Anda di halaman 1dari 17

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Komunikasi Keperawatan

Dosen Pengampu : Rika Maya Sari, S.Kep.Ns..,M.Kes

Nama Kelompok :

 Estri Jengmeli (20613344)

 Endah Ninin Nurjianti (20613346)

 Fransiska Widyawati (20613350)

 Anisa Dwi Rahma (20613356)

 Dimas Ardi KMP (20613357)

 Silvia Dwi Rahayu (20613396)

PRODI D-3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, tak lupa juga shalawat serta salam kita

hantarkan kepada nabi kita nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas pembuatan Makalah Mata Kuliah Komunikasi Keperawatan

yang berjudul “ Anak Berkebutuhan Khusus ” dengan tepat waktu.

Penulisan makalah berjudul “ Anak Berkebutuhan Khusus “ dapat diselesaikan

karena bantuan banyak pihak. Kami berharap makalah tentang ini dapat menjadi

refrensi dapat bermanfaat bagi semua pembaca terutama bagi keluarga besar

Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Selain itu, kami juga berharap agar

pembaca mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna terutama pada

bagian pembahasan. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi

penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,

kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi banyak pihak.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ponorogo 10 Oktober 2021


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki

keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan

mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang

menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus.

Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam

upaya mengenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai.

Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman

mengenai hakekat anak berkebutuhan khusus, mereka akan dapat

memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.

Membicarakan anak-anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak

sekali variasi dan derajat kelainan Ini mencakup anak-anak yang

memgalami kelainan fisik, mental-intelektul, sosial-emonional, maupun

masalah akademik. Kita ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan

fisik saja ada tunatetra tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan

berbagai deraiat kelainannya, Ini adalah yang secara myata dapat dengan

mudah dikenali, Keadaan seperti ini sudah barang tentu harus dipahami

oleb seorung guru karena merekalah yang secara langsung memberikan

pelayanan pendidikan di sekolah kepada semua anak didiknya. Namun

keragaman yang ada pada anak-anak tersebut belum tentu dipahami semua

guru di sekolah.
Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis membahas tentang Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) .

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan konsep Anak Berkebutuhan Khusus?

2. Apa saja klasifikasi dan model layanan bagi Anak Berkebutuhan

Khusus?

3. Apa faktor yang dapat mempengaruhi anak sehingga menjadi

Berkebutuhan Khusus?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep Anak Berkebutuhan Khusus

2. Untuk mengetahui klasifikasi dan model layanan bagi Anak

Berkebutuhan Khusus

3. Untuk mengetahui Apa faktor yang dapat mempengaruhi anak

sehingga menjadi Berkebutuhan Khusus


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak

berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah

terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with special

needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada

beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak

tuna, anak berkelainan, anak menyimpang. dan anak luar biasa, ada satu

istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel,

sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.

Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebag ai seoranganak yang

memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan

kebutuhan masing-masing anak secara individual.

Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia

termasuk anak-anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan

khusus. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa

konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa

yang pemah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah

luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik. mental, emosi-sosial)

anak. maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk

mencapai prestasi sesuai dengan potensinya.

2. Konsep Anak Berkebutuhan Khusus


Istilah anak berkebutuhan khusus memiliki cakupun yang sangat luas,

Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus keberagaman anak sangat

dihargai. Setiap anak memiliki latar belakang kehidupan budaya dan

perkembangan yang berbeda- beda, dan oleh karna itu setiap anak

dimungkinkan akan memilki kebututun khusus serta humbatan belajar

yang berbeda pula, sehingga setiap anak sesungguhnya memerlukan

layanan pendidikan yang disesuaikan sejalan dengan hambatan belajar dan

kebutuhan masing-masing anak, Anak Berkebutuhan Khusus dapat

diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan pendidikan yang

disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing

anak secara individual.

Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi

dua kelompok besa yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat

sementara (temporer) da nana berkebutuhan khusus yang bersifat menetap

(permanent)

A. Anak berkebutuhan khusus bersifat sementara (temporer)

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah

anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan

disebabkan faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang mengalami

gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini

tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara

tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh

jadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini memerlukan layanan

pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuaikan


dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani

disekolah khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak anak yang

mempunyai kebutuhan khusus yang bersifat temporer, dan oleh karena

itu mereka memerlukan pendidikan yang disesuaikan yang disebut

pendidikan kebutuhan khusus.

B. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanen)

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak anak

yang mengalami hambatan belajar dua hambatun perkembangan yang

bersifat internal dan akibat langsusng dari kondisi kecacatan. Yaitu

seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran,

gangguan parkembangan kecerdasan dan kognisi, ganggum gerak

(motorik), gangguan ineraksi komunikanis, gangguan emosi, social

dan tingkah laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang

bersifat permanen sama artinya dengan anak penyandang kecacatan.

