Anda di halaman 1dari 20

PENDIDKAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS

KELAS
PIAUD 3 A
Disusun oleh DOSEN PEMBIMBING
• Rohmadanis (1191092588) • HELDANITA, M.Pd
• Mentari faradilah (11910922403)

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau


A. Kategori Anak Berkebutuhan Khusus

Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki karakteristik khusus.


Keadaan khusus membuat mereka berbeda dengan anak pada umumnya. Pada
mulanya, pengertian anak berkebutuhan khusus adalah anak cacat (difabel), baik cacat
fisik maupun cacat mental.
Anak berkebutuhan khusus dapat di atrikan sebagai seorang anak yang memerlukan
pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing
anak secara individual.

Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen maupun yang
temporer, memiliki perkembangan hambatan belajar dan kebutuhan belajar yang berbeda-
beda. Hambatan belajar yang dialami oleh setiap anak, disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
(1) faktor lingkungan (2) faktor dalam diri anak sendiri, dan (3) kombinasi antara faktor
lingkungan dan faktor dalam diri anak.
x
2. Macam-macam ABK Temporer dan Permanen
Macam-macam Anak Berkebutuhan khusus temporer meliputi :
a. Anak-anak yang berada di lapisan strata social ekonomi
1. Anak jalanan
2. Anak –anak orban bencana alam
3. Anak perbatasan/ pulau kecil
4. Anak korban HIV-AIDS

Macam- macam Anak berkebutuhan khusus permanen meliputi:


a. Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra),
1) Anak Kurang Awas (low vision)
2) Anak tunanetra total (totally blind).
b. Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara (Tunarungu/ Wicara),
1) Anak kurang dengar (hard of hearing)
2) Anak tuli (deaf)
c. Anak dengan kelainan Kecerdasan
1) Anak dengan gangguan kecerdasan (intelektual)
di bawah ratarata (tunagrahita)
a). Anak tunagrahita ringan ( IQ IQ 50 – 70).
b). Anak tunagrahita sedang (IQ 25 – 49).
c). Anak tunagrahita berat (IQ 25 – ke bawah).

2) Anak dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata


a). Giffted dan Genius, yaitu anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rat
b). Talented, yaitu anak yang memiliki keberbakatan khusus
d. Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa).
1). Anak layuh anggota gerak tubuh (polio)
2). Anak dengan gangguan fungsi syaraf otak (cerebral palcy)
e. Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (Tunalaras)
1). Anak dengan gangguan prilaku
• Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan
• Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang
• Anak dengan gangguan perilaku taraf berat

2). Anak dengan gangguan emosi


• Anak dengan gangguan emosi taraf ringan
• Anak dengan gangguan emosi taraf sedang
• Anak dengan gangguan emosi taraf berat

f. Anak gangguan belajar spesifik


g. Anak lamban belajar (slow learner)
h. Anak Autis
i. Anak ADHD
Karakteristik dan Kebutuhan ABK
1. Tunanetra
dapat diartikan sebagai anak-anak yang mengalami gangguan pada fungsi penglihatan.
Kita perlu mendefinisikan ketunanetraan berdasarkan fungsi atau kemampuan penglihatan
yang tersisa. Hal ini bertujuan untuk membantu mempermudah dalam penyediaan layanan
baik dalam bentuk akademik maupun layanan tambahan sebagai keterampilan
pendamping.

Beberapa ahli seperti Djaja Rahardja dan Sujarwanto (2010) serta Gargiulo (2006)
mendefinisikan ketunanetraan menjadi 3 kategori yaitu buta buta, buta fungsional dan low
vision. Seseorang disebut mengalami kebutaansecara legal jika kemampuan
penglihatannya berkisar 20/200 atau dibawahnya, atau lantang pandangannya tidak lebih
dari 20 derajat.
anak dikatakan low vision apabila mereka masih memiliki sisa penglihatan untuk
berorientasi dengan lingkungan sekitar. Bahkan, anak-anak low vision masih mampu
mengidentifikasi huruf dan angka dengan kata lain dapat digunakan untuk membaca
meskipun membutuhkan bantuan kaca pembesar.

Anak yang mengalami low vision masih mampu


mengidentifikasi wajah seseorang dengan
kemampuan penglihatannya .dapat kita
simpulkan bahwa anak-anak tunanetra adalah
anak yang mengalami permasalahan pada fungsi
penglihatannya, sehingga mereka mengalami
permasalahan dalam berorientasi dengan
lingkungan melalui indera penglihatannya.
2. Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai gangguan pendengaran, dimana anak yang mengalami
ketunarunguan adalah menglami permasalahan pada hilangnya atau berkurangnya kemampuan
pendengaran. Andreas Dwijosumarto (dalam Soemantri, 2007) menyatakan bahwa anak yang
dapat dikatakan tunarungu jika mereka tidak mampu atau kurang mampu mendengar.
Pada dasarnya anak tunarungu tidak mengalami hambatan pada
perkembangan intelegensi dan aspek-aspek lain, selain yang
berkaitan dengan pendengaran dan komunikasi. Guru harus mampu
berbicara dengan mimik mulut yang jelas, sehingga meskipun tanpa
mendengar anak tunarungu dapat mencerna informasi yang
disampaikan. Lebih daripada itu, guru juga harus mampu
menggunakan bahasa isyarat atau bahasa tubuh untuk membantu
proses penyampaian informasi. Metode pembelajaran seperti ini
dapat disebut dengan pendekatan Komtal (Komunikasi Total)
(Suparno, 1989). 3. Tunagrahita Tunagrahita merupakan istilah yang
disematkan bagi anak- anak berkebutuhan khusus yang
mengalami permasalahan seputar intelegensi.
Dalam proses pembelajran, anak tunagrahita memerlukan
pendekatan yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya karena
kecepatan proses penerimaan pengetahuan tentu lebih lambat.
Hal tersebut tentu hanya berlaku bagi anak tunagrahita yang
memang masih memeiliki kemampuan untuk menerima pelajaran,
dengan kata lain adalah anak tunagrahita mampu didik. Akan tetapi
bagi anak tunagrahita yang mampu latih, maka perlunya mereka
mendapat latihan-latihan bina diri untuk dapat membantu dirinya
lebih mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan bagi
anak tunagrahita lain mental retardasi, mental defectif, mental
defisiensi, dan lain- lain (Somantri, 2007).
4. Tunadaksa

Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia, tunadaksa dapat diartikan sebagai


gangguan motorik. Pada konteks lain dapat kita temui penggunaan istilah lain dalam
menyebut anak tunadaksa misalnya anak dengan hambatan gerak. Utamanya, anak
tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan fungsi gerak yang disebabkan oleh
permasalahan pada organ gerak pada tubuh. Somantri (2007) menjelaskan bahwa
tunadaksa merupakan suatu keaadan rusak atau terganggu yang disebabkan karena
bentuk abnormal atau organ tulang, otot, dan sendi tidak dapat berfungsi dengan baik.
Secara umum, anak tunadaksa mengalami perkembangan normal seperti anak-
anak pada umumnya. Namun, lebih daripada itu kita perlu lebih memberikan perhatian
pada anak tunadaksa dalam segi perkembangan sosial emosional. Anak tunadaksa
tumbuh dengan kondisi tubuh yang bermasalah, tentu hal tersebut sedikit banyak akan
mempengaruhi perkembangan sosial emosional. Anak tunadaksa rawan akan perilaku
minder, menutup diri, dan bahkan rawan bullying
5. Tunalaras
Anak tunalaras merupakan konteks dengan batasan-batasan yang sangat rumit tentang
anak-anak yang mengalami masalah tignkah laku. Istilah tunalaras itu sendiri belum dapat
diterima secara umum karena batasan-batasan penyebutan anak tunalaras yang kurang saklek.
Pada intinya sebutan anak tunalaras merupakan gangguan perilaku yang menunjukan suatu
penentangan yang terus menerus pada masyarakat, merusak diri sendiri, serta gagal dalam
proses belajar di sekolah (Somantri, 2007).

Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia menyebut anak tunalaras mengalami


permasalahan pada perilaku, sosial, dan emosional. Berdasar pada permasalahan tersebut,
anak tunalaras dapat mengalami dampak yang sangat besar jika tidak mendapatkan layanan
secara khusus. anak-anak tunalaras memerlukan layanan konseling dan rehabilitasi untuk
menerapkan latihan-latihan secara khusus agar dapat berperilaku sesuai dengan norma dan
aturan sosial dalam bermasyarakat.
6. Anak cerdas dan bakat istimewa
Anak berbakat dan kecerdasan istimewa sesuai undang undang termasuk anak yang
memerlukan layanan khusus, hal tersebut tertuang pada UU Sisdiknas No.2 2003. Menurut
Somantri (2007) anak berbakat dan cerdas istimewa memiliki kebutuhan dan karakteristik
yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. istilah anak berbakat memiliki kesamaan
dengan istilah-istilah asing, yang mana dapat diartikan bahwa anak berbakat merupakan
anak yang memiliki kemampuan atau talenta di atas rata-rata anak pada umumnya.

Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa akan mendapat prestasi lebih banyak dan
tingkat keberhasilan lebih tinggi dibanding anak lain. Namun tentu dapat berakibat fatal jika
mereka
mengalami kegagalan, hal yang dapat terjadi adalah menutup diri, stress tinggi, sampai dengan
bunuh diri dapat terjadi pada anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa yang mengalami
kegagalan. Oleh karena itu, selain layanan untuk menunjang kecerdasan dan bakat mereka
memerlukan layanan konseling serta pendampingan untuk memperkuat sisi sosial emosional
mereka.
4. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Sebagai makhluk yang beragama akan yakin bahwa anak berkebutuhan khususu
lahir kedunia disamping sudah menjadi takdir yang mahakyasa. Tetapi sebagai manusia
yang berkecimpung didunia keilmua perlu mengkaji dan mengidentifikasi mengapa hal
itu terjadi . karena disamping takdir bisa juga karena ada faktor-faktor tertentu yang
jadi penyebabnya. Banyak faktor yang menyebabkan anak berkebutuhan
khususmenjadi tunanetra,tunarunu , tuna grahita, tundaksa dan lain-lain. banyak paa
pakar telah mendapatkan faktor-faktor penyebab terjadinya hambatan/kelainan
sehingga dapatdibagi menjadi tiga fase. Yaitu: masa prenatal, natal dan post natal.

Faktor-faktor penyebab anak menjadi berkebutuhan khusus, dilihat dari waktu


kejadiannya dapat dibedakan menjadi tiga klasifikasi, yaitu kejadian sebelum
kelahiran, saat kelahiran dan penyebab yang terjadi setelah lahir
1. Pre-Natal
Terjadinya kelainan anak semasa dalam kandungan atau sebelum
proses kelahiran. Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal
yaitu faktor genetik dan keturunan, atau faktor eksternal

2. Peri-Natal
Sering juga disebut natal, waktu terjadinya kelainan pada saat
proses kelahiran dan menjelang serta sesaat setelah proses
kelahiran. Misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan yang salah,
persalinan yang tidak spontan, lahir prematur, berat badan lahir
rendah, infeksi karena ibu mengidap sipilis.

3. Pasca-natal
Terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan sampai dengan
sebelum usia perkembangan selesai (kurang lebih usia 18 tahun).
Ini dapat terjadi karena kecelakaan, keracunan, tumor otak,
kejang, diare semasa bayi.
5. Mengatasi Permasalahan Pada Anak Berkebutuhan Khusus
Menangani anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan
(special need) seperti autism, hyperactivity, mental retarded, Rett
syndrome, learning disorder, dan lainnya membutuhkan suatu
keterampilan tersendiri, karena sebagian besar anakanak ini mengalami
berbagai macam masalah dalam hal kemampuan berkomunikasi, perilaku,
bahkan kemampuan sosialisasi dengan lingkungannya. Untuk itu
diperlukan suatu rangkaian pelatihan yang pada akhirnya nanti mampu
membantu anak-anak ini keluar dari masalahnya atau setidaknya mereka
dapat mandiri dan dapat mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki
saat ini serta bisa mengeksplorasi potensi dan bakatnya.

Terapi Okupasi merupakan salah satu cara untuk penyembuhan anak


berkebutuhan khusus. Terapi okupasi mengandung makna bahwa dalam
melakukan penyembuhan/ pengobatan menggunakan aktifitas atau
pekerjaan sebagai medianya perlu merujuk pada kondisi gangguan fisik
dan mental yang dialami anak berkebutuhan khusus.
x
6. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

a. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra

1. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran


ekspositorik dan heuristic.
2. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan
seorang guru dan beregu.
3. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil
dan individual.
4. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka,
dan melalui media. Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada
strategi lain yang dapat diterapkan yaitu strategi individualisasi,
kooperatif dan modifikasi perilaku.
x
6. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

b. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat

1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat


kompleksitas.

2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata


tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.

3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk. Model-


model layanan yang bisa diberikan pada anak berbakat yaitu model
layanan perkembangan kognitifafektif, nilai, moral, kreativitas dan
bidang khusus.
x
6. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
c. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
1. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan

2. Strategi kooperatif

3. Strategi modifikasi tingkah laku

d. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa


1. Pendidikan integrasi (terpadu)

2. Pendidikan segresi (terpisah)

3. Penataan lingkungan belajar


x
e. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
1. Model biogenetic 2.
2. Model behavioral/tingkah laku
3. Model psikodinamika
4. Model ekologis
f. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat
kesalahan.
Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis
sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
 
Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif,
induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan
modifikasi perilaku
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai