Anda di halaman 1dari 3

REFLEKSI FILM HOPE

1. Apa yang telah terjadi dalam child bullying?


So-won adalah seorang gadis kecil, ia kurang mendapat perhatian dari kedua
orang tuanya, karena sibuk bekerja. Suatu hari So-won akan pergi ke sekolah dan sang
ibu berniat untuk mengantarnya, namun So-won menolak karena melihat sang ibu yang
sibuk dengan pekerjaanya. Ditengah perjalanan menuju sekolah So-won bertemu seorang
pria yang sedang mabuk, lalu dia dibawa kesebuah tempat seperti gudang dan disana So-
won dianiaya juga diperkosa secara sadis. Dari kejadian itu So-won mendapat luka psikis
dan fisik. Kejadian ini membuat So-won trauma, dia tidak ingin bertemu dengan
ayahnya. Sejak peristiwa tragis yang dialami So-won, dia harus hidup dengan kantong
kolostomi, So-won juga hidup dengan trauma berat yang disebut dengan post-traumatic
stress disorder (PTSD). PTSD adalah kondisi jiwa akibat peristiwa traumatis yang dilihat
atau dialami seseorang.

2. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?


Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat
14.517 kasus kekerasan anak terjadi sepanjang 2021. Dari jumlah itu, hampir
setengahnya merupakan kekerasan seksual. Dari kasus Film hope dapat diartikan bahwa
So-won mendapatkan kekerasan seksual oleh orang yang lebih tua dari umurnya, atau
bisa dikatakan sebagai pedofilia. Pedofilia merupakan bentuk penyiksaan anak dimana
orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak sebagai rangsangan seksual.
Para pedofilis memiliki kecenderungan untuk melakukan hubungan seksual dengan anak-
anak. Baik anak laki-laki di bawah umur (pedofilia homoseksual) dan ataupun dengan
anak perempuan di bawah umur (pedofilia heteroseksual) (Sawitri Supardi, 2005).
Menurut ahli kejiwaan anak Seto Mulyadi, para korban pedofilia akan mengalami kurang
rasa percaya diri dan memiliki pandangan negative terhadap seks. Adapun efek kekerasan
seksual terhadap anak antara lain: depresi, gangguan stres pasca trauma dan kegelisahan.
Penyebab pedofilia masih belum dapat diketahui dengan jelas, namun faktor
pencetus pedofilia adalah kemiskinan, masalah hubungan sosial baik dalam keluarga atau
komunitas, penyimpangan perilaku sosial (masalah psikososial). Biasanya seorang
pedofilia merupakan korban pelecehan seksual semasa kecilnya. Hal ini juga bisa terjadi
akibat kelalaian orang tua sama seperti kasus So-won dimana kedua orang tua nya terlalu
fokus dalam bekerja, sehingga melalaikan tugas nya untuk mengajag dan mengawasi
anak. Peran orang tua juga sangat penting untuk memberikan edukasi seksual sejak dini
dan juga cara menyelamatkan diri jika sedang dalam bahaya.

3. Apa yang dapat ditarik sebagai pembelajaran?


Film ini menyadarkan saya bahwa kita harus lebih berhati-hati dan meningkatkan
kesadaran kita tentang kekerasan seksual yang mungkin saja bisa terjadi disekitar kita.
Kita dapat belajar bahwa peran orang tua serta Family Center Care sangat penting dalam
memberikan asuhan kepada anak yang mengalami kekerasan seksual dan juga trauma
yang dirasakan. Banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa akita ambil dari film ini salah
satunya adalah keiklasan dan ketabahan. Iklas dimana kita harus bisa menerima
kenyataan ini harus bangkit lagi dari keterpurukan karena hidup masih terus berjalan dan
masih ada harapan untuk masa depan yang lebih baik lagi.

4. Apa peran keluarga dalam kasus child bullying?


Orang tua memiliki peran sebagai pendidik, maka dari itu orang tua bisa
memberikan pedidikan seks usia dini. Pendidikan seks usia dini akan memberikan
pengetahuan tentang batasan seorang laki-laki dan perempuan. Pendidikan seks dapat
dilakukan jika anak sudah mulai mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan seksualitas. Orang tua dapat menjaga agar anak mereka aman dan sehat
secara seksual dengan sering berdiskusi tentang seksualitas dimulai saat balita. Orang tua
dapat memulai pendidikan seksualitas dengan mengajari anak-anak nama yang benar
untuk alat kelamin (Sandy K. Wurtele and Maureen C.Kenny, 2011).

5. Apa peran perawat anak dalam kasus child bullying?


Peran perawat sebagai pemeberi asuhan keperawatan yang bertanggung jawab
melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif, bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan, perawat juga bisa memberikan konseling pada anak dan
memberikan kasih sayang untuk membina rasa percaya dan meningkatkan rasa percaya
diri anak.
6. Apa rencana tindakan selanjutnya untuk child bullying?
Kekerasan seksual pada anak dapat diobati dengan farmakologi maupun non-
farmakologi. Perawat bisa memberikan intervensi non-farmakologi seperti art theraphy
yang bertujuan untuk membantu korban mengekspresikan diri dengan berkomunikasi
melalui hasil karya seni. Media yang digunakan dalam art therapy ini adalah
menggambar diatas kertas dengan pewarna. Diharapkan korban mampu mengenali
permasalahannya dan mengatasi emosi yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut.
Selain art theraphy perawat juga bisa melakukan terapi bermain. Cholidah (2005)
menyatakan bahwa diantara tujuan terapi bermain adalah mengurangi atau
menghilangkan gangguan-gangguan perilaku, fisik, psikis,social, sensori dan komunikasi
dan mengembangkan kemampuan yang masih dimiliki secara optimal. Terapi bermain
bisa dilakukan dengan cara visualisasi kreatif, mendongeng, bermain peran.

DAFTAR PUSTAKA

 Wahyuni, S., & Cahyati, Y. (2021). UPAYA PENINGKATAN PERAN ORANG TUA
SISWA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN.
ABDIKEMAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1 Juni), 47-59.
 Hidayati, N. (2014). Perlindungan anak terhadap kejahatan kekerasan seksual (pedofilia).
Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora, 14(1), 68-73.
 Admin daldukkbpppa,30 April 2018, Faktor penyebab terjadinya kekerasan pada anak,
https://daldukkbpppa.bulelengkab.go.id/informasi/detail/pengumuman/faktor-penyebab-
terjadinya-kekerasan-pada-anak-27#:~:text=Penyebab%20utama%20lainnya%20adalah
%20kemiskinan,kebudayaan%20di%20lingkungan%20sosial%20tertentu, diakses pada
09 maret 2022.
 Hasnal Laily Yarza P, 23 Januari 2016, Makalah pedofilia,
https://vdocument.in/makalah-pedofilia.html, diakses pada 09 maret 2022.
 CNN Indonesia, 20 Januari 2022, 14.517 Kasus Kekerasan Anak Terjadi Sepanjang
2021,
https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/nasional/20220120030219-20-
748827/14517-kasus-kekerasan-anak-terjadi-sepanjang-2021/amp, diakses pada 09 maret
2022.
 Adminppa, 3 September 2020, Intervensi Psikologi bagi Anak Korban Kekerasan
Seksual, https://uptdppa.bantulkab.go.id/berita/305-intervensi-psikologi-bagi-anak-
korban-kekerasan-seksual, diakses pada 09 maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai