Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL ABK ( ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS)

Dampingi Anak Berkebutuhan Khusus


PERLU perhatian khusus untuk membesarkan anak berkebutuhan khusus. Bila
dibimbing secara maksimal, mereka bisa tumbuh seperti anak normal lainnya.

Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat jumlahnya.


Pada Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 8 April lalu diketahui bahwa
prevalensi anak berkebutuhan khusus saat ini mencapai 10 anak dari 100 anak.
Berdasarkan data ini menunjukkan 10 persen populasi anak-anak adalah anak
berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan khusus.

Anak yang dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak


yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau
gangguan atensi, gangguan emosional atau perilaku, hambatan fisik,
komunikasi, autisme, traumatic brain injury, hambatan pendengaran, hambatan
penglihatan, dan anak-anak yang memiliki bakat khusus.

"Mereka secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai
aktualisasi potensinya secara maksimal," ucap Dra Psi Heryanti Satyadi MSi
saat acara seminar bertema "Mengatasi Anak Berkebutuhan Khusus/Special
Needs" yang diselenggarakan KiddyCuts.

Psikolog yang berpraktik di Jalan Paku Buwono VI Nomor 84 Kebayoran Baru


ini juga mengatakan, eningkatnya populasi anak berkebutuhan khusus ini salah

satunya karena perubahan gaya hidup. "Banyak penyebab meningkatnya angka


populasi ini. ang pertama adalah karena semakin banyaknya orang yang peduli
terhadap anak berkebutuhan khusus dan adanya perubahan gaya hidup yang
memang berbeda pada zaman dulu," ujarnya psikolog dari I Love My
Psychologist ini.

Di zaman sekarang ini, banyak orang tua yang hanya memiliki sedikit waktu
untuk keluarga. Hal tersebut juga berdampak pada anak-anak yang menjadi
kurang perhatian, terutama pada anakanak yang berkebutuhan khusus. "Anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang memang secara signifikan berbeda
dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya," papar
psikolog yang berpraktik di Kawasan Kelapa Gading ini.

Penyebab seorang anak mengalami keterbelakangan mental ini disebabkan


beberapa hal. Antara lain dari dalam dan dari luar. Jika dari dalam adalah karena
faktor keturunan.

Sedangkan dari luar memiliki banyak penyebab. Penyebab dari luar ada
beberapa faktor. Satu di antaranya karena maternal malanutritisi (malanutrisi
pada ibu). Ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tidak menjaga pola makan
yang sehat, keracunan atau efek substansi.

Hal tersebut bisa memicu kerusakan pada plasma inti, kerusakan pada otak
waktu kelahiran, gangguan pada otak. Misalnya tumor otak, bisa juga karena
gangguan fisiologis seperti down syndrome.

"Penyebab dari luar juga bisa. Misalnya karena pengaruh lingkungan dan

kebudayaan. Biasanya ini terjadi pada anak yang dibesarkan di lingkungan yang
buruk. Kasus abusif, penolakan atau kurang stimulasi yang ekstrem dapat
berakibat pada keterbelakangan mental," katanya.

Pada umumnya, anak-anak yang berkebutuhan khusus dan sebagian anak


normal mengembangkan suatu bentuk perilaku yang perlu perhatian dan
penanganan secara khusus dan hati-hati.

Perilaku tersebut bisa saja terjadi karena anak merasa frustrasi tidak dapat
mengekspresikan dirinya dengan kata-kata yang komunikatif agar dipahami
orang lain. Akhirnya amarahnya meledak dan mengamuk.

"Banyak anak berkebutuhan khusus mengalami masalah serius dalam


pengendalian perilaku dan memerlukan bantuan untuk mengendalikan ledakanledakan perilaku agresif, yang tidak relevan dengan situasi sosial sehari-hari,"
papar ibu dua anak ini.

Dokter ahli kejiwaan Dr Ika Widyawati SpKJ (K) mengatakan, anak yang perlu
penanganan khusus tidak harus belajar di sekolah khusus. Mereka bisa saja
disekolahkan di sekolah umum bersama anak normal lainnya.

Yogyakarta (DIY) : 1.600 Anak Berkebutuhan Khusus belum Peroleh Akses


Pendidikan By admin
Tuesday, January 19, 2010 18:16:00

Clicks: 947

1.600 Anak Berkebutuhan Khusus belum Peroleh Akses Pendidikan

Selasa, 19 Januari 2010 18:16 WIB


Penulis : Sulistiono

YOGYAKARTA--MI: Sebanyak 1.600 dari 5.600 anak berkebutuhan khusus


atau diffable usia sekolah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum
mendapatkan akses pendidikan.

Banyaknya anak berkebutuhan khusus belum bisa mengakses pendidikan karena


minimnya kepedulian instansi terkait serta terbatasnya pengetahuan orang tua,
kata Program Manager Distarter Risk Reduction and Education Arbeiter
Samariter Bund (ASB) Sae Kani di Yogyakarta,
Selasa (19/1).

Ia menjelaskan, pihaknya akan membuka akses pendidikan bagi para anak


berkebutuhan khusus mulai tahun ini, terutama di Kabupaten Bantul. Program
tersebut akan berlangsung hingga 20 bulan ke depan. Kegiatannya akan
dilakukan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Dinas
Sosial.

Kani kembali mengungkapkan, banyaknya anak berkebutuhan khusus usia


sekolah yang tidak mendapat akses pendidikan juga karena salah satunya

keberadaanya dianggap sama dengan tuna grahita. Padahal, ada beberapa


kelompak anak berkebutuhan khusus, seperti anak autis, maupun kemampuan
berpikir kurang.

Tanpa mengetahui kelompok anak berkebutuhan khusus, akan sulit dicari


penyelesaiannya. Anak berkebutuhan khusus harus diketahui dulu kekurangan
fisiknya, baru kemudian disimpulkan apa saja yang diperlukan, katanya.

Untuk menyukseskan akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus itu,


upaya juga akan dibantu oleh tenaga guru pendamping khusus. Di Kabupaten
Bantul sedikitnya sudah ada 70 guru pendamping khusus. (SO/OL-01)

Sumber: Media Indonesia Online


http://www.mediaindonesia.com/read/2010/01/19/117977/
88/14/1.600-Anak-Berkebutuhan-Khusus-belum-Peroleh-Akses-Pendidikan

Artikel Wikipedia
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK
antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan
belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak
cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks
bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan
bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar

Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk


tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita,
SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian
G untuk cacat ganda.

Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind)
dan low vision. Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah
individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari
6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra
memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran
menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual
dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar timbul,
benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape
recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktivitas di
sekolah luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi
dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat
dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra
yang terbuat dari alumunium)

Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB).

Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki


hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara
berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari
telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbedabeda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan
komunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal,
bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam
memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
yang muncul dalam masa perkembangan. klasifikasi tunagrahita berdasarkan
pada tingkatan IQ.
1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan
bina diri dan sosialisasi.
Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan
oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit
atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan
dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi,
sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan
koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik
dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku
menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku

disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor


eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan
dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara
dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca,
berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury,
disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan
belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik
persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan
ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

Anda mungkin juga menyukai