Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FAKTOR PENYEBAB ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus


Dosen Pengampu: Desy Octaviani, S.Pd, M. Pd.

Disusun oleh:

Nama : Candra Refo Oktavian


NIM : 202202001

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYEKH JANGKUNG


FAKULTAS TARBIYAH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu mkhluk ciptaan Allah SWT yang berada di
bumi ini. Dalam penciptaannya manusiapun beragam, dari yang besar sampai kecil,
putih sampai hitam, tinggi sampai pendek, semuanya beragam. Salah satu
keberagamannya lagi yang mencolok adalah manusia sempurna dan cacat, yang mana
cacat ini tidak hanya berupa cacat fisik melainkan juga cacat mental atau pikiran,
itulah yang disebut orang berkebutuhan khusus.
Anak berkebututhan khusus tidak boleh kita acuhkan, karena ia juga
merupakan manusia yang diciptakan Allah yang dikehendaki tidak sempurna oleh-
Nya. Kita tidak boleh membedakan hak orang biasa dan orang yang berkebutuhan
khusus, karena mereka memiliki hak dan perlakuan serta fasilitas yang sama seperti
orang normal pada umumnya.
Dalam perjalanan hidupnya seorang yang berkeburuhan khusus juga
mendapatkan hak untuk belajar yang dimulai dengan umur yang sama seperti orang
yang normal yakni dari anak-anak. Anak yang berkebutuhan khusus juga berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan seperti anak normal yang lain, namun terkadang
ia harus mendapat perhatian yang khusus karena ketidaksempurnaannya. Dan dari
setiap kecacatan yang berbeda juga memiliki trik mengajar yang berbeda sesuai
dengan kebutuhannya.
Dalam pembelajaran yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus ada
berbagai macam variasi, mulai dari digabung dengan anak yang normal namun
perhatiaannya khusus samapai dengan benar-benar mendapatkan pembelajaran yang
khsus yang dipisah dari anak yang normal. Dan dalam mengajar anak yang
berkebutuhan khusus seorang pengajar juga harus memiliki keterampilan yang khusus
yang berkaitan dengan anak tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana klasifikasi anak berkebutuhan khusus?
3. Apa penyebab anak berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana model layanan anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian anak berkebutuhan khsusu
2. Untuk mengetahui klasifikasi anak berkebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui penyebab anak berkebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui model layanan anak berkebutuhan khusus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal Dengan istilah
cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar biasa didefinisikan
sebagai anak yang menyimpang dari keriteria normal secara signifikan, baik dari
aspek fisik, psikis, emosional, dan social sehingga untuk mengembangkan
potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus (Kirk &
Galleger,1989). Dalam paradigm baru, ABK berarti anak yang memiliki
kebutuhan individual yang bersifat khas yang tidak bisa disamakan dengan anak
normal lainnya (Suyanto, 2005). Dalam hal ini Lync (1994) membedakan ABK
menjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut:
1. Anak-anak usia sekolah yang saat ini berbeda dengan lembaga- lembaga
pendidikan formal tetapi tidak memiliki atau tidak menujukan kemajuan
dalam belajarnya, kelompok ini termasuk didalam kategori anak lambat dalam
belajar, atau anak kesulitan dalam menelaah pelajaran, anak ber IQ sedang,
anak hieraktif, anak autis dan lain sebagainya.
2. Anak-anak yang secara nyata (signifikan) mengalami kecacatan baik dari fisik,
social, emosi dan mental. Kelompok ini termasuk dikategorikan kedalamm
anak tuna netra, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, dan tna laras.
3. Anak-anak usia sekolah yang tidak terjangkau oleh layanan pendidikan formal
sama sekali, sehingga anak-anak ini menjadi anak yang terklupakan. Kelompok
yang ketiga ini termasuk didalamnya adalah anak-anak yang berkerja (pekerja
anak), anak pperempuann yang terpingit karena kultur, anak-anak
miskin/gelandangan, anak- anak yang berdomisili di perairan, kepulauan, dan
daerah terpencil, dan anak-anak yang menjadi korban kerusakan, dan lain
sebagainya.
Menurut hasil-hasil Rakornas PLB di Jakarta (2001) , anak berkebutuhan
khusus ternyata tidak hanya anak yang cacat saja yang selama ini di kenal oleh
banyak kalanngan masyarakat, tetapi yang trmasuk didalamnya adalah anak yang
berbakat, anak autis, dan anak yang telah terkena bahayanya obat-obat terlarang
seperti Sabu, Ganja, Narkoba dan lain sebagainya.
Dari semua apa yang telah di paparkan di atas tersebut dapat kami tarik
kesimpulan bahwa ABK mempunyai jangkuan yang luas yang tidak hanya
terbatas pada anak-anak cacat yang signifikan (seperti pada kategori anak yang ke
2) tetapi juga meliputi anak yang kesulitan dalam belajar, anak dengan cerdas dan
berbakat (Gifted & talented), anak autis, anak hiperaktif, anak lambat dalam
belajar, anak yang telah menjadi korban Narkoba, dan juga anak-anak dengan
alasan tertentu yang tidak dapat terjangkau oleh layanan pendidikan formal.
Anak berkebutuuhan khusus dalam kajian kali ini hanya di batasi pada
ABK jenis-jenis yaitu: anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, anak berkebutuhan belajar, anak berbakat, anak autis, dan yang terakhir
anak hiperaktif.