Istilah anak berkebuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata

lain dari anak penyandang cacat. Tapi anak berkebutuhan khusus

mencakup spectrum yang luas yaitu meliputi anak berkebutuhan

khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanent

(penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut anak

berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk

penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan bagian atau

anggota dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu konsekueansi

logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan khusus


menjadi sanga luas, berbeda dengan lingkup garapan pendidikan

khusus yang hanya menyangkut anak penyandang cacat.

3. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Membicarakan anak berkebutuhan khusus, sesungguhnya banyak sekali

variasi dan derajat kelainan. Ini mencakup anak-anak yang mengalami

kelainan fisik, mental intelektual, social-emosional, maupun masalah

akademik. Kita ambil contoh anak-anak yang mengalami kelainan fisik

saja ada tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa (cacat tubuh) dengan

berbagai derajat kelainannya. Ini adalah yang secara nyata dapat dengan

mudah dikenali. Keadaan seperti ini sudah barang tentu harus dipahami

oleh seorang guru, karena merekalah yang secara langsung memberikan

pelayanan penndidikan disekolah kepada semua anak didiknya. Namun

keragaman yang ada pada anak-anak tersebut belum tentu dipahami semua

guru disekolah.

A. Kelainan Mental

1. Mental tinggi

Sering dikenal dengan anak berbakat intelektual, dimana selain

memiliki kemampuan intelektual diatas rata-rata normal yang

signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap

tugas.

2. Mental rendah

Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) dibawah

rata-rata dapat menjadi dua kelompok yaitu anak lambat belajar

(Slow learners) yaitu anak yang memiliki IQ antara 70-90.


Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 70 dikenal dengan

anak berkebutuhan khusus.

3. Berkesulitan belajar spesifik

Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar

(Achievement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar

spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke

atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik

tertentu.

B. Kelainan Fisik

1. Kelainan tubuh (tunadaksa)

Adanya kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan

sosialisasi individu meliputi kelumpuhan yang dikarnakan polio,

dan gangguan pada fungsi syaraf otot yang disebabkan kelayuhan

otak(Cerebral Parsy) serta adanya kehilangan organ

tubuh(amputasi)

2. Kelainan indera penglihatan (tunanetra)

Seseorang sudaah tidak mampu mengfungsikan indra

penglihatannya untuk keperluan pendidikan dan pengajaran

walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Kelainan penglihatan dapat

dikelompokan menjadi 2 yaitu buta da low vision.

3. Kelainan indera pendengran (tunarungu)

Kelainan pendengaran adalah seseorang yang telah megalami

kesulitan untuk mengfungsikan pendengarannya untuk interaksi

dan sosialisasi dengan lingkungan termasuk pendidikan dan


pengajaran. Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar ( hard of hearing)

4. Kelainan wicara

Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan

pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat di

mengerti orang lain. Kelainan wicara ini dapat bersifat fungsional

dimana mungkin disebabkan karena ketunarunguan dan organic,

memang disebabkan adanya ketidak sempurnaan organ wicara

maupun ada nya gangguan pada organ motoris yang berkaitan

dengan wicara.

C. Kelainan Emosi

Gangguan emosi merupakan masalah psikologis dan hanya dapat

dilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu, adapun

klasifikasi gangguan emosi meliputi:

1. Gangguan perilaku

- Mengganggu di kelas

- Tidak sabaran-terlalu cepat bereaksi

- Tidak menghargai- menentang

- Menyalahkan orang lain

- Kecemasan terhadap prestasi di sekolah

- Dependent pada orang lain

- Pemahaman yang lemah

- Reaksi yang tidak sesuai

- Melamun tidak ada perhatian dan menarik diri


2. Gangguan konsentrasi (ADD/ Attention Deficit Disorder)

Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6

bulan, ketidakmampuan untuk beradaptasi, dan tingkat

perkembangannya tidak konsisten.

Gejala-gejala inattention tersebut adalah :

- Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering

membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah atau aktifitas

yang lain

- Sering kesulitan memperhatikan tugas-tugas atau aktifitas

permainan

- Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara

- Sering tidak mengikuti instruksi untuk menyelesaikan

pekerjaan sekolah.

3. Anak Hiperaktif (ADHD/Attention Deficit with Hiperactivity

Disorder)

- Perilaku tidak bisa diam

- Ketidakmampuan untuk memberi perhatian yang cukup lama

- Hiperaktivitas

- Aktivitas motoric yang tinggi

- Canggung

- Berbuat tanpa dipikir akibatnya

4. Faktor-faktor Timbulnya kebutuhan Khusus

Terdapat tiga faktor yang dapat diidentifikasi tentang sebab timbulnya

kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu :


1. Faktor internal

Faktor internal adalah kondisi yang dimiliki oleh anak yang

bersanngkutan, sebagai contoh seorang anak memiliki kebutuhan

khusus dalam belajar karena ia tidak bisa melihat, tidak bisa

mendengar, atau tidak mengalami kesulitan untuk bergerak. Keadaan

seperti ini berada pada diri anak yang bersangkutan secara internal.

