Anda di halaman 1dari 19

UJI ANTIDIABETIK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.

)
Steenis) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR
(Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan


Dokter Fakultas Kedokteran UMS

Oleh :
Nurtika
J 500 130 024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

UJI ANTIDIABETIK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)


PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus) YANG
DIINDUKSI ALOKSAN

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

NURTIKA
J 500 1300 24

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Pembimbing
Utama

Riandini Aisyah, S.Si, M.Sc.


NIK.1011

i
HALAMAN PENGESAHAN

UJI ANTIDIABETIK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)


PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus novergicus) YANG
DIINDUKSI ALOKSAN

OLEH:
NURTIKA
J 500 1300 24

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Hari ........., ...................2017
dan dinyatakan Telah Memenuhi Syarat

Dewan Penguji:

1. dr. Devi Usdiana Rosyidah, M.Kes. (.........................)


(Ketua Dewan Penguji)
2. dr. Retno Sintowati, M. Sc. (.........................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Riandini Aisyah, S.Si, M.Sc. (.........................)
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

DR. Dr. E.M. Sutrisna, M.Kes.


NIK: 919

ii
PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan sebelumnya untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu Perguruan Tinggi manapun. Sepanjang sepengetahuan penulis tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah di tulis atau di terbitkan orang lain, dalam
naskah ini kecuali disebutkan dalam pustaka.

Surakarta, 10 Februari 2017


Penulis

Nurtika
J 500 1300 24

iii
Uji Antidiabetik Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) Pada
Tikus Putih jantan Galur Wistar (Rattus novergicus) yang Diinduksi Aloksan
Abstrak

Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) mengandung senyawa


alkaloid, flavonoid, saponin, dan terpenoid. kandungan utama daun binahong
adalah flavonoid. Jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan menggunakan
metode pre and post test with controlled group design. Hewan uji yang digunakan
sebanyak 25 ekor tikus putih jantan galur Wistar dibagi dalam 5 kelompok
perlakuan. Kelompok 1 = aquades sebagai kontrol negatif, kelompok 2 =
glibenklamid 0,126/200 gr/BB, kelompok 3 = ekstrak 25 mg/kgBB, kelompok 4 =
ekstrak 50 mg/kgBB, dan kelompok 5 = ekstrak 100 mg/kgBB. Hasil uji Kruskal-
Wallis didapatkan selisih data pada kelompok pretest dan posttest nilai p = 0,000
(nilai p < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa dalam perlakuan berbeda
bermakna. Kemudian dilanjutkan analisis Post-Hoc uji Mann-Whitney antar
kelompok K (-) dengan K (+) nilai p = 0,009, K (-) dengan dosis 1 nilai p = 0,009,
K (-) dengan dosis 2 nilai p = 0,009, K (-) dengan dosis 3 nilai p = 0,674. Hasil uji
Mann-Whitney menunjukkan seluruh dosis memiliki perbedaan bermakna
dibandingkan kontrol negatif dengan nilai p <0,05 kecuali kelompok kontrol
negatif dengan kelompok dosis 3 dengan hasil berbeda tidak bermakna. Ekstrak
etanol 70% daun binahong dosis 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB
memiliki efek penurunan kadar glukosa darah tikus putih galur Wistar yang
diinduksi aloksan.
Kata kunci : Efek antidiabetik Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis), kadar glukosa darah.

ABSTRACT

Binahong leaves (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) contain alkaloids,


flavonoids, saponins and terpenoids. Main compound of Binahong leaves is
flavonoids. This study was experimental laboratory using pre and posttest with
controlled group design. Animal tests used as many as 25 male rats Wistar were
divided into 5 groups. Group 1 = distilled water as a negative control, group 2 =
glibenclamide 0.126 / 200 gr / BB, Group 3 = extract of 25 mg / kg, group 4 =
extract of 50 mg / kg, and group 5 = extract 100 mg / kg. Initial blood glucose
measurements on day 0, glucose after alloxan induction on day 4 and glucose
after treatment on day 12 using a blood sugar tests kit glucometer. The results of
the Kruskal-Wallis test p value = 0.000 (p <0.05), means that there were
differences between groups. Analysis of Post-Hoc Mann-Whitney test between
groups posttest K (-) with K (+) value was p = 0.009, K (-) at a dose was 1 p =
0.009, K (-) at a dose was 2 p = 0.009, K (-) with 3 doses of the value was p =
0.674. Mann-Whitney test results showed that all doses had a significant
difference compared to the negative control with p <0.05 except for the negative
control group with groups dose 3 was not significant value. The 70% ethanolic

1
extract of Binahong leaves at dose of 25 mg / kg, 50 mg / kg, and 100 mg / kg
had the effect as antidiabetic on Wistar rats induced by alloxan.

Keyword: The 70% Ethanolic extract binahong leaves (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis), blood glucose level

1. PENDAHULUAN
Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah berlangsung sejak
ribuan tahun lalu, sebelum obat modern ditemukan dan dipasarkan (Dewoto,
2007). Berdasarkan data WHO 40% dari penduduk Indonesia menggunakan
obat tradisional herbal. Sebuah survei melaporkan, terdapat 281.492 praktisi
pengobatan tradisional di Indonesia dan angka ini terus mengalami
peningkatan yang signifikan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2010) menyatakan bahwa upaya kesehatan dengan obat tradisional
merupakan bentuk dari partisipasi masyarakat dalam mendukung
peningkatan kesehatan.
Sari (2006) menyatakan, penggunaan obat tradisional secara umum
dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit
daripada obat modern. Meskipun saat ini obat tradisional cukup banyak
digunakan oleh masyarakat dalam usaha pengobatan sendiri (self-
medication), profesi kesehatan/dokter umumnya masih enggan untuk
meresepkan ataupun menggunakannya. Obat tradisional Indonesia
merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu digali, diteliti dan
dikembangkan agar dapat digunakan lebih luas oleh masyarakat (Dewoto,
2007).
Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional
untuk diabetes mellitus adalah Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis).
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis) dikenal sebagai tanaman
multiguna karena hampir seluruh bagian tanaman mulai dari akar hingga
daun bermanfaat bagi manusia (Makalalag et al, 2013).

2
Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis) merupakan salah
satu tumbuhan obat yang dimiliki Indonesia dan berpotensi untuk
dikembangkan menjadi bahan baku obat, karena tumbuhan ini bermanfaat
bagi masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit antara lain diabetes,
analgetik, pembengkakan sendi-sendi, diare dan memar (Syamsul et al,
2014). Binahong (Anredera cordifolia (Ten.)Steenis) juga dapat berkhasiat
untuk mengobati luka bakar, penyakit tifus, radang usus, sariawan,
keputihan, pembengkakan hati, pembengkakan jantung, meningkatkan
vitalitas dan daya tahan tubuh (Manoi, 2009).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah, World Health Organization (WHO) sebelumnya telah
merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan
dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat
dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif
gangguan fungsi insulin (Gustaviani, 2009 ).
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan rancangan
penelitian pre and postest with control group design (Notoadmojo, 2012).
Penelitian ini ingin membuktikan apakah terdapat pengaruh pemberian
ekstrak etanol daun binahong terhadap penurunan kadar gula darah pada
tikus galur Wistar. Penelitian dilakukan di laboratorium Biomedik III yaitu
di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Subjek penelitian ini adalah Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) yang diperoleh dari daerah Sonorejo,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah pada bulan November 2016. Penelitian
ini menggunakan hewan uji tikus putih jantan galur Wistar (Rattus

3
norvegicus), dengan usia kurang lebih 2-3 bulan dan berat badan kira-kira
150-300 gram sebanyak 25 ekor. Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel purposive sampling dan pengelompokan simple
random. Besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus
federer untuk menentukan berapa jumlah tikus yang akan digunakan
(Andries, 2009 dalam Candrasari et al, 2012).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
Tabel 1. Perbandingan Rata-rata Awal, Setelah Induksi Aloksan dan Setelah
Perlakuan.

Glukosa
Glukosa Presentas
Glukosa Setelah
Setelah e
Kelompok N Awal Induksi
Perlakuan Penuruna
(mg/dl) Aloksan
(mg/dl n (%)
(mg/dl)
Kontrol - 5 100,2±9,84 311±20,1 334±21,2 7,3
Kontrol + 5 80,8±17,2 306,6±47,7 129,2±37,1 57,86
Dosis 1 5 80,8±17,2 354±31,6 121,2±35,4 35,36
Dosis 2 5 98,2±6,41 339,2±50,2 177±72,1 47,81
Dosis 3 5 99,4±9,73 339,2±50,2 330±105 2,71
Total 25

Sumber : Data Sekunder diolah, Desember 2016.


