkan hasil yang sama.11,17
21% dengan tes provokasi oral dan 3% Dilaporkan juga bahwa 80% penderita
berdasarkan anamnesis. Oleh karena itu, asma bronkial juga memiliki rhinitis alergi
pasien dengan intoleransi aspirin memiliki dan 40% pasien rinitis alergi juga memiliki
kemungkinan besar menderita EOM.1 asma bronkial.16
Selain itu, dilaporkan juga Ditinjau ulang pasien yang
keterkaitan antara polip nasal dengan mempunyai alergi terhadap inhalan dan
EOM. Berdasarkan pemeriksaan histologi, OME, didapatkan bahwa konsep unified
ditemukan 96% infiltrasi eosinofil pada airway bisa meluas hingga ke celah telinga
polip pasien yang menjalani operasi tengah. Secara histologi, mukosa telinga
Functional Endoscopic Sinus Surgery tengah dibatasi oleh epitel pseudostratified
(FESS). Kondisi ini dikenal dengan kolumnar bersilia sama seperti yang
rinosinusitis kronis eosinofilia dan kondisi ditemukan pada saluran nafas atas dan
ini ditemukan pada 60% pasien EOM. bawah. Terjadinya inflamasi menyebabkan
Namun, sebaliknya hanya ditemukan 10% perubahan histologi yang sama antara
insiden EOM pada pasien rinosinusitis mukosa telinga tengah dengan bronkus
kronis eosinophilia.1 Bachert et al seperti sewaktu terjadi serangan asma. Mukosa
yang dikutip oleh Kanazawa H et al menebal dan kaya akan sel goblet dan
melaporkan enterotoksin Staphylococcus kolumnar yang membentuk sekresi mukus.
aureus menyebabkan inflamasi pada Selanjutnya, mukosa telinga tengah akan
mukosa sinus dan polip nasal dengan diinfiltrasi oleh eosinofil dan limfosit T-
karakteristik meningkatnya level helper (Th) yang mengatur folikel
imunoglobulin-E (IgE) selain beberapa sekitarnya yang menyerupai jaringan
jenis fungi seperti Aspergillus dan limfoid nasofaring dan mukosa bronkus.
Alternaria.2 Sama seperti saluran pernafasan, celah
Suzuki et al dikutip oleh Iino Y et telinga tengah juga mampu memberikan
al menemukan perbandingan prevalensi respon alergi dengan memperlihatkan
EOM pada wanita dan pria, yaitu sebesar degranulasi sel mast pada mukosa telinga
2 : 1.14 Prevalensi gangguan pendengaran tengah dan peningkatan kadar mediator
konduksi dilaporkan mencapai 59% dan triptase sel mast. Pada akhirnya, OME
prevalensi tuli total sebesar 6%.2 kronis pada pasien atopi dikarakteristikkan
dengan peningkatan sitokin Th2, yaitu IL-
Konsep Unified Airway 5, IL-10, dan IL-13 sama seperti yang
Konsep terkini yang dinamai ditemukan pada pasien asma dan rhinitis
sebagai “unified airway model; one alergi.11,17,18
airway, one disease” berupa hipotesa yang Seo Y, Nonaka M, Tagaya E,
menyatakan bahwa saluran pernafasan atas Tamaoki J dan Yoshihara T menemukan
dan bawah merupakan suatu sistem yang tingginya persentase pasien dengan

500
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

kebiasaan merokok pada kelompok EOM. keluar dari sel. Namun, lebih banyak
Ditemukan adanya penebalan dinding ditemukan eosinofil pada cairan efusi
saluran nafas pada pemeriksaan high- dibandingkan di mukosa telinga tengah.
resolution computed tomography (HRCT) Hal ini membuktikan bahwa eosinofil
dan secara statistik ditemukan penebalan tidak hanya ditemukan secara lokal pada
dinding bronkus yang signifikan dan mukosa telinga tengah, tetapi bermigrasi
menyebabkan pasien dengan asma segera ke kavitas telinga tengah.7
bronkial rentan terhadap terjadinya Eosinophilic Cationic Protein
EOM.18 Dilaporkan 90% pasien EOM (ECP) adalah protein sitotoksik yang
memiliki asma bronkial.19 Hal ini semakin dilepaskan oleh eosinofil yang teraktivasi.
memperkuat hipotesa “unified airway ECP dilaporkan memiliki berbagai macam
model; one airway, one disease.”18 aktivitas biologis, seperti membunuh
Patogenesis parasit, menyebabkan kerusakan dan
Mekanisme infiltrasi eosinofil ke telinga peningkatan produksi mukus dari epitel
tengah saluran nafas sehingga ECP memainkan
Eosinofil merupakan sel efektor peran penting pada patogenesis inflamasi
yang penting pada patogenesis terjadinya kronis saluran nafas dan merupakan
alergi. Akumulasi dan aktivasi eosinofil indikator inflamasi eosinofil.3,6,21 ECP
pada mukosa saluran nafas merupakan juga berkontribusi terhadap pembentukan
proses penting pencetus inflamasi seperti jaringan granulasi dan papilloma pada
pada pasien asma bronkial, rinitis alergi mukosa telinga tengah.21 Kadar ECP
dan polip nasal. Secara klinis eosinofil ditemukan lebih tinggi pada pasien EOM
berperan penting sebagai penanda dibandingkan pada pasien OME.7
diagnostik dan panduan untuk tatalaksana Konsentrasi ECP berkorelasi
penyakit imunoreaktif.1,20,21 Dalam positif dengan IL-5 yang mengindikasikan
keadaan normal, eosinofil yang merupakan IL-5 memainkan peran penting pada
sel pro-inflamasi akan ditemukan menetap proses regulasi dan akumulasi eosinofil di
di sirkulasi dan keluar dari pembuluh telinga tengah, namun akumulasi eosinofil
darah ke jaringan dengan berbagai susunan di jaringan tergantung pada efek sinergitas
kemoatraktan dan faktor viabilitas yang dengan eotaksin.2,3,9,22 IL-5 berperan
tinggi.14 penting pada proses maturasi, migrasi dan
Mekanisme terjadinya akumulasi keberlangsungan eosinofil.10,19 Secara
eosinofil pada telinga tengah masih dalam imunohistokimia, sel yang imunopositif
penelitian. Namun, ditemukan adanya IL-5 dan ekalektin (kemotaktik dan faktor
inflamasi aktif eosinofil yang terjadi aktivasi eosinofil) meningkat pada
secara lokal di telinga tengah dengan mukosa telinga tengah pasien EOM. Lebih
ditemukannya kemoatraktan yang lanjut, ekspresi eotaksin (regulasi aktivasi,
dilepaskan oleh eosinofil seperti ekspresi normal sel T dan RANTES) dan
interleukin (IL)-5, IL-3, Granulocyte- ekalektin mRNAs terdeteksi dengan
macrophage colony-stimulating factor hibridisasi in situ. Agen kemotaktik dan
(GM-CSF), transforming growth factor faktor aktivasi eosinofil ini tidak hanya
(TGF)- , Regulated upon Activation teraktivasi pada level protein, tetapi juga
Normal T cell Expressed and Secreted pada level mRNAs.2,3 Dilaporkan
(RANTES) dan eotaksin yang akan kemotaksis eosinofil yang diinduksi oleh
menyebabkan inflamasi secara terus- eotaksin dapat diregulasi oleh sitokin dari
menerus termasuk peningkatan fungsi adiposa dan severitas EOM dikaitkan
fibroblas.10,21 Pemeriksaan histologi cairan dengan obesitas. Galektin-9 yang dikenal
efusi telinga tengah menemukan adanya juga dengan ekalektin merupakan
eosinofil yang mengalami degranulasi dan kemoatraktan potensial eosinofil yang
mengalami sitolisis dengan nukleus yang diproduksi oleh sel T yang teraktivasi

501
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

selama respon alergi dan jumlahnya Respon tipe lambat, dimana terjadi antara
meningkat pada mukosa telinga tengah 4-6 jam setelah paparan antigen, akan
pasien EOM.9 Penelitian imunohistokimia memproduksi dan menstimulasi eosinofil,
menemukan adanya inflamasi aktif dengan monosit dan mediator inflamasi seperti IL-
produksi berbagai sitokin dan kemokin 4, -5, -13, ECP dan mieloperoksidase.12,17
yang menginduksi migrasinya eosinofil Iino Y, Nagamine H, Yabe T dan
pada telinga tengah.13,21 Matsutani S melaporkan bahwa terdapat
Pada EOM, eosinofil akan peningkatan jumlah sel IgE positif pada
mengalami sitolisis yang disebut dengan mukosa telinga tengah pasien asma
extracellular trap cell death (ETosis). bronkial dibandingkan kelompok kontrol.
ETosis merepresentasikan kematian sel Pada pasien kontrol ditemukan banyak sel
dengan sendirinya yang melibatkan IgE positif pada permukaan sel pada
degranulasi sel total dan pembentukan mukosa telinga tengah dan pada pasien
struktur kromatin yang sangat pekat yang asma bronkial sel IgE positif ditemukan
disebut extracellular traps (ETs). pada sel mast yang mengindikasikan
Karakteristik eosinofil dan netrofil dari banyak sel yang memproduksi IgE seperti
polimer ETs inilah yang berkontribusi sel plasma pada mukosa telinga tengah.21
terhadap perbedaan viskositas sekresi Ditemukan peningkatan kadar IgE yang
antara EOM dan otitis media kronis pada signifikan (10x lipat) pada cairan efusi
umumnya.9 Ditemukan sekitar 200 dibandingkan dengan dengan kadar serum
granul per sel termasuk ECP yang secara IgE dan ini menguatkan kondisi bahwa
langsung bersifat toksik terhadap patogen IgE diproduksi secara lokal di telinga
dan jaringan itu sendiri dengan merusak tengah.7 Eosinofil merupakan sel kunci
integritas lipid bilayer, bersifat pada reaksi inflamasi tipe lambat pada
neurotoksik, mengaktivasi RNase dan mukosa yang dimediasi oleh Ig E.7,21
berperan dalam pembentukan reactive Fc RI, reseptor IgE yang memiliki afinitis
oxygen spesies (ROS).9,10 tinggi, ditemukan pada eosinofil dan pada
jalur dilepaskannya ECP dan
IgE pada EOM didemonstrasikan sebagai reaksi
Respon alergi merupakan reaksi hipersensitifitas dependen-IgE.
hipersensitifitas tipe 1 yang dimediatori Peningkatan kadar IgE akan
oleh IgE dan didorong oleh respon sitokin mengeksaserbasi inflamasi eosinofil pada
Th2. IgE adalah protein yang diproduksi telinga tengah bersamaan dengan berbagai
oleh sel B dan memainkan peranan penting faktor lain, seperti ROS, sitokin dan
pada alergi tipe 1 dimana terjadi ikatan kemokin yang dilepaskan oleh eosinofil
antara antigen dengan IgE yang (gambar 1).7 Oleh karena itu, akumulasi
menyebabkan aktivasi dari sel mast untuk eosinofil pada mukosa telinga tengah
selanjutnya memproduksi berbagai macam mungkin saja merupakan respon
mediator termasuk sitokin dan kemokin hipersensitifitas tipe lambat pada pasien
yang menyebabkan dan memperburuk asma bronkial.7,21
inflamasi eosinofil.3,6 Produksi IgE Nishizawa H et al melaporkan pada
distimulasi pada paparan pertama antigen kondisi inflamasi eosinofil alergi seperti
pada pasien atopi. IgE akan melekat pada pada pasien dengan asma bronkial, akan
sel mast dan basofil. Paparan berikutnya, dilepaskan banyak molekul diantaranya
terjadi cross-linked antigen yang akan periostin yang dapat mencetuskan fibrosis
memulai pelepasan molekul bioaktif subepitelial.23 Periostin adalah matriks
sebagai hasil dari respon tipe cepat dan protein ekstraseluler yang diisolasi dari sel
tipe lambat. Respon tipe cepat terjadi osteoblas dan disekresikan oleh sel
dalam beberapa menit setelah paparan fibroblas sebagai respon terhadap IL-4
antigen dan dilepaskannya histamin. dan/ IL-13. Selain itu, juga sering

502
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

ditemukan adanya jaringan granulasi pada yang berkontribusi terhadap kondisi


telinga tengah yang lebih dominan pada intraktabel otitis media.9,23
pasien EOM. Hal ini mengindikasikan Telah diketahui bahwa TGF-
bahwa periostin memainkan peran penting merupakan salah satu molekul penting
pada proses terbentuknya jaringan pada proses fibrosis subepitelial pada
granulasi pada telinga tengah baik pada pasien dengan asma bronkial. Dilaporkan
pasien dengan atau tanpa asma bronkial IL-4 dan IL-13 menginduksi sekresi
periostin sel

Gambar 1. Eosinofil pada kondisi inflamasi7

fibroblas secara independen dari (TGF)- . Eustachius patulous pada sebagian


Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk pasien.4,13 Tuba Eustachius patulous
dapat membuktikan adanya keterlibatan secara umum dikarenakan kehilangan
(TGF)- pada jaringan granulasi pasien cairan atau jaringan adiposa di regio
EOM.23 perituba, sekunder karena penurunan berat
Selain itu, ekspresi IgE pada badan, penggunan obat kontrasepsi,
mukosa telinga tengah juga ditemukan kehamilan dan lain sebagainya. Namun,
pada permukaan sel mast dan sel plasma pada pasien EOM otitis media merupakan
yang mengindikasikan inflamasi aktif faktor kausatif tuba Eustachius patulous
eosinofil terjadi di telinga tengah itu dengan hipotesa setelah proses inflamasi
sendiri dibandingkan jika didapatkan dari telinga tengah berhenti, maka terjadi
serum.2,3 Sebagian studi menemukan proses fibrosis mukosa tuba Eustachius
adanya peningkatan kadar IgE pada pasien yang mengarah pada tuba Eustachius
EOM dan sebagian lain tidak menemukan patulous.24 Iino et al seperti yang dikutip
peningkatan kadar IgE, sehingga kadar IgE oleh Chung WJ et al melaporkan bahwa
bukanlah kriteria diagnostik untuk EOM.13 pada pasien dengan predisposisi dominan
Th2 seperti pada pasien asma bronkial,
Tuba Eustachius patulous dan EOM maka material antigen akan mudah
Penelitian melaporkan tuba menginvasi via tuba Eustachius patulous
Eustachius pada pasien EOM tidak selalu dan menstimulasi sel-sel inflamasi yang
edema dan obstruktif, bahkan terjadi tuba akan mengakibatkan akumulasi eosinofil
dan menginduksi fibroblas atau sel
503
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

endotelial untuk memproduksi dan migrasi eosinofil dan diperburuk


4
kemoatraktan. dengan kondisi diabetes mellitus yang
Investigasi tuba Eustachius tidak terkontrol dengan peningkatan nilai
patulous dilakukan dengan pemeriksaan haemoglobin A1c (HbA1c).26 Dilaporkan
Sonotubometri yang mendapatkan durasi S. aureus paling banyak ditemukan pada
pembukaan tuba pada pasien EOM secara hasil kultur termasuk P. aeruginosa dan
signifikan memanjang yang Methicillin-resistent Staphylococcus
mengindikasikan adanya kondisi tuba aureus (MRSA).5,27
Eustachius patulous (insufisiensi
penutupan tuba) pada pasien EOM dengan Gejala Klinis
asma bronkial.2,3,5,10,24 Dengan demikian, EOM dapat bermanifestasi sebagai
hipotesa patogenesis EOM terjadi pada OME dan otitis media kronis yang
pasien dengan asma bronkial dengan sebagian besar terjadi pada pasien asma
predisposisi Th2 yang dominan, tuba bronkial dan resisten terhadap terapi
Eustachius patulous akan mempermudah konvensional OME dan otitis media
masuknya material antigen seperti bakteri, kronis, seperti pemasangan pipa
virus dan jamur ke telinga tengah timpanostomi, pemberian anti mikroba dan
sehinggamenyebabkan terjadinya timpanoplasti.1,3,5,28 Tomioka et seperti
inflamasi eosinofil. Eosinofil akan yang dikutip Iino Y pertama kali
menyebabkan kerusakan epitelial dan melaporkan 3 orang pasien dewasa dengan
meningkatkan produksi musin serta kombinasi asma, alergi dan intraktabel
protein sitotoksik dari sel epitel yang OME. Morinaka juga melaporkan pasien
rusak. Eosinofil juga akan menurunkan OME dengan riwayat asma bronkial dan
transport mukus pada tuba Eustachius. alergi. Pasien ini memperlihatkan gejala
Oleh karena itu, infiltrasi eosinofil dan sel klinis yang berbeda dengan OME dan
epitel di atas akan memproduksi lebih otitis media kronis pada umumnya.
banyak musin dan kemoatraktan sehingga Derlacki menamakan otitis media ini
menyebabkan cairan efusi yang kental dengan karakteristik otitis media alergi
dengan predisposisi atopi seperti asma dengan gambaran, yaitu3,21 :
bronkial. Kondisi efusi telinga tengah 1. Sekresi dengan konsistensi seperti
dengan viskositas tinggi tersebut akan gelatin (viskos) dengan eosinofil
menyebabkan pasien EOM berisiko tinggi 2. Mukosa membran telinga tengah
kehilangan pendengaran.2,3,5,10,25 menebal dengan eosinofil
3. Waktu penyembuhan yang memanjang
Gangguan pendengaran sensorineural 4. Terjadi pada individu dengan disposisi
dan IgE pada EOM rhinitis alergi
Dilaporkan pasien EOM dapat 5. Memberikan respon dengan terapi anti
mengalami penurunan pendengaran secara alergi
bertahap atau terjadi dengan cepat. Protein Hipersensitifitas tipe 1 yang dimediasi
sitotoksik dan ROS yang dihasilkan oleh oleh IgE merupakan salah satu etiologi
eosinofil akan merusak lapisan epitelial, penting penyebab asma bronkial dan
round window dan mediator lipid yang alergi. Namun, Tomioka et al lebih
dilepaskan dari eosinofil akan mengubah memilih menamakan kondisi otitis media
permeabilitas membran. Kondisi ini akan ini dengan EOM daripada otitis media
menyebabkan substansi inflamasi seperti alergi. Hal ini dikarenakan adanya
toksin bakteri dan sitokin inflamasi masuk infiltrasi eosinofil pada cairan efusi dan
ke telinga tengah dan dalam yang mukosa telinga tengah tanpa melihat ada
mengakibatkan kerusakan fungsi atau tidaknya reaksi hipersensitifitas tipe
3,4
pendengaran. Infeksi bakteri itu sendiri 1.3,13
akan menyebabkan inflamasi makrofag