Dengan kata lain, hambatan yang dialami berada dalam diri anak yang

bersangkutan.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah sesuatu yang berada diluar anak yang

mengakibatkan anak menjadi memiliki hambatan perkembangan dan

hambatan belajar. Sehingga mereka, memiliki kebutuhan layanan

khusus dalam Pendidikan. Sebagai contoh, seorang anak yang

mengalami kekerasan dirumah tangga dalam jangka Panjang

mengakibatkan anak tersebut kehilangan konsentrasi, menarik diri dan

ketakutan.

3. Kombinasi faktor internal dan eksternal

Kombinasi antar faktor internal dan eksternal dapat menyebabkan

terjadinya kebutuhan khusus pada seorang anak. Kebutuhan khusus

yang disebabkan oleh faktor internal sekaligus eksternal diperkirakan

anak akan memiliki kebutuhan khusus yang lebih kompleks. Sebagi

contoh, seorang anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian

dengan hiperaktivitas dan memiliki secara internal berada pada

lingkungan keluarga yang kedua orang tuannya tidak menerima


kelahiran anak. Tercermin dari perilaku yang diberikan kepada anak

yang bersnangkutan. Anak yang seperti ini memiliki kebutuhan khusus

akibat dari kondisi dirinya yang akibatnya perlakuan orang tua yang

tidak tepat.

5. Model Layanan Pendidikan Bagi Anak Kebutuhan Khusus

Menurut Hallahan dan Kauffman (1991), yang dikutip oleh Purwanto,

bentuk penyelenggaraan Pendidikan bagi anak berkubutuhan khusus ada

berbagai pilihan yaitu :

a. Regular class only (kelas biasa dengan guru biasa)

b. Regular class with consultation (kelas biasa dengan konsultan, guru

PLB)

c. Ithnerant teacher (kelas biasa dengan guru kunjung )

d. Resource teacher ( guru sumber, yaitu kelas biasas namun dalam

beberapa kesempatan anak berada pada ruang sumber dengan guru

sumber )

e. Pusat diagnostic-presciptif

f. Hospital or homebound instruction (Pendidikan dirumah atau di

rumamh sakit ,yakni kondisi anak yang memungkinkan belum masuk

kesekolah biasa )

g. Special day school (sekolah luar biasa tanpa asrama)

h. Residential school (sekolah luar biasa berasrama)

BAB III

ROLE PLAY
BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan untuk menjawab rumusan masalah dapat ditarik

kesimpulan, bahwa Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan

untuk menyebutkan anak-anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks

pendidikan. Ada perbedaan yang signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan

khusus dengan luar biasa atau berkelainan. Berkebutuhan khusus lebih

memandang pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi dan mengembangkan

kemampuannya secara optimal, sedang pada luar biasa atau berkelainan adalah

kondisi atau keadaan anak yang memerlukan perlakuan khusus.

Pengelompokan anak berkebutuhan khusus hanya diperlukan untuk kebutuhan

penanganan anak secara klasikal, sedangkan untuk kepentingan yang bersifat

social anak berkebutuhan khusus tidak perlu dikelompokan. Anak berkebutuhan

khusus dapat dikelompokan menjadi Kelainan Mental (Mental tinggi, Mental

rendah, Berkesulitan belajar spesifik). Kelainan Fisik (Kelainan tubuh, Kelainan

indera penglihatan, Kelainan indera pendengaran, Kelainan wicara). Kelainan

Emosi (Gangguan perilaku, Gangguan konsentrasi (ADD/Attention Deficit

Disorder).

Bentuk-bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat

dikelompokan menjadi 2 kelompok besar yaitu : bentuk layanan pendidikan

segregasi dan bentuk layanan pendidikan terpadu/integrase.

Terdapat 3 faktor yang dapat diidentifikasi tentang sebab musabab timbulnya

kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu :

1. Faktor Internal pada diri anak


2. Faktor eksternal dari lingkungan

3. Kombinasi dari faktor internal dan eksternal

Saran

Guna penyempurnaan makalah ini,saya sangat mengharapkan kritik dan serta

saran dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.

DAFTAR PUSTAKA

Purwantu, Heri Modul Pembelajaran : Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.

Bandung : UPI

Alimin, Zaenal.Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus dan

Implikasinya terhadap Layanan Pendidikan Vol E No.1 Bandung : UPI

Aqila Smart, Rose,2010 Anak Cacat Bukan Kiamat : Metode Pembelajaran &

Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai