"Mereka secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai
aktualisasi potensinya secara maksimal," ucap Dra Psi Heryanti Satyadi MSi
saat acara seminar bertema "Mengatasi Anak Berkebutuhan Khusus/Special
Needs" yang diselenggarakan KiddyCuts.
Di zaman sekarang ini, banyak orang tua yang hanya memiliki sedikit waktu
untuk keluarga. Hal tersebut juga berdampak pada anak-anak yang menjadi
kurang perhatian, terutama pada anakanak yang berkebutuhan khusus. "Anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang memang secara signifikan berbeda
dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya," papar
psikolog yang berpraktik di Kawasan Kelapa Gading ini.
Sedangkan dari luar memiliki banyak penyebab. Penyebab dari luar ada
beberapa faktor. Satu di antaranya karena maternal malanutritisi (malanutrisi
pada ibu). Ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tidak menjaga pola makan
yang sehat, keracunan atau efek substansi.
Hal tersebut bisa memicu kerusakan pada plasma inti, kerusakan pada otak
waktu kelahiran, gangguan pada otak. Misalnya tumor otak, bisa juga karena
gangguan fisiologis seperti down syndrome.
"Penyebab dari luar juga bisa. Misalnya karena pengaruh lingkungan dan
kebudayaan. Biasanya ini terjadi pada anak yang dibesarkan di lingkungan yang
buruk. Kasus abusif, penolakan atau kurang stimulasi yang ekstrem dapat
berakibat pada keterbelakangan mental," katanya.
Perilaku tersebut bisa saja terjadi karena anak merasa frustrasi tidak dapat
mengekspresikan dirinya dengan kata-kata yang komunikatif agar dipahami
orang lain. Akhirnya amarahnya meledak dan mengamuk.
Dokter ahli kejiwaan Dr Ika Widyawati SpKJ (K) mengatakan, anak yang perlu
penanganan khusus tidak harus belajar di sekolah khusus. Mereka bisa saja
disekolahkan di sekolah umum bersama anak normal lainnya.
Clicks: 947
Artikel Wikipedia
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK
antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak
cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks
bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar
Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind)
dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah
individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari
6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra
memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran
menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual
dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul,
benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape
recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di
sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi
dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat
dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra
yang terbuat dari alumunium)
Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).