Hasil tersebut menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata kadar
glukosa awal, setelah induksi aloksan dan setelah pemberian
perlakuan. Kenaikan dan penurunan setiap kelompok berbeda
tergantung dari dosis perlakuan yang diberikan.

4
Tabel 2. Persentase Peningkatan Glukosa setelah Induksi Aloksan.
Rerata Tiap Kelompok
Glukosa Setelah Rerata Peningkatan
Kelompok N Glukosa
Induksi (%)
Awal(mg/dl)
Aloksan(mg/dl)
Kontrol – 5 100,2 ± 9,83 311 ± 20,1 278.78 ± 104
Kontrol + 5 80,8 ± 17,2 306,6 ± 47,7 280.24 ± 176
Dosis 1 5 80,8 ± 17,2 354 ± 31 331.17 ± 79,8
Dosis 2 5 98,2 ± 6,41 339,2 ± 50,2 310.24 ± 682
Dosis 3 5 99,4 ± 9,73 339,2 ± 50,2 309.89 ± 415
Total 25
Sumber : Data Sekunder diolah, Desember 2016.
Hasil tersebut menunjukkan terdapat peningkatan glukosa pada
seluruh kelompok, dosis 1, dosis 2, dosis 3, kontrol positif dan kontrol
negatif setelah diinduksi aloksan.
3.2 Uji Statistik
Tabel 3. Uji Normalitas Data dengan Shapiro-Wilk

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
df Sig. Statistic Df Sig.
Statistic
,394 25 ,000 ,632 25 ,000

Sumber : Data Sekunder diolah, Desember 2016.


Uji Shapiro-Wilk digunakan untuk mengetahui distribusi data
yang didapatkan normal atau tidak pada sampel yang sedikit yaitu
kurang dari 50. Uji normalitas data pada nilai persentase penurunan
data kelompok setelah induksi aloksan dan kelompok data setelah
perlakuan didapatkan nilai p = 0,000 Karena nilai p < 0,05 maka
distribusi data tidak normal.

5
Gambar 1. Uji Normalitas Data Kelompok Setelah induksi Aloksan

Gambar 2. Uji Normalitas Data Kelompok Setelah Perlakuan Setelah di


Transformasi

6
Gambar 3. Uji Normalitas Data Kelompok Setelah Perlakuan

Gambar 4. Uji Normalitas Data Kelompok Setelah Induksi Aloksan dan


Kelompok Data Setelah Perlakuan

7
Tabel 4. Uji Test of Homogenety of Variance Selisih Data Setelah Induksi
Aloksan dan Setelah Perlakuan

Levene Statistic df1 df2 Sig.


7,111 4 20 ,001

Sumber : Data Sekunder diolah, Desember 2016.

Tabel 5. Uji Test of Homogenety of Variance Data Kelompok Setelah


Perlakuan Setelah di Transformasi.

Test of Homogeneity of Variances

T.posttes
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,382 4 20 ,029
Sumber : Data Sekunder diolah, Desember 2016..
Uji Test of Homogenety of Varience pada data pretest dan
posstest digunakan untuk mengetahui homogenitas dari varian data
tiap kelompok. Kriteria Uji Test of Homogenety of Varience adalah
jika angka p > 0,05, data yang di uji homogen atau varian data sama.
Uji homogenitas dilakukan pada data kelompok setelah perlakuan dan
kelompok setelah induksi aloksan data yang didapatkan antara pretest
dan posttest nilai p = 0,001 (nilai p < 0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa varian data tidak homogen.
Tabel 6. Uji Kruskal-Wallis Persentase Data Setelah Induksi Aloksan dan
Setelah Perlakuan

Selisih
Chi-Square 23,904
Df 4
Asymp. Sig. ,000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: kelompok

Sumber : Data Sekunder diolah, Desember 2016


Uji Kruskal-Wallis digunakan untuk mengetahui rata-rata
perbandingan tiap kelompok yang lebih dari dua kelompok perlakuan
yang memiliki distribusi data tidak normal dan sebaran data tidak

8
homogen atau salah satunya. Kriteria Uji Kruskal-Wallis adalah jika
nilai p < 0,05, nilai data di antara variasi dalam perlakuan dikatakan
ada perbedaan yang nyata. Uji Kruskal-Wallis didapatkan selisih data
pada kelompok pretest dan posttest nilai p = 0,000 (nilai p < 0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa dalam perlakuan berbeda bermakna.
Tabel 7. Uji Mann-Whitney Selisih Data Setelah Induksi Aloksan dan Setelah
Perlakuan

Kelompok Nilai p Hasil Uji


I-II 0.009 Berbeda bermakna
I-III 0.009 Berbeda bermakna
I-IV 0.009 Berbeda bermakna
I-V 0.674 Berbeda tidak bermakna
II-III 0.036 Berbeda tidak bermakna
II-IV 0.530 Berbeda tidak bermakna
II-V 0.009 Berbeda bermakna
III-IV 0.028 Berbeda tidak bermakna
III-V 0.009 Berbeda bermakna
IV-V 0.009 Berbeda bermakna

Sumber : Data Sekunder diolah, Desember 2016


Uji Mann-Whitney digunakan untuk mengetahui signifikan dari
perbedaan rata-rata data antar kelompok perlakuan yang memiliki
distribusi data tidak normal dan sebaran data tidak homogen atau salah
satunya. Kriteria Uji Mann-Whitney adalah jika nilai p < 0,05,
menunjukkan bahwa terdapat nilai perbedaan yang nyata atau
signifikan. Sebaliknya, jika nilai p > 0,05 menunjukkan bahwa tidak
terdapat nilai perbedaan yang nyata atau signifikan. Uji Mann-
Whitney dilakukan pada data penurunan GD dan hasil uji masing-
masing kelompok lain.

9
Tabel 7. Persentase efek penurunan kadar glukosa kelompok uji
dibandingkan dengan glibenklamid

Kelompok N Rerata Penurunan (%)

Dosis 1 5 113.6

Dosis 2 5 82.63

Dosis 3 5 4.684

Total 25

Hasil tersebut menunjukkan dari ketiga dosis uji didapatkan


dosis uji didapatkan dosis 1 memiliki efek rata-rata persentase yang
paling mendekati dengan kontrol positif yaitu glibenklamid dengan
dosis 0,126/200 gr/BB tikus.
3.3 Pembahasan
Penelitian telah dilakukan bertujuan untuk mengetahui efek
pemberian ekstrak etanol 70% daun binahong terhadap penurunan
kadar gula darah pada tikus jantan galur Wistar. Hewan uji yang
digunakan sebanyak 25 tikus dan dibagi kedalam 5 kelompok
perlakuan yaitu kelompok perlakuan 1 diberikan ekstrak etanol 70%
daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan dosis 25
mg/kgBB, kelompok perlakuan 2 diberikan ekstrak etanol 70% daun
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan dosis 50
mg/kgBB, kelompok perlakuan 3 diberikan ekstrak etanol 70% daun
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan dosis 100
mg/kgBB, kelompok kontrol positif diberikan glibenklamid dosis
0,126/200 grBB dan kelompok kontrol negatif hanya diberikan
aquades. Pengukuran kadar glukosa darah tikus dilakukan sebanyak 3
kali yaitu pengukuran kadar glukosa awal sebelum dilakukan
perlakuan apapun, kadar glukosa pretest 4 hari setelah injeksi aloksan
dan kadar glukosa post test 7 hari setelah pemberian perlakuan.

10
Sebelum dilakukan perlakuan ekstrak dan obat, seluruh tikus
diinduksi dengan aloksan untuk membuat kondisi tikus diabetes
eksperimental. Empat hari setelah induksi aloksan dilakukan
pengukuran glukosa darah yang kemudian kadarnya dibandingkan
dengan pemeriksaan glukosa sebelum induksi dengan aloksan.
Mekanisme kerja aloksan menghasilkan kerusakan pada sel beta
pankreas terutama menyerang senyawa-senyawa seluler yang
mengandung gugus sulfidril, asam-asam amino sistein dan protein
yang berikatan dengan gugus SH (Parameswari dan Widjanarko,
2014). Dosis aloksan yang paling tepat digunakan untuk menginduksi
tikus agar terjadi diabetes adalah 125 mg/kgBB, karena dosis ini
sudah dapat merusak sel beta langerhans namun tidak merusak secara
keseluruhan sehingga sesuai dengan yang diinginkan untuk percobaan
(Parameswari dan Widjanarko, 2014).
Ekstrak etanol 70% daun binahong (Anredera cordofolia (Ten.)
Steenis) sebagai dosis uji, glibenklamid sebagai kontrol positif dan
aquades sebagai kontrol negatif diberikan dalam kurun waktu 7 hari.
Selanjutnya glukosa darah diukur kembali dan dibandingkan antara
glukosa sebelum dan setelah perlakuan.
Pada uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai selisih antara kelompok
posttest dan pretest nilai p = 0,000 (nilai p < 0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa dalam perlakuan terdapat perbedaan yang
bermakna. hipotesis 1 terbukti, yaitu terdapat efek penurunan kadar
glukosa darah tikus putih galur Wistar (Rattus norvegicus) yang
diberikan ekstrak etanol 70% daun binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis) yang diinduksi aloksan. Melalui uji Mann-Whitney
diketahui terdapat 6 kelompok yang berbeda bermakna yaitu
kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif, kontrol negatif
dengan dosis 1, kontrol negatif dengan dosis 2, kontrol positif dengan
dosis 3, dosis 1 dengan kontrol dosis 3 dan dosis 2 dengan dosis 3.
Sedangkan dosis 1, 2 dan 3 tidak memiliki perbedaan yang bermakna

11
dibandingkan dengan kontrol positif (Tabel 3). Artinya dosis 1, 2 dan
3 memiliki efek penurunan glukosa yang mendekati efek glibenklamid
sebagai kontrol positif.
Dari uji Wilcoxon antara data glukosa sebelum dan setelah
induksi aloksan didapatkan perbedaan yang sangat signifikan dengan
nilai p < 0,005 (Lampiran 19). Pada dosis 1 didapatkan peningkatan
glukosa 338,11%, dosis 2 245,41%, dosis 3 386,26%, kontrol positif
279,45% dan kontrol negatif 210,37%.Sehingga dapat disimpulkan
seluruh kelompok, kontrol negatif, kontrol positif, dosis 1, dosis 2,
dan kelompok dosis 3, mengalami peningkatan glukosa setelah
induksi aloksan.
Efek penurunan kadar glukosa kelompok uji dibandingkan
dengan glibenklamid sebagai kontrol positif didapatkan hasil dosis 1
memiliki efek 113,6% dibandingkan dengan glibenklamid, pada dosis
2 memiliki efek 82,63% dibandingkan dengan glibenklamid dan dosis
3 memiliki efek 4,684% dibandingkan dengan glibenklamid. Dari
ketiga dosis uji didapatkan dosis 1 memiliki efek rerata persentase
yang paling mendekati dengan glibenklamid dosis 0,126/200 gr/BB
tikus yaitu 113,6% dibandingkan dengan glibenklamid.
4. PENUTUP
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini Ekstrak etanol
70% daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dosis 25 mg/kgBB,
50 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB pada efek dosis 25 mg/kgBB mempunyai
efek penurunan kadar glukosa darah tikus putih jantan galur Wistar (Rattus
norvegicus) yang diinduksi aloksan. Dalam penelitian ini, ekstrak daun
binahong dengan dosis 25 mg/kgBB memberikan efek paling maksimal
dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus jantan galur Wistar.
PERSANTUNAN
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus
kepada: DR. Dr. E. M. Sutrisna, M.kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Dr. Erna Herawati., Sp.KJ Selaku Kepala

12
Biro Skripsi, Ibu Riandini Aisyah, S.Si, M.Sc selaku pembimbing utama skripsi,
Dr. Devi Usdiana Rosyidah. M,Kes selaku ketua penguji skripsi, Dr. Retno
Sintowati. M.Sc selaku anggota penguji, segenap dosen dan staff Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, Keluarga tercinta, dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan naskah publikasi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Akrom., Harjanti P. D., Armansyah, T., 2014. Efek Hipoglikemik Ekstrak Etanol
Umbi Ketela Rambat (Ipomoea batatas P) (EEUKR) Pada Mencit Swiss
Yang diinduksi Aloksan. Pharmaciana.4:65-76
American Diabetes Association, 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care.33 : 562-569.

Ajie R. B., 2015. White Dragon Fruit (Hylocereus undatus) Potential as Diabetes
Mellitus Treatment.J MAJORITY .4 : 69-72
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2010. Antidiabetik
Oral Diabetes Melitus.EDITORIAL I Vol. XI /No. 5.
Baroroh, F., Aznam, N., Susanti, H., 2011. Uji Efek Antihiperglikemik ekstrak
etanol daun kacapiring (Gardenia augusta, Merr) pada Tikus Putih Jantan
Galur Wistar.Jurnal Ilmiah Kefarmasian.1 : 43–53
Candrasari, A., Romas, M. A., Hasbi, M., Astuti, O.R.., 2012. Uji Daya
Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz &
Pav.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus ATCC 6538,
Eschericia coli ATCC 11229 dan Candida albicans ATCC 10231 Secara
In Vitro. Biomedika. 4:1
Dahlan, M. S., 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5. Jakarta.
Penerbit Salemba Medika
Dewoto, R. H., 2007. Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi
Fitofarmaka. Jakarta. Departemen Farmakologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 205-206
Fauziah F., Arifin H., Elisma, dan Agustina N., 2014. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) terhadap
Kadar Kolesterol Total Darah pada Mencit Putih Jantan
Hiperkolesterolemia.Prosiding Seminar Nasional dan Workshop
Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV : 212-219
Firdous, M., Koneri, R., Sarvaraidu, C. H., Harish M., dan Shubhapriya, K.H.,
2009. Antidiabetic Activity of Saponin of Momordica Cymbalaria in

13
Streptozotocin-Nicotinamide. Journal of Clinical Diagnostic Research.
3:1460-1465
Gustaviani, R., Diagnosis dan klasifikasi diabetes mellitus. Dalam : Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S., 2009. Buku ajar ilmu
penyakit dalam . Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp 1880-1883
Indra, W. H., Pulungan, A. B., Tridjaja, B., Batubara, T. B. J., 2009. Komplikasi
Jangka Pendek dan Jangka Panjang Diabetes Mellitus Tipe 1. Sari
Pediatri. 10:367-372
Katzung, G. B., 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC. 716-717
Kurniawan, B., Aryana F. W., 2015. Binahong (Cassia Alata L) As Inhibitor Of
Escherichiacoli growth. J MAJORITY. 4:100-104
Larasari, L., Sukandar E. Y., Qowiyyah, A., 2011. Efek Ekstrak Metanol Daun
Binahong (Anredera cordifilia (Ten.) Steenis) Terhadap Gula Darah Pada
Mencit Model Diabetes Melitus. Jurnal Medika Planta. 1:1-10
Lidinilla, G. N., 2014. Uji Aktivitas Etanol 70% Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten) Steenis). Skripsi program studi farmasi. Jakarta
Makalalag, W. I., Wullur, A., dan wiyono, W., 2013. Uji Ekstrak Daun Binahong
( Anredera cordifolia Steen.) Terhadap kadar Gula Darah Pada Tikus Putih
Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Sukrosa.
PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi. 2:28-34
Manoi, F., 2009. Binahong (Anredera Cordifolia) sebagai Obat. Warta Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Industri. 15:3-5
Murdianto, Agus., Ria, Enny, F., Dewi, K., Isolasi, 2012. Identifikasi Serta Uji
Aktivitas Antibakteri Senyawa Golongan Triterpenoid Dari Ekstrak Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) Terhadap Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli.Universitas Diponegoro.
Ndraha, S., 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini. MEDICINUS.
27:1-5
Prameswari, O. M., dan Widjanarko S. B., 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun
Pandan Wangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan
Histopatologi Tikus Diabetes Melitus.Jurnal Pangan dan Agroindustri.
2:4
Purbowati, O., 2011. Pengaruh Campuran Ekstrak Tanaman Binahong (Anredera
cordifilia (Ten.) Steenis) Dan Sambiloto (Andrographis paniculata Nees)
Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus novergicus L.) Jantan.
Skripsi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen
Biologi Depok.

14
Rahmawati, F., Bintari H. S., 2014. Studi Aktivitas Antibakteri Sari Daun
Binahong (Anredera cordifilia (Ten.) Steenis) Terhadap Pertumbuhan
Bacillus cereus dan salmonella enteritidis. Unnes Journal of Life Science
3. 103-111
Suyono, S., Waspadji, S., Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., & Semiardji,
D., 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Edisi 2. Jakarta :
Balai Penerbitan FKUI. 126-168
Syamsul, E. S., Lestiani, A.W., Sukawaty , Y., Supomo., 2014. Uji Daya
Analgetik Ekstrak Etanolik Daun Binahong (Anredera cordofolia (Ten.)
Steenis) pada Mencit Putih (Mus musculus L.) Jantan. Prosiding Seminar
Nasional Kimia
Yuriska, A. F., 2009. Efek Aloksan terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar.
Karya lmiah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

15

Anda mungkin juga menyukai