Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN


PADA PENDIDIKAN LUAR BIASA

Disusun oleh:
Kelompok 6

1. Meyri Dwi Pulta Azizah (5019017)


2. Berli Sintama (5019082)
3. Cici Saita Yulensi (5019097)
4. Azizah Rahmah Sari (5019111)
5. Sandy Aulia (5019201)

Kelas : VII. F
Mata Kuliah : Pendidikan Luar Biasa
Dosen Pengampu : Willy Lontoh M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Metode
Pembelajaran Kelompok Kecil Dan Perorangan Pada Pendidikan Luar Biasa” ini tepat
pada waktunya. Ada pun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari dosen Bapak Willy Lontoh M.Pdpada mata kuliah Pendidikan Luar Biasa.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Willy Lontoh M.Pd selaku dosen
Pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau, November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai


kelainan/penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya dalam hal fisik,
mental maupun karakteristik perilaku sosialnya. Anak berkebutuhan khusus tentu akan
menghadapi berbagai masalah yang berhubungan dengan kekhususannya. Semua
masalah tersebut perlu diselesaikan dengan memberikan layanan pendidikan, bimbingan
serta latihan sehingga masalah yang timbul dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu
guru atau orang tua perlu memahami kebutuhan dan potensi anak agar dapat
berkembang secara maksimal sesuai kekhususannya.

Tidak ada orang yang meminta menjadi cacat. Namun menjadi penyandang
cacatpun bukan berarti tidak bisa berbuat apa-apa. Banyak individu yang meskipun
menjadi penyandang cacat bisa menjadi penerang hidup bagi teman-teman
berkebutuhan khusus lainnya. Secara kodrati semua manusia mempunyai berbagai
macam kebutuhan, tak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Salah satu diantaranya
kebutuhan pendidikan. Dengan terpenuhi kebutuhan akan pendidikan anak
berkebutuhan khusus diharapkan bisa mengurusi dirinya sendiri dan dapat melepaskan
ketergantungan dengan orang lain. Tertampungnya anak berkebutuhan khusus dalam
lembaga pendidikan semaksimal mungkin berarti sebagian dari kebutuhan mereka
terpenuhi. Diharapkan lewat pendidikan yang mereka dapatkan mampu memperluas
cakrawala pandangan hidupnya. Sehingga mampu berfikir secara kreatif, inovatif dan
produktif.

Guru adalah pelaksana langsung dari kurikulum di suatu kelas. Pencapaian


implementasi kurikulum yangbaiksangat bergantung pada faktor kemampuan yang
dimiliki oleh seorang guru. Beberapa Sekolah Luar Biasa telah mengimplementasikan
Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus. Oleh karena itu, dilakukan penelitian tentang
peran guru dalam implementasi kurikulum 2013 pendidikan khusus pada sekolah luar
biasa.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana penanganan anak berkebutuhan khusus?
3. Bagaimana cara mengajar anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi anak berkebutuhan khusus.
2. Untuk mengetahui dan memahami penanganan anak berkebutuhan khusus.
3. Untuk mengetahui dan memahami cara mengajar anak berkebutuhan khusus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak-anak yang memiliki
karakteristik berbeda, baik secara fisik, emosi atau mental dengan anak-anak lain
seusianya. Karakteristik berbeda ini tidak selalu mengacu pada ketidakmampuan
fisik, emosi atau mental mereka, tetapi terlabih pada perbedaannya. Karena
anak-anak dengan kecerdasan di atas rata-rata juga termasuk pada anak
berkebutuhan khusus sebab membutuhkan stimulasi yang tepat agar terarah pada
hal yang baik dan maksimal. Stimulasi tersebut terutama berasal dari kedua
orang tua, keluarga atau pendidikannya.
2. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus dibedakan atas dua karakteristik, yaitu fisik
dan psikis.
1) Anak dengan karakteristik fisik yang berbeda
a. Tunadaksa
Tunadaksa yaitu anak-anak yang mengalami perbedaan fisik, bisa karena
adanya kekurangan atau cacat tubuh bawaan sejak lahir atau karena kecelakaan.
Anak tuna daksa juga dapat disebabkan oleh polio dan gangguan pada saraf
motoriknya.
b. Tunanetra
Tunanetra yaitu anak-anak yang mengalami hambatan pada
penglihatannya. Faktor penyebab pada gangguan penglihatan atau tuna netra
yaitu faktor keturunan atau genetis, adanya penyakit dalam kandungan,
kurangnya nutrisi pada saat ibu hamil, gangguan persalinan, adanya penyakit
tertentu misalnya kekurangan vitamin atau akibat virus dan faktor kecelakaan.
c. Tunarungu
Tuna Rungu yaitu anak-anak yang mengalami hambatan dalam
pendengarannya. Tunarungu biasanya diikuti dengan tunawicara karena mereka
sulit belajar tentang kata dengan suara sehingga sulit pula untuk mengeluarkan