504
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

Gejala klinis EOM secara garis termasuk dalam kriteria diagnostik. Tidak
besar dibagi menjadi tipe OME dan tipe seperti jaringan granulasi pada otitis media
otitis media kronis. Pada OME, tidak kronis pada umumnya, jaringan granulasi
terjadi perforasi membran timpani yang pada EOM resisten terhadap keseluruhan
ditandai dengan membran timpani yang terapi kecuali steroid dan etiologi
bulging dan sekret efusi berwarna kuning. terbentuknya jaringan granulasi masih
Jika dilakukan miringotomi akan dalam penelitian.23
didapatkan cairan efusi yang kental dan EOM terjadi bilateral pada kedua
sulit diaspirasi dan jika dilakukan telinga walaupun onset masing-masing
pemasangan pipa timpanostomi, lumen telinga dapat berbeda. Gangguan
pada pipa biasanya tersumbat karena pendengaran konduksi nada tinggi yang
cairan efusi yang kental tersebut. berat berhubungan dengan tingginya
Sebaliknya, pada tipe otitis media kronis konsentrasi IgE dan ECP pada cairan efusi
ditemukan adanya perforasi membran dan sering ditemukan terutama pada
timpani yang disebabkan oleh berbagai frekuensi 4000Hz dan 8000Hz
faktor. Tipe ini dibagi dua, yaitu subtipe dibandingkan dengan frekuensi rendah.1–
3,23
perforasi sederhana dimana ditemukan
cairan efusi kental dan berwarna kuning Diagnosis
berasal dari perforasi. Ukuran perforasi Diagnosis EOM masih
membran timpani bervariasi. Jika terjadi kontroversial dan sering terabaikan karena
infeksi bakteri, maka viskositas cairan kurangnya alat diagnostik untuk itu.3,13
efusi menurun. Mukosa mesotimpanum Melalui pemeriksaan sitologi dengan flow
tidak mengalami perubahan atau sedikit cytometry dapat ditemukan eosinofil
edema dan menebal. Subtipe yang kedua secara morfologi.13 Penting untuk
dikarakteristikkan dengan adanya membuktikan adanya infiltrasi eosinofil
pertumbuhan jaringan granulasi yang pada cairan efusi dan telinga tengah untuk
signifikan yang bisa meluas hingga liang menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan
telinga. Subtipe ini merupakan yang paling dengan pewarnaan hematoksilin dan eosin
intraktabel.3 Penelitian klinis mendapatkan eosinofil yang ditemukan berupa
adanya infeksi bakteri yang berkaitan degranulasi yang mengindikasikan
dengan otorea dan seiring waktu subtipe inflamasi eosinofil yang signifikan
dengan jaringan granulasi akan mengalami (gambar 2 dan 3).3
perburukan pendengaran.26 Sementara itu, Pada tahun 2011, kelompok studi
Iino Y et al pada tahun 2005 mengutip EOM membangun kriteria mayor dan
Derlacki menyimpulkan berbagai macam minor dari EOM. Kriteria mayor, yaitu
karakteristik klinis dari EOM seperti yang OME atau otitis media kronis dengan efusi
tercantum pada tabel 2.14 eosinofil yang dominan dan kriteria minor,
Pada tahun 2008 Iino Y et al yaitu :
kembali melakukan penelitian yang sejalan 1. Cairan efusi telinga tengah dengan
dengan penelitian sebelumnya untuk viskositas yang tinggi
menemukan kriteria diagnostik dari EOM, 2. Resisten dengan terapi konvensional
yaitu adanya cairan kuning dengan otitis media
viskositas tinggi yang mengandung 3. Dikaitkan dengan asma bronkial
eosinofil, dikaitkan dengan asma bronkial 4. Dikaitkan dengan polip nasal
dan karakteristik yang nyata adanya Dari kriteria di atas, didefinisikan positif
gangguan pendengaran sensorineural.3,12 EOM jika terdapat kriteria mayor dengan
Nishizawa H et al melaporkan adanya dua atau lebih kriteria minor.2,10,13,23,28
jaringan granulasi yang ditemukan di Kriteria eksklusi EOM, yaitu CSS dan
mesotimpanum dan merupakan sindroma hipereosinofilia.9,13,26
karakteristik penting EOM meskipun tidak

505
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

Tabel 2. Karakteristik Klinis EOM14


Karakteristik Klinis EOM
- Sekret kental atau gelatin dengan eosinofil
- Mukosa membran menebal dengan banyak eosinofil
- Masa penyembuhan yang panjang
- Terjadi cenderung pada rhinitis alergi
- Besar kemungkinan memberikan respon terhadap terapi anti alergi

sedikitnya kasus yang dipelajari


berdasarkan computed tomography-Scan
(CT-Scan) atau magnetic resonance
imaging (MRI) yang berujung pada
kekeliruan diagnosis pre-operatif. Pada
CT-Scan, gambaran EOM mirip dengan
otitis media kronis dengan gambaran
jaringan lunak yang bervariasi pada telinga
tengah dan mastoid dengan atau tanpa
erosi minimal dari osikel. Namun, EOM
akan memperlihatkan insiden rinosinusitis
kronis bilateral yang lebih tinggi dan
Gambar 2. Gambaran histologi sekret efusi temuan tuba Eustachius patulous. Sebagai
telinga tengah pada EOM (pewarnaan diagnosis banding adanya kolesteatoma,
hematoksilin dan eosin). Ditemukan banyak
keratosis obturans dan fibrosis kanal.
eosinofil dan musin3
Kondisi ini dibedakan dengan adanya erosi
tulang keterlibatan predominan meatus
akustikus eksternus.4

Tatalaksana
Tatalaksana EOM dibagi menjadi
terapi konservatif dan pembedahan. Pada
terapi konservatif, pemberian steroid
topikal ataupun sistemik dapat mengontrol
inflamasi eosinofil. Penggunaan heparin
topikal dilaporkan juga dapat menghambat
dan menetralisir efek dari ECP dan protein
lainnya yang berasal dari eosinofil.3,9
Gambar 3. Gambaran histologi mukosa Walaupun secara umum terapi konservatif
telinga tengah pada EOM (pewarnaan ini efektif dalam menekan angka remisi
hematoksilin dan eosin). Ditemukan infiltrasi EOM, namun rekurensi dan kondisi
sel inflamasi termasuk eosinofil (tanda panah) refrakter masih sering terjadi.9,10
pada lapisan submukosa3 Seperti yang telah dilaporkan,
bahwa IL-5 memainkan peran penting
Pemeriksaan Penunjang
dalam memodulasi fungsi eosinofil.
Pemeriksaan radiologi untuk
Pemberian terapi anti IL-5 dapat
membantu penegakkan diagnosis EOM
mengurangi inflamasi pada saluran nafas
cukup sulit, hal ini mungkin dikarenakan
seperti pada pasien asma bronkial dan
temuan lesi yang jarang dan masih

506
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

dengan demikian pemberian terapi anti IL- Eustachius bekerja efektif pada pasien
5 akan memberikan efek yang sama secara EOM.27 Implan koklea perlu
lokal pada kondisi inflamasi eosinofil pada dipertimbangkan pada pasien dengan tuli
telinga tengah. Hal ini dilaporkan oleh derajat berat bilateral.9
Messelink MTD, Wagenaar M, Meij J dan Esu Y et al dan Kanazawa H et al
Brinke AT pada tahun 2019 bahwa mengajukan proposal strategi tatalaksana
didapatkan perbaikan yang sangat EOM yang diklasifikasikan berdasarkan
signifikan terhadap pendengaran, kondisi ketebalan mukosa telinga tengah, yaitu
otitis sekaligus asma bronkial.10 Senada grade 1 (G1), mukosa telinga tengah
dengan itu, Suzaki I et al juga melaporkan normal; grade 2 (G2), penebalan
pemberian terapi anti IL-5 dengan terapi terlokalisir mukosa telinga tengah; grade 3
inhalan asma bronkial memberikan (G3), penebalan atau edema mukosa
perbaikan terhadap asma bronkial, dengan predominan jaringan granulasi
pendengaran dan efusi telinga tengah.8 yang meluas ke liang telinga (gambar
Terapi lain seperti kombinasi pemberian 4).26,29 Dari 68 pasien, mereka melakukan
anti histamin, antagonis reseptor klasifikasi derajat severitas EOM sebelum
leukotrien dan ramatroban (agonis reseptor dan sesudah terapi triamsinolon asetonid
prostaglandin D2/tromboksan A2) sebagai dan menilai respon terapi (gambar 5).
tambahan kortikosteroid topikal EOM G1 memberikan respon baik dengan
bermanfaat dalam mengurangi gejala pemberian triamsinolon asetonid intra
subjektif.9,19 Namun, penelitian lain timpani. EOM G2 membutuhkan
melaporkan bahwa pemberian terapi anti pemberian triamsinolon asetonid secara
IgE dan interferon tidak memberikan hasil regular atau glukokortikoid sistemik.
yang memuaskan pada kasus EOM yang triamsinolon asetonid diberikan sebesar
berat. Sementara itu, dengan 20mg/0,5mL dan direevaluasi selama 1-3
ditemukannya infeksi bakteri pada kasus bulan. Kortikosteroid sistemik seperti
EOM, penggunaan antibiotik dan prednisolon diberikan dengan dosis
kostikosteroid sistemik secara konkomitan 1mg/kgBB/hari dan diturunkan menjadi
secara efektif dapat membunuh bakteri dan 0,25mg/kgBB/hari secara progresif selama
eosinofil.26 7 hari. EOM G3 membutuhkan tindakan
Sementara itu, kondisi patologis bedah untuk membuang jaringan granulasi
telinga tengah pre-operasi pada terapi dan aplikasi gelatin yang mengandung
pembedahan sangat menentukan glukokortikoid dalam anestesi lokal.
prognosis. Timpanoplasti bisa dilakukan Pemasangan pipa timpanostomi dapat
dengan tujuan untuk mengontrol otorea memberikan perbaikan ambang
dan memperbaiki pendengaran pendengaran sementara, mengurangi
dikarenakan perforasi membran timpani tekanan dan bermanfaat untuk pemberian
yang luas dengan syarat kondisi telinga kortikosteroid atau antibiotik lokal, namun
dalam keadaan kering untuk waktu yang berisiko terjadinya perforasi membran
cukup lama dengan steroid topikal atau timpani.26
sistemik.3,9 Pada keadaan post operasi, Namun, hal berbeda dilaporkan
steroid sistemik masih dibutuhkan untuk oleh Chung WJ et al yang menyatakan
mencegah rekurensi inflamasi eosinofil.3 bahwa dengan tindakan pembedahan akan
Selain itu, pemberian kortikosteroid semakin mempermudah akumulasi
sistemik akan menstabilkan kondisi eosinofil dan infiltrasi protein yang
eksaserbasi, mencegah terbentuknya berkaitan dengan kerusakan jaringan pada
jaringan granulasi dan perburukan ambang membran round window. Bahkan,
dengar konduksi pasien.8 Iino Y et al juga timpanoplasti akan memperburuk kondisi
melaporkan pemberian triamsinolon EOM. Walaupun mekanisme pastinya
asetonid pada mesotimpanum dan tuba belum dapat dijelaskan, namun dilaporkan

507
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

penelitian multi-institusional mendapatkan yang menjalani timpanoplasti dengan yang


rasio perbandingan tuli pada pasien EOM tidak sebesar 17% dan 4%.4

Gambar 4. Derajat severitas EOM berdasarkan kondisi mukosa telinga tengah26

Gambar 5. Pemilihan pasien dan bagan tatalaksana26

KESIMPULAN bagian dalam dan berujung pada gangguan


Ditemukannya eosinofil pada pendengaran berupa tuli sensorineural.
mukosa dan cairan efusi telinga tengah
akan menyebabkan degranulasi dan DAFTAR PUSTAKA
dilepaskannya ECP dan produksi 1. Iino Y, Tomioka-matsutani S,
berlebihan dari IgE pada mukosa telinga Matsubara A, Nakagawa T.
tengah berhubungan dengan kondisi Diagnostic criteria of eosinophilic
patologis dari EOM sebagai respon tipe otitis media , a newly recognized
lambat yang dimediasi IgE. Kondisi ini middle ear disease. Auris Nasus
dapat menyebabkan kerusakan telinga Larynx. 2011;38(4):456-1.
2. Kanazawa H, Yoshida N, Shinnabe

508
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

A, Iino Y. Antigen-speci fi c IgE in atopy : is there a causal


middle ear effusion of patients with relationship ? World Allergy Organ
eosinophilic otitis media. Ann J. 2017:1-9.
Allergy, Asthma Immunol. 2014:1-5. 12. Iino Y, Usubuchi H, Kodama K,
3. Iino Y. Eosinophilic Otitis Media : Takizawa K, Kanazawa T, Ohta Y.
A New Middle Ear Disease Entity. Bone Conduction Hearing Level in
Curr Allergy Asthma Rep. Patients With Eosinophilic Otitis
2008;8:525-30. Media Associated With Bronchial
4. Chung WJ, Lee JH, Lim HK, Yoon Asthma. Otol Neurol. 2008:1-4.
TH, Cho KJ, Baek JH. Eosinophilic 13. Saliba I, Alzahrani M, Weng X,
otitis media: CT and MRI findings Bestavros A. Eosinophilic otitis
and literature review. Korean J media diagnosis using flow
Radiol. 2012;13(3):363-7. cytometric immunophenotyping.
5. Kanazawa H, Yoshida N, Acta Otolaryngol. 2018;138(2):110-
Yamamoto H, et al. Auris Nasus 5.
Larynx Risk factors associated with 14. Iino Y, Kakizaki K, Katano H,
severity of eosinophilic otitis media. Saigusa H, Kanegasaki S.
Auris Nasus Larynx. Eosinophil chemoattractants in the
2014;41(6):513-7. middle ear of patients with
6. Iino Y, Usubuchi H, Kodama K, et eosinophilic otitis media. Clin Exp
al. Eosinophilic Inflammation in the Allergy. 2005;(1):1370-6.
Middle Ear Induces Deterioration of 15. Justice J, Orlandi R. The Unified
Bone-Conduction Hearing Level in Airway. In: Johnson JT, Rosen CA,
Patients With Eosinophilic Otitis Newlands S, Amin M, Branstetter B
Media. Otol Neurol. 2009:100-4. CM et al, ed. Bailey’s Head and
7. Iino Y. Role of IgE in eosinophilic Neck Surgery Otolaryngology. 5th
otitis media. Allergol Int. eds. Philadelphia: Wolters Kluwer
2010;59(3):233-8. Lippincott Williams&Wilkins;
8. Suzaki I, Kimura Y, Tanaka A, et 2014:550--6.
al. Successful treatment of 16. Toskala E. Unified Airway Disease.
eosinophilic otitis media associated In: Kennedy D, Hwang P, eds.
with severe bronchial asthma with Rhinology Disease of the Nose,
an anti-IL-5 monoclonal antibody, Sinuses and Skull Base. 1st eds.
mepolizumab. Auris Nasus Larynx. New York: Thieme Medical
2019;46(1):141-6. Publishers, Inc; 2012:104-9.
9. Ueki S, Ohta N, Takeda M, Konno 17. Luong A, Roland PS. The Link
Y, Hirokawa M. Eosinophilic Otitis Between Allergic Rhinitis and
Media: the Aftermath of Eosinophil Chronic Otitis Media with Effusion
Extracellular Trap Cell Death. Curr in Atopic Patients. Otolaryngol Clin
Allergy Asthma Rep. 2017;17(5). North Am. 2008;41:311-23.
10. Drijver-Messelink* MT, Wagenaar 18. Seo Y, Nonaka M, Tagaya E,
M, van der Meij J, Brinke A ten. Tamaoki J, Yoshihara T.
Eosinophilic otitis media and Eosinophilic otitis media is
eosinophilic asthma: Shared associated with asthma severity and
pathophysiology and response to smoking history. Orl. 2015;77(1):1-
anti-IL5. J Pulmonol Respir Res. 9.
2019;3(1):009-012. 19. Tanaka Y, Nonaka M, Yamamura
11. Zernotti ME, Pawankar R, Y, Tagaya E, Pawankar R,
Ansotegui I, Badellino H, Croce JS. Yoshihara T. Improvement of
Otitis media with effusion and eosinophilic otitis media by

509
e-ISSN:2528-66510;Volume5;No.2(Mei, 2020):498-510 Jurnal Human Care

optimized asthma treatment. al. Effectiveness of instillation of


Allergy, Asthma Immunol Res. triamcinolone acetonide into the
2013;5(3):175-8. middle ear for eosinophilic otitis
20. Nakagawa T, Matsubara A, media associated with bronchial
Shiratsuchi H, et al. Intractable asthma. Ann Allergy, Asthma
Otitis Media with Eosinophils : Immunol. 2006;97(6):761-6.
Importance of Diagnosis and 28. Iino Y, Hara M, Hasegawa M, et al.
Validity of Treatment for Hearing Clinical Efficacy of Anti-IgE
Preservation. ORL High Impact Therapy for Eosinophilic Otitis
Rep. 2006;8582:118-22. Media. Otol Neurol. 2012;33:1218-
21. Iino Y, Nagamine H, Yabe T, 1224.
Matsutani S. Eosinophils are 29. Kanazawa H, Yoshida N, Iino Y.
activated in middle ear mucosa and New Insights into Eosinophilic
middle ear effusion of patients with Otitis Media. Curr Allergy Asthma
intractable otitis media associated Rep. 2015;15(12):1-9.
with bronchial asthma. Clin Exp
Allergy. 2001;31(7):1135-43.
22. Uchimizu H, Matsuwaki Y, Kato
M, Otori N, Kojima H. Eosinophil-
derived neurotoxin, elastase, and
cytokine profile in effusion from
eosinophilic otitis media. Allergol
Int. 2015;64:S18-S23.
23. Nishizawa H, Matsubara A,
Nakagawa T, et al. The role of
periostin in eosinophilic otitis
media. Acta Otorrinolaringol
(English Ed. 2012;132(November
2011):838-44.
24. Iino Y, Kakizaki K, Saruya S, et al.
Eustachian tube function in patients
with eosinophilic otitis media
associated with bronchial asthma
evaluated by sonotubometry. Arch
Otolaryngol - Head Neck Surg.
2006;132(10):1109-14.
25. Browning G, Weir J, Kelly G, Swan
R. Chronic Otitis Media. In:
Watkinson J, Clarke R, eds. Scott-
Brown’s Otorhinolaryngology,
Head and Neck Surgery. 8th eds.
New York: Taylor & Francis
Group; 2018:977-1019.
26. Esu Y, Iino Y, Masuda M,
Kanazawa H, Yoshida N. Proposal
of a Treatment Strategy for
Eosinophilic Otitis Media Based on
Middle Ear Condition. Otol
Neurotol. 2018;39(8):e671-e678.
27. Iino Y, Nagamine H, Kakizaki K, et

510

Anda mungkin juga menyukai