DISUSUN OLEH
FRENGKY PANDJARA
2018610086
4B
KEPERAWATAN ANAK
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridonya akhirnya
kami dapat menyelesaikan makala ini yang membahas mengenai, “Asuhan Keperawatan
Pada Anak Kekerasan Seksusal” yang merupakan pengetahuan penting yang harus
diketahui.
Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan bagi
pembaca, dengan segala kerendahan hati kami mohon maaf yang setulusnya.
Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat kami harapkan untuk perbaikan
makala ini kedepan. Semoga taufik, hidayat dan rahmat senantiasa menyertai kita semua
menuju terciptanya keridhoan Allah SWT.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tahun 2012
terdapat kekerasan pada anak yang mengakibatkan kematian sekitar 95.000 anak-anak
dan remaja di bawah usia 20. Sekitar 6 dari 10 anak antara usia 2 - 14 tahun di seluruh
dunia (hampir satu miliar) mendapatkan hukuman fisik setiap hari dari pengasuhnya
dan 3 dari 10 orang dewasa di seluruh dunia percaya bahwa hukuman fisik diperlukan
dan pantas dalam membangun atau mendidik anak (UNICEF, 2014)
Peranan Ibu menjadi pembimbing dan pendidik anak dari sejak lahir sampai
dewasa khususnya dalam hal beretika dan susila untuk bertingkah laku yang baik,
namun kenyataannya dalam melakukan peran tersebut, baik secara sadar maupun
tidak sadar, ibu selaku orang tua dapat membangkitkan rasa ketidakpastian,
kemandirian, dan rasa bersalah pada anak. Anak yang mempunyai pengalaman kecil
menyenangkan dan tumbuh pada keluarga yang harmonis akan berbeda tumbuh
kembangnya dengan anak yang masa kecilnya penuh dengan penderitaan dan
kekerasan (Arwanti, 2009).
1
disiplin untuk mencapai skala keberhasilan yang diinginkan orang tua (Soetjiningsih,
1995). Orang tua berlaku kasar dan memberikan hukuman fisik dengan dalih untuk
memberikan pelajaran pada anak-anak mereka. Padahal seharusnya setiap anak
berhak mendapatkan perlindungan dari kekerasan. Orang tua tidak banyak
mengetahui bahwa anak juga mempunyai hak dan kewajiban sesuai yang tercantum
dalam Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 pasal 4 sampai
dengan pasal 19 (Nasrun, 2015)
Child abuse dapat terjadi setiap harinya di rumah. Rumah yang seharusnya
tempat paling aman dan tempat berlindung bagi anak tidak lagi menjadi nyaman.
Adanya pengertian yang salah dalam memandang anak, dimana anak masih saja
dipandang sebagai objek yang wajib menurut kepada orang tua. Padahal belum tentu
orang tua selamanya benar. Kebanyakan orangtua terlalu berharap pada anaknya dan
cenderung memaksa agar anak mau menuruti sepenuhnya keinginan mereka, jika
tidak maka anak akan mendapat hukuman. Hal inilah yang menjadikan alasan bagi
orang tua sering melakukan kekerasan pada anak. Disamping itu, bisa juga
dikarenakan riwayat orang tua yang dulunya dibesarkan dalam kekerasan sehingga
cenderung meniru pola asuh yang telah mereka dapatkan sebelumnya (Videbeck,
2008)..
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Kekerasan anak secara fisik adalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan
terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang
menimbulkan luka-luka fisik atau kematian kepada anak.
2. Kekerasan anak secara psikis
Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikkan, penyampaian kata-kata kasar
dan kotor, memperlihatkan buku, gambar atau film pornografi pada anak. Anak yang
mendapatkan perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaftif,
seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut
bertemu orang lain.
3. Kekerasan anak secara seksual
Kekerasan anak secara seksual dapat berupa perlakuan prakontak seksual antara
anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual,
exhibitionism), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak
dengan orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual). Pemukulan pada
daerah “bokong” anak dapat menumbuhkan perasaan nikmat seksual secara dini.
Mereka tidak dapat mengerti mengenai perasaan tersebut. Selain itu anak korban
pemukulan merasa dirinya tidak berharga, karena terbiasa merasa sakit karena
pukulan, anak-anak ini akan mudah menyerahkan tubuhnya untuk diperlakukan
secara tidak senonoh setelah dewasa, sehingga ia mudah menjadi korban pelacuran.
4. Kekerasan anak secara sosial
Kekerasan anak secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi
anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak.
Sedangkan Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau perlakuan
sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat.
6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak dapat tidur atau tidur
berlebihan, mimpi buruk, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang asing, keletihan.
2. Integritas ego
c. Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
e. Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap menunduk,
takut (terutama jika ada pelaku)
3. Eliminasi
a. Enuresisi, enkopresis.
4. Makan dan minum : Muntah sering, perubahan selera makan (anoreksia), makan
berlebihan, perubahan berat badan, kegagalan memperoleh berat badan yang sesuai .
