Anda di halaman 1dari 10

PAPER MENGENAI KEBERAGAMAN BUDAYA DI

INDONESIA TERKAIT KEPERAWATAN


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Holistik 1
Dosen Pembimbing: Ns.Elsa Naviati, M.Kep,Sp.Kep.An

Disusun Oleh:
Nama

NIM

Apsara Anindyajati

22020116140078

Fakhrian Rafi Pramana

22020116130074

Karina Izafira Nibras

22020116140052

Melani Puji Lestari

22020116140070

Salsabila Izzaturrohmah

22020116120014
Kelas A.16.1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016

BUDAYA
1. Pengertian Budaya
Office of Minority Health (OMH) (nd.) dalam (Potter and Pery:2010)
menggambarkan budaya sebagai ide-ide, komunikasi, tindakan, kebiasaan,
kepercayaan, nilai-nilai dan adat istiadat dari kelompok ras, etnik, agama atau
sosial. Menurut Purnel dan Paulanka (2003), budaya merupakan penyebaran
secara sosial dari pengetahuan, bentuk tingkah laku, nilai-nilai, kepercayaan,
norma, dan gaya hidup dari kelompok tertentu yang menunjukan pandangan
mereka dan cara pengambilan keputusan.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu
buddhayyah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal), diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari bahasa Latin Colore yang
artinya mengolah atau mengerjakan. Bias diartikan juga sebagai mengolah tanah
dan bercocok tanam . kata culture kadang diterjemahkan menjadi kultur dalam
bahasa Indonesia.
2. Unsur Budaya dalam Masyarakat
Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.Teknologi menyangkut
cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan
dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan
masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam
memproduksi hasil-hasil kesenian.Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau
masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan
macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan
fisik), yaitu: alat-alat produktif, senjata, wadah, alat-alat menyalakan api,
makanan, pakaian, tempat berlindung dan perumahan, alat-alat transportasi

Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial.
M. Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat

dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang


bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa
keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.

Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk
organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka

capai sendiri.
Bahasa. Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia
untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun
gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau
kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat
menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan
sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.Bahasa
memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi
khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,

berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.


Kesenian. Karya seni dari peradaban Mesir kuno. Kesenian mengacu pada nilai
keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan
yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai
cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang

sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.


Sistem kepercayaan. Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik
manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia
alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa
tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai
salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual
maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau
sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.(Wahyu, Ramdani:2008)
3. Penetrasi Kebudayaan

Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke


kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya: masuknya


penagruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam
kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah
budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran
kebudayaan secara damai akan menghasilkan akulturasi, asimilasi, atau sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan
baru tanpa menghilangakan unsure kebudayaan asli. Contohnya: bentuk bangunan
Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia
dan kebudayaaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru. Sedangkan sintesis adalah bercampurnya dua
kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang
sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

Penetrasi kekerasan (Penetration violante)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya:


masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan
kekerasan

sehingga

menimbulkan

goncangan-goncangan

yang

merusak

keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat anatar lain adalah
budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan
Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada system pemerintahan
Indonesia.
4. Antropologi Budaya Kesehatan di Indonesia
Budaya Indonesia sangat kental dengan kepercayaan animisme dan
dinamisme. Sehinngga dalam kegiatan sehari harinya sangat kental dengan
kepercayaan dan mitos mitos. Begitu juga dengan mitos-mitos terkait
kesehatan.
Kebudayaan dalam konteks kesehatan dapat kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari seperti halnya jika salah seorang anggota keluarga menderita suatu
penyakit (misal demam karena masuk angin) hal yang pertama dilakukan

sebelum pergi ke dokter pastilah mencoba untuk menyembuhkannya. Misal


dengan kerokan. Ini adalah ciri dari sebuah kebudayaan yang sangaterat
hubungannya dengan kesehatan. Dimana anggapan masyarakat mengenai
demam karenamasuk angin ini akan hilang apabila angin di dalam tubuh keluar.
Maka kerokan adalah hal yang paling masuk akal bagi mereka dan tanpa
mereka ketahui pula bahwa kerokan ini memilikidampak yang negatif bagi
tubuh kita. Karena pori-pori dalam tubuh akan terbuka dan terluka.
Namun dibalik efeknya yang negatif ini tidak bisa kita pungkiri bahwa
jasanya sangat besar,karena terbukti dapat menyembuhkan. Akibat hal inilah
banyak masyarakat yang cenderung memegang kokoh prinsip ini. Dimana
angin yang terlalu banyak di dalam tubuh hanya dapat dikeluarkan dengan
kerokan yang bertujuan membuka pori-pori dan mengeluarkan udara yang
mengumpul di dalam tubuh.
Setiap daerah juga mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda dikalangan
masyarakat terhadap kesehatan ibu. Berikut budaya yang ada di beberapa daerah
terhadap kesehatan ibu hamil :
1. Jawa Tengah :
Bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit
persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
2. Jawa Barat :
Ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi
makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
3. Masyarakat Betawi :
Berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
dapat menyebabkan ASI menjadi asin.
4. Daerah Subang
Ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena
khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang,
selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah.Tentunya
hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu,
larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-

lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat
terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
1. Pengertian Keperawatan Transkultural
Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus
pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leinenger,
1987). Keperawatan transkultural merupakan ilmu dan kiat yang humanis,
yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara
fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leininger, 1984).
Pelayanan keperawatan transkultural diberikan kepada pasien sesuai dengan
latar belakang budayanya.
2. Tujuan Keperawatan Transkultural
Tujuan pengguanaan keperawatan transkultural adalah pengembangan
sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada
kebudayaan (kulturculture) yang spesifik dan universal (Leininger,1978).
Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang
spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain seperti pada suku Osing,
Tengger,ataupun Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah
kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir
semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan.
Ini artinya, asuhan keperawatan yang dibrikan oleh perawat adalah hasil
dari pengamatan dan analisis dari klien itu sendiri, bukan semata-mata hasil
dari kesimpulannya sendiri. Selain itu, pelayanan kompeten secara budaya
adalah kemapuan perawat menghilangkan perbedaan dalam pelayanan,
bekerjasama dalam budaya yang berbeda, dan membuat klien membuat klien
dan keluarganya mencapai pelayanan yang penuh arti dan suportif.(Potter and
Perry:2010)
Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk
membantu

klien

beradaptasi

terhadap

budaya

tertentu

yang

lebih

menguntungkan kesehatannya. Perawat membantu klien agar dapat memilih

dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status


kesehatan.
Restrukturisasi budaya perlu dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan klien. Perawat berupaya melakukan strukturisasi
gaya hidup klien. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan
dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai
rencana hidup yang lebih baik setiap saat, pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut.
3. Peran Perawat dalam Menghadapi Keberagaman Budaya
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran perawat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi
keperawatan dan bersifat konstan.
Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat professional
meliputi:

Care giver.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan
pelayanan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan
pendekatan keperawatan dengan melakukan pengkajian dalam upaya
mengumpulkan data dan evaluasi yang benar, menegakkan diagnosis
keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi
keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat
cara pemecahan masalah, dan melakukan evaluasi berdasarkan respon
klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukannya. Dalam
memberikan pelayanan keperawatan, perawat memperhatikan individu
sebagai makhluk yang holistic dan unik.
Dalam hal ini perawat juga harus mengkaji budaya klien. Tahapan tahapan
pengkajian budaya yang dapat dilakukan oleh perawat adalah melalui data
sensus, kemudia menanyakan pertanyaan hingga ke tahapan membangun

hubungan saling percatya antara perawat dan klien


Client advocate

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung klien


dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam
tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus
dijalani oleh klien.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hakhak klien, antara lain :
1

Hak atas informasi : pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata

tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit atau

sarana pelayanan

kesehatan tempat klien menjalani perawatan.


2

Hak mendapat informasi : penyakit yang dideritanya, tindakan medic yang

hendak dilakukan, alternatif lain beserta resikonya.

Counsellor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap kesehatannya. Adanya interaksi ini merupakan dasar dalam
merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
Memberikan bimbingan konseling kepada klien, keluarga dan masyarakat
tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada
individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan pengalaman lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah

keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.


Educator.
Sebagai pendidik, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya
melalui pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic
yang diterima sehingga klien dapat menerima tanggung jawab terhadap hal

yang diketahuinya.
Collaborator
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawtan guna
memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik
materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada
intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan
peran sebagai coordinator perawat dapat melakukan hal-hal berikut:

Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan

Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas

Mengembangkan system pelayanan keperawatan

Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan

keperawatan pada sarana kesehatan

Change agent
Sebagai pembaru, perawat mengadakan inovasi dalam cara berpikir,
bersikap, bertingkah laku, dan meningkatkan keterampilan klien agar
menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan
yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara memberikan

keperawatan kepada klien


Consultan
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan
peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber info

4. Contoh Implikasi Keperawatan terkait Budaya


o KELUARGA DI JAWA TIMUR
Nilai-nilai keluarga Jawa Timur :
Keluarga merupakan kesatuan antara suami-istri dan anak
yang belum menikah yang tinggal serumah.
Sistem

nilai

dan

ideologi

keluarga/budaya

jatim

dipengaruhi oleh budaya sebelum islam.


Figur suami dan bapak dalam keluarga jatim sangat
dominan.
Komitmen kuat untuk saling menolong anggota keluarga
yang membutuhkan.
Budaya Kesehatan di Jawa Timur

Gangguan kesehatan ringan istirahat, minum jamu, atau


pijat.
Gangguan kesehatan berat ke dukun atau kyai.
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan padakeluarga Jatim,
perawat seharusnya melibatkan keluarga inti (terutama bapak) dan
keluarga besar, termasuk kyai sebagai pembimbing spiritual
mereka.
o KELUARGA MINANGKABAU
Nilai-nilai keluarga Minangkabau :
Ibu

memegang

pengamanan

peran

sentral

kekayaan

dalam
dan

pendidikan,
kesejahteraan

keluarga(termasuk kesehatan).
Sejak kecil anak dididik untuk tinggal terpisah dari
keluarganya (perantau).
Budaya Kesehatan di Minangkabau:
Dipengaruhi oleh agama islam.
Gangguan kesehatan berkonsultasi dengan kyai
IMPLIKASI KEPERAWATAN
Dalam

melakukan

asuhan

keperawatan

padakeluarga

Minangkabau, perawat seharusnya melibatkan keluarga inti


(terutama dari pihak ibu) dan keluarga besar, serta disesuaikan
dengan ajaran agama islam

Anda mungkin juga menyukai