Anda di halaman 1dari 12

MAKNA SIMBOLIK TRADISI UPAH- UPAH TONDI BATAK MANDAILING DI

KOTA PEKANBARU

Oleh :
Rofina Istiqamah Nasution
(istiqamahrofina70@gmail.com)
Pembimbinng: Dr. Noor Efni Salam M.si

Jurusan Ilmu Komunikasi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl.H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293
Telp./Fax 0761-63277

Abstrak
Tradisi upah- upah tondi merupakan salah satu kebudayaan yang terdapat pada suku
Batak Mandailing . Dalam tardisi upah- upah tondi, terdapat aspek- aspek simbolik yang
memilki makna tertentu yang direpresentasikan melalui alat atau sesajen serta gerakan yang
terdapat pada tradisi upah-upah Tondi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna
situasi simbolik, makna produk interaksi sosial, dan makna intepretasi tradisi upah-upah tondi
di Kota Pekanbaru.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan interaksi
simbolik. Informan penelitian ini berjumlah 8 orang yaitu 3 orang bamou (dukun), dengan
menggunakan teknik purpusive, dan 2 orang masyarakat umum kota Pekanbaru yang
bersuku Batak Mandailing dan tiga orang pasien dengan mengunakan teknik accidental.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa makna situasi simbolik tradisi upah tondi di
kota pekanbaru terdiri dari objek fisik dan objek sosial.Objek fisik meliputi sesajen atau
pangupah yang terdiri dari satu ekor ayam yang bermakna sebagai harapan ,satu butir telur
ayam bermakna keutuhan, satu ekor gulai kepala kambing bermakna sebagai makanan lezat,
hati bermakna sebagai kesabaran,sayur mayur bermakna sebagai keseimbangan alam dan
terakhir nasi pulut kuning bermakana sebagai filfasat kehidupan, objek sosial meliputi
gerakan bamou dalam perputaran nampan sendiri dia atas kepala pasien bermakna sebagai
kehidupan yang mutlak serta mantra dan lantunan doa yang diucapkan oleh bamou pada
tradisi upah –upah tondi yang juga memilki makna tertentu pada setiap bagiannya seperti
tersiriratnya harapan agar orang yang sedang sakit diberikan kesembuhan, situasi sosial yang
terdapat pada tradisi upah –upah tondi juga memilki makna tersendiri yaitu bermakna
kebersamaan. Makna prodak interaksi sosial TradisiUpah- Upah tondi meliputi pemaknaan
dari sisi bamou atau tokoh adat dimana tradisi ini memilki nilai budaya , ekonomi dan
spritual sedangkan dari segi pasien memaknai tradisi ini memilki nilai budaya, kepercayaa,
spritual dan nilai sosial dan dari sisi masyarakat umum suku bersuku Batak Mandailing
memaknai tradisi ini memiliki nilai agama, budaya, dan sosial.Makna intepretasi
TradisiUpah- Upah tondi meliputi tindakan terbuka dan tindakan tertutup tindakan tertutup
meliputi motivasi internal dan eksternal serta perasaan pasien dan bamou. Sedangkan
tindakan terbuka meliputi ekpresi wajah dari bamou dan pasien.

Kata Kunci: Makna Simbolik, Situasi simbolik, Interpretasi Sosial, Produk Interaksi
sosial, Upah-upah Tondi

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 1


Abstract

The tradition of wages is one of the cultural tondi contained in Mandailing Batak tribe. In
tardisi tondi wages, there is a symbolic aspects that have a specific meaning that is
represented by a tool or offerings and movements found in the tradition of wages Tondi. The
purpose of this study was to determine the meaning of the symbolic situation, meaning the
product of social interaction, and interpretation of the meaning of the tradition of wages
tondi in Pekanbaru.
This study uses a qualitative research approach symbolic interaction. The
informants were 8 persons, namely 3 bamou (shamans), using techniques purpusive, and two
members of the public who have tribes Pekanbaru city Batak Mandailing and three patients
using the technique accidental. Data collected through observation, interview, and
documentation.
These results indicate that the meaning of the symbolic tradition of wage tondi situation in
Pekanbaru city consists of physical objects and object physical sosial .Objek includes
offerings or pangupah consisting of one chicken meaningful as expectations, the eggs
meaningful wholeness, the tail head curry goat meaningful as a delicacy, liver meaningful as
patience, vegetables and serves as the natural balance and the last sticky rice yellow
bermakana as filfasat life, social objects include movement bamou in turnover tray itself him
above the patient's head and serves as the life of absolute and mantras and chanting spoken
by bamou on wages tradition -upah tondi who also have the specific meaning in every part
like the implicit hope that people who are sick are given healing, social situations
contained in wages tradition -upah tondi also have the special meaning that is meaningful
togetherness.
Prodak meaning of social interaction TradisiUpah- Wages tondi includes meanings of the
bamou or traditional leaders where these traditions have the value of cultural, economic and
spiritual while in terms of patients to make sense of this tradition have the value of culture,
kepercayaa, spiritual and social values and of the general public have tribes tribes Batak
Mandailing interpret this tradition has religious values, culture, and sosial.Makna
interpretation TradisiUpah- tondi Wages include action open and closed action covered
measures include internal and external motivations and feelings of patients and bamou.
While open action includes facial expressions of bamou and patients.