B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Anak yang berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya
yaitu berdasarkan aspek kecerdasan (intelegensi), berdasarkan aspek fisik, dan
berdasarkan aspek tingkah laku, serta berdasarkan aspek tertentu.
1. Berdasarkan Aspek Kecerdasan
a) Kelompok anak berkebutuhan khusus berintelegensi di atas rata- rata
Yaitu seorang anak yang memiliki kecerdasan intelektual (IQ) di atas
110. Ciri-ciri anak ini adalah cepat dalam belajar (memahami, menghafal,
dsb).

b) Kelompok anak berkebtutuhan khusus beritelegensi di bawah rata-rata.


Yaitu seorang anak yang kecerdasan intelektualnya (IQ) di bawah 90.
Ciri-ciri anak ini adalah lamban dalam belajar, mengingat dan memahami.
2. Berdasarkan Aspek Fisik
a) Tuna Netra
Yaitu seorang anak yang tergannggu pengelihatannya baik total maupun
parsial. Ciri anak ini adalah memiliki daya pendengaran dan perabaan yang
kuat, suka mengusap-usap mata, dsb.
b) Tuna Rungu
Yaitu seorang anak yang memiliki gangguan pendengaran baik lemah
pendengaran maupun tuli. Ciri anak ini adalah jalannya sempoyongan,
terlihat seperti orang bodoh,sering curiga terhadap orang sekitar, dsb.
c) Tuna Grahita
Yaitu seorang anak yang mengalami hambatan perkembangan mental
dengan karakteristik idiot dan imbesil.
d) Tuna Daksa
Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan anggota tubuh karena luka,
penyakit, ataupun pertumbuhan yang salah. Anak ini memiliki ciri kelainan
fisik/cacat fisik, suka menampakkan kemarahan tanpa sebab yang jelas,
dsb.
3. Berdasarkan Aspek Tingkah Laku (Tunalaras)
Seorang dikatakan tunalaras apabila ia mempunyai tingkah laku yang
menyimpang dari orang yang normal, tidak mempunyai sikap, dan suka
melanngar peraturan dengan frekuensi yang cukup besar. Penyebab tunalaras
ada dua yaitu gangguan emosi dan gangguan penyesuaian sosial. Cirinya
adalah memiliki aktifitas berlebih, berperilaku nakal, suka melanggar aturan
baik kecil maupun besar.
4. Berdasarkan Aspek Tertentu
1) Autis
Yaitu seoarang anak yang hanya tertarik terhadap dunianya sendiri dan
acuh terhadap orang lain. Ciri dari anak yang menderita autis adalah
bicarnaya lambat dak kata-katanya sukar dipahami, ia suka menyendiri
dan sedikit kontak mata, sensitif terhadap sentuhan seperti dipeluk, dsb.
2) Hiperaktif
Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan berupa aktifitas autu gerak
jasmani yang berlebihan. Cirinya adalah tidak bisa diam, sering gagal
fokus, sering tidak mampu mengikuti instruksi, sering lupa dalam
tanggungjawabnya, dsb.
C. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
1. Kejadian Sebelum Lahir
Penyebab anak berkebutuhan khusus bisa terjadi saati ia belum lahir,
diantaranya yaitu karena adanya virus yang menyerang saat di kandungan,
keracunan darah, faktor rhesus, dsb.
2. Kejadian Pada Saat Kelahiran
Kejadian ini terjadi ketika sang bayi hendak lahir dan mengalami hal-hal
berikut pada kelahirannya, yaitu lahir menggunakan tang verlossing, proses
kelahiran yang terlalu lama, dan posisi bayi yang sungsang.
3. Kejadian setelah kelahiran
Yang menyebabkan seorang anak berkebutuhan khusus selanjutnya adalah
kejadian pada saat ia masih bayi atau anak- anak. Hal-hal yang terjadi adalah
penyakit radang selaput otak, terjadi kecelakaan, stress berat dan gangguan
kejiwaan, penyakit panas tinggi dan kejang-kejang, dsb.

D. Model Layanan Anak Berkebutuhan Khusus


Manusia diciptkan dengan hak dan kewajiban yang sama oleh Tuhan yang
Maha Esa Alloh SWT. Dengan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki tidak
menyebabkan berbeda dalam mendapatkan hak dan menunaikan kewajiban. Kita
sebagagai manusia jelas memiliki kewajiban di dunia ini untuk beribadah kepada
Alloh SWT. Serta mencari ilmu supaya dapat mengerti mana yang benar dan mana
yang salah. Oleh sebab itu manusia yang memiliki kebutuhan khusus dalam
hidupnya juga memiliki kewajiban yang sama untuk mencari ilmu serta
mengamalkanya supaya bisa mendapat derajat orang-orang yang bertaqwa disisi
Alloh SWT.
Dengan begitu manusia mencari motode atau cara supaya mereka yang
memiliki kebutuhan khusus dalam menempuh proses pendidikan dapat merasakan
pendidikan seperti layaknya orang yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Karena
apa dengan mengunakan motede-metode tertentu tersebut diharapkan dapat
mempermudahkan peserta didiknya juga pengajarnya untuk menyampaikan ilmu
atau menerima ilmu dengan mudah. Diantara metode atau cara yang sudah ada
sebagai berikut:
a) Model Segregrasi
Model ini adalah model pendidikan yang dapat dikategorikan sudah
klasik. Model ini mencoba memberikan layanan pendidikan secara khusus dan
terpisah dari jenis anak normal maupun anak berkebutuhan khusus lainya. Jadi
model ini adalah model yang mengkhususkan dalam pengajaranya sesuai
kebutuhan yang dibutuhkan peserta didiknya dengan satu jenis kebutuhan atau
satu kelompok ABK yang memiliki kebutuhan yang sama.
Kelebihanya peserta didik dapat merasakan nasib sepenangunangan
sehinga rasa mender, dan rasa rendah diri bagi mereka akan hilang. Sedangkan
kekurangnya pagi peserta didik seolah masih ada batasan antara dia dengan
orang yang tidak berkebutuhan khusus.
b) Model Kelas Khusus
Model ini adalah model yang tidak berdiri sendiri layaknya (SLB),
melainkan keberadaanya ada di sekolah umum/regular. Dan keberadaan kelas
khusu ini sifatnya tidak permanen. Melainkan didasarkan ada atau tidak adanya
anak yang memerlukan pendidikan khusus ini. Dan kelas khusus ini anak akan
dibimbing secara personal oleh guru yang memang khusus untuk
mengajarinya.
Kelebihnaya peserta didik akan merasa diperhatikan dan mendapat
pelayanan yang lebih. Sedangkan kekurangnya peserta didik masih merasakan
batasan-batasan sosial diantara yang tidak mendapat layanan khusu sehinga
akan terjadi minder dan sebagainya.
c) Model Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Model ini adalah model yang diperuntuhkan untuk menampung peserta
didik berkebutuhan khusus usia sekolah dasar dari berbagai jenis dan tingkat
kekhususan yang dialaminya. Mereka belajar di kelas masing- masing sesuai
kebuthan khusus yang dialami. Tetapi mereka dapat bersosialisasi dengan
ABK yang tidak sejenis denganya di luar ruang kelas.
Kelebihanya anak berada dalam dunia yang lebih luas, tidak hanya
berada pada jenis kebutuhan khusus tertentu. Tetapi kekurangnya anak masih
merasakan batasan sosial antara mereka dan anak yang tidak memiliki
kebutuhan ksusus seperti mereka.
d) Model Guru Kunjung
Model ini difungsikan untuk mereka yang membutuhkan pendidikan di
daerah terpencil, daerah perairan, daerah kepulauan atau tempat-tempat yang
sulit dijangkau oleh layanan khusus yang telah ada. Ditempat tersebut dibentuk
sanggar atau kelompo-kelompok belajar tempat anak-anak memperoleh
layanan pendidikan.
Kelebihan model ini adalah anak dapat dengan mudah memperoleh
layanan pendidikan dan anak dapat saling berkomunikasi diantara mereka
dengan mudah. Sedangkan kekurangnya tenaga pengajar yang menangani
khusus pada model ini karena memang hal tersebut memerlukan banyak
kerjasama dair berbagai pihak.
e) Sekolah Terpadu
Sekolah terpadu pada hakikatnya seperti sekolah normal pada umumnya.
Tetapi menerima anak berkebutuhan khusus untuk bisa belajar bersama di
dalamnya. Mereka belajar bersama-sama tanpa dipisah oleh dinding-dinding
kelas. Dalam belajar mereka diajar oleh guru-guru umum sedangkan materi
yang memiliki sifat kekhususan diberikan guru pendamping yang telah
ditunjuk.
Kelebihanya anak merasa dihargai harkat dan martabatnya. Dari segi
perkembangan sosial anak lebih mudah berinteraksi dan berkomunikasi secara
luas. Sedangkan kekurangnya kadang-kadang anak merasa rendah diri
dihadapan mereka. Dan dalam kondisi tertentu kadang anak dijadikan bahan
olokan oleh teman-temanya.
f) Pendidikan Inklusi
Inklusi berarti terbuka. Jadi pendidikan inklusi adalah pendidikan yang
terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar di dalamnya. Yang tanpa dibatasi
oleh sesuatu apapun. Dan memperoleh hak dan kewajiban yang sama dalam
proses pendidikan
Kelebihan dari pendidikan inklusi ini adalah peserta didik akan
memperoleh layanan yang sama dengan anak normal lainya. Dan anak akan
merasakan adanya perlakuan dan persamaan hak. Sedangkan kekuranganya
dalam kondisi tertentu anak masih memiliki problem sosial.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada dasarnya Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal
Dengan istilah cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar biasa
didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari keriteria normal secara
signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional, dan social sehingga untuk
mengembangkan potensinya di perlukan adanya layanan pendidikan khusus
(Kirk & Galleger,1989). Dalam hal ini Lync (1994) membedakan ABK menjadi
3 (tiga) kategori, yang dimana kategori masing-masing membutuhkan tenaga
pendidik yang berbeda-beda.
2. Anak berkebutuhan khusus diklasifikasikan berdasar jenisnya, yaitu kecerdasan,
fisik, tingkah laku, dan jenis tertentu. Dalam jenis kecerdasan dibagi menjadi dua
yaitu di atas rata-rata (IQ>110) dan di bawaha rata-rata (IQ<90). Dari jenis fisik
dibagi menjadi tuna netra, tuna rungu, tuna grahita dan tuna daksa. Dari jenis
tingkah laku yaitu penyimpangan tingkah laku karena gangguan emosi dan
karena gangguan penyesuaian sosial. Dan dari jenis tertentu yaitu ada autis dan
hiperaktif.
3. Penyebab anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi tiga yaitu saat sebelum
kelahiran, saat kelahiran, dan setelah kelahiran.
4. Dengan memperhatikan Anak berkebtuhan Khusus tersebut maka dapat di
peroleh cara atau motede supaya Anak berkebtuhaban Khsusus ini juga dapat
merasakan pendidikan yang sama seperti anak normal lainya.
5. Tenaga kependidikan dalam layanan ABK ini dibutuhkan 3 tenaga kerja, yang
dimana peran kerjanya berbeda satu dengan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Nurjan, Syarifan. 2017. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam.Yogyakarta: Titah


Surga.

Anda mungkin juga menyukai