Anda di halaman 1dari 17

1.

Pengertian Kearifan Lokal


Dalam pengertian kamus, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata: kearifan
(wisdom) dan lokal (local). Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan
Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom (kearifan) sama dengan kebijaksanaan. Secara
umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat
(local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
anggota masyarakatnya.
Kearifan lokal merupakan semua kecerdasan–kecerdasan lokal yang ditranformasikan ke
dalam cipta, karya dan karsa sehingga masyarakat dapat mandiri dalam berbagai iklim sosial
yang terus berubah-ubah. Cipta, karya dan karsa itu disebut juga budaya. Kebudayaan bukan
merupakan istilah baru, namun yang dimaksudkan dengan kebudayaan adalah semua pikiran,
perilaku, tindakan, dan sikap hidup yang selalu dilakukan orang setiap harinya. Menurut
Koentjaraningrat (dalam Rustanto,2005) pembudayaan atau dalam istilah Inggris dikenal dengan
istilah ”Institusionalization” yaitu proses belajar yang dilalui setiap orang selama hidupnya untuk
menyesuaikan diri di alam pikirannya serta sikapnya terhadap adat, sistem norma dan semua
peraturan yang terdapat dalam kebudayaan dan masyarakatnnya.
Secara umum, kearifan lokal dianggap pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta
berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dengan pengertian-
pengertian tersebut, kearifan lokal bukan sekedar nilai tradisi atau ciri lokalitas semata
melainkan nilai tradisi yang mempunyai daya-guna untuk untuk mewujudkan harapan atau nilai-
nilai kemapanan yang juga secara universal yang didamba-damba oleh manusia. (dalam situs
Departemen Sosial RI)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal merupakan seperangkat
pengetahuan, nilai-nilai, perilaku, serta cara bersikap terhadap objek dan peristiwa tertentu di
lingkunganya yang diakui kebaikan dan kebenarannya oleh komunitas tersebut.
2. Fungsi Kearifan Lokal
Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004), menjelaskan bahwa bentuk-bentuk
kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kepercayaan, dan aturan-
aturan khusus. Bentuk yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi kearifan lokal menjadi
bermacam-macam pula. Fungsi tersebut antara lain adalah:
1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumberdaya alam.

2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia.

3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

Menurut Prof. Nyoman Sirtha dalam “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali”
menyatakan bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, etika,
kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Oleh karena bentuknya yang
bermacam-macam dan ia hidup dalam aneka budaya masyarakat maka fungsinya menjadi
bermacam-macam.
Dalam tulisan “Pola Perilaku Orang Bali Merujuk Unsur Tradisi”, antara lain memberikan
informasi tentang beberapa fungsi dan makna kearifan lokal, yaitu:
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara
daur hidup, konsep kanda pat rate.
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara
saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
5. Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.
6. Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.
7. Bermakna etika dan moral, yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur.
8. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client
(Balipos terbitan 4 September 2003)
Dari penjelasan fungsi-fungsi tersebut tampak betapa luas ranah keraifan lokal, mulai dari
yang sifatnya sangat teologis sampai yang sangat pragmatis dan teknis.
DESKRIPSI NILAI-NILAI BUDAYA 15 SUKU BANGSA

1. MENTAWAI (Sumatra Barat)


Nilai-nilai Budaya
Pengetahuan : Orang mentawai juga memiliki keahlian tersendiri dalam segi ilmu pengetahuan,
yaitu ilmu meramal masa depan.
Sosial : Struktur sosial masyarakat Mentawai bersifat patrilinial. Struktur sosial tradisional
adalah kebersamaan, mereka tinggal di rumah besar yang disebut Uma. Struktur sosial itu juga
bersifat egalitarian, yaitu setiap anggota dewasa Uma mempunyai hak yang sama, kecuali dukun
(sikerei) yang mempunyai hak lebih tinggi karena dapat menyembuhkan penyakit dan memimpin
upacara kagamaan.
Seni : Dalam hal berseni, orang mentawai sangat memberi kekhasan yang unik. Kesenian
tersebut adalah mentato, yang mengandung simbol jati diri status sosial atau profesi, simbol
keseimbangan alam dan sebagai keindahan. Adapula kesenian meruncingkan gigi baik pria
maupun wanita serta membuat ukiran-ukiran bermotif hewan di dinding rumah.

2. JAMBI (Jambi)
Nilai-nilai Budaya
Pengetahuan : Mereka juga mengembangkan alat dan teknologi sendiri untuk menangkap ikan
dan berburu, misalnya tuba akar, taiman, ambat, tangkul, kacar, sukam, lukah, rawe, cemetik,
takalak, dan sebagainya.
Sosial : Orang Jambi sering mengadakan upacara gotong royong pada saat panen, yang
disebut katalang-petang. Sore diperuntukkan orang dewasa, dan malam harinya diperuntukkan
muda-mudi dengan berdendang, bersenandung, menampilkan tari rangguk, tari selampit,
berdzikir, dan lain-lain. Kelompok kekerabatan yang sering ditemui adalah keluarga inti
monogami. Sistem yang dianut dari garis keturunannya adalah bilateral yaitu dari garis laki-laki
atau garis perempuan.
Seni : Orang Jambi mengembangkan berbagai jenis tarian dan seni ukir yang bermotifkan bunga
jeruk, daun sulur, trisula layar, relung kangkung, bunga matahari, dan motif keris. Dan ada juga
dalam bentuk kerajinan rakyat, misalnya tenunan songket, kain batik, sulaman, dll.
3. IBAN (Kalimantan Barat)
Nilai-nilai Budaya
Sosial : Dalam satu keluarga tinggal dalam satu rumah yang disebut bilek.Dalam satu bilek
adalah satu kesatuan produksi dalam berladang, melakukan upacara lingkaran hidup dan lain-
lain. Satu bilek selalu ada sejumlah hak dan kewajiban dan berlaku untuk semua warga bilek.
Seni : Orang Iban kreatif, inovatif, prestasi terlihat dari hasil kerajinannya. Misalnya unsur
busana yang terdiri dari tutup kepala, kalung pria dan wanita (manikasa), gelang tangan wanita
(balukun), ikat pinggang wanita (sumpai rangkai), baju untuk wanita (baju burik), kain untuk
wanita (kain kabo manik), semua itu termotif dengan manik-manik yang penuh warna.
Ekonomi : Orang Iban ikhtiar dengan cara mengadakan upacara sehabis panen dengan rasa
gembira dalam kemakmuran. Upacara ini bertujuan untuk mengucap syukur dari hasil panen
yang sangat memuaskan dan memberi keberkahan dalam kehidupan suku Iban.
Religi : Dalam segi kepercayaan, secara keasliannya orang Iban meyakini adanya makhluk gaib
penghuni alam semesta. Hal ini tampak dari berbagai upacara yang diadakan. Keyakinan itu juga
terlihat dari penyerahan saji-sajian ke tempat-tempat keramat dan pemeliharaan terhadap benda-
benda sakti, misalnya kayu besar, batu, dan sebagainya. Walaupun sekarang orang Iban
mayoritas menganut agama kristen tetapi kepercayaan asli tetap berkembang di masyarakat.

4. GORONTALO (Sulawesi Utara)


Nilai-nilai budaya
Sosial : Masyarakat Gorontalo sangat mementingkan nilai-nilai harmonis, tolong-menolong,
kerukunan, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Nilai-nilai tersebut terbukti dalam
ungkapan “Delo tutumulo lambi” yang mempunyai arti “kehidupan pisang yang selalu member
manfaat kepada manusia. Yang maksudnya kehidupan rumpun pisang seharusnya member arti
kebersamaan yang harus ditiru oleh manusia. Ungkapan itu juga bisa bermakna saling tolong
menolong antar manusia (Melalatoa 1995:292).
Seni : Lebih terkenal kekreatifan dalam kerajinan tenun dan karawang. Kerajinan yang lain juga
banyak seperti kursi rotan, kursi batang kelapa, kopiah rotan, anyaman tikar, dan sebagainya.
Religi : Orang Gorontalo mayoritas pemeluk agama islam. Nilai keyakinan dan kebenaran
tampak pada kepercayaan mereka terhadap adanya setan, ini terbukti adanya
upacara mopoahuta atau mapoalati, yang artinya memberi makan kepada setan penjaga tanah.
Upacara tersebut mempunyai makna atau tujuan untuk memperoleh berkah dalam berladang atau
bertani.