Keywords: Symbolic Meaning, Situation symbolic, Social Interpretation, Product social


interaction, Wages Tondi

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 2


PENDAHULUAN 2. Mangupa/upah-upah mangondang
dilakukan pada selamatan di saat
Indonesia merupakan negara seseorang anak laki-laki yang baru
multikultural yaitu negara yang memiliki saja mendapat sebuah pekerjaan.
beragam suku dan kebudayaan. Salah 3. Upah – upah tondi dilaksanakan
satunya adalah suku Minang, Jawa, Batak bila ada seseorang yang terkena
dan Tionghoa. Dari setiap suku tersebut musibah, musibah yang dimaksud
tentunya memiliki beragam kebudayaan adalah ketika seseorang mendapat
dan terdapat pula berbagai adat istiadat, kecelakaan atau seseorang yang
bahasa, tata nilai dan budaya yang sedang sakit.
berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Namun dalam penelitian ini penulis
adat istiadat, tata nilai dan budaya tersebut tertarik ingin meneliti lebih dalam
antara lain mengatur beberapa aspek mengenai upah- upah tondi. Upah–upah
kehidupan, seperti hubungan sosial tondi di tinjau dari tujuan pelaksanaannya,
kemasyarakatan, ritual beribadatan, upacara adat tersebut mengembalikan
kepercayaan,mitos-mistos, sanksi adat dan tondi (semangat, spirit) ke badan seseorang
budaya yang berlaku di lingkungan yang sedang sedang sakit atau beberapa
masyarakat yang ada. orang melalui lantunan kata pemberi
Kota Pekanbaru merupakan salah semangat dan nasihat (Irwan Efendy
satu wujud nyata yang memperlihatkan sisi 2008:3). Suku mandailing (Tapanuli
kemajemukan masyarakat Indonesia yang Selatan) percaya bahwa orang yang sedang
multikultural. Sebagai ibu kota Provinsi sakit roh semangat jiwanya hilang maka
Riau, Pekanbaru memiliki beragam suku untuk mengembalikan roh semangat
yang hadir mengisi kepadatan kota. jiwanya itu diperlukan tradisi upah- upah
Kehadiran suku yang beranekaragam Tondi agar roh tersebut kembali ke
tersebut menyebabkan kebudayaan yang tubuhnya.
beragam pula. Komunitas–komunitas Selain untuk mengembalikan
suku tersebut secara sengaja atau tidak semangat bagi orang yang yang sedang
akan membentuk sebuah keunikan dan sakit, upah- upah tondi juga bisa
identitas tersendiri melalui kebudayaan dilakukan untuk memberikan semangat
yang di tampilkan dalam kehidupannya. bagi orang yang telah sembuh dari
Suku yang memiliki jumlah terbesar di penyakit dalam hal ini yang dimaksudkan
kota Pekanbaru antara lain Minang, adalah buang sial, upah- upah tondi juga
Melayu, Jawa, Batak dan Tionghoa (dalam bisa dilakukan untuk orang yang habis
Margretha Elizabeth, 2015:2). Tentunya terkena musibah misalnya kecelakaan atau
suku-suku tersebut memiliki beragam orang yang bangkrut dalam bisnis nya.
kebudayaan seperti adat- istiadat dan Jadi upacara upah- upah tondi bisa
tradisi. Salah satu di antara lima suku dilakukan untuk mendoakan dan
tersebut yang memiliki banyak memberikan semangat bagi orang yang
kebudayaan adalah suku Batak . sedang sakit dan bisa juga dilakukan untuk
Tradisi upah-upah adalah semacam membuang sial bagi orang yang telah
upacara adat atau tradisi untuk mendoakan sembuh dari penyakitnya .
hal- hal yang baik. Tradisi upah – upah Pada prosessi pelaksanaan upah-
terbagi ke dalam beberapa kategori di upah tondi ini terdapat makna situasi yang
antaranya adalah : tidak dapat terekspresikan secara langsung
1. Upah-upah biasa yaitu upah- upah seperti peralatan (Ayam panggang, Hati
yang dilakukan pada waktu ayam yang dipanggang, Telur ayam rebus
pelaksanaan hajatan secara umum yang telah dikupas, Nasi pulut kunyit,
seperti pernikahan, kelahiran bayi. Sayur-mayur, Gulai kepala kambing,
Perlatan atau bahan –bahan tersebut

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 3


digunakan tergantung tingkat penyakitnya) doa- doa serta lantuan nasihat- nasihat.
. Pada saat pelaksaan upah-upah tondi dan Dalam setiap kata- kata dan lantunan
selama berlangsungnya tradsi tersebut nasihat tersebut serta makanan-makanan
masyarakat, keluarga, dan kerabat terdekat yang berada di dalam nampan tersebut
ikut menghadiri tradisi tersebut. memiliki makna serta simbol-simbol
Pemaknaan masyarakat tentang ritual tertentu. Misalnya penggunaan telur ayam
tradsi upah-upah tondi tentu juga berbeda- dilakukan jika ada yang sakit biasa hingga
beda, baik dari sisi orang yang dituakan ke tahap penyakit paling besar
dalam kelarga yang melakukan tradsi menggunakan kepala kambing. Namun
upah-upah tondi , orang yang sakit atau saat ini tradisi upah- upah mengalami
didoakan dalam tradsi upah-upah tondi, pergeseran seperti sakit besar yang
tokoh masyarakat dan masyarakat batak biasanya menggunakan kepala kambing
mandailing yang tinggal di kota Pekanbaru sekarang hanya menggunakan telur ayam
tersebut. Motivasi ketua adat dan keluarga dan satu ekor ayam begitu pula yang sakit
dalam melakukan tradisi upah- upah tondi biasa yang biasanya hanya menggunakan
merupakan suatu hal yang harus dipahami. telur ayam sekarang menggunakan satu
Seiring dengan perkembangan ekor ayam.
zaman dan majunya teknologi menjadikan Adanya perubahan dalam tradisi
tradisi upah-upah tondi Batak Mandailing upah- upah Tondi sesunggunya adalah
tapanuli selatan mulai tergeser dengan wajar, hal ini dikarenakan kebudayaan
budaya- budaya asing. hal ini tentunya tidak bersifat statis. Setiap kebudayaan
memungkinkan tradisi Upah-Upah Tondi selalu ditumbuhkembangkan oleh pemilik
mulai dilupakan. Orang- orang yang kebudayaannya (Liliweri, 2003. 58).
melakukan Tradisi upah-upah kebudayaan Namun pergeseran pada tradisi Upah-upah
mandailing mulai berkurang hal ini selain yang semakin luas dikhawatirkan akan
faktor perkembangan zaman , faktor yang turut membawa pergesaran makna dari
lainnya adalah orang–orang yang dahulu simbol- simbol yang dimiliki oleh tradisi
sering melakukan tradisi ini sebagian upah-upah tidak lagi dipahami secara
sudah tutup usia. Ditambah lagi tidak benar. Selain itu, meningat bahwa tradisi
adanya generasi-generasi muda sebagai upah- upah sebagai warisan kebudayaan
penerus kebudayaan ini yang memahami yang harus dilestarikan, maka penting
tradisi upah- upah Tondi tersebut. Padahal untuk mengangkat makna dari simbol-
tradisi ini merupakan identitas kebudayaan simbol upah- upah Tondi sebagai cara
yang patut dijaga dan dilestarkan. Kondisi mengali, mengkaji dan megembangkan
inilah yang terjadi di Kota Pekanbaru pada nilai-nilai di balik makna Tradisi Upah-
saat ini . seperti yang disampaikan oleh upah Tondi yang tidak teramati secara
Bapak Amaran Nasution selaku ketua adat langsung. Tradisi upah-upah tondi
perkumpulan ikatan Marga Nasution di sesungguhnya terdiri dari aspek-aspek
kota pekanbaru. yang kaya akan makna. Baik itu pada
Upah-upah tondi sebagai tradisi aspek sosial dan aspek fisik seperti alat-
yang hidup di tengah-tengah masyarakat alat atau sarana-sarana yang digunakan
suku batak Mandailing, memiliki peran hingga lantunan-lantunan doa yang
Dalam ritual kepercayaan dalam Tradisi diucapkan oleh orang yang dituakan
ini untuk melaksanakan nya mengunakan hingga masyarakat batak mandailing yang
sarana atau alat berupa nampan atau baki menggikuti tradisi upah-upah tondi
yang berisi makanan berupa Nasi kuning, tersebut.
1 ekor ayam, sayur-mayur, kepala Mengacu pada fenomena yang
kambing dan 2 telur ayam dan setelah itu telah diuraikan diatas, maka penulis
dikelilingi di atas kepala yang di upah- tertarik untuk mengangkat makna simbolik
upah tondi seraya dengan mengucapkan Tradisi upah- upah Tondi sebagai cara

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 4


untuk menggali dan mengangkat identitas sekaligus membantu plestarian tradisi
suku Batak Mandailing yang merupakan upah- upah Tondi tersebut.
warisan budaya masyarakat batak,