3
kata dan suara. Penyebab gangguan pendengaran atau tunarungu yaitu dari
faktor genetis atau keturunan, penyakit saat ibu mengandung, infeksi saat
kelahiran bayi, penyakit radang telinga dan penyakit meningitis atau radang
selaput otak yang menyerang telinga bagian dalam.
d. Tunawicara
Tunawicara yaitu anak-anak yang mengalami gangguan pada
penyampaian pesan dengan kata atau pembicaraannya. Biasanya gangguan
bicara ini dialami oleh anak-anak dengan gangguan pendengaran atau tunarungu.
Anak dengan gangguan wicara dikelompokkan atas ringan, sedang dan berat
(parah).
2) Anak dengan karakteristik psikis yang berbeda
a. Down Syndrom atau Tunagrahita
Down syndrom atau tunagrahita yaitu anak-anak yang memiliki tingkat
kecerdasan jauh dibawah anak-anak dengan kecerdasan normal sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
b. Lambat Belajar
Lambat belajar yaitu kesulitan seseorang untuk memahami suatu
pelajaran dengan cepat dan sesuai. Biasanya dialami oleh anak dengan tingkat
intelegensi antara 81-90. Anak lambat belajar bukanlah anak yang tidak mempu
dididik atau dilatih. Mereka mampu menangkap materi pembelajaran layaknya
anak normal yang lain. Namun, memerlukan metode pembelajaran khusus
karena jangkauan pemikiran yang lambat.
c. Autis
Autis yaitu gangguan perkembangan pervasif dimana ada salah satu
sistem saraf dalam otak yang tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Penyandang autis seakanakan hidup dalam dunianya sendiri dan sulit
mengembangkan rasa empati dan simpati terhadap orang lain. Penyebab autis
adalah dari faktor genetis atau keturunan dan dari faktor lingkungan.

d. ADHD (Attention Deficit Hyoeractivity Disorders)

ADHD yaitu gangguan perilaku yang disebut sebagai hiperaktif. Berbeda


dengan autis yang disebabakan karena gangguan otak dan perkembangannya,

4
ADHD merupakan gangguan yang disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian
perilaku karena pola asuh yang salah.

e. Gifted

Gifted yaitu salah satu bagian dari anak-anak berbakat yang memiliki tingkat
intelegensi antara 125 sampai 140. Selain menampakkan dibidang akademis, anak gifted
memiliki bakat tertentu yang sangat besar. Bakat tersebut nampak sangat kuat sehingga
bisa membawa kesuksesan apabila dilatih dengan baiWirawan Sarwono, Pengantar Psikologi
Umum, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010

B. Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus

Pengasuhan anak berkebutuhan khusus memerlukan tambahan energi,


pemikiran dan biaya yang lebih dibandingkan anak-anak lain pada umumnya.
Langkah-langkah dalam menangani anak berkebutuhan khusus diantaranya:

a. Penguatan mental orang tua

Orang tua harus berperan aktif dalam menangani anak berkebutuhan khusus.
Diantaranya menyediakan waktu untuk mengasuh Anak berkebutuhan khusus
dalam kehidupan sehari-hari.

b. Dukungan sosial yang memadai

Dukungan sosial dapat berupa dorongan moral, yang menguatkan dari


masyarakat sekitar maupun dari keluarga terdekat.

c. Peran aktif pemerintah

Peran dari pemerintah untuk menyediakan pelayanan kesehatan dan


konsultasi yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

C. Cara Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus


Cara praktis dalam mengajar anak berkebutuhan khusus memuat informasi
yang menunjang metode pengajaran guru. Untuk itu guru harus mengikuti
pelatihan pendidikan inklusi yang praktis dan komprehensif agar dapat
memahami dan menerapkan strategi dalam pendidikan inklusif. Pembelajaran

5
terhadap anak berkebutuhan khusus memerlukan keahlian khusus dimana
pendidik tidak hanya mampu menyampaikan pelajaran namun, guru juga lebih
cermat dalam melihat bakat khusus dan kemampuan yang dimiliki setiap anak.
Cara mengajar anak berkebutuhan khusus diperlukan strategi pembelajaran yang
beragam, pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif dan
memaksimalkan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus.

Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special


needs) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik. Mereka
memiliki hambatan intelektual tetapi mereka juga masih memiliki potensi yang
dapat dikembangkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu layanan pendidikan yang
diberikan kepada mereka diupayakan dapat mengembangkan potensi mereka
secara optimal sesuai dengan kebutuhan mereka.

Disini ada strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajar


anak tunagrahita antara lain:

1. Pembelajaran yang diindividualisasikan


Dalam pembelajaran yang diindividualisasikan berada pada ruang
lingkup program Bina Diri tidak dapat terlepas dari program
pembelajaran yang lainnya pada satu satuan pendidikan, dalam
pengertian pembelajaran Bina Diri dapat saling berkontribusi dengan
pembelajaran yang lain, misalnya kebutuhan komunikasi sangat erat
kaitannya dengan program pembelajaran bahasa.
Berikut ini dibahas materi Bina Diri yang harus dikuasai dan dimiliki
anak tunagrahita sedang dan ringan, sehingga setiap anak dapat hidup
wajar sesuai dengan fungsi-fungsi kemandirian:
1) Kebutuhan merawat diri
Kebutuhan merawat diri identik dengan materi yang telah
dilaksanakan pada kurikulum 1994, secara umum program merawat
diri bagi anak tunagrahita sangat terakit langsung dengan aktivitas

6
kehidupan sehari-hari anak tunagrahita. Materi kemampuan merawat
diri meliputi: Kemampuan pemeliharaan tubuh, seperti mandi, gosok
gigi, merawat rambut, kebersihan kuku. Memelihara kesehatan dan
keselamatan diri, seperti melindungi dari bahaya sekitar. dan
mengatasi luka yang berkaitan dengan kesehatan
2) Kebutuhan mengurus diri
Kebutuhan mengurus diri adalah kebutuhan anak tunagrahita untuk
mengurus dirinnya, baik yang bersifat rutin maupun insidentil, sebagai
bentuk penampilan pribadi, diantarannya: Memelihara diri secara
praktis, mengurus kebutuhan secara pribadi, seperti makan, minum,
berpakaian dan pergi ke WC.
3) Kebutuhan menolong diri, diperlukan oleh anak tunagrahita untuk
mengatasi berbagai masalah yang sangat mungkin dihadapi oleh anak
dalam aktivitas kehidupan sehari-harinnya, materi kemampuan
menolong diri sendiri, meliputi: Memasak sederhana, mencuci
pakaian, melakukan aktivitas rumah, seperti menyapu, membersihkan
laintai, dan lain-lain.
4) Kebutuhan komunikasi
Setiap orang untuk melakukan aktivitas senantiasa ditunjang dengan
kemampuan komunikasi, begitu juga dengan anak tunagrahita,
komunikasi merupakan sarana penting yang menunjang langsung pada
aktivitas kegiatan sehari-harinya.
5) Kebutuhan sosialissai atau adaptasi dibutuhkan untuk menunjang
berbagai aktifitas dalam kehidupan, seperti: Ketrampilan bermain,
ketrampilan berinteraksi dan berpartisipasi dalam kelompok.
6) Kebutuhan ketrampilan hidup yang dibutuhkan anak tunagrahita
sangat luas, pada kebutuhan Bina Diri meliputi ketrampilan
berbelanja, menggunakan uang, berbelanja di took atau pasar, cara
mengatur pembelanjaan. Di samping ketrampilan praktis ketrampilan
hidup juga harus ditunjang dengan ketrampilan vokasional, seperti
kebiasaan bekerja, perilaku sosial dalam bekerja, menjaga keselamatan
kerja, mampu menempatkan diri dalam lingkungan kerja.

