Anda di halaman 1dari 28

BIMBINGAN PENYULUHAN

NAMA : IZZATUL ARHAMY MALAKA

NIM : 19010105055

KELAS : PIAUD B

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

IAIN KENDARI

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam (6) tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).

Perilaku anak usia dini atau usia Taman Kanak-Kanak saat ini sangat
beragam. Ada anak yang sangat mudah untuk diajari dan diberikan arahan,  ada
anak yang sangat susah diatur, dan ada pula yang mengalami kesulitan dalam
belajar, suka mengganggu teman pada saat belajar bahkan takut dengan orang
dewasa. Mereka dapat dikategorikan sebagai kelompok yang menuntut layanan
bimbingan yang khusus.

Walaupun banyak perbedaan karakter disetiap anak namun pada dasarnya


setiap anak itu pintar dan cerdas, baik anak yang anak yang hiperaktif yang
destruktif, moody, bahkan pendiam sekalipun. Anak yang sulit fokus pada
pelajaranpun bukan berarti ia tidak mengerti sama sekali pelajaran yang diberikan.
Bisa jadi sebenarnya anak tahu apa yang  sedang dijelaskan oleh gurunya, hanya
saja konsentrasi mereka sangat sulit terpusatkan pada pelajaran yang diberikan.
Anak dengan perilaku seperti ini seringkali kita jumpai di sekolah-sekolah
termasuk di PAUD/TK. Melihat fenomena seperti ini sudah seharusnya setiap
sekolah PAUD/TK mempunyai guru BK. Guna mencegah atau mengatasi
terjadinya masalah-masalah yang dialami oleh anak.
1.2. RUMUSAN MASALAH

2
1. Apa permasalahan yang dialami peserta didik ?
2. Apa dampak yang ditiimbulkan dari permasalahan yang dialami anak
didik tersebut ?
3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang dialami anak didik
tersebut ?

1.3. TUJUAN OBSERVASI

Observasi ini bertujuan untuk melihat atau mengamati seefektif dan sejauh
mana layanan pada anak usia dini serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi
anak peserta didik tersebut.

Sesuai dengan tuntutan zaman serta kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi,
menghadapi tantangan untuk memeprsiapkan peserta didik yang bukan hanya
mengutamakan pengembangan kecerdasan intelektual saja tetapi juga menyadari
pentingnya aspek kecerdasan emosional dan kecerdasan moral yang harus
dipupuk sejak dini.

Selain itu, Observasi ini juga untuk memenuhi tugas mata kuliah BK AUD
dan mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada di TK Kanisius.

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1. GAMBARAN SEKOLAH

1. Nama Lembaga : Yayasan Bruder


2. Nama TK : “Kanisius”
3. Alamat Lembaga/TK :
- Jalan : GS Mahmud No.96
- Kelurahan : Siantan Tengah
- Kecamatan : Pontianak Utara
- Kota : Pontianak
- No. Telp/HP : 081352182175

4
4. Visi :
Dengan semangat yang tinggi melalui proses pembelajaran bermain
sambil belajar dapat menumbuhkembangkan insan yang cerria, cerdas,
mandiri dan kreatif serta memiliki budi pekerti yang luhur dan
berwawasan nasional.

5. Misi :

1. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas, bermutu dan bermoral.


2. Mewujudkan insan yang ceria, cerdas dan mandiri, kreatif serta
sehat dan bertanggungjawab.
3. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, bersih dan
indah.
4. Menciptakan pembiasaan kemandirian pada anak dengan penuh
kasih sayang.

5
(Gambar Uraian Tugas)

Adapun uraian tugas TK Kanisius Antara lain :

1. Kepala Sekolah : Lusia Lenie, S.Pd AUD


2. Bendahara sekolah : Epifania Yulianti, S.E
3. Tata usaha : Elti, S.Kom
4. Tenaga Pendidik:
- Wali kelas B1 : Rizka Julient, S.Pd AUD
- Wali kelas TK B2 : Nurlesli Simanjuntak
- Wali kelas TK B3 : Yuliana Sinta
- Wali kelas TK B4 : Theresia Dekan, S.Pd AUD
- Guru Bahasa Inggris : Yenova Nasarina, A.Md
- Guru Bahasa Mandarin : Yuliati
5. Karyawan : Halijah
Yohana Elviani Minus
Muhamad Sirat

6
Fasilitas dan media pendukung proses pembelajaran TK Kanisius cukup
menunjang. Beberapa sarana dan prasarana yang ada di TK Kasih Ibu
antara lain :

1. Meja
2. Kursi
3. Papan tulis
4. Ayunan
5. Luncuran
6. TV
7. Lemari buku
8. Buku-buku ajaran
9. Gambar-gambar hewan dan tumbuhan
10. Contoh-contoh huruf

7
Foto profil sekolah

8
9
1.2. GAMBARAN MASALAH

Di dalam keseharian aktifitas peserta didik, banyak hal yang sudah


diketahui pada setiap-setiap individu. Dimulai hanya dari sebuah dugaan hingga
sudah menjadi kebiasaan peserta didik. Dan terlebih apabila diteliti, banyak
temuan yang jauh lebih mendalam mengenai kepribadian perseorangan. Sedikit
demi sedikit mulai timbul adanya pembauran yang mengakibatkan seringnya
perselisihan, kesalah pahaman yang terjadi hingga akhirnya perkelahian pun
kadang tak terhelakkan apabila tidak adaya pengawasan dari guru/pembimbing.
Kemudian hal lain juga sering terjadi yaitu, mulai pudarnya rasa patuh terhadap
guru, dikarenakan sudah terbiasanya peserta didik tersebut melakukan hal yang
demikian. Suasana tersebut terjadi saat anak sudah tidak mendapatkan perhatian
dan kehilangan konsentrasi dalam mengikuti kegiatan belajar, begitu juga tempat
terjadinya. Kadang ada pula anak yang berbuat tidak seperti yang diharapkan
karena tempat yang membuat dia melakukan hal demikian.

Anak bermasalah di usia TK / PAUD yang memiliki perilaku non


normative dilihat dari tingkat perkembangannya, atau mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri baik pada prilaku belajar (konsentrasi) maupun dalam aktifitas
bermain di sekolah atau di rumah maupun social.
Untuk mengetahui apakah anak bermasalah atau tidak, pendidik (orang tua , guru,
orang dewasa di sekitar anak) perlu memahami tahapan perkembangan anak
dalam segala aspek. Pemahaman tersebut dapat membantu menganalisis dan
mengelompokan anak pada kategori bermasalah atau tidak.
Gambaran masalah pada anak dapat terlihat dari berbagai ekspresi maupun
tingkah laku yang tampak seperti berikut.
a. Penakut
b. Pemalu
c. Sering sakit
d. Sering mengganggu teman
e. Sering di ganggu teman
f. Sering menyendiri

10
g. Di benci teman
h. Tidak menyukai gurunya
i. Tidak sopan kepada gurunya
j. Sering berkelahi
k. Suka melanggar tata tertib sekolah
l. Suka membolos
m. Sering terlambat masuk kelas
n. Kurang minat mengikuti pelajaran
o. Sering tidak mengerjakan tugas
p. Tidak konsentrasi
q. Kurang mampu membaca,menghitung dan mengambar
r. Pendiam
s. Sulit berteman
t. Suka berbohong
u. Suka membantah perintah guru

1.3. LATAR BELAKANG DAN LATAR DEPAN MASALAH

 LATAR BELAKANG MASALAH

Yang menyebabkan timbulnya masalah dengan melihat latar depan yang


kemungkinan akan terjadi jika masalah tersebut tidak segera di atasi. Masalah
yang di alami peserta didik dapat disebabkan oleh dua factor yaitu dari diri si
peserta didik itu sendiri atau dari luar diri peserta didik tersebut. Masalah yang
disebabkan dari diri si peserta didik biasanya berhubungan dengan keterbatasan
kemampuan, minat, motivasi dan lain sebagainya. Sedangkan yang dari luar diri si
peserta didik biasanya berasal dari lingkungan seperti keluarga, sekolah, dan
masyarakat.

11
 LATAR DEPAN MASALAH

Latar depan ini sangat perlu di analisis untuk memperoleh gambaran apa
yang akan terjadi jika masalah yang di alami oleh peserta didik tidak segera
memperoleh bantuan. Akan timbul berbagai masalah seperti:

 Anak tidak dapat mengontrol dirinya sendiri


 Anak tidak dapat mengontrol emosinya
 Terkadang prilaku anak menjadi tidak terkontrol dan berambisi untuk
mendapatkan sesuatu dalam bermain.
 Anak akan mengalami kesulitan bermain
 Anak sering bermain tangan dan tidak bisa duduk diam
 Selalu berbicara berlebihan
 Tidak suka berbicara dengan orang lain
 Tidak bisa menguasai atau sangat lambat dalam penguasaan bahasa sehari-
hari.

1.4. PENGUMPULAN DATA


Dalam membantu menangani masalah / kasus peserta didik sangat di perlukan
pengumpulan data tentang si peserta didik yang bermasalah. Dengan memperoleh
data-data yang lengkap dan valid sangat membantu mempeoleh gambaran masalah
secara menyeluruh dan mendalam sehingga dapat menetapkan latar belakang dan
latar depan masalahnya. Data-data peserta didik dapat diperoleh secara lengkap
apabila melakukan kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan berbagai
teknik yang sering digunakan untuk memahami individu .

1.5. USAHA PENCEGAH


Agar masalah yang menimpa peserta didik dapat di cegah atau tidak terulang lagi
atau menular pada peserta didik lainnya, maka diperlukan kerja sama yang baik
dari pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat. Jika semua pihak dapat mencegah
berbagai sumber penyebab munculnya masalah maka dapat di pastikan peserta
didik akan terhindar dari masalah yang merugikannya.

12
Beberapa usaha yang dapat di lakukan pihak sekolah kepada peserta didik agar
dapat terhindar dari maslah antara lain.
 Menciptakan kondisi sekolah yang menyenangkan
 Menciptakan iklim belajar mengajar yang menyenangkan
 Menumbuhkan motivasi belajar yang kuat pada peserta didik
 Menyediakan alat dan fasilitas yang memadai
 Mengunakan media yang menarik dalam proses belajar mengajar

1.6. USAHA PEMECAHAN MASALAH

Dalam memecahkan masalah orang-orang yang terlibat langsung harus


menampilkan sikap yang bersahabat, ramah, penuh kasih sayang, terbuka, sabar,
konsekuen, dan tegas.

Beberapa usaha yang dapat dilakukan guru dalam membantu memecahkan


masalah peserta didiknya antara lain:

 Memberikan pengajaran remedian (perbaikan)


 Memotivasi peserta didik dengan berbagai cara agar mereka senang dalam
belajar
 Menyadarkan peserta didik bahwa belajar bukan hanya kewajiban tetapi
merupakn suatu kebutuahan
 Berkonsultasi dengan pihak orang tua
 Bersikap yang menyenangkan ( bersahabat, ramah, peduli, sabar)

1.7. PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENANGANAN INI


Untuk pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan masalah pada anak-anak ini
tentunya melibatkan orang-orang terdekat dari anak tersebut terutama dari orang
tuanya sendiri, keluarga, guru,kepala sekolah,teman-teman,maupun masyarakat
sekitar anak tersebut. Yang diharapkan dapat membantu dalam proses penanganan
masalah pada anak yang bermasalah tersebut.

13
BAB III

ANALISIS

Data ini saya dapatkan dari wawancara saya dengan si wali kelas anak, ini
bersifat objektif sebab wali kelas anak juga membantu saya mewawancarai
orangtua wali sehingga saya tidak perlu mewawancarai lagi si orangtua anak,
berikut data-data si anak:

3.1. ANALISIS ANAK KE-1

a. Gambaran Masalah
Keterangan tentang identitas Anak
No Induk :154617
Nama peserta didik
a. Nama lengkap : Fabio Patricio
b. Nama panggilan : Fabio
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat dan tanggal lahir : Pontianak, 17 Maret 2010
Agama : Khatolik

14
Anak Ke : 1 (satu)
Tinggal Bersama : Orang Tua

Keterangan tentang Identitas Orang tua/ wali


1. Identitas Ayah
a. Nama : Niko Friskus
b. Tempat dan Tanggal Lahir:Semadu, 04 Januari 1981
c. Agama : Khatolik
d. Pendidikan terakhir : SMA
e. Pekerjaan : Swasta
f. Alamat
1. Jalan : Jl. Khatulistiwa No.19
2. Desa/Kelurahan : Siantan Hilir
3. Kecamatan : Pontianak Utara
4. Kabupaten/ Kota : Kota Pontianak
5. Provinsi : Kalimantan Barat
g. No. Telphone / Hp : 085251902517

2. Identitas Ibu
a. Nama : Susana Natalia
b. Tempat Dan Tanggal Lahir:Pontianak, 27 Desember 1975
c. Agama : Khatolik
d. Pendidikan Terakhhir : SMA
e. Pekerjaan : Rumah Tangga
f. Alamat
1. Jalan : Jl. Khatulistiwa No. 19
2. Desa /Kelurahan : Siantan Hilir
3. Kecamatan : Pontianak Utara
4. Kabupaten/ Kota : Kota Pontianak
5. Provinsi : Kalimantan Barat
g. No. Telphone / Hp : 089665319817

15
b. Tingkah Laku Bermasalah: Mempunyai sifat hiperaktif yang destruktif,
ingin menang sendiri, suka membuat keributan dikelas, suka memukul
teman-temannya atau bersikap kasar, kurang memperhatikan guru pada
saat menjelasankan materi yang di sampaikan, kurang berkonsentrasi.

c. Latar Belakang Dan Latar Depan

Fabio merupakan putra pertama dari bapak Niko dan ibu Natali. Dan
Fabio sangat dimanjakan oleh orang tuanya sehingga apapun yang
dilakukannya dibiarkan dan segala apapun yang dipintanya dituruti. Hal
ini membuat Fabio menjadi bersikap semaunya seperti suka memukul
teman-temannya, membuat keributan, bersifat hiperaktif dan kurang
memperhatikan guru dan akhirnya sulit berkonsentrasi.
Seandainya anak ini tidak segera diatasi, akibatnya hingga dewasa nanti
anak ini akan sering bersikap kasar kepada siapapun, suka semaunya, dan
menjadi seorang profokator yang membuat keributan terus menerus.

d. Usaha pencegahan
Agar Fabio tidak terus-menerus bersikap kasar kepada siapapun, suka
semaunya, dan bersifat hiperaktif , saya mencoba menggunakan teknik
model konseling behavioral.

e. Usaha Pemecahan Masalah


Kerena saya memfokuskan kepada masalah aspek moral keagamaan jadi
saya mengunakan teknik model konseling behavioral, untuk mengubah
perilaku kasarnya dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Pertama: belajar operan. Disini saya menganjurkan kepada wali kelasnya
untuk menjanjikan kepadanya memberikan sebuah hadiah, jika ia bersedia
berhenti bersikap kasar, bertindak semaunya dan hiperaktif dan menganti
sikap lemah lembut kepada teman, guru dan orang tua, ia akan menerima

16
sepotong kue dari wali kelas. Jika dia tidak tertarik dengan tawaran kue,
maka guru atau wali kelas menaikkan kadar penghargaan. Jika masih tetap
tidak mau, maka guru wali kelas boleh bernegosiasi dengannya, apa yang
dimaunya akan dituruti, asalkan mau mengubah perilakunya.
Kedua: belajar mencontoh. Pada tahap ini guru contoh perilaku yang
bersikap lemah lembut (boleh secara langsung atau boleh mencontoh
teman-temannya yang lemah lembut) dan memintanya untuk
mempraktikkannya. Ketika Fabio telah menunjukkan perubahan perilaku
baru dari hasil mencontoh perilaku yang lemah lembut, maka guru
memberikan respons terapiutik agar perilaku tersebut bertahan dan
dilakukan terus menerus.
Ketiga: belajar kognitif: pada tahap ini, guru/wali kelas harus aktif dalam
memberikan instruksi-instruksi sederhana agar ia selalu berpikir untuk
memperbaiki perilakunya.
Keempat: belajar emosi: pada tahap ini, guru/wali kelasnya harus bisa
“menyentuh” sensitivitas emosional si Fabio. Sehingga ia bisa menyadari
secara emosi bahwa perilakunya selama ini adalah kasar, dan suka
semaunya, dan oleh sebab karenanya harus diubah menjadi perilaku yang
lemah lembut dan bisa menerima pendapat orang lain dan tidak semaunya.

Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Menangani Masalah


Nama : Nurlesli Simanjuntak
TTL : 28 September 1959
Jabatan : Wali Kelas Si Anak
Jenis Kelamin : Perempuan
Mulai Bertugas: 14 Juli 2005

17
3.2. ANALISIS ANAK KE-2

a. Gambaran Masalah
Keterangan tentang identitas Anak
No Induk : 154611
Nama Peserta Didik
a. Nama Lengkap : Clarenz Frisco Verhersio
b. Nama Panggilan : Frisco
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Dan Tanggal Lahir : Pontianak, 07 November 2010
Agama : Budha
Anak Ke : 2 (Dua)
Tinggal Bersama : Orang Tua

Keterangan tentang Identitas Orang tua/ wali


1. Identitas Ayah
a. Nama : Herman Susanto
b. Tempat Tanggal Lahir: Pontianak, 09 April 1984

18
c. Agama : Budha
d. Pendidikan Terakhir : SMA
e. Pekerjaan : Swasta
f. Alamat
1. Jalan : Jl. Khatulistiwa No.19
2. Desa/Kelurahan : Siantan Hilir
3. Kecamatan : Pontianak Utara
4. Kabupaten/ Kota : Kota Pontianak
5. Provinsi : Kalimantan Barat
g. No. Telphone / Hp : 081257166998

2. Identitas Ibu
a. Nama : Verawati
b. Tempat Dan Tanggal Lahir:Pontianak, 07 November
c. Agama : Budha
d. Pendidikan Terakhhir : SMA
e. Pekerjaan : Rumah Tangga
f. Alamat
1. Jalan : Jl. Khatulistiwa No. 19
2. Desa /Kelurahan : Siantan Hilir
3. Kecamatan : Pontianak Utara
4. Kabupaten/ Kota : Kota Pontianak
5. Provinsi : Kalimantan Barat
g. No. Telphone / Hp : 081257166998 / 0561-883958

c. Tingkah Laku Bermasalah: Mempunyai sifat yang pendiam, pemalu,


malas belajar, takut dengan orang dewasa seperti guru, orang tua temannya
dan juga saya baru dikenalnya, tidak mau berkomunikasi dengan orang
dewasa lain selain ibu dan ayahnya, tidak suka dipaksa atau dikerasi.

d. Latar Belakang Dan Latar Depan

19
Frisko merupakan anak kedua dari bapak Herman dan ibu Vera. Karena
Frisco anak bungsu dari dua bersaudara, Frisco sangat manja terhadap
orang tuanya, dan jarang berkomunikasi dengan orang dewasa seperti guru
dan orang yang baru dikenalnya seperti saya. Dan Frisco merupakan anak
yang tidak suka dipaksa atau kerasi jika dikerasi Frisco tidak mau
melakukan apapun yang diperintahkan oleh guru, seperti berdo’a, belajar
mewarnai dan sebagainya.
Seandai anak ini tidak segera diatasi akan mengakibatkan ia hingga
dewasa menjadi orang yang penakut, dan tidak mau berkomunikasi dengan
orang lain seperti guru, dan keluarga yang jarang dilihatnya. Orang akan
beranggapan anak ini sombong pada hal tidak dan untuk mengajar anak
seperti ini harus lembut dan sabar agar bisa diterimanya.

e. Usaha pencegahan
Agar Frisko tidak terus menerus takut dengan orang dewasa, pendiam dan
pemalu, saya mencoba menggunakan teknik model konseling realitas.

f. Usaha Pemecahan Masalah


Kerena saya memfokuskan kepada masalah aspek sosio-emosional jadi
saya menggunakan teknik model konseling raelitas, untuk mengubah pola
fikir anak yang pendiam, pemalu, dan takut kepada orang dewasa dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
Pertama, menjalin komunikasi yang khusus dan personal dengannya dan
proses komunikasinya lakukan dengan empatik dan penuh kehangatan.
Kedua, memfokuskan komunikasinya dengan permasalahan yang dihadapi
Frisko yakni, pemalu, pendiam dan takut dengan orang dewasa.
Kemudian, memintanya untuk berperilaku baik, misalnya mau
menanyakan hal-hal yang tidak dimengertinya kepada guru dan
berpendapat tentang gambar yang digambar di depan papan tulis. Sebab,
konseling realitas menganggap bahwa mengubah perilaku lebih mudah
dari mengubah perasaan.

20
Ketiga, guru/ wali kelas harus menolak alasan-alasan masa lalu yang di
kemukakan oleh Frisko. Sebab pengalaman masa lalu tidak dapat diubah.
Yang terpenting adalah memperbaiki perilaku saat ini dan yang akan
datang.
Keempat, meminta Frisko menilai apakah perilakunya rasional,
bertanggung jawab, dan realitas atau justru sebaliknya. Dan memastikan ia
menyimpulkan bahwa penolakan terhadap realitas adalah perilaku yang
tidak rasional, tidak bertanggung jawab, dan sebaliknya.
Kelima, setelah menyadari bahwa ia pemalu, pendiam dan takut kepada
orang dewasa dan meminta Frisko untuk merencanakan perubahan
perilaku, dari yang sebelumnya ia pemalu, pendiam dan takut kepada
orang dewasa menjadi tidak pemalu, tidak pendiam lagi dan berani
berbicara dengan orang dewasa selayaknya ia berbicara dengan ibu dan
ayahnya.
Keenam, setelah selesai perencanaan perubahan perilaku tersebut, maka
guru/wali kelas memintanya untuk mempraktikkan rencananya tersebut
secara riil dilapangan. Misalnya guru/wali kelas meminta Frisko
untukberpendapat tentang gambar yang di papan tulis dan menyapa orang
guru lain atau orang tua dari teman-temannya.
Ketujuh, jika dalam proses mempraktekkan rencana kan tersebut dan
Frisko mencari berbagai alasan, maka guru/wali kelas harus menolak
alasannya tersebut.
Kedelapan, walaupun Frisko gagal dalam rencana perubahan tingkah
lakunya, guru kelas tidak boleh menghukumnya karena dengan
menghukumnya, ia akan semakin takut kepada orang dewasa dan semakin
pendian dan pemalu.

Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Menangani Masalah


Nama : Nurlesli Simanjuntak

21
TTL : 28 September 1959
Jabatan : Wali Kelas Si Anak
Jenis Kelamin : Perempuan
Mulai Bertugas: 14 Juli 2005

BAB IV

22
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Setiap permasalahan pasti ada pemecahan permasalahannya termasuk pada
perilaku seperti permasalahan yang dialami oleh Fabio (hiperaktif yang
destruktif), dan Frisko (pendiam, pemalu dan takut dengan orang dewasa).
Karena jika sikap ini dibiarkan akan menyebabkan penyimpangan perilaku
berupa bersikap kasar kepada siapapun, suka semaunya, dan menjadi seorang
profokator yang membuat keributan terus menerus. Dan menjadi orang yang
penakut, dan tidak mau berkomunikasi dengan orang lain seperti guru, dan
keluarga yang jarang dilihatnya.
Anak seperti ini harus diatasi oleh konselor atau guru BK dengan teknik-
teknik tertentu sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh peserta didik,
seperti model konseling behavioral dan model konseling realitas.

4.2. Saran
Dalam menangani anak yang mempunyai masalah seperti, suka memukul
teman, bersikap kasar, pendiam, pemalu dan takut kepada orang dewasa
hendaknya jangan menggunakan kekerasan dan melontarkan kata-kata yang
tidak tepat untuk anak usia TK, karena akan mengakibatkan penyimpangan
perilaku kedepannya. Tegur mereka dengan pelan (lemah lembut) dan beri ia
kepercayaan untuk melakukan sesuatu. Tangkap basah saat ia berbuat baik,
puji ia saat itu juga. Dan sebaiknya setiap TK memiliki minimal satu konselor
guru BK agar bisa menelusuri bakat, minat dan potensi anak sejak dini,
Menjaga keoriginalan anak (sifat unik), menyiapkan mental anak memasuki
SD, dan mengidentifikasi kemungkinan munculnya gangguan mental
dikemudian hari.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

23
(Saat Berdo’a)

(Aktivitas pada saat makan)

24
(Proses belajar mengajar)

( Frisko kesal dan menangis)

25
(Fabio mengikuti les)

(Fabio mengganggu temannya pada saat mewarnai)

26
(Frisko dan teman-teman memilih pensil warna)

(Fabio di panggil ke depan oleh guru bahasa mandarin)

27
( Saya bersama dengan kepala sekolah )

28

Anda mungkin juga menyukai