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, Teknik pengumpulan data adalah cara-cara
maka dapat dirumuskan masalah yaitu yang dapat digunakan peneliti untuk
Bagaimana makna simbolik yang terdapat mengumpulkan data. Dalam penelitian ini
di dalam tradisi upah-upah Tondi suku diperlukan keberadaan informan yang
Mandailing Tapanuli Selatan di Kota dapat dimanfaatkan untuk memberikan
Pekanbaru? informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian (Moleong, 2005:90).
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian Adapun cara penulis lakukan dalam
berdasarkan identifikasi di atas adalah : pengumpulan data pada penelitian ini
1. Mengetahui makna situasi adalah sebagai berikut:
simbolik tradisi upah –upah Tondi
dalam kebudayaan suku batak a. Observasi (Pengamatan)
mandailing di Kota Pekanbaru. Observasi merupakan pengamatan
2. Mengetahui makna produk yang dilakukan untuk melihat suatu
interaksi tradisi upah-upah tondi peristiwa dan kejadian, sesuai dengan
dalam kebudayaan suku Batak pernyataan Moleong (2005: 174-175)
Mandailing di Kota Pekanbaru. mengatakan:
3. Mengetahui makna interpretasi Observasi dilakukan dengan
upah- upah tondi sebagai tradisi melihat secara langsung pertunjukan
masyarakat Batak Mandailing di Upah-Upah Tondi. Pada saat observasi,
kota Pekanbaru peneliti mengamati dan mencermati
prosesi sebelum Tradisi berlangsung,
METODE PENELITIAN sehingga peneliti bisa mengetahui secara
Penelitian ini merupakan penelitian jelas apa yang dibutuhkan dalam
kualitatif yang berusaha memberikan pelaksanakan Tradsi Tersebut. Observasi
gambaran terhadap keadaan yang terjadi, secara langsung yang dilakukan oleh
dikenal dengan penelitian deskriptif. peneliti mulai dari persiapan hingga
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang Tradisi itu berakhir hal ini bertujuan agar
memberikan gambaran secara sistematis diperoleh data yang relevan dan objektif.
fakta-fakta atau karakteristik populasi
tertentu secarafaktual dan cermat (Rahmat, b. Wawancara
2004: 25). Secara deskriptif, Kirk dan Wawancara adalah percakapan
Miller mendefenisikan bahwa penelitian dengan maksud tertentu. Percakapan
kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu dilakukan oleh dua pihak yaitu,
pengetahuan sosial yang secara pewawancara (interview) yang
fundamental bergantung dari pengamatan mengajukan pertanyaan itu. (Moleong,
pada manusia baik dalam kawasannya 2005:186). Interview yang digunakan
maupun dalam peristilahannya (Moleong, dalam penelitian ini adalah interview bebas
2005: 4). terpimpin. Dalam interview ini, penulis
membawa kerangka atau pedoman
TEKNIK PENGUMPULAN DATA pertanyaan untuk disajikan, tetapi
bagaimana pertanyaan diajukan diserahan
kepada kebikjaksanaa interview. Dengan

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 5


pengertian lain wawancara adalah cara sumber lain yang berkaitan dengan
pengumpulan data melalui tanya jawab penelitian.
secara lansung dengan informan untuk
memperoleh informasi yang berhubungan ANALISIS DATA
dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Jenis wawancara yang digunakan Moleong (2005: 103)
adalah wawancara terstruktur, dimana mendefenisikan analisis data sebagai
pewawancara memiliki daftar pertanyaan proses mengorganisasikan dan
tertulis, memungkinkan untuk menanyakan mengurutkan data kedalam pola kategori
pertanyaan-pertanyaan secara bebas yang sehingga dapat dirumuskan hipotesis yang
berkaitan dengan permasalahan yang disarankan oleh data. Interview data adalah
diteliti. (Kriyantono, 2007:94). Wawancara memberikan arti yang signifikan terhadap
dilakukan secara lansung yang mana analisis, menjelaskan pola uraian, dan
peneliti memberikan pertanyaan- mencari hubungan diantara dimensi-
pertanyaan melalui tatap muka dengan dimensi uraian. (Kriyantono, 2007: 163).
informan. Metode interview ini terutama Patilima (2005: 88) mengatakan pada
peneliti ajukan kepada narasumber yang analisa data kualitatif, kata-kata dibangun
telah dipilih untuk mendapatkan data dari hasil wawancara atau pengamatan
mengenai makna simbolik Tradisi Upah- terhadap data yang dibutuhkan untuk
Upah Tondi yang terdiri dari ketua adat , mendeskripsikan dan dirangkum.Pada
masyarakat yang melakuan tradisi tersebut penelitian ini penulis menggunakan untuk
serta yang mengetahui tradisi tersebut. analisis data interaktif Miles dan
Huberman. Pada model interaktif, reduksi
c. Dokumentasi data dan penyajian data memperhatikan
Dokumentasi adalah metode hasil data yang dikumpulkan, kemudian
dimana yang menjadi sumber datanya proses penarikan kesimpulan dan
adalah bahan-bahan tertulis seperti buku, verifikasi. Dalam pengumpulan data
dokumen-dokumen dan sebagainya. peneliti mulai mencari arti benda-beda,
(Arikunto, 1998: 131). Peneliti pola-pola, penjelasan, konfigurasi-
mengumpulkan informasi atau dokumen konfigurasi yang mungkin, alur sebab
yang telah tersedia pada instansi terkait akibat dan proposisi. (Patilima, 2005:98-
dan pustaka yang relevan dengan topik 99).
penelitian. Dokumentasi, merupakan teknil
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara menyalin data-data atau arsip yang Makna Situasi Simbolik tradisi Upah-
tersedia pada interview atau instansi yang Upah Tondi Batak Mandailing
berhubungan dengan penelitian. Dokumen
adalah bahan tertulis, ataupun film maupun Interaksi yang dilakukan antar
foto-foto yang dipersiapkan karena adanya individu berlansung secara sadar dan
permintaan seorang penyidik sesuai berkaitan dengan gerakan tubuh, vocal,
dengan kepentingan (Moleong, 2005:216). suara, dan ekspresi tubuh yang
Teknik pengumpulan data yang dilakukan kesemuanya mempunyai maksud yang
dengan cara mengambil data-data arsip disebut dengan symbol (Kuswarno, 2011:
yang tersedia pada sumber-sumber 22). Symbol-simbol tersebut juga terdapat
dokumen yakni hasil seminar tentang dalam tradisi upah – upah tondi dimana
budaya Batak yang penulis peroleh dari symbol-simbol tersebut merupakan benda-
narasumber, foto-foto dan internet seperti benda perlengkapan yang ada dalam tradisi
Media Sosial Resmi grup Perkumpulan upah- upah tondi serta peristiwa yang
Masyarakat Batak Mandailing dan terjadi di dalam tradisi upah- upah Tondi.

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 6


Situasi simbolik merupakan suatu diharapkan berbesar hati sabar dalam
situasi dimana individu berada dalam menghadapi penyakit.
lingkungan simbolik yang memilki Untuk tingkatan penyaikt yang
pemaknaan tertentu dan lingkungan tinggi dalam tradisi upah-upah tondi
tersebut terdiri dari symbol-simbol tertentu mengunakan gulai kepala kambing yang
dengan makna tertentu pula. Hasil respons bermakna makanan yang lezat. maksudnya
symbol-simbol yang ada dalam ritual disini adalah orang yang baru
tradisi upah- upah tondi Situasi simbolik mendapatkan kecelakaan agar selera atau
dalam tardisi upah- upah tondi meliputi nafsu makannya kembali naik dan
objek fisik berupa benda dan objek social melupakan insiden kecelakaan tersebut,
berupa perilaku nonverbal. melalui gulai kambing ini diharapkan
Objek fisik dalam tradisi upah- sebagai tolak bala agar kecelakaan tersebut
upah tondi adalah alat- alat dan bahan tidak menimpa lagi bagi orang yang habis
yang digunakan selama proses tradisi mengalami kecelakaan.
dilaksanakan yang digunakan untuk di Dalam tradisi upah- upah tondi nasi
persembahan kepada roh tondi . pulut kuning tidak lupa disajikan untuk
persembahan yang dimaksud mencakup persembahan roh tondi yang digunakan
beberapa hal seperti satu ekor ayam sebagai pelengkap untuk tingkat penyakit
digunakan pada tingkat penyakit yang apapun. nasi pulut kuning sendiri
tinggi seperti sakit struk, kanker hati, bermakna falsfasah kehidupan
ginjal dll ayam merupakan syarat yang melambangkan seseorang bisa hidup baik
paling utama dalam tradisi ini sebab ayam dan benar dan dijauhkan dari segala hal
melambangkan sebagai sebuah harapan yang dapat merugikan.
dalam proses penyembuhan penyakit Alat yang terakhir untuk
tersebut dan di persembahkan kepada roh dipersembahan kepada roh tondi adalah
Tondi ( semangat) agar harapan itu sayur mayur sama fungsinya dengan hati
dirasakan oleh roh Tondi sehingga dan nasi pulut kuning, sayur mayur juga
diharapkan roh itu kembali ke tubuh bagi digunakan dalam tingkatan penyakit
si penderita sakit. apapun yang bermakna sebagai
Selanjutnya satu telur ayam rebus keseimbangan alam yaitu wujud syukur
juga digunakan pada tradisi upah –upah kepada tuhan yang telah menciptakan
tondi ini yang digunakan untuk tingkat alam, keseimbangan yang dimaksud
penyakit yang kecil seperti demam, bayi adalah manusia harus seimbanng dalam
yang demam akibat tumbuh gigi. secara menggunakan hewani dan tumbuhan sebab
simbolik telur bulat yang terdiri atas semua ciptaan tuhan semuanya berguna.
kuning dan putih telur mencerminkan Objek sosial dalam tradisi upah-
“kebulatan”(keutuhan) tondi dan badan, upah tondi meliputi perilaku non verbal
Maksudnya adalah bagi mereka yang berupa gerakan, lantuan doa yang
sedang sakit agar mendapatkan kembali diucapkan oleh bamou, dan juga situasi
kesehatan yang utuh di dalam badan sosial keluarga orang yang diupah – upah
mereka. tondi dan juga waktu pelaksaaan tradisi
Selanjutnya alat yang digunakan upah-upah tondi. Dalam tradisi upah –
dalam tradisi ini adalah hati, hati upah tondi gerakan tangan bamou dilumai
digunakan sebagai pelengkap dalam tradisi kearah kanan sambil memegang
upah- upah tondi setiap tingkat penyakit persembahan (objek fisik) yang disusun
yang besar maupun kecil hati wajib rapi diatas kanan lalu berlanjut kearah kiri.
digunakan, secara simbolik hati Gerakan dilakukan diatas kepala
mencerminkan kesabaran makusdunya melamangkan kehidupan mutlak.
adalah bagi mereka yang sedang sakit maksudnya adalah kepala merupakan
tubuh manusia yang paling utama sebab

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 7


semua panca indra mulai dari kita berlansungnya tradisi upah- upah tondi,
mendengar , melihat, berbicara, mencium akan dikaji dalam lagi dengan memahami
bau semuanya berada di kepala sehingga begaimana pemaknaan tradisi upah- upah
semua sumber kehidupan manusi ada di tondi secara keseluruhan.
kepala manusia. Sedangkan perputaran Berkaitan dengan produk interaksi
nampan didahulukan di arah kanan sosial, perspektif terhadap makna tradisi
melambangkan kebaikan, suku batak upah- upah tondi diperlukan untuk
mandailing percaya bahwa sesuatu yang menunjukkan bagaimana tradisi upah-
baik berasal dari kanan sedangkan upah tondi dimaknai. Dalam interaksi
perputaran nampan didahulukan di arah simbolik, defnisi yang mereka berikan
kanan melambangkan kebaikan. kepda situasi, objek dan bahkan diri
Dalam tradisi upah-upah Tondi mereka sendirilah yang menentukan
lantuan doa yang diucapkan bamou perilkau mereka (Mulyana, 2010:70)
memilki makna tersendiri yaitu harapan. Pemakanaan tradisi upah- upah
Harapan yang dimaksud adalah harapan – tondi dapat dilihat dari sudut pandangan
harapan yang diingginkan baik dari orang tokoh adat (bamou), orang yang pernah
yang diupah – upah dan dari pihak diupah – upah tondi dan pandangan
keluarga, sanak dan kerabat agar orang masyarakat umum kota pekanbaru bersuku
yang diupah- upah cepat sembuh serta batak mandailng yang belum pernah
kembali normal dan semangat dalam melakukan tradisi upah – upah Tondi.
menjalani hidup dan nantinya harapan atau Bamou memaknai tradisi upah- upah tondi
lantuanan doa ini di dengar oleh roh tondi sebagai tradisi untuk mengembalikan
sehingga roh tondi bersedia kembali hadir semangat orang yang sedang sakit serta
ditubuh orang yang sedang sakit. untuk pemanggilan roh tondi di tubuh
Situasi sosial didalam tradisi upah- orang yang sedang sakit. dan juga bamou
upah tondi dapat dilihat melalui terlibatnya memaknainya tradisi ini sebagi bentuk rasa
sanak, saudara, dan keluarga dalam kepedulian kepada orang yang sedang
kekompkan mereka menyiapkan sakit yang terdapat nilai sosial selain itu,
perlengkapan (objek fisik) untuk tradisi bamou juga memaknai tradisi ini sebagai
upah- upah tondi serta kehadiran kerabat sumber rezeki dimana bamou dalam
terdekat juga mengambarkan situasi sosial melaksanakan tradisi ini mendapatkan
pada tradisi upah- upah tondi sehingga rezeki dengan diberikan berupa uang atau
terdapat nilai kebersamaan. Kemudian, cendramata hal ini dapat dikatakan sebagai
tempat yang dilakukan didalam tradisi nilai sosial.
upah- upah tondi adalah dirumah orang Dalam tradisi upah – upah tondi
yang akan diupah-upah tondi hal ini pemaknaan dari orang yang diupah- upah
bertujuan agar kerabat dekat maupun jauh tondi juga perlu diketahui. mereka
serta sanak family dan keluarga dapat memaknai tradisi upah- upah tondi sebagai
menghadiri tradisi tersebut sekaligus obat untuk menyembuhkan serta untuk
memberikan sokongan kepada orang yang mengembalikan semangat hidup mereka
diupah- upah hal ini juga mengambarkan juga memaknai tradisi ini sebagai warisan
situasi sosial serta terdapat nilai peduli dari nenek moyang yang terdahulu yang
terhadap sesama. terdapat nilai budaya selain itu mereka
memaknai tradisi ini sebagai ajang untuk
Makna Produk Interaksi Sosial berkumpul dan bersilahturahmi keluarga ,
Tradisi Upah- Upah Tondi sanak family dan kerabat dekat dan jauh
Dalam proses penafsiran situasi dimana didalamnya terdapat nilai sosial
simbolik, terjadi inetraskdi sosial antar dan nilai kebersamaan dan yang terakhir
manusia maupun dengan dengan objek mereka memaknai tardisi ini terdapat nilai
yang merupakan bagian proses

