Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen Mimi
yulianti S.Pd.,M.Pd pada bidang study “psikologi pendidikan” Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang topik atau pun pembahasan makalah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDULUHAN
Berikut ini adalah beberapa jenis anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan penanganan
khusus dari orangtuanya:
1. Tunagrahita
Tunagrahita adalah seseorang yang mengalami masalah di dalam perkembangan mentalnya. Hal
ini bahkan bisa saja berupa kondisi keterbelakangan yang membuatnya mengalami masalah
dalam berbagai bidang, misalnya: kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi, kesulitan
dalam belajar dan memahami suatu masalah. Pada umumnya anak tunagrahita memang
membutuhkan penanganan khusus, meskipun tidak tertutup kemungkinan mereka untuk belajar
mandiri.
2. Tunanetra
Tunanetra adalah seseorang yang mengalami gangguan pada penglihatannya, baik itu berupa
gangguan total atau bahkan hanya sebagian penglihatan saja. Dalam kondisi seperti ini, seorang
anak haruslah mendapatkan pendidikan kebutuhan khusus sejak dini, terutama jika kondisi ini
memang dibawa anak sejak lahir.
3. Tunarungu
Seseorang yang mengalami gangguan pada fungsi pendengaran disebut tunarungu. Gangguan ini
bisa saja berupa kehilangan seluruh fungsi pendengaran atau bahkan sebagian saja. Pada
umumnya, anak tunarungu akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, termasuk
bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungannya.
4. Tunalaras
Tunalaras adalah seseorang yang mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungan dan juga orang-orang di sekitarnya. Anak tunalaras pada umumnya sulit untuk
berkomunikasi dan memiliki emosi yang tidak stabil, sehingga kerap tidak bisa bersosialisasi
dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.
5. Tunadaksa
Tunadaksa adalah seseorang yang mengalami masalah / kelainan pada alat gerak tubuhnya.
Kondisi ini bisa saja berupa cacat permanen, terutama pada anak yang memang mengalami
masalah tersebut sejak lahir. Seorang anak tunadaksa biasanya akan membutuhkan seorang
pendamping dan juga pendidikan khusus untuk melatih gerak tubuhnya.
Selain kelima jenis anak berkebutuhan khusus di atas, masih ada jenis lainnya, yakni: anak yang
mengalami masalah dalam belajar (lambat mencerna pelajaran), anak yang mengalami masalah
ketika mempelajari sesuatu dengan spesifik, serta anak yang terlalu cerdas, dan juga anak yang
memiliki gangguan ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Karena berbeda dari umumnya, maka anak-anak kebutuhan khusus tentunya membutuhkan
kasih sayang dan perhatian yang lebih spesifik. Nah berikut ini beberapa cara menangani
anak-anak berkebutuhan khusus.
Metode pengajaran yang umum digunakan dalam pengajaran anak berkebutuhan khusus
yaitu komunikasi, analisis tugas, intruksi langsung, prompts dan pembelajaran kooperatif. Sangat
penting bagi guru dalam memilih strategi ataupun metode pengajaran yang efektif untuk anak
berkebutuhan khusus. Tujuannya adalah agar anak bisa mendapatkan pembelajaran yang baik
dan bermanfaat.
Dalam kegiatan belajar tidak akan lepas dari komunikasi, apabila tercipta komunikasi yang baik
antara siswa dengan guru maka akan tercipta suasana belajar yang baik, dan sebaliknya apabila
antara siswa dengan guru tercipta komunikasi yang kurang baik, maka akan tercipta suasana
belajar yang kurang baik, karena itu metode pengajaran yang utama untuk anak berkebutuhan
khusus adalah komunikasi.
Kedua adalah analisis tugas, analisis tugas di maksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas
yang harus dilakukan ke dalam indikator-indikator kompetensi.
Tujuan dari analisis tugas ini sendiri adalah untuk mengetahui apakah anak tersebut sudah
melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang dituntut kepadanya.
Ketiga adalah intruksi langsung, metode ini memberikan pengalaman belajar yang positif dengan
itu dapat meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi untuk berprestasi, karena pada metode ini
menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang terstruktur dengan cermat dalam intruksi
atau perintah.
Keempat prompts, prompt merupakan bantuan yang diberikan pada anak untuk menghasilkan
respon yang benar. Prompts memberikan anak informasi tambahan atau bantuan untuk
menjalankan instruksi. Adapun jenis-jenis dari prompts yaitu verbal prompts, modeling, gestural
prompts, psycal promp, peer tutorial, dan cooperative learning.
Terakhir adalah pembelajaran kooperatif, merupakan salah satu cara yang efektif dan
menyenangkan untuk mengarahkan beberapa siswa dengan berbagai kemampuan untuk
menyelesaikan salah satu tugas.
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan lingkungan yang positif dan mendukung,
yang mendorong penghargaan pada diri sendiri, menghargai pendapat orang lain, dan menerima
perbedaan individu. Untuk penerapan metode-metode tersebut seorang guru, harus mampu melihat
kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh anak, dengan itu seorang guru dapat menentukan metode
apa yang akan ia gunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai kegiatan belajar yang efektif.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
1. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam prosesperkembangannya
secara signifikan mengalami penyimpangan baik fisik, mental, intelektual, sosial,
emosional dibandingkan dengan anak lain seusianya sehingga memerlukan
pendidikan khusus.
2. Pendidikan inklusif adalah layanan pendidikan yang mengupayakan semua
anak termasuk anak berkebutuhan khusus dilayani sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhannya di sekolah terdekat dalam kelas biasa bersama teman
sebayanya dengan memperhatikan perbedaannya.
3. Ciri-ciri sekolah inklusif: Karena di dalamnya terdiri dari bermacam ragam
anak, termasuk anak berkebutuhan khusus, maka sekolah harus memperhatikan
aksesibilitas
fisik dan aksesibilitas nonfisik supaya layanan terhadap semua anak dapat
maksimal.
4. Dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus di kelas inklusif, guru
harus memperhatikan prinsip-prinsipumum pembelajaran dan juga prinsip-prinsip
khusus pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus yang sesuai dengan
kelainan anak.
Penutup
Demikianlah, dengan selesainya kesimpulan, maka segala apa yang direncanakan
dalam makalah ini telah diselesaikan dan hasilnya telah dilaporkan sebagaimana
adanya, serta hanya inilah yang penulis sajikan sebagai hasil kerja keras selama ini.
Apa yang disajikan ini tentunya hanya merupakan bagian terkecil dari apa yang
seharusnya dipikirkan, dikuasai dan dilaksanakan serta dikembangkan untuk
pengembangan pendidikan bagi semua anak, Khususnya dalam setting pendidikan