6. TIDORE (Maluku)
Nilai-nilai Budaya
Sosial : Orang Tidore dalam pengelolahan tanah dilakukan dengan cara bergotong-royong yang
terorganisasi yakni disebut gololi. Gololi dilatar belakangi oleh nilai-nilai yang berakar dalam
masyarakat yaitu suka menolong orang lain (liyan), tolong menolong (madigali) yang
bersimbolkan botol. Dimana dibalik simbol itu tersirat makna identitas, solidaritas, tanggung
jawab, ekonomis, spiritual, dan disiplin.
Religi : Di Tidore ada rutinitas pengajian malam jumat dalam wadah kelompok yang
disebut kampula. Pada kamis sore masyarakat disana sudah siap-siap pengajian, ada pula pergi
ziarah ke makam keluarga. Kegiatan mencari nafkah dihentikan saat itu. Ada pula tradisi di
Tidore yakni tagi kie, tagi jere, tagi goya, shalawi, dan salai jin.

7. HALMAHERA (Maluku)
Nilai-nilai Budaya
Sosial : Kehadiran bangunan megalit sering ada hubungannya dengan roh nenek moyang yang
mempunyai pengaruh kuat terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Kegiatan
gotong royong yang diciptakan oleh nenek moyang itu terwarisi sampai sekarang. Pada
lingkungan keluarga biasanya ada hubungan kerja sama sebagai tanggung jawab. Misalnya
kerjasama dalam mempersiapkan upacara perkawinan anggota keluarga mereka, upacara
pemakaman, dan acara-acara keluarga lainnya. Ada pula dalam lingkungan masyarakat dibentuk
kelompok kerja yang disebut rion-rion. Kelompok ini biasanya setiap anggota mempunyai tujuan
yang sama, misalnya berkebun, mengolah hasil pertanian, dan membangun rumah para anggota
kelompok tersebut. Masyarakat Halmahera tepatnya di bagian utara memiliki budaya yang sudah
ada ratusan tahun dan sampai saat ini masih terjaga kelestariannya sebagai nilai-nilai budaya
yang filosofis.
Religi : Mayoritas orang Halmahera beragama islam. Seluruh bidang kehidupan, apakah itu di
bidang pertaniaan, perburuan, nelayan, kelahiran anak, hubungan dengan sesama manusia, dan
sikap manusia terhadap alam sekitar kehidupan, selalu dihayatinya dalam kaitannya dengan
kesadaran religiositas mereka. Sayang sekali kesadaran ini kurang diapresiasi. Malahan setelah
agama Kristen masuk di Halmahera justru kesadaran religiositas itu makin merosot. Malahan
dicap sebagai wujud kekafiran. Padahal kesadaran religiositas yang hidup di kalangan
masyarakyat Halmahera itu memiliki daya bentuk yang kuat, yang mampu membentuk kepekaan
seseorang terhadap kehendaki Yang Ilahi bagi hidupnya, maupun membentuk sikap dan perilaku
seseorang dalam mensikapi sesamanya dan alam sekitarnya.

8. ASMAT (Irian Jaya)


Nilai-nilai Budaya
Seni : Salah satu kekhasan budaya Asmat dipandang dari segi seni dengan karya-karya patung
dan ukir-ukirannya. Dan itu tidak lepas dari sistem kepercayaan terhadap roh-roh leluhur yang
sudah meninggal. Ukiran tersebut bermotif hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, motif
kurvilinier berupa huruf atau garis. Ukiran itu dituangkan atau diungkapkan ke benda-benda dan
diwarnai dengan warna putih, hitam dan merah. Ukir-ukiran tersebut mempunyai symbol yang
mengandung harapan dan nilai-nilai untuk hidup bekerja keras, berani menghadapi hidup yang
keras serta harapan akan datangnya berkah dari leluhur.
Religi : Mereka percaya kekuatan gaib dan bila ada orang yang meninggal, mayatnya tidak
dikuburkan. Dengan maksud roh orang yang bisa meninggal masih tetap berada di dalam
kampung, terutama kalau porang itu diwujudkan dalam bentuk patung mbis. Orang Asmat
percaya bahwa mereka berasal dari sang Pencipta (fumeriptits). Sekarang banyak yang memeluk
agama katolik dikarenakan banyak didirikannya gereja dengan ajaran yang melalui pendekatan
budaya.
Sosial : Suku asmat sangat bertanggung jawab dan setia jika ada yang meninggalnya salah satu
orang asmat. Pernyataan tersebut tidak lepas dari kepercayaan mereka itu sendiri. Mayatnya
tidak dikuburkan sehingga rohnya masih tetap mendiami di lingkungan suku tersebut dan
terhadap roh-roh leluhur mereka.