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 8


shkaral didalamnya yang mana tradisi ini karena merindukan kehidupan pada saat
dilakukan untuk pemanggilan roh tondi sehat dahulu tetapi kepercayaan suku batak
Pemaknaan masyarakat umum kota mandailing menganggap perasaan itu
pekanbaru bersuku Batak Mandailing merupakan kerinduaan tubuh pada
terhadap tradisi upah- upah tondi yakni kehadiran roh tondi. Selain perasaan sedih
orang batak mandailing yang tidak pernah yang dirasakan oleh orang yang diupah-
melaksanakan upah- upah tondi juga perlu upah, perasaan terharu juga terdapat
dilihat, mereka dalam memaknai tradisi didalam orang yang sedang diupah- upah
upah- upah tondi sebagai warisan para terharu karena keluarga dan orang disektar
leluhur yang tentunya terdapat nilai mereka masih peduli terhadap mereka .
budaya. selain itu, mereka memaknai Tindakan terbuka merupakan
tradisi upah- upah tondi sebagai bentuk kelanjutan dari tindakan tertutup. Tindakan
rasa peduli kepada orang yang sedang sakit terbuka dapat dilihat dari ekpresi wajah
hal ini dapat dinilai sebagai nilai sosial. para pelaku tardisi, ekspresi wajah para
selain nilai sosial, nilai agama juga pelaku tardisi dapat dilihat dari ekpresi
terdapat didalam tradisi ini hal ini dapat wajah mereka yang mereka tampilkan
dilihat dari masyarakat umum memaknai pada saat tradisi dilakukan seperti ekpresi
tradisi ini sebagai permohonan kepada wajah Bamou yang menampilkan wajah
tuhan agar orang yang sedang sakit dapat serius pada saat membacakan lantunan doa
dapat diberikan kesembuhan serta kembali dan ekspresi wajah sedih pada orang yang
semnagat dalam menjalani hidup. diupah- upah hal ini dapat dilihat keika
Makna interpretasi tradisi upah- mereka menanggis meresapi lantunan doa
upah Tondi berkaitan dengan tindakan yang bacakan oleh bamou.
individu yang merupakan pelaku tradisi
upah- upah Tondi. Interpretasi dalam KESIMPULAN DAN SARAN
tradisi upah- upah tondi melipiti tindakan KESIMPULAN
tertutup dan juga tindakan terbuka dari 1. Makna situasi simbolik tradisi Upah-
para pelaku tradisi, dimana tindakan Upah Tondi terdiri dari objek fisik dan
terbuka meliputi motivasi internal dan objek sosial yang pemaknaannya
eksternal serta perasaan dari pelaku tardisi berhubungan dengan filosofis dan
upah- upah tondi, sedangkan tindakan historis budaya suku Batak
terbuka meliputi ekspresi wajah dari Mandailing. Objek fisik tradisi Upah-
pelaku tardisi upah- upah tondi. Upah Tondi terdiri dari persembahan
Pada factor internal, motivasi yang di sajikan untuk roh tondi antara
pelaku tradisi dapat dilihat dari bamou lain ayam , telur, hati, gulai kepala
yang menjalankan tradisi ini, sebagai cara kambing, nasi pulut kuning, sayur
untuk melestarikan tradisi yang sudah mayur yang digunakan tergantung
didapat dari nenek moyang. sedangkan tingkat penyakit orang yang hendak
faktor eksternal dapat dilihat dari diupah- upah tondi masing- masing
kewajiban bamou menjalankan tradisi ini objek fisik tersebut mengandung
sebagai kewajiban seorang ketua adat yang makna tersendiri. Objek sosial Upah-
telah ditunjuk dan dipercaya oleh Upah Tondi berupa perilaku verbal dan
Kelompok Marga Nasution. non verbal yang meliputi gerakan yang
Tindakan tertutup para pelaku dilakukan oleh bamou, lantuan doa
tardisi dapat dilihat melalui persaan yang yang diucapkan oleh Bamou pada
dirasakan para pelaku tardisi dalam orang yang diupah- upah Tondi. Selain
menjalankan tradisi tersebut. seperti itu objek sosial pada tradisi ini juga
perasaan yang tenang pada bamou dalam dapat dilihat melalui situasi sosial
membacakan lantunan doa dan perasaan keluarga orang yang akan diupah- upah
sedih orang yang diupah- upah tondi Tondi dengan kehadiran sanak, family

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 9


dan kerabat terdekat dalam tradisi ini tertutup berhubungan dengan motivasi
turut serta dalam menyiapkan dan perasaan sedangkan tindakan
perlengkapan (objek fisik) pada terbuka meliputi ekpresi wajah pelaku
Tradisi Upah- Upah Tondi dimana hal tradisi Upah- Upah Tondi. dalam
ini terjadinya ikatan silahtuhrahmi tradisi upah- upah tondi terdapat
serta kekompakan antar sesama motivasi internal dan eksternal bagi
manusia dan saling bergotong royong. Bamou . motivasi internal mencakup
Tradisi Upah- Upah Tondi keinginan dari bamou untuk
dilaksanakan pada waktu seseorang melestarikan kebudayaan Batak
sedang sakit karena orang Batak Mandailing sedangkan motivasi
Mandailing percaya orang yang sedang eksternal merupakan kewajiban
sakit semangat hidupnya hilang maka seorang ketua adat yang telah ditunjuk
untuk mengembalikan semangat dan dipercaya orang untuk
tersebut diperlukan tradisi upah- upah melaksanakan tradisi ini. perasaan para
tondi untuk memanggil roh tondi dan pelaku tradisi upah- upah tondi dalam
mengembalikan roh tersebut ketubuh melaksanakan tradisi ini beragam
orang yang sedang sakit agar orang mulai dari persaan tenang dari bamou
tersebut kembali sembuh dan semangat dalam membacakan lantunan- lantunan
hidupnya kembali. Waktu pelaksanaan doa dan persaaan yang sedih dan diam
tradisi Upah- Upah Tondi juga dari orang yang melaksanakan tradisi
mengambarkan objek sosial. upah- upah tondi. sedangkan tindakan
2. Makna produk interaksi sosial Tradisi terbuka dapat dilihat melalui ekprsi
Upah- Upah Tondi meliputi wajah yang ditampilkan dari para
pemaknaan tradisi Upah – Upah Tondi pelaku tradisi seperti ekpresi wajah
secara keseluruhan dari persperktif serius, ekpresi wajah sedih dan ekpresi
yang berbeda dari setiap informan. wajah yang tenang.
tradisi upah – upah tondi dimaknai
oleh Bamou sebagai tradisi untuk Saran
mengembalikan semangat ketubuh 1. Makna dari simbol- simbol
orang yang sedang sakit dimana termasuk kebudayaan tradisi Upah-
didalamnya terdapat nilai yang shakral Upah Tondi masyarakat Batak
. dari segi orang yang diupah- upah Mandailing sebaiknya harus
tondi , tradisi ini dimaknai sebagai dilestarikan dan dijaga agar dapat
tradisi yang bertujuan sebagai ajang diwarisan kepada generasi-
silahtuhrahmi yang tekandung nilai generasi penerus. dan akan lebih
sosial dan nilai kebersamaan. selain itu baik makna simbolik ini dijadikan
masyarakat umum kota pekanbaru sebuah dokumen salah satunya
bersuku batak mandailing yang tidak buku agar dapat menjadi referensi
pernah melakukan atau menggikuti untuk pelestarian budaya suku
tradisi ini memaknai tradsi ini sebagai Batak Mandailing.
budaya yang diwariskan dari nenek 2. Semua kalangan suku batak
moyang dan sebagai tradisi yang Mandailing harus bekerja keras
dilakukan untuk memohon doa kepada dan bekerja sama untuk kembali
sang pencipta agar orang yang sedang dan merevitalisasai nilai-nilai
sakit mendaptkan kesembuhan dimana tradisi upah- upah Tondi dan
masyarakat umum memaknai tradisi ini kembali menghidupkan tradisi ini
memiliki nilai budaya dan agama. seperti dahulu lagi.sebab tardisi ini
3. Makna interpretasi pada tradisi Upah- merupakan suatu identitas budaya
Upah Tondi meliputi tindakan terbuka yang dapat membedakan dengan
dan tindakan tertutup. Tindakan suku lainnya.

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 10


3. Tradisi Upah-Upah Tondi Upah-Upah Tondi ini. Karena
merupakan salah satu warisan masih ada lapisan masyarakat yang
budaya masyarakat Indonesia yang masih mempercayai Tradisi ini.
harus diletarikan akan lebih baik
diperlukannya perhatian
pemerintah dalam menjaga tradisi

DAFTAR PUSTAKA
Aw, Suranto, Komunikasi Interpersonal, in Contexts. New York: Mc Graw
PT. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011. Hill International.

Cangara, Hafied H. 2006. Metodologi Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi


Penelitian Kualitatif. Jakarta: Penelitian Kualitatif. Bandung:
Kencana Persada Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana.2004. Ilmu Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat.


Komunikasi Teori dan Praktek. 2005. Komunikasi Antar Budaya.
Bandung : PT. Remaja Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rosdakarya.
Ranjabar, Jacobus 2006 Sistem Sosial
Ihromi, 2006. Pokok-pokok antropologi Budaya Indonesia Suatu
budaya. Jakarta: Yayasan Obor Pengantar, Bandung, Ghalia
Indonesia Indonesia.

Koentjaraningrat, 1970. Manusia dan Ranjabar, Jacobus 2006 Sistem Sosial


kebudayaan Indonesia. Djakarta: Budaya Indonesia Suatu
Djambatan. Pengantar, Bandung, Ghalia
Indonesia
Kriyantono, Rahmat. 2007. Teknik Praktis
Riset Komunikasi. Jakarta: Setiadi, Elly, 2010, Ilmu Sosial dan
Kencana Prenada Media Grioup Budaya Dasar, Jakarta, Kencana.

Kuswarno, Engkus. 2009. Fenomenologi Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi.


(Fenomena Pengemis Kota Bandung: Remaja Rosdakarya.
Bandung). Bandung: Widya
Padjajaran Tasmuji dkk. 2011. Ilmu Alamiah Dasar
(IAD), Ilmu Sosial Dasar (ISD),
Liliweri, Alo. 2002. Gatra Gatra Ilmu Budaya Dasar (IBD),
Komunikasi Antarbudaya. Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Yogyakarta: Pustaka Remaja Press.

Maran, Rafael Raga. 2007. Manusia dan West, Richard & Turner H. Lynn. 2008.
Kebudayaan: Dalam Perspektif Pengantar Teori Komunikasi:
Ilmu Budaya dasar. Jakarta: Analsis dan Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta. Salemba Humanika

Martin, Judith dan Thomas K. Nakayama. Yasir, 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi.
2007. Intercultural Communication Pekanbaru: Pusat Pengembangan
Pendidikan Universitas Riau

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 11


Zamzami, Lucky. 2013. Keseharian dan Pandiangan, Elita Br. 2014. Makna
Tradisi Pengetahuan Lokal yang Simbolik Tari Tortor dalam
Digerus oleh Zaman. Departemen Upacara Perkawinan Sub Etnis
Antropoli FISIP UI: Vol. 34 No. 1 Batak Toba di Kecamatan Balige
Kabupaten Toba Samosir Provinsi
Sumber Lain Sumatera Utara. Pekanbaru.
Universitas Riau
Skripsi:
Pradana, Deria Putri. 2015.Makna
Ridna. 2014. Makna Simbolik Seni
Simbolik Randai Sebagai Kesenian
Pertunjukan Barongsai dalam
Masyarakat Minangkabau di Kota
Kebudayaan Tionghoa di Kota
Payakumbuh Provinsi Sumatera
Pekanbaru. Pekanbaru. Universitas
Barat.Pekanbaru. Universitas Riau
Riau.

JOM FISIP Vol. 3 No. 2 – Oktober 2016 Page 12

Anda mungkin juga menyukai