5. Higiene
7
a. Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca (penganiayaan
seksual) atau tidak adekuat memberi perlindungan.
6. Neurosensori
b. Berbagai keluhan somatik (misalnya nyeri perut, nyeri panggul kronis, spastik
kolon, sakit kepala)
8. Keamanan
a. Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air panas, rokok)
ada bagian botak di kepala, laserasi, perdarahan yang tidak wajar, ruam/gatal di area
8
genital, fisura anal, goresan kulit, hemoroid, jaringan parut, perubahan tonus
sfingter.
d. Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat menghindari
bahaya di dalam rumah
9. Seksualitas
c. Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (terutama pada anak).
Menarik diri dari rumah, pola interaksi dalam keluarga secara verbal kurang
responsif, peningkatan penggunaan perintah langsung dan pernyataan kritik,
penurunan penghargaan atau pengakuan verbal, merasa rendah diri. Pencapaian
prestasi di sekolah rendah atau prestasi di sekolah menurun.
9
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa keperawatan yang
dapat dirumuskan pada anak yang mengalami sexual abuse antara lain :
4. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak
yang tidak memuaskan
5. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau
umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri
9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.
10
C. INTERVENSI DAN RASIONAL
Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007), intervensi
keperawatan yang dapat dirumuskan untuk mengatasi diagnosa keperawatan diatas
antara lain :
Tujuan :
a. Tujuan jangka pendek : Luka fisik anak akan sembuh tanpa komplikasi
b. Tujuan jangka panjang : anak akan mengalami resolusi berduka yang sehat,
memulai proses penyembuhan psikologis.
Intervensi:
Rasional : Wanita tau anak yang telah diperkosa secara seksual takut terhadap
kehidupannya dan harus diyakinkan kembali keamanannya. Ia mungkin juga sangat
ragu-ragu dengan dirinya dan menyalahkan diri sendiri dan pernyataan-pernyataan
ini membangkitkan rasa percaya secara bertahap dan menumbuhkan kembali harga
diri anak
Rasional : Untuk menurunkan ketakutan atau ansietas dan untuk meningkatkan rasa
percaya
11
c. Pastikan bahwa anak memiliki privasi yang adekuat untuk semua intervensi-
intervensi segera pasca krisis. Cobaan sedikit mungkin orang yang memberikan
perawatan segera atau mengumpulkan bukti segera.
Rasional : Karena ansietas berat dan rasa takut, anak mungkin membutuhkan
bantuan dari orang lain selama periode segera pasca-krisis. Berikan informasi
rujukan tertulis untuk referensi selanjutnya (misalnya psikoterapi, klinik kesehatan
jiwa, kelompok pembela masyarakat)
Tujuan :
a. Tujuan jangka pendek : Anak mengenali dan menyatakan secara verbal pilihan-
pilihan yang tersedia dengan demikian merasakan beberapa kontrol terhadap situasi
kehidupan (dimensi waktu ditentukan secara individu)
Intervensi :
12
a. Dalam berkolaburasi dengan tim medis, pastikan bahwa semua cedera fisik,
fraktur, luka bakar mendapatkan perhatian segera, mengambiul foto jika anak
mengijinkan merupakan ide yang baik
b. Bawa anak wanita tersebut ke dalam area yang pribadi untuk melakukan
wawancara
Rasional : Jika anak disertai dengan pria yang melakukan pelecehan seksual pada
anak, kemungkinan besar ia tidak jujur sepenuhnya tentang cederanya atau
pengalaman seksualnya
c. Jika seorang anak wantia datang sendiri atau berserta dengan orang tuanya,
pastikan tentang keselamatannya. Dorong untuk mendiskusikan peristiwa
pemerkosaan yang telah dilakukan. Tanyakan pertanyaan tentang apakah hal ini
telah terjadi sebelumnya. Jika pelaku kekerasan seksual minum obat bius, jika anak
tersebut memiliki tempat yang aman untuk pergi dan apakah ia berminat dalam
tuntutan yang mendesak
Rasional : Membuat keputusan untuk dirinya sendiri memberikan rasa kontrol situasi
kehidupannya sendiri. Memberikan penilaian dan nasehat adalah tidak terapeutik
13
Rasional : Pengetahuan tentang pilihan-pilihan yang tersedia dapat membantu
menurunkan rasa tidak berdaya dari korban, tetapi kewenangan yang sesungguhnya
datang hanya saat ia memilih untuk menggunakan pengetahuan itu bagi
keuntungannya sendiri.
Tujuan :
Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada anak. Buat catatan yang
teliti dari luka memarnya (dalam berbagai tahap penyembuhan), laserasi, dan
keluhan anak tentang area nyeri pada derah yang spesifik, misalnya kemaluan.
Jangan mengabaikan atau melalaikan kemungkinan penganiayaan seksual. Kaji
tanda nonverbal penganiayaan, perilaku agresif, rasa takut yang berlebihan,
hiperaktivitas hebat, apatis, menarik diri, perilaku yang tidaks esuai dengan usianya
Rasional : Suatu pemeriksaan fisik yang akurat dan seksama dibutuhkan agar
perawatan yang tepat dapat diberikan untuk pasien
b. Adakan wawancara yang dalam dengan orang tua atau orang dekat yang
menyertai anak. Pertimbangkan jika cidera dilaporkan sebagai suatu kecelakaan,
apakah penjelasan ini berlasan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan penjelasan
yang diberikan? Apakah cedera tersebut konsisten dengan kemampuan
perkembangan anak ?
14
untuk menutupu keterlibatan merupakan suatu pertahanan diri yang umum yang
dapat dilepaskan dalam suatu wawancara yang dalam.
d. Tentukan apakah cedera yang dialami dibenarkan untuk dilaporkan kepada yang
berwenang. Undang-Undang negara yang spesifik harus masuk ke dalam keputusan
apakah ya atau tidak untuk melaporkan dugaan penganiayaan seksual anak.
Rasional : Suatu laporan (umumhya dibuat) jika ada alasan untuk mencurigai bahwa
seseorang anak telah dicederai sebagai suatu akibat penganiayaan seksual. Alasan
untuk mencirugai ditetapkan saat ada tanda-tanda ketidaksesuaian atau
ketidakkonsistenan dalam menjelaskan cedera pada anak. Kebanayakan negara
membutuhkan individu-individu berikut melaporkan kasus dari anak yang dicurigai
dianiaya seksual : semua pekerja kesehatan, semau terapis kesehatan jiwa, guru-
guru, pengasuh-pengasuh anak, pemadam kebakaran, anggota medis gawat darurat
dan anggota penyelenggara hukum. Laporan dibuat oleh Departemen Pelayanan
Sosial dan rehabiulitasi atau Badan penyelenggara Hukum.
Tujuan :
15
c. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima
secara sosial
Intervensi:
Rasional : penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk
aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses
meningkatkan harga diri
c. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok
Rasional : Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia
berharga bagi waktu anda
16
f. Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut
terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan
tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan
positif bagi usaha-usaha yang dilakukan
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak
yang tidak memuaskan
Tujuan :
Intervensi :
Rasional : tegangan dan ansietas dilepaskan dengan aman dan dengan manfaat bagi
anak melalui aktivitas-aktivitas fisik
17
Rasional : Ansietas dengan mudah dapat menular pada orang lain
Tujuan :
a. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam
setiap malam dengan kriteria hasil:
d. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam
tanpa terbangun
18
Intervensi :
Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak
sehingga perlu diidentifikasi penyebabnya
f. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya penyimpangan dari jadwal ini
Rasional : Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari
istirahat dan aktivitas
g. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan
dalam keadaan ketakutan
7. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau
umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri
Tujuan :
19
a. Anak akan mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang
lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran
waham kebesaran dengan kriteria hasil :
Intervensi :
c. Berikan segera sebenarnya umpan balik yang tidaj mengancam untuk perilaku-
perilaku yang tidak dapat diterima
Rasional : Anak mungkin kurang pengetahuan tentang bagaiamna dia diterima oleh
orang lain. Berikan informasi ini dengan cara yang tidak mengancam dapat
membantu untuk mengeliminasi perilaku yang tidak diinginkan
20
e. Berikan dengans egera umpan balik positif bagi perilaku-perilaku yang dapat
diterima
Rasional : Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan memberi semangat
untuk mengulangi perilaku-perilaku yang diinginkan
Tujuan :
Intervensi :
a. Berikan informasi dan material yang berhubungan dengan gangguan anak dan
teknik menjadi orang tua yang efektif
c. Beri umpan balik positif dan dorong metode menjadi orang tua yang efektif
9. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi
berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi
Tujuan :
Intervensi :
22
a. Berikan lingkungan yang tenang, ruang kelas berisi dirinya sendiri, aktivitas
kelompok kecil. Hindari tempat yang terlalu banyak stimulasi, seperti bus sekolah,
kafetaria yang ramai, aula yang ramai
b. Beri materi petunjuk format tertulis dan lisan dengan penjelasan langkah demi
langkah
d. Koordinasi seluruh rencana terapi dengan sekolah personel sederajat, anak, dan
keluarga
23
D. DISCHARGE PLANNING
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
penganiayaan seksual (sexual abuse) antara lain:
8. Anak mampu menyatakan secara verbal pilihan –pilihan yang tersedia untuk dirinya
yang dari hal ini ia menerima bantuan.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekerasan yang dialami oleh anak dapat berdampak pada fisik maupun
psikologis. Namun, Child abuse biasanya tidak berdampak secara fisik kepada anak,
tetapi dapat merusak anak beberapa tahun kedepan.
3.2 Saran
Pentingnya peran orangtua khususnya peran ibu dalam membimbing dan mendidik
anak sejak lahir sampai dewasa khususnya dalam hal beretika dan susila untuk bertingkah
laku yang baik. Peran ibu selaku orang tua bertanggungjawab menjaga dan
25
DAFTAR PUSTAKA
26