Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rahma Rizqiyatul Kamal Mata Kuliah : Pendidikan Inklusi ABK

Nim : 2101000098 Dosen Pengampu : Jati Rinarki Atmaja M.Pd


Prodi / Semester : BK / 3

HAKIKAT, KATAGORI, DAN KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. PENDAHALUAN

Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problematika dalam belajar, hanya saja
problematika tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain karena
dapat diatasi sendiri oleh yang bersangkutan dan ada juga yang problematika belajarnya cukup berat
sehingga perlu mendapatkan perhatian dan bantuan dari orang lain .

Sebelum terbitnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional (UU No.20/2003 tentang Sisdiknas), istilah yang digunakan untuk anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, dan pendidikan bagi anak-anak ini disebut sebagai
pendidikan luar biasa (PLB), yaitu pendidikan bagi anak yang memiliki keluarbiasaan.

Anak berkebutuhan khusus bukanlah anak yang sakit, tetapi mereka adalah anak yang
memiliki kelainan. Seseorang yang menderita sakit akan ditangani oleh dokter sampai sembuh, tetapi
anak berkebutuhan khusus tidak akan kembali normal/sembuh, misalnya anak buta tidak akan dapat
melihat, anak tuli tidak akan menjadi dapat mendengar kembali. Usaha medis dan rehabilitasi medis
merupakan penunjang dalam pembinaan pelayanan kepada anak berkebutuhan khusus.

B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam percakapan sehari-hari orang yang disebut luar biasa adalah yang mempunyai
kelebihan, misalnya terkenal karena kecerdasan, kreativitas, perjuangan dan sebagainya. Jarang
sekali kata luarbiasa digunakan untuk orang kaya, yang miskin, lemah dan sebagainya.. anak luar
biasa sekarang disebut dengan anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus adalah anak
yang memiliki perbedaan dengan anak -anak secara umum atau ratarata anak seusianya. Anak
dikatakan berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam dirinya. yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik.
Anak berkebutuhan khusus ditinjau dari segi medis, adalah anak yang berkelainan atau anak
cacat yang dalam pelayanan pendidikannya memerlukan usaha-usaha pelayanan medis berupa
pengobatan dan penyembuhan menuju keadaan sehat jasmani dan rohani agar dapat mencapai tujuan
pendidikan seoptimal mungkin.

Pengertian anak berkebutuhan khusus ditinjau dari segi hukum adalah; anak-anak yang
mengalami kelainan atau anak cacat pada dasarnya mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
layanan pendidikan.

anak berkebutuhan khusus ditinjau dari segi psikologi, adalah anak berkebutuhan khusus
tidak berbeda dengan anak lain pada umumnya. Namun anak berkebutuhan khusus lebih sering dan
lebih banyak mengalami hambatan-hambatan psikologis dalam pemenuhan kebutuhan dasar
tersebut.

Secara sederhana, anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak yang memerlukan
layanan khusus untuk dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik. Hal tersebut mencakup anak-anak
yang mengalami permasalahan maupun yang memiliki kelebihan terkait tumbuh kembang yang kaitannya
dengan intelegensi, inderawi, dan anggota gerak.

2. Kategori Anak Berkebutuhan Khusus

Pada umumnya ABK dibagi ke dalam dua kategori besar, Antara Lain :