11. BALI
Nilai-nilai Budaya
Sosial : Ada lapisan sosial yang berlaku di Bali yang sering disebut kasta, yaitu Brahmana,
Ksatria, weysya, dan sudra. Kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga batih
disebut kuren. Dimana mereka dalam satu kesatuan ekonomi atau makan dalam satu dapur.
Masyarakat Bali juga mengenal klen yang disebut tunggal dadia.
Seni : Bali selalu menunjukkan ritual dan keindahan ke dalam bentuk seni. Seni murni berunsur
sacral dan sub unsur kesenian itu adalah seni rupa (patung, lukisan), seni suara (gamelan tua,
gamelan madia dan gamelan baru), seni tari (tari wali, tari bebali, dan tari balih-balihan), seni
sastra (pewayangan), dan seni drama (gong).
Ekonomi : Sebagian besar orang Bali dengan melakukan kegiatan bertani dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Ada juga yang lain yaitu bercocok tanam, berkebun yang biasanya
menghasilkan kelapa, kopi, cengkeh, kapok, jambu mete, dan tembakau. Ada juga mata
pencaharian yang lain adalah industry rumah tangga, nelayan dan perdagangan. Masyarakat Bali
sangat makmur dilihat dari perkembangan pesat pariwisata di Bali.
Religi : Orang Bali umumnya memeluk agama Hindu yang berpangkal pada kitab suci Wedha,
yang merupakan wahyu dari Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada tempat pemujaan
terhadap Hyang Widhi termasuk penjelmaannya yang disebut pura.

12. MADURA (Jawa Timur)


Nilai-nilai Budaya
Ekonomi : Budaya merantau ke wilayah luar Madura untuk mencari kehidupan yang lebih
baik imigrasi dalam nasional maupun sampai ke luar negeri.

Sosial : Carok adalah cara untuk menyelesaikan masalah antara orang yang satu dengan orang
yang lain dengan syarat masalah tersebutmenyangkut harga diri seseorang yakni perempuan dan
harta atau tahta,yang dilakukan dengan cara saling bunuh. Ini menunjukkan orang Madura sangat
menjunjung tinggi nilai harga diri.

Kesenian : Kerapan sapi adalah salah satu kesenian orang Madura yang sekarang
tujuannya tidak lagi sebagai upacara rasa syukur melainkan untuk lomba, tetapi kerapan sapi
tetap menjadi wadah dalam perkumpulan orang-orang Madura. Dari kemenangan lomba itu
sendiri menimbulkan kepuasan dan untuk mengangkat derajat di mata masyarakat
lingkungannya.

Religi : Orang Madura mayoritas beragama islam, dan


sangat menjunjungtinggi nilai ketaatan dalam beragama. Buktinya ajaran orang tua terhadap
anaknya, sejak dini sudah diajari beragama yang baik menurut orang
Madura. Disana juga terdapat slametan yang diadakan setiap hari senin malam dan kamis
malam dengan melakukan kegiatan pengajian dan jugamenjadi wadah dimana orang Madura
berkumpul dan mengikat tali silahturahmi.

13. TENGGER (Jawa Timur)


Nilai-nilai Budaya
Sosial : Rata-rata orang Tengger tidak mau menjual tanah kepada orang lain. Ini merupakan
suatu gejala rasa tidak senang jika lingkungannya didiami oleh orang lain. Itu dikarenakan
mereka sudah sangat sejahtera dalam kebersamaan.
Ekonomi : Masyarakat Tengger seolah-olah tak bisa lepas dari pertaniannya. Mereka termasuk
orang-orang pekerja keras.
Religi : Mayoritas orang Tengger memeluk agama Hindu Mahayana, tetapi ada juga yang
memeluk agama islam, protestan dan lain-lain. Berdasarkan ajaran agamanya, setiap tahun harus
mengadakan upacara Kasodo. Upacara pengiriman kurban kepada leluhur yang ada di kawah
gunung Bromo. Dengan tujuan diberi keberkahan,kesejahteraan hidup, dan supaya tidak terjadi
bencana. Dan dikenal juga Upacara karo, dimana masyarakat disana mengadakan selamatan dan
saling kunjung-mengunjungi dan saling memaafkan, seperti halnya hari raya idul fitri dalam
ajaran agama islam.
4.Pengertian Multikulturalisme
Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya),
dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat
manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik.
Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab untuk
hidup bersama komunitasnya. Pengertian kebudayaan di antara para ahli harus dipertaruhkan
atau dipertentangkan antara satu konsep yang dipunyai oleh seorang ahli dengan konsep yang
dipunyai ahli lainnya. Karena multikulturalisme itu adalah sebuah ideology dan sebuah alat atau
wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya, maka konsep kebudayaan
harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Harus diakui bahwa
multikulturalisme kebangsaan Indonesia belum sepenuhnya dipahami oleh segenap warga
masyarakat sesuatu yang given, takdir Tuhan, dan bukan faktor bentukan manusia. Konsep
masyarakat multikultural sebenarnya relatif baru. Sekitar 1970-an, gerakan multikultural muncul
pertama kali di Kanada. Kemudian diikuti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan lain-
lainnya.

Akar Sejarah Multikulturalisme

Secara histories, sejak jatuhnya Presiden Soeharto darikekuasaannya yang kemudian


diikuti dengan masa yang disebut “era reformasi”, kebudayaan Indonesia cenderung mengalami
disintegrasi. Dalam pandangan Azyumardi Azra, bahwa krisis moneter, ekonomi, dan politik
yang bermula sejak akhir 1997, pada gilirannya juga telah mengakibatkan terjadinya krisis sosio-
kultural di dalam kehidupan bangsa dan negara. Jalinan tenun masyarakat (fabric of society)
tercabik-cabik akibat berbagai krisis yang melanda masyarakat. Krisis sosial budaya yang meluas
itu dapat disaksikan dalam berbagai bentuk disorientasi dan dislokasi banyak kalangan
masyarakat kita, misalnya : disintegrasi social-politik yang bersumber dari euphoria kebebasan
yang nyaris kebablasan; lenyapnya kesabaran social (social temper) dalam menghadapi realitas
kehidupan yang semakin sulit sehingga mudah mengamuk dan melakukan berbagai tindakan
kekerasan dan anarki; merosotnya penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum, etika, moral, dan
kesantunan sosial; semakin meluasnya penyebaran narkotika dan penyakit-penyakit sosial
lainnya; berlanjutnya konflik dan kekerasan yang bersumber atau sedikitnya bernuansa politis,
etnis dan agama seperti terjadi di Aceh, Kalimantan Barat dan Tengah, Maluku Sulawesi Tengah,
dan lain-lain. Merebaknya budaya McDonald, juga makanan instant lainnya, dengan demikian,
budaya serba instant; meluasnya budaya telenovela, yang menyebarkan permisivisme,
kekerasan, dan hedonisme, mewabahnya MTVisasi, Valentine’s day, dan kini juga pub night di
kalangan remaja.
5. Pengertian Kebudayaan Menurut para Ahli

Kebudayaan Menurut Ahli Luar Negri:


1. Nostrand (1989: 51).
Mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan, cara berpikir, berperilaku, dan
mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut.
2. Richard brisling (1990: 11)
Kebudayaan sebagai mengacu pada cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan
penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan, dan kegiatan goal-directed yang menjadi sadar
tidak sadar diterima sebagai "benar" dan "benar" oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri
mereka sebagai anggota masyarakat.
3. Croydon (1973: 4)
Budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang sebagian besar berada di bawah ambang
batas kesadaran, namun semua yang mengatur perilaku manusia sepasti senar dimanipulasi dari
kontrol boneka gerakannya.
4. Larson dan Smalley (1972: 39)
Kebudayaan sebagai "blue print" yang memandu perilaku orang dalam suatu komunitas
dan diinkubasi dalam kehidupan keluarga. Ini mengatur perilaku kita dalam kelompok, membuat
kita peka terhadap
masalah status, dan membantu kita mengetahui apa tanggung jawab kita adalah untuk grup.
budaya yang berbeda struktur yang mendasari yang membuat bulat bulat masyarakat dan
komunitas persegi persegi.
5. Ralph Linton (1945: 30)
Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan Dari Masyarakat Yang manapun dan regular
tidak Hanya mengenai sebagian Dari cara Hidup Name of ITU yaitu Masyarakat Yang dianggap
lebih diinginkan Dibuat Tinggi atau lebih.
6. Raymond Williams (1961: 16)
Budaya adalah seluruh kehidupan, materi, intelektual, dan spiritual.
7. Al. Krueber (1958: 582-583)
Kebudayaan sebagai suatu sistem Dari ide-ide dan Konsep-Konsep Kebudayaan Dari
wujud sebagai rangkaian tindakan berpola suatu aktivitas dan Manusia yang.
8. Sir Edwards B Tylor (1871: 1)
Kebudayaan adalah keseluruhan Kompleks Dari ide dan segala Sesuatu Yang dihasilkan
Manusia KESAWAN pengalaman historisnya. Termasuk disini adalah pengetahuan,
kepercayaan, Seni, moral, Hukum, kebiasaan, kemampuan Lainnya Serta therapy terapi dan
Yang diperoleh Manusia sebagai anggota Masyarakat.
9. C. Klluckhohn (1949: 35)
Sebagai total dari cara hidup suatu bangsa, warisan sosial yang diperoleh individu dari
grupnya.
10. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi social, ideologi,
religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan social.

Kebudayaan Menurut Ahli Dalam Negri


1.Prof.Dr.Koentjoroningrat (1985: 180)
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.
2. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.
3. Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun hanya berupa buah
pikiran dan dalam penghidupan.
4.Effat al-Syarqawi
yang mengartikan kebudayaan sebagai khazanah sejarah suatu bangsa/masyarakat yang
tercermin dalam pengakuan/kesaksiannya dan nilai-nilainya, yaitu kesaksian dan nilai-nilai yang
menggariskan bagi kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rohaniah yang dalam, bebas dari
kontradiksi ruang dan waktu
5.Parsudi Suparlan
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk
sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan
pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya
6.Sutan Takdir Alisyahbana
Mengatakan Kebudayaan merupakan manifestasi dari cara berfikir.
7.Dr.Moh.Hatta
Berpendapat Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa
8.Mangunsarkoro
Kebudayaan adalah segala yang merupakan hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang
seluas-luasnya
9.Drs.Sidi Gazalba
Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan sosial dengan suatu ruang dan
suatu waktu.
10.Djojodigono(1958)
memberikan defenisi mengenai kebudayaan dengan mengatakan kebudayaan itu adalah
daya dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.

Unsur-Unsur Kebudayaan | Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan


sangat penting untuk memahami kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang
berjudul Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua
bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga
sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem
kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal.
Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan
bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di
berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :

1. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi
atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut
dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun
tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara
simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa.
Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem
pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai
unsur yang digunakan dalam kehidupannya

Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian
tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam
masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa
digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem
ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat
memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus
peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan
menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk
menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut
tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit.

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial.

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi
untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial.
Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan
aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan
bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu
keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam
tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.

Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena
perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami
kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-
benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih
sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan
hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata
pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang
berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di
daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.

6. Sistem Religi

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat
adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau
supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan
berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan
supranatural tersebut.

Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal
mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa
adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman
dahulu ketika kebudayaan
mereka masih primitif.

7. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas
kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut
berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan
hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah
pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal
tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu
masyarakat.

Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni
rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa
dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui
indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari,
ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi

Anda mungkin juga menyukai