7
7) Kebutuhan mengisi waktu luang
Seseorang yang tidak dapat mengisi waktu luang dengan baik akan
mengalami kejenuhan, kemampuan mengisi waktu luang dibutuhkan
pada anak tunagrahita untuk terus melakukan aktivitas sehingga
kemampuannya dapat terus berkembang karena diisi dengan kegiatan
positif. Kegiatan mengisi waktu dilakukan melalui media atau
kegiatan olahraga, kesenian, keterampilan sederhana seperti
memelihara ternak atau tanaman.

Model pembelajaran individual adalah pembelajaran yang


penyusunan program belajarnya memperhatikan kepentingan
kemampuan, minat, dan kecepatan belajarnya dari masing-masing
peserta didik. Model pembelajaran individual merupakan salah satu
bentuk layanan pendidikan bagi peserta didik ABK. Model
pembelajaran individual menawarkan solusi terhadap masalah peserta
didik yang beraneka ragam. Bentuk pembelajaran ini merupakan suatu
rancangan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus agar mereka
mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhannya dan kelemahan
kompetensi peserta didik. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model
pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan, seperti
materi pembelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif
siswa, lingkungan belajar, tingkat kemampuan siswa, dan fasilitas
penunjang yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yag telah
ditetapkan dapat tercapai. Guru perlu mengausai dan dapat
menerapkan berbagai ketrampilan mengajar, agar dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar
yang menjadi ciri sekolah.
Model pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus
seyogyannya didasarkan pada kompetensi yang dimiliki oleh setiap
peserta didik di lapangan. Penerapan program berdasarkan kompetensi
dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan
(pengetahuan, ketrampilan, dan sikap) pada seluruh jenjang dan jalur

8
pendidikan. Siswa-siswi yang mempunyai gangguan perkembangan
memerlukan suatu metode pembelajaran yang sifatnya khusus. Suatu
pola gerak yang bervariasi, diyakini dapat meningkatkan potensi
peserta didik dengan kebutuhan khusus dalam kegiatan pembelajaran
(berkaitan dengan pembentukan fisik, emosi, sosialissai, dan daya
nalar).
2. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif ini menciptakan interaksi yang asah,asih, dan
asuh sehingga tercipta masyarakat belajar. Siswa tidak hanya belajar
dengan guru, tetapi juga dengan siswa yang lainnya. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari
ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permusushan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
2) Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang didalamnya terdapat
elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran
kooperatif menurut Lie (2004) adalah:
a) Saling ketergantungan positif, yakni disini guru menciptakan
suasana yang mendoring siswa untuk saling membutuhkan satu
sama lain.
b) Interaksi tatap muka, yakni guru meminta siswa untuk saling
berdialog secara langsung dengan teman sekelasnya.
c) Ketrampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau
ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.

9
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotannya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur yang bersifat heterogen.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai dan
memotivasi siswa belajar.
2. Guru menyajikan materi kepada siswa dengan demonstrasi
3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk
kelompok belajar.
4. Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas.
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
6. Guru memberikan penghargaan kepada siswa mengenai hasil belajar
individu dan kelompok.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keterampilan dasar mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan salah satu
cara yang dapat di lakukan untuk dapat memfasilitasi system pembelajaran yang di
butuhkan oleh siswa baik secara klasikal maupun individu. Oleh karena itu
keterampilan mengajar ini harus di latih dan di kembangkan, sehingga para calon
guru atau guru dapat memiliki banyak pilihan untuk dapat melayani siswa dalam
melakukan proses pembelajaran.

Adapun Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan


yaitu Keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, Keterampilan
mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, Keterampilan membimbing dan
memberi kemudahan belajar, dan Keterampilan merancang dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami penyusun makalah ini mendapati bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami membutuhkan kritik serta
saran yang membangun sehingga kami dapat mengembangkan makalah ini dengan
lebih baik lagi. Harapan kami, makalah ini dapat berguna bagi semua orang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhammad, dkk. (2013). Model Dan Metode Pembelajaran Di Sekolah.


Semarang: UNISSULA PRESS

Abdul Majid, (2014).Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wardani, (2011). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: UT

Wirawan Sarwono,(2010). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:Rajawali Pers

12

Anda mungkin juga menyukai