a. Anak berkebutuhan temporer atau sementara adalah anak yang mengalami kesulitan belajar dan
masalah perkembangan yang diakibatkan oleh faktor lingkungan. Contohnya anak yang baru
masuk kelas 1 Sekolah Dasar yang mengalami kehidupan dua bahasa, di mana di rumah anak
selalu berkomunikasi dengan bahasa ibunya seperti bahasa Manggarai, Bajawa, Lio, Sikka, dan
sebagainya, dan di sekolah anak diwajibkan menggunakan bahasa Indonesia. Ketika berada di
lingkungan sekolah anak mengalami educational schock kesulitan berbicara dan membaca dalam
bahasa Indonesia, Jika anak berkebutuhan sementara tidak bisa diatasi maka ia dapat saja
menjadi anak berkebutuhan permanen. anak berkebutuhan temporer atau sementara (temporary
special needs) disebabkan beberapa factor eksternal, yaitu
1) kekerasan orangtua terhadap anak di rumah membawa pengaruh negatif terhadap adaptasi
diri anak dengan orang lain
2) orangtua yang otoriter dan kasar terhadap anak membuat anak tidak bisa berkonsentrasi
dalam belajar
3) kesalahan guru dalam mengajar menghasilkan anak yang tidak bisa membaca, menghitung
atau menulis
4) anak mengalami trauma akibat bencana alam yang mereka alami.
b. Anak berkebutuhan khusus bersifat permanen atau tetap. Jenis anak berkebutuhan kelompok ini
berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Adanya kecacatan yang bersifat tetap atau permannen
seperti anak tunanetra (kehilangan fungsi penglihatan), anak tunarungu (kehilangan
pendengaran), anak tunagrahita (gangguan mental kecerdasan), anak tunadaksa (cacat fisik),
anak tunalaras (gangguan perilaku). Dengan kata lain, anak berkebutuhan khusus yang bersifat
permanen disamakan dengan anak cacat.
3. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus terdiri atas berbagai jenis kelainan. antara lain, yaitu :
a. Kelainan Fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu. Akibat
kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya tidak dapat menjalankan
tugasnya secara normal. Berikut klasifikasi ABK dalam kelainan fisik :
1) Tunarungu yaitu suatu kelainan yang terjadi pada indra pendengaran, istilah gangguan
pendengaran (hearing impaired) tidak terbatas pada individu - lndividu yang kehilangan
pendengaran sangat berat saja, melainkan mencakup seluruh tingkat kerusakan pendengaran.
Jadi tidak hanya anak yang tuli , tetapi juga mencakup juga mencakup individu-individu
yang kehilangan pendengaran sangat ringanyang masih dapat mengerti pembicaraan orang
tanpa kesukaran. Tingkat tingkat tersebut dapat dibedakan menjadi :
 Kehilangan pendengaran ringan
 Kehilangan pendengaran Sedang
 Kehilangan pendengaran Berat
 Kehilangan pendengaran sangat berat
2) Tunanetra yaitu suatu kelainan yang terjadi pada indra penglihatan, Pada umumnya orang
mengira bahwa tunanetra identik dengan buta. Padahal tidak demikian, karena tunanetra
dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, Berdasarkan gradasi ketajaman
penglihatannya, kondisi anak yang berkelainan penglihatan dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu :
 Anak berkelainan penglihatan yang masih memiliki kemungkinan untuk dikoreksi
melalui pengobatan atau alat optik,
 anak berkelainan penglihatan yang dapat dikoreksi melalui pengobatan atau alat optik.
 anak berkelainan penglihatan yang sama sekali tidak mempunyai kemungkinan dikoreksi
dengan penyembuhan pengobatan atau alat optik
3) Tunawicara yaitu ganggguan dalam berbicara atau mungkin tidak mampu untuk bicara.
4) Tunadaksa dapat diartikan sebagai cacat tubuh. Dalam banyak literatur gangguan fisik dan
motorik atau kerusakan tubuh tidak dilepaskan dari pembahasan tentang kesehatan, sehingga
sering dijumpai judul, "Physical and Health Imppairments" (kerusakan atau gangguan fisik
dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali gangguan atau kerusakan fisik ada
kaitannya dengan gangguan kesehatan
b. Anak Berkebutuhan Khusus dalam aspek mental adalah anak yang memiliki penyimpangan
kemampuan berpikir secara kritis, logis dalam menanggapi dunia sekitarnya. Kelainan pada
aspek mental ini dapat menyebar ke dua arah, yaitu kelainan mental dalam arti lebih
(supernormal) dan kelainan mental dalam arti kurang (subnormal). Berikut klasifikasi ABK
dalam kelainan mental :
1) Anak mampu belajar dengan cepat (rapid learner)
2) Anak berbakat (gifted)
3) Anak genius (extremely gifted)
4) Tunagrahita (cacat mental) adalah mereka yang kecerdasannya jelas berada di bawah rata-
rata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, yang sulit-sulit,
dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk
sehari dua hari atau sebulan atau dua bulan, tetapi untuk selama-lamanya, dan bukan hanya
dalam satu dua hal tetapi hampir segala-galanya, lebih-lebih dalam pelajaran seperti:
mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung, dan dalam
semua pelajaran yang bersifat teoretis. Dan juga mereka kurang / terhambat dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Yang dimaksud dengan kecerdasan di bawah rata-rata ialah apabila perkembangan


umur kecerdasan (Mental Age, disingkat MA) seseorang terbelakang atau di bawah
pertumbuhan usianya (Chronological Age, disingkat CA). Mengenai pengertian CA dan MA,
Ralph Leslie Johns (1950: 271-272) menerangkan:
Chronological Age: the number of years, weeks, days, and hours the individual has
been in the world; mental age: his intellectual capacity in terms of his ability to do what
average children of any given chronolocal age can do.

Lebih lanjut John (1950:300) menambahkan bahwa : Chronological Age: the duration
of the person's life from birth to the date under consideration; Mental Age: development in
intellegence stated in terms of equaling the average child's performance at any given
chronolocial age.

Dari kedua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa CA adalah umur kelahiran, yaitu
usia yang dihitung sejak anak lahir sampai sekarang. Sedangkan MA adalah perkembangan
kecerdasan dalam hal rata-rata penampilan anak pada usia tertentu, misalnya seorang anak
berusia (CA-nya) 8 tahun. Jika MA-nya 5 tahun berati perkembangan kecerdasannya kurang
lebih sama dengan anak rata-rata (normal) yang berusia 5 tahun. Untuk menentukan
kecerdasan (MA) seseorang ialah dengan pengukuran psikologis, khususnya dengan tes
inteligensi.

Anak gangguan intelektual banyak macamnya, ada yang disertai dengan buta warna,
disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang, disertai dengan bau badan
tertentu, dan sebagainya; tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka sernua
mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya.

c. Anak Berkebutuhan Khusus dalam aspek perilaku sosial adalah mereka yang mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tata tertib, norma sosial, dan lain-lain.
Manifestasi dari mereka yang dikategorikan dalam kelainan perilaku sosial ini , misalnya
kompensasi berlebihan, sering bentrok dengan lingkungan, pelanggaran hukum/norma maupun
kesopanan (Amin & Dwidjosumarto, 1979).
1) psychotic adalah suatu kelainan mental dimana pengidapnya mengalami gangguan dalam
membedakan imajinasi dengan realita.
2) Neurotic suatu ganggguan mental dimana individu tidak mampu menghadapi kecemasa,
konflik dan mengalami gejala yang dirasa menganggunya.
3) anak dengan gangguan emosi adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri
dan tingkah laku tidak sesuai dengan norma norma yang berlaku dalam lingkungan
kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya.
4) anak nakal (delinquent).
d. Autisme merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa aspek bagaimana
anak melihat dunia dan bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak-anak dengan gangguan
autistik biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial. Mereka cenderung menyendiri dan
menghindari kontak dengan orang. Orang dianggap sebagai objek (benda) bukan sebagai subjek
yang dapat berinteraksi dan berkomunikasi.
C. KESIMPULAN

Anak berkebutuhan Khusus (child with special needs) merupakan anak yang memiliki
kelainan baik yang bersifat fisik, mental psikologis, maupun sosial. Mereka yang disebut anak
berkebutuhan khusus mengalami gangguan belajar dan hambatan perkembangan kepribadian. Anak
berkebutuhan khusus dikategorikan ke dalam dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang
bersifat permanen atau tetap seperti tunadaksa, tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan yang bersifat
temporer atau sementara karena situasi tertentu. Anak berkebutuhan khusus demikian memiliki hak
untuk mendapat pendidikan yang sama dengan anak normal. Mereka bukanlah anak kelompok kelas dua
dalam masyarakat. Secara yuridis UUD 1945, pasal 32 melindungi hak hidup dan hak memperoleh
pendidikan, “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”.

D. DAFTAR PUSTAKA

Irdamuni, 2016, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, Kuningan

Nisa Khairun dkk, Karakteristik dan Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus, Abadimas Adi
Buana, Vol 02 No 1, Juli, 2018

Adullah Nandiyah, Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus, Academia, Desember, 2013

Laka Frans, Pentingnya Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Jurnal
Pendidikan & Kebudayaan Missio, Vol 12 No 2, Juli, 2020

Dermawan Oki, Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB, Jurnal Ilmiah
Psikologi, Vol VI No 2, Desember, 2013

Wardani, Modul 01 Hakikat Pendidikan Khusus

Anda mungkin